PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Gangguan kepribadian ambang, atau yang dalam dunia medis dikenal dengan sebutan Borderline Personality Disorder (BPD), adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang didefinisikan dalam buku Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders /DSM-5) sebagai ketidakstabilan dalam citra diri seseorang, berikut relasi personalnya dengan orang lain. Secara khusus, penderita gangguan kepribadian ambang kerap memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengelola emosinya. Sebagaimana gangguan mental lain, pola perilaku tersebut akan mengganggu kesehatan mental dan kehidupan sosial penderitanya, dan hanya bisa didiagnosis setelah timbul gejala tertentu. Ingat, gangguan kepribadian ambang hanya boleh didiagnosis oleh ahli kesehatan mental! Dengan kata lain, Anda tidak boleh melakukan diagnosis mandiri atau meminta bantuan orang lain yang tidak ahli. [1] Menyikapi gangguan tersebut tidaklah mudah, baik untuk penderitanya, maupun untuk orang-orang terdekat mereka. Jika Anda atau salah satu orang terdekat mengalaminya, cobalah membaca artikel ini untuk mengatasinya.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mencari Bantuan

PDF download Unduh PDF
  1. Sejauh ini, terapi merupakan opsi pengobatan pertama yang umumnya direkomendasikan kepada penderita gangguan kepribadian ambang. Meski ada beberapa model terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu jenis terapi yang memiliki rekam jejak kesuksesan paling konsisten adalah Terapi Perilaku Dialektis ( Dialectical Behavior Therapy /DBT), yang sejatinya merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip Terapi Perilaku Kognitif ( Cognitive-Behavioral Therapy /CBT), dan pertama kali ditemukan oleh Marsha Linehan. [2]
    • Terapi Perilaku Dialektis adalah metode pengobatan yang secara khusus ditujukan untuk membantu penderita gangguan kepribadian ambang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa model terapi tersebut memiliki angka rekam jejak kesuksesan yang konsisten! Secara khusus, Terapi Perilaku Dialektis berfokus untuk membantu penderita gangguan kepribadian ambang dalam mengontrol emosi, membangun toleransi yang lebih kukuh terhadap rasa frustrasi, mempelajari teknik kesadaran diri, mengidentifikasi dan melabeli emosi yang muncul, serta memperkuat kemampuan psikososial untuk mempermudah mereka berinteraksi dengan orang lain. [3] [4]
    • Metode lain yang lazim dilakukan adalah terapi yang berfokus kepada skema. Jenis terapi ini memadukan teknik dalam Terapi Perilaku Kognitif dengan teknik dalam model terapi lain. Secara khusus, jenis terapi ini berfokus untuk membantu penderita gangguan kepribadian ambang merapikan persepsi dan pengalamannya, demi membangun citra diri yang lebih stabil. [5]
    • Proses terapi umumnya dilakukan satu lawan satu dan secara berkelompok. Kombinasi keduanya diklaim lebih efektif untuk mengatasi masalah yang dialami oleh pasien.
  2. Salah satu masalah utama penderita gangguan kepribadian ambang adalah ketidakmampuan mereka untuk mengenali, mengidentifikasi, dan melabeli emosi yang muncul. Oleh karena itu, pada satu titik, berhentilah melakukan apa pun dan luangkan waktu untuk mengenali emosi yang sedang Anda alami. Alhasil, setelahnya Anda akan terbantu untuk mengelola emosi dengan lebih baik. [6]
    • Cobalah mengecek kondisi Anda secara berkala di sepanjang hari. Misalnya, luangkan waktu untuk memejamkan mata sejenak dan mengecek kondisi fisik maupun emosional Anda. Pantau ada atau tidaknya ketegangan emosional atau kesakitan fisik yang muncul, lalu pikirkan ada atau tidaknya pemikiran tertentu yang sedang Anda ratapi atau rasakan. Melakukannya dapat membantu Anda untuk mengenali emosi yang muncul, dan mengontrolnya dengan lebih baik di kemudian hari.
    • Berusahalah untuk mengidentifikasi emosi yang muncul dengan spesifik. Misalnya, alih-alih sekadar berpikir, “Aku merasa sangat marah sampai nggak bisa berkata apa-apa lagi!” cobalah menganalisis sumber kemarahan tersebut dengan berkata, “Aku merasa marah karena harus datang terlambat ke kantor akibat terjebak kemacetan.”
    • Berusahalah untuk tidak menghakimi emosi yang muncul. Misalnya, jangan berkata atau berpikir, “Aku benar-benar bodoh karena merasa marah saat ini.” Alih-alih, berfokuslah untuk mengidentifikasi emosi yang muncul tanpa penghakiman, seperti dengan berkata atau berpikir, “Aku merasa marah karena keterlambatan temanku membuatku sakit hati.” [7]
  3. Belajar mengevaluasi dan mengidentifikasi segala bentuk emosi yang muncul di sebuah situasi adalah langkah penting yang harus ditempuh agar Anda mampu mengontrol emosi dengan lebih baik. Sejatinya, penderita gangguan kepribadian ambang rentan merasa muak dan kelelahan akibat mengalami puluhan emosi pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, cobalah meluangkan waktu untuk memisahkan emosi primer dan sekunder Anda. [8]
    • Misalnya, jika seorang teman melupakan rencana makan siangnya bersama Anda, reaksi pertama yang akan muncul mungkin adalah kemarahan. Apa pun itu, reaksi pertama yang muncul adalah emosi primer Anda.
    • Kemarahan tersebut juga bisa disertai dengan emosi lain. Misalnya, Anda mungkin juga merasa tersakiti karena dilupakan olehnya, dan pada saat yang bersamaan juga merasa ketakutan karena pengabaian tersebut mengindikasikan tidak adanya kepedulian dalam diri orang tersebut. Selain itu, Anda pun mungkin malu karena merasa tidak layak untuk diingat oleh siapa pun. Apa pun emosi yang muncul setelahnya, seluruhnya merupakan emosi sekunder yang menyertai kemarahan.
    • Mengenali sumber emosi akan membantu Anda untuk mengontrolnya dengan lebih baik.
  4. Salah satu cara untuk memberikan reaksi yang lebih sehat terhadap sebuah situasi adalah mengubah reaksi yang negatif dengan afirmasi diri yang positif. Meski dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengubah perilaku tersebut menjadi kebiasaan yang alami, tetaplah mencobanya karena hasilnya sangatlah efektif. [9] Secara khusus, penelitian telah menunjukkan bahwa melakukan afirmasi diri yang positif dapat menajamkan fokus, meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, dan meredakan kecemasan Anda. [10]
    • Selalu ingat bahwa Anda adalah sosok yang layak untuk dicintai dan dihargai. [11] Secara berkala, luangkan waktu untuk menemukan hal-hal yang Anda kagumi dari diri sendiri, seperti kompetensi Anda, tingginya perhatian Anda kepada orang lain, liarnya imajinasi Anda, dsb. Cobalah mengingat hal-hal positif tersebut kapan pun pemikiran yang negatif mulai muncul.
    • Ingatkan diri Anda bahwa situasi yang tidak menyenangkan sejatinya bersifat temporer, terbatas, dan mungkin dialami oleh semua orang pada satu titik dalam hidup mereka. Misalnya, jika pelatih tenis Anda memberikan kritik yang tajam di sela-sela proses latihan, ingatkan diri Anda bahwa kritik tersebut tidak serta-merta mendefinisikan seluruh proses latihan Anda, baik yang telah lampau maupun yang belum terjadi. Oleh karena itu, alih-alih meratapi masalah yang pernah terjadi di masa lalu, cobalah berfokus pada aspek-aspek yang bisa Anda kembangkan di masa depan. Dengan melakukannya, niscaya Anda akan merasa memegang kendali lebih besar terhadap situasi yang terjadi, alih-alih sibuk menyalahkan orang lain dan menempatkan diri sebagai korban. [12]
    • Bingkai pemikiran yang negatif dengan cara yang positif. Misalnya, jika Anda merasa tidak mengerjakan ujian dengan maksimal, kemungkinan besar pemikiran pertama yang akan muncul adalah, “Aku bodoh sekali. Aku pecundang dan pasti tidak bisa lulus.” Pahamilah bahwa pemikiran tersebut sangatlah tidak membantu, pun tidak adil untuk Anda. Oleh karena itu, cobalah mengubahnya dengan berfokus kepada pelajaran yang bisa Anda ambil dari pengalaman tersebut: “Hasil ujianku memang sepertinya tidak akan semaksimal yang kuharapkan. Tapi toh aku selalu bisa menanyakan titik lemahku kepada dosen dan belajar dengan lebih efektif untuk ujian berikutnya.” [13]
  5. Faktanya, reaksi alami yang paling sering dikeluarkan oleh penderita gangguan kepribadian ambang adalah kemarahan dan keputusasaan. Misalnya, jika seorang teman melakukan sesuatu yang membuat Anda kesal, insting pertama Anda mungkin adalah meneriaki dan mengancamnya. Alih-alih mengeluarkan reaksi semacam itu, cobalah meluangkan waktu untuk mengidentifikasi perasaan Anda. Kemudian, cobalah mengomunikasikannya kepada orang tersebut dengan cara yang tidak mengancam.
    • Misalnya, jika teman Anda terlambat datang ke acara makan siang yang telah dijadwalkan, reaksi pertama Anda mungkin adalah kemarahan. Alhasil, Anda pun mungkin ingin meneriakinya dan menanyakan alasan di balik sikap tidak menghargainya tersebut.
    • Cek kembali emosi Anda. Apa yang sedang Anda rasakan? Apa emosi primer Anda, dan adakah emosi sekunder yang muncul? Misalnya, Anda mungkin sedang merasa marah, tetapi pada saat yang bersamaan juga merasa ketakutan karena meyakini bahwa keterlambatannya mengakar kepada rasa tidak pedulinya kepada Anda.
    • Dengan nada yang tenang, tanyakan alasan di balik keterlambatannya tanpa terdengar menghakimi atau mengancam. Caranya, gunakan ujaran “Aku”, seperti dengan berkata, “Aku merasa sakit hati karena kamu terlambat datang ke acara makan siang kita. Kenapa kamu terlambat?" Kemungkinan besar, Anda akan menyadari bahwa alasan di balik keterlambatannya bukanlah sesuatu yang merugikan pihak mana pun, seperti karena kunci rumahnya terselip atau karena dia terjebak kemacetan. Secara khusus, ujaran “Aku” tidak akan membuat Anda terdengar menyalahkan lawan bicara, dan membuatnya lebih mudah membuka diri tanpa merasa perlu bersikap defensif.
    • Ingatkan diri Anda untuk memproses emosi tersebut dan tidak serta-merta melompat ke kesimpulan. Dengan cara tersebut, niscaya cara Anda menanggapi kata-kata atau perilaku orang lain pun dapat lebih terkontrol.
  6. Cobalah mengaitkan gejala fisik dengan kondisi emosional yang menyertainya. Percayalah, mempelajari cara untuk mengidentifikasi gejala fisik dan emosional dapat membantu Anda untuk mendeskripsikan maupun memahami emosi yang muncul.
    • Misalnya, Anda mungkin merasakan sensasi yang sangat tidak nyaman di dalam perut dalam beberapa situasi, tetapi kesulitan menamai perasaan yang berhubungan dengan sensasi tersebut. Ketika mengalaminya lagi, cobalah memikirkan perasaan yang muncul. Kemungkinan besar, sensasi tidak nyaman tersebut mengakar pada rasa gugup atau cemas Anda!
    • Setelah menyadari bahwa sensasi kurang nyaman yang terasa di dalam perut adalah kecemasan, niscaya Anda akan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengontrol sensasi tersebut, alih-alih membiarkannya mengontrol Anda.
  7. Sejatinya, perilaku tersebut bermanfaat untuk menjaga ketenangan Anda ketika dihadapkan kepada masalah. Secara khusus, perilaku tersebut bisa dilakukan kapan pun Anda merasa perlu memperlakukan diri dengan baik dan nyaman. [14]
    • Mandi atau berendamlah dengan air hangat. Penelitian menunjukkan bahwa kehangatan fisik dapat memberikan efek menenangkan bagi banyak orang. [15]
    • Dengarkan musik yang menenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan jenis musik tertentu dapat membuat tubuh dan pikiran Anda lebih relaks. Faktanya, British Academy of Sound Therapy telah menyediakan deretan lagu yang secara ilmiah, telah terbukti efektif untuk menenangkan pendengarnya.
    • Cobalah memberikan sentuhan yang nyaman dan menyenangkan kepada diri Anda sendiri. Menyentuh tubuh dengan cara yang tenang dan penuh kasih sayang dapat membantu meredakan stres, lho , terutama karena perilaku tersebut mampu melepaskan hormon oksitosin yang membuat tubuh terasa lebih nyaman. Oleh karena itu, cobalah menyilangkan tangan di depan dada, seakan-akan Anda sedang memeluk diri sendiri, atau letakkan telapak tangan di depan dada untuk merasakan kehangatan kulit Anda, detak jantung Anda, dan pergerakan dada Anda selagi bernapas. Luangkan waktu untuk mengingat bahwa Anda adalah sosok yang berharga dan layak untuk dicintai.
  8. Toleransi emosional merupakan kemampuan diri untuk menyikapi emosi yang kurang nyaman dengan cara yang tepat. Untuk melatih kemampuan tersebut, cobalah berhadapan dengan situasi yang tidak akrab atau tidak pasti dalam lingkungan yang aman.
    • Miliki jurnal khusus untuk mencatat momen-momen ketika Anda mulai merasa tidak yakin, cemas, atau takut. Pastikan Anda juga mencatat situasi yang menjadi pemicu, berikut tanggapan Anda terhadap momen tersebut.
    • Nilai situasi yang memunculkan rasa cemas atau tidak nyaman dengan angka 0-10. Misalnya, “makan sendirian di restoran” hanya mendapatkan nilai 4, tetapi “mengizinkan teman merencanakan aktivitas liburannya” justru mendapatkan angka yang jauh lebih tinggi, yaitu 10.
    • Belajarlah menoleransi ketidakpastian. Mulailah dengan menoleransi situasi yang tergolong aman dan sederhana. Misalnya, Anda bisa mencoba memesan makanan baru di restoran yang belum pernah dikunjungi. Meski rasanya mungkin tidak sesuai dengan selera lidah Anda, setidaknya keputusan tersebut menunjukkan bahwa Anda cukup kuat untuk menghadapi ketidakpastian tanpa bantuan siapa pun. Secara bertahap, Anda bisa beranjak ke situasi yang lebih besar, kapan pun merasa aman dan nyaman untuk melakukannya.
    • Rekam tanggapan Anda. Ketika mencoba sesuatu yang baru, cobalah merekam situasi yang terjadi. Apa yang Anda lakukan? Bagaimana perasaan Anda ketika melakukannya? Bagaimana perasaan Anda setelah melakukannya? Apa yang akan Anda lakukan jika hasil percobaan tersebut tidak sesuai dengan harapan? Apakah Anda merasa mampu untuk menyikapi situasi yang lebih rumit di masa depan?
  9. Terapis ahli dapat membantu Anda untuk melawan emosi yang tidak menyenangkan melalui latihan khusus. Jika ingin melakukannya secara mandiri, beberapa hal yang layak Anda coba adalah:
    • Genggam es batu hingga emosi negatif Anda hilang. Berfokuslah pada sensasi fisik yang muncul ketika sedang menggenggam es batu. Secara khusus, sadarilah sensasi dingin dan menusuk yang terasa sangat intens sebelum akhirnya mereda. Pada dasarnya, pola tersebut juga berlaku untuk emosi Anda. [16]
    • Bayangkan ombak di lautan yang mengalami pasang sebelum mencapai puncaknya dan kemudian surut. Kemudian, analogikan emosi Anda sebagai ombak tersebut yang terus-menerus naik hingga mencapai puncaknya, sebelum surut dan benar-benar hilang.
  10. Anda tentu tahu bahwa berolahraga sangatlah ampuh untuk meredakan stres, kecemasan, dan depresi yang muncul. [17] Pemicunya adalah pelepasan hormon endorfin yang terjadi ketika tubuh digerakkan secara aktif, dan hormon tersebut berperan untuk memperbaiki suasana hati Anda secara alami. [18] Secara khusus, National Institute of Mental Health menyarankan Anda untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin demi menekan emosi negatif yang muncul akibat gangguan kepribadian ambang. [19]
    • Penelitian menunjukkan bahwa olahraga ringan sekalipun, seperti berjalan kaki atau berkebun, dapat memberikan efek yang sama positifnya. [20]
  11. Oleh karena ketidakstabilan adalah salah satu ciri-ciri gangguan kepribadian ambang, cobalah menetapkan jadwal makan dan tidur yang konsisten untuk diterapkan setiap hari. Hati-hati, perubahan kadar gula darah yang drastis atau masalah kurang tidur dapat memperburuk gejala yang muncul! [21]
    • Jika terus-menerus lupa untuk merawat diri, seperti lupa makan ketika waktunya tiba atau lupa tidur pada jam yang seharusnya, cobalah meminta bantuan orang lain untuk mengingatkan Anda.
  12. Menyikapi segala bentuk penyakit memang membutuhkan kesabaran dan upaya yang memakan waktu. Dengan kata lain, kondisi Anda tidak akan serta-merta membaik dalam waktu beberapa hari, dan tidak perlu merasa putus asa karenanya. Ingat, Anda hanya bisa berusaha untuk melakukan yang terbaik, dan usaha tersebut pun sejatinya sudah cukup. [22]
    • Selalu ingat bahwa gejala Anda akan membaik secara bertahap, bukan dalam semalam.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menyikapi Orang Terdekat yang Memiliki Gangguan Kepribadian Ambang

PDF download Unduh PDF
  1. Umumnya, sahabat dan kerabat penderita gangguan kepribadian ambang akan merasa kelelahan, sulit berfokus, trauma, atau bahkan muak ketika harus menghadapi perilaku penderita. Faktanya, depresi, rasa berduka atau terasing, serta rasa bersalah lazim muncul dalam diri orang-orang yang memiliki kedekatan dengan penderita gangguan kepribadian ambang. [23] Oleh karena itu, pahamilah bahwa emosi negatif semacam itu sangatlah normal, dan merasakannya tidak lantas menjadikan Anda sosok yang buruk atau tidak memiliki kepedulian terhadap sesamanya.
  2. Meski gangguan kepribadian ambang adalah masalah kesehatan yang nyata dan melumpuhkan, pahamilah bahwa gangguan tersebut bukanlah kesalahan penderitanya. Faktanya, penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan merasa sangat malu dan bersalah akibat perilakunya, tetapi pada saat yang bersamaan, merasa kesulitan atau bahkan tidak mampu untuk mengubahnya. Itulah mengapa, Anda perlu mempelajari lebih banyak hal tentang gangguan kepribadian ambang agar mampu memberikan dukungan yang paling tepat kepada orang terdekat. Secara khusus, lakukan penelitian kecil-kecilan terkait gangguan tersebut, berikut mengenai berbagai bantuan yang bisa Anda berikan kepada penderita. [24]
    • National Institute of Mental Health memiliki sangat banyak informasi terkait gangguan kepribadian ambang yang bisa Anda akses melalui situsnya. [25]
    • Selain itu, informasi terkait gangguan kepribadian ambang dan pengalaman penderitanya juga dapat Anda temukan dalam berbagai program daring, blog, dan sumber informasi lain. [26] [27] Misalnya, Aliansi Edukasi Nasional untuk Gangguan Kepribadian Ambang ( National Education Alliance for Borderline Personality Disorder /NEA-BPD) memiliki berbagai panduan yang bisa diikuti oleh keluarga penderita. [28] Selain itu, Pusat Sumber Daya Gangguan Kepribadian Ambang juga menyediakan berbagai jenis video, buku, dan nasihat yang diperlukan oleh penderita gangguan kepribadian ambang. [29]
  3. Namun, pahamilah bahwa hasil dari terapi tidak akan terlihat dalam waktu satu malam, dan beberapa penderita gangguan kepribadian ambang tidak mampu merespons terapi dengan baik. [30]
    • Berusahalah untuk tidak menyikapi penderita gangguan kepribadian ambang dengan perilaku menghakimi. Beberapa contoh kalimat yang terdengar menghakimi dan tidak membantu penderita adalah, “Kamu membuatku khawatir” atau “Kamu membuatku merasa aneh.” Alih-alih, gunakan ujaran “Aku” untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian Anda, seperti dengan berkata, “Aku merasa khawatir dengan beberapa perilakumu” atau “Aku menyayangimu dan ingin membantu mencarikan bantuan untukmu.”
    • Penderita gangguan kepribadian ambang lebih mungkin terbantu jika dia mampu memercayai terapisnya. Sayangnya, ketidakstabilan kondisi mental mereka kerap membuat mereka kesulitan untuk menemukan dan menjaga relasi yang terapeutik dengan orang lain. [31]
    • Pertimbangkan kemungkinan melakukan terapi keluarga. Beberapa metode pengobatan gangguan kepribadian ambang menyediakan terapi atau konseling keluarga untuk mewadahi keluh kesah anggota keluarga penderita.
  4. Meski sulit memahami alasan di balik emosi penderita gangguan kepribadian ambang, tetaplah berusaha memberikan kasih sayang dan dukungan untuknya. [32] Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku tahu ini berat buat kamu” atau “Aku bisa mengerti sih, kalau ini membuat kamu sangat marah.” [33]
    • Cobalah melakukan kontak mata selagi mendengarkan kata-katanya, dan berikan tanggapan yang singkat seperti “mm-hmm” atau “oh, oke” secara berkala untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar memperhatikannya. Ingat, berusaha mendengarkan dan menunjukkan perhatian tidak lantas membuat Anda menyepakati kata-kata maupun tindakannya! [34]
  5. Oleh karena penderita gangguan kepribadian ambang umumnya sangat inkonsisten, pastikan Anda mampu menjadi “penunjuk jalan” yang konsisten dan bisa diandalkan olehnya. Misalnya, jika Anda berjanji akan pulang jam 5 sore, berusahalah untuk menepati janji tersebut. [35] Namun, jangan menanggapi ancaman, tuntutan, atau upaya manipulasinya! Dengan kata lain, pastikan konsistensi tersebut tetap sejalan dengan kebutuhan dan prinsip hidup Anda. [36] [37]
    • Artinya, tidak perlu ragu untuk menentukan batasan yang menyehatkan. Misalnya, sampaikan kepadanya bahwa jika dia meneriaki Anda, maka Anda tidak akan segan-segan untuk meninggalkan ruangan. Ke depannya, jika dia melanggar batasan tersebut, pastikan Anda tidak ragu untuk memberikan konsekuensi yang telah dijanjikan. [38]
    • Ingat, Anda harus menyusun rencana aksi untuk menanggapi perilaku orang terdekat yang destruktif, seperti ancaman menyakiti diri sendiri. Jika memungkinkan, ajak penderita gangguan kepribadian ambang untuk menyusun rencana tersebut, dengan bantuan terapisnya. [39] Apa pun rencananya, jangan lupa mematuhinya.
  6. Sejatinya, orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian ambang tampak “menyulitkan” karena mereka umumnya tidak bisa mengontrol emosi secara efektif. Misalnya, mereka mungkin akan mencoba memanipulasi orang-orang terdekatnya demi mendapatkan sesuatu. Pada saat yang bersamaan, mereka mungkin juga tidak sadar dengan batasan personal orang lain, serta kesulitan menentukan batasan personal atau bahkan memahami konsep batasan itu sendiri. Itulah mengapa, Anda harus menentukan batasan personal berdasarkan kebutuhan dan tingkat kenyamanan pribadi, lalu menegaskannya kepada orang terdekat yang mengalami gangguan kepribadian ambang, untuk menjaga kewarasan dan ketenanan Anda ketika berinteraksi dengan orang tersebut.
    • Misalnya, tegaskan kepadanya bahwa Anda tidak akan menjawab teleponnya setelah jam 10 malam karena perlu beristirahat dengan cukup. Jika dia tetap menelepon Anda pada jam tersebut, tegaskan batasan Anda dengan tidak menanggapi teleponnya. Jika Anda tetap ingin menjawab teleponnya, manfaatkan momen tersebut untuk menegaskan batasan Anda sekaligus mengakui emosinya: “Aku peduli sama kamu, dan aku tahu suasana hatimu sedang kurang baik sekarang. Tapi ini sudah jam setengah 12, dan aku sudah pernah bilang kan, supaya kamu nggak meneleponku di atas jam 10 malam? Aturan itu penting untukku, jadi kamu bisa menelepon lagi besok jam setengah 5 pagi. Sekarang aku tutup dulu ya, teleponnya. Bye .”
    • Jika Anda dituduh tidak peduli atau perhatian karena enggan menjawab teleponnya, ingatkan dia kembali bahwa Andalah yang menentukan batasan tersebut. Setelah itu, tawarkan waktu yang menurut Anda tepat untuk dihubungi.
    • Kemungkinan besar, batasan tersebut harus berkali-kali ditegaskan agar orang tersebut menyadari bahwa Anda tidak sedang bercanda. Pada saat yang bersamaan, bersiaplah menerima respons yang negatif darinya seperti kemarahan, cemoohan, dan reaksi serupa yang tak kalah intensnya. Jangan menanggapi resepons negatifnya, atau bahkan berbalik marah kepadanya. Bersabarlah sambil terus berusaha untuk menegaskan batasan Anda.
    • Berkata “tidak” tidak lantas menjadikan Anda sosok yang buruk atau tidak perhatian. Ingat, Anda perlu terlebih dahulu menjaga kesehatan mental, emosional, dan fisik, sebelum merawat orang lain. [40]
  7. Ingat, sangat penting bagi Anda untuk menyikapi perilaku yang positif dengan pujian serta reaksi yang tak kalah positifnya. Dengan cara tersebut, sejatinya Anda telah meyakinkan penderita gangguan kepribadian ambang bahwa dia mampu mengontrol emosinya, pun memotivasinya untuk terus berperilaku positif ke depannya. [41]
    • Misanya, jika dia sedang berperilaku sangat agresif karena merasa marah, tetapi tiba-tiba berhenti berteriak untuk berpikir, ucapkan terima kasih. Akuilah bahwa Anda menyadari dan menghargai usahanya untuk bersikap lebih tenang.
  8. Pada dasarnya, merawat dan mendukung orang terdekat yang mengalami gangguan kepribadian ambang sangatlah menguras emosi dan tenaga. Itulah mengapa, Anda pun perlu merawat diri dan menerima berbagai bentuk dukungan yang diperlukan, selagi berusaha menyeimbangkan kewajiban untuk menjaga orang lain dengan mempertahankan batasan personal untuk merawat kewarasan Anda.
    • Jika Anda sedang berdomisili di Amerika Serikat, National Alliance on Mental Illness (NAMI) dan National Education Alliance for Borderline Personality Disorder (NEA-BPD) mampu menawarkan berbagai jenis sumber daya yang diperlukan untuk membantu Anda mencari dukungan yang relevan dan bermanfaat. [42] [43]
    • Jika ingin, Anda juga bisa mencari terapis atau konselor secara mandiri. Dalam banyak kasus, terapis atau konselor ahli dapat membantu Anda untuk memproses emosi yang muncul, pun membantu Anda untuk menyikapi situasi yang terjadi dengan cara yang menyehatkan.
    • NAMI menawarkan program pendidikan keluarga bertajuk “ Family-to-Family .” Dalam program yang bisa diikuti secara gratis tersebut, keluarga seluruh penderita gangguan kepribadian ambang dapat saling memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan oleh satu sama lain. [44]
    • Mengikuti proses terapi keluarga juga mungkin akan bermanfaat. Secara khusus, program DBT-FST atau family skills training dapat membantu seluruh anggota keluarga untuk memahami dan menyikapi pengalaman penderita gangguan kepribadian ambang dengan lebih bijaksana. Dalam program tersebut, terapis ditugaskan untuk memberikan dukungan moral kepada anggota keluarga penderita, sekaligus mengajarkan kemampuan yang spesifik kepada mereka, agar mereka mampu memperbaiki kualitas hidup penderita gangguan kepribadian ambang. [45] Sementara itu, terapi Family Connections lebih berfokus pada kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Dengan kata lain, terapi tersebut berfokus untuk menajamkan kemampuan setiap anggota keluarga, mengembangkan strategi yang efektif untuk menyikapi masalah, dan mengajarkan metode untuk menyeimbangkan kebutuhan setiap anggota keluarga dengan kebutuhan penderita gangguan kepribadian ambang. [46]
  9. Terlalu berfokus untuk merawat orang lain dapat membuat Anda lupa merawat diri sendiri. Padahal, menjaga kesehatan dan beristirahat dengan cukup adalah hal yang sangat penting untuk Anda lakukan! Jika tidak beristirahat dengan cukup, terus-menerus merasa cemas, atau tidak merawat diri dengan baik, kemungkinan besar Anda akan tergoda untuk menanggapi perilaku orang terdekat yang dicurigai mengalami gangguan kepribadian ambang dengan sangat emosional. [47]
    • Berolahragalah. Selain mampu meredakan stres dan kecemasan, berolahraga rutin juga merupakan aktivitas yang menyehatkan untuk mengalihkan pikiran Anda dari masalah yang terjadi, pun mampu mendukung kesejahteraan Anda secara menyeluruh. [48]
    • Makanlah dengan rutin dan santap makanan yang menyehatkan. Dengan kata lain, makanlah pada waktunya, serta berfokuslah untuk menyantap makanan yang sehat dan seimbang, yaitu yang mengandung protein, karbohidrat kompleks, sayuran, dan buah-buahan. Hindari makanan cepat saji, serta batasi asupan alkohol dan kafeina yang masuk ke dalam tubuh Anda. [49]
    • Beristirahatlah dengan cukup . Berusahalah untuk selalu tidur dan bangun pada jam yang sama, sekalipun di akhir pekan. Jangan beraktivitas di atas tempat tidur, seperti mengoperasikan laptop atau menonton televisi. Jangan pula mengonsumsi kafeina sebelum tidur. [50]
    • Relakskan tubuh Anda. Cobalah bermeditasi, berlatih yoga, atau melakukan aktivitas lain yang tak kalah menenangkannya, seperti berendam dalam bak mandi atau berjalan santai di alam liar. Hidup berdampingan dengan penderita gangguan kepribadian ambang tidaklah mudah. Oleh karena itu, selalu luangkan waktu untuk merawat diri Anda.
  10. Sekalipun orang tersebut sudah pernah mengancam untuk bunuh diri atau menyakiti diri sebelumnya, tetaplah menyikapi kata-katanya dengan serius! Faktanya, sekitar 60-70% penderita gangguan kepribadian ambang pernah mencoba bunuh diri, setidaknya satu kali, dalam hidupnya, dan 8-10% percobaan berhasil. Itulah mengapa, jika orang terdekat Anda mengancam untuk bunuh diri, segeralah menghubungi polisi atau membawanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) tedekat.
    • Jika ingin, Anda juga bisa membaca panduan pencegahan bunuh diri yang disediakan oleh komunitas Into the Light Indonesia pada situs https://www.intothelightid.org/ . Pastikan orang terdekat yang dicurigai memiliki gangguan kepribadian ambang juga mengetahui informasi tersebut agar bisa mengaksesnya jika diperlukan.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Mengenali Karakteristik Gangguan Kepribadian Ambang

PDF download Unduh PDF
  1. Faktanya, ahli kesehatan mental akan menggunakan kriteria yang tercantum dalam buku DSM-5 untuk mendiagnosis gangguan kepribadian ambang. Secara khusus, buku DSM-5 menyatakan bahwa untuk menerima diagnosis gangguan kepribadian ambang, seseorang harus memiliki 5 atau lebih karakteristik berikut:
    • “Berusaha sangat keras untuk menghindari pengabaian atau kerap membayangkan pengabaian”
    • “Memiliki pola hubungan interpersonal yang intens dan tidak stabil. Umumnya, karakteristik tersebut ditunjukkan melalui perubahan cara pandang yang ekstrem terhadap orang-orang di sekitarnya, seperti sangat mengidoalakan mereka pada satu momen, lalu berubah menjadi sangat meremehkan dan membenci mereka pada momen berikutnya”
    • “Mengalami gangguan identitas”
    • “Memiliki impulsivitas dalam sedikitnya dua area yang berisiko mengancam keselamatan mereka”
    • “Pernah mencoba bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, menunjukkan gerak-gerik yang mengarah ke sana, atau mengancam akan melakukan salah satu/keduanya”
    • “Memiliki kondisi afektif yang tidak stabil akibat suasana hati yang terus-menerus berubah”
    • “Mengalami kekosongan yang kronis”
    • “Menunjukkan kemarahan dengan cara yang sangat intens atau tidak layak, serta memiliki kesulitan untuk mengontrol emosi”
    • “Mengalami stres yang bersifat transien akibat terus-menerus merasa paranoid, atau menunjukkan gejala disosiasi yang parah”
    • Ingat, gangguan kepribadian ambang tidak bisa didiagnosis secara mandiri! Seluruh informasi yang terangkum pada bagian ini hanya ditujukan untuk membantu Anda mengenali gejala gangguan kepribadian ambang sehingga jika merasa mengalami gejala tersebut, atau merasa bahwa salah satu orang terdekat mengalaminya, Anda bisa langsung menemui dokter untuk meminta diagnosis yang lebih akurat.
  2. Penderita gangguan kepribadian ambang umumnya akan merasa sangat takut dan/atau marah jika dihadapkan kepada kemungkinan untuk berpisah dari orang-orang yang mereka sayangi. Ketakutan dan kemarahan tersebut biasanya direpresentasikan melalui perilaku impulsif, seperti menyakiti diri sendiri atau mengancam akan bunuh diri. [51]
    • Reaksi tersebut mungkin akan muncul jika perpisahan yang mereka takutkan sejatinya tidak bisa dihindari, sudah direncanakan, atau dibatasi oleh waktu (seperti ketika pasangan mereka harus pergi bekerja). [52]
    • Secara khusus, penderita gangguan kepribadian ambang sangat takut sendirian, dan mereka sejatinya sangat memerlukan bantuan orang lain. Itulah mengapa, mereka akan mengalami serangan panik atau merasa sangat marah jika orang-orang di sekitarnya pergi, meski hanya sebentar, atau datang terlambat. [53]
  3. Penderita gangguan kepribadian ambang cenderung sulit menjaga kestabilan hubungan dalam jangka waktu yang lama. Secara khusus, mereka tidak mampu menerima area “abu-abu” dalam diri orang lain, atau lebih seringnya, dalam diri mereka sendiri. Dengan kata lain, pandangan mereka terkait hubungan sangatlah hitam dan putih; jika seseorang tidak sempurna di mata mereka, artinya dia adalah sosok yang jahat dan harus dijauhi. Itulah mengapa, penderita gangguan kepribadian ambang umumnya hanya akan menjalin hubungan pertemanan dan romantis dalam waktu yang sangat singkat. [54]
    • Salah satu karakteristik penderita gangguan kepribadian ambang adalah terlalu mengidolakan orang-orang yang menjalin hubungan dengan mereka, atau menganggap orang-orang tersebut sebagai sosok yang sangat ideal. Itulah mengapa, ketika orang-orang tersebut berbuat kesalahan (atau melakukan tindakan yang diartikan sebagai kesalahan) maupun menunjukkan kekurangan mereka, penderita gangguan kepribadian ambang akan langsung membenci dan/atau menganggap mereka tidak lagi berharga. [55]
    • Umumnya, penderita gangguan kepribadian ambang tidak bersedia untuk menjadi pihak yang bertanggung jawab atas masalah yang terjadi dalam hubungan personal mereka. Dengan kata lain, mereka cenderung akan meletakkan kesalahan di bahu orang lain, seperti dengan menuduh pasangannya kurang perhatian atau kurang berkontribusi di dalam hubungan. Selain itu, penderita gangguan kepribadian ambang kerap dipandang sebagai sosok dengan emosi dan kualitas interaksi yang dangkal dengan orang lain. [56]
  4. Penderita gangguan kepribadian ambang umumnya tidak memiliki konsep diri yang stabil, berbeda dengan orang “normal” dengan identitas diri yang lebih konsisten. Artinya, orang-orang yang tidak memiliki gangguan kepribadian ambang umumnya telah mengenal identitas diri dan nilai-nilai yang mereka anut, serta menyadari penuh bahwa anggapan orang lain tidak serta-merta mendefinisikan diri mereka. Biasanya, citra diri tersebut pun tidak akan serta-merta berubah secara drastis. Sebaliknya, seluruh karakteristik tersebut tidak dimiliki oleh penderita gangguan kepribadian ambang. Dengan kata lain, mereka umumnya memiliki citra diri dapat dengan mudah berubah jika dihadapkan kepada situasi dan lawan bicara yang berbeda. [57]
    • Umumnya, penderita gangguan kepribadian ambang memiliki keyakinannya sendiri terhadap cara orang lain memandang mereka. Misalnya, jika seorang penderita memiliki pasangan dan pasangannya datang terlambat ketika mereka berkencan, dia mungkin akan berpikir bahwa keterlambatan tersebut terjadi karena kualitas dirinya tidak lagi positif di mata pasangannya, dan/atau karena pasangannya tidak lagi menganggapnya layak untuk dicintai.
    • Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan memiliki tujuan hidup yang terus-menerus berubah atau memiliki kecenderungan untuk mengubah prinsip hidupnya secara drastis. [58] Karakteristik ini sejatinya juga terlihat dari cara mereka memperlakukan orang lain. Artinya, orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang bisa terlihat sangat ramah pada satu momen, lalu berubah menjadi sangat kasar dan kejam pada momen berikutnya, baik kepada orang yang sama maupun berbeda. [59]
    • Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan merasa sangat tidak berguna atau menyimpan kebencian yang intens terhadap dirinya sendiri, sekalipun orang-orang di sekitarnya telah menentang anggapan tersebut. [60]
    • Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan memiliki orientasi dan/atau preferensi seksual yang fluktuatif. Secara khusus, data statistik menyatakan bahwa orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengubah gender atau preferensi pasangannya lebih dari satu kali. [61]
    • Umumnya, penderita gangguan kepribadian ambang memiliki konsep diri yang bertentangan dengan normal sosial dan budaya yang berlaku di sekitarnya. Tidak bisa dimungkiri, konsep diri yang dianggap “normal” maupun “stabil” sejatinya sangatlah bergantung kepada norma sosial dan budaya yang berlaku dalam suatu lingkungan. [62]
  5. Meski impulsivitas adalah salah satu bagian dalam hidup semua orang, penderita gangguan ambang terbilang sangat sering terlibat dalam perilaku yang impulsif dan berisiko. Umumnya, perilaku tersebut akan menimbulkan ancaman yang serius terhadap kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan mereka. [63] Selain itu, perilaku impulsif mereka mungkin akan timbul dengan sendirinya, atau karena dipicu oleh peristiwa maupun pengalaman hidup mereka. Beberapa contoh perilaku impulsif yang lazim dilakukan oleh penderita gangguan ambang adalah: [64]
    • Melakukan hubungan seksual yang berisiko
    • Menyetir dengan ceroboh atau dalam keadaan mabuk
    • Kecanduan zat berbahaya
    • Makan berlebih atau gangguan makan lain
    • Menghabiskan uang
    • Berjudi tanpa terkontrol
  6. Amati frekuensi percobaan bunuh diri dan/atau menyakiti diri sendiri, pun frekuensi munculnya keinginan untuk melakukan salah satu atau keduanya. Faktanya, penderita gangguan kepribadian ambang kerap mengancam akan menyakiti dirinya sendiri atau bahkan telah mencoba melakukannya. [65] Perilaku tersebut mungkin bisa muncul dengan sendirinya, atau dipicu oleh pengabaian (baik yang benar-benar terjadi maupun yang hanya terjadi dalam bayangan mereka) dari orang-orang di sekitarnya. [66]
    • Beberapa contoh perilaku menyakiti diri sendiri adalah mengiris, membakar, menggaruk, atau mengelupas kulit.
    • Ancaman atau perilaku ingin bunuh diri umumnya direpresentasikan dengan tindakan seperti mengambil sebotol pil dan mengaku akan menghabiskan isinya dalam sekali tenggak.
    • Dalam beberapa kasus, perilaku semacam itu mungkin merupakan upaya manipulatif agar orang lain bersedia mewujudkan keinginan mereka.
    • Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin menyadari bahwa perilaku mereka sejatinya merusak dan/atau berisiko, tetapi biasanya mereka tidak akan merasa benar-benar bisa untuk mengubah perilaku tersebut. [67]
    • 60-70% orang yang menerima diagnosis gangguan kepribadian ambang pernah mencoba bunuh diri pada satu titik dalam hidupnya. [68]
  7. Penderita gangguan ambang sering kali mengalami ketidakstabilan emosi atau suasana hati. [69] Dengan kata lain, suasana hati mereka dapat berubah dengan cepat dan intens dalam waktu yang sangat singkat, sehingga bisa dipandang sebagai sebentuk ketidakstabilan emosi oleh sebagian besar orang.
    • Misalnya, penderita gangguan kepribadian ambang bisa merasa bahagia pada satu momen, lalu tiba-tiba merasa bersedih dan marah beberapa menit setelahnya. [70] Dengan kata lain, suasana hati mereka bisa berubah secara intens hanya dalam hitungan menit atau jam. [71]
    • Putus asa, kecemasan, dan sikap mudah marah adalah beberapa karakteristik yang lazim menyertai penderita gangguan ambang. Seluruhnya mungkin dipicu oleh suatu peristiwa atau tindakan seseorang yang oleh kebanyakan orang dianggap wajar. Misalnya, jika penderita gangguan kepribadian ambang memiliki terapis, dan terapis tersebut menginformasikan bahwa sesi terapi mereka sebentar lagi berakhir, orang tersebut bisa merasa putus asa dan diabaikan karenanya. [72]
  8. Sejatinya, penderita gangguan kepribadian ambang kerap merasa “kosong” atau sangat bosan, yang mungkin dipicu oleh seringnya mereka melakukan tindakan yang impulsif dan berisiko. Menurut buku DSM-5, penderita gangguan kepribadian ambang memiliki kecenderungan untuk terus-menerus mencari stimulan dan hal baru yang dapat membuatnya merasa bersemangat.
    • Dalam beberapa kasus, kebosanan mereka dapat berimbas kepada orang-orang terdekatnya. Dengan kata lain, mereka dapat sangat mudah bosan dengan hubungan pertemanan dan/atau romantisnya, serta terus-menerus terdorong untuk mencari kemenarikan yang baru dari orang lain. [73]
    • Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan merasa tidak memiliki tempat di dunia ini, atau terus-menerus khawatir karena beranggapan bahwa dirinya tidak berpijak di bumi yang sama dengan orang lain. [74]
  9. Biasanya, penderita gangguan kepribadian ambang akan menampilkan kemarahan yang lebih intens dan lebih sering, daripada karakteristik emosional yang dianggap layak dalam budayanya. Selain itu, mereka pun umumnya akan kesulitan mengontrol kemarahan tersebut. Perilaku tersebut sering kali dipicu oleh anggapan bahwa orang-orang terdekat mereka, seperti sahabat dan kerabat, sejatinya tidak memedulikan atau bahkan mengabaikan mereka. [75]
    • Kemarahan mereka mungkin akan diwujudkan dalam bentuk sarkasme, komentar yang bernada sangat pahit, luapan verbal, atau tantrum.
    • Kemarahan mungkin merupakan reaksi otomatis mereka, sekalipun menurut orang-orang kebanyakan, situasi tersebut seharusnya bisa disikapi dengan emosi yang berbeda. Misalnya, pemenang kompetisi olahraga yang mengalami gangguan kepribadian ambang mungkin akan lebih berfokus untuk kesal terhadap perilaku kompetitornya, alih-alih untuk merayakan kemenangannya. [76]
    • Dalam banyak kasus, kemarahan tersebut dapat bertransformasi menjadi pertengkaran atau kekerasan fisik. [77]
  10. Penderita gangguan kepribadian ambang mungkin akan memiliki pemikiran paranoid yang bersifat transien, atau berlangsung dengan sangat cepat. Umumnya, gejala tersebut dipicu oleh stres berlebih dan tidak akan bertahan lama, tetapi mungkin akan terjadi secara terus-menerus. [78] Selain itu, pemikiran paranoid mereka sering kali berhubungan dengan tujuan atau perilaku orang-orang di sekitarnya.
    • Misalnya, jika seseorang dengan pemikiran paranoid menerima diagnosis medis tertentu dari dokter, dia mungkin akan berpikir bahwa dokter yang bersangkutan sedang berusaha menipunya.
    • Disosiasi adalah karakteristik lain yang lazim menyertai penderita gangguan kepribadian ambang. Artinya, orang dengan gangguan tersebut kerap memiliki pemikiran disosiatif dan merasa bahwa lingkungan di sekitarnya tidaklah nyata.
  11. Faktanya, gangguan kepribadian ambang dan gangguan stres pascatrauma memiliki relasi yang sangat erat, terutama ketika usia penderitanya belum dewasa. Beberapa karakteristik gangguan stres pascatrauma adalah munculnya kebiasaan melakukan kilas balik, perilaku menghindari interaksi sosial dengan orang lain, perasaan tidak tenang, serta kesulitan untuk mengingat momen-momen yang traumatis. Jika seseorang memiliki gangguan stres pascatrauma, kemungkinan besar dia juga memiliki gangguan kepribadian ambang, begitu pun sebaliknya. [79]
    Iklan

Tips

  • Luangkan waktu untuk merawat diri, baik ketika gangguan tersebut Anda derita sendiri maupun diderita oleh orang lain yang berhubungan dekat dengan Anda.
  • Faktanya, penderita gangguan kepribadian ambang tidak selalu mampu meluapkan kemarahannya. Sering kali, kemarahan dan kesedihan terpendam akibat perasaan diabaikan justru akan terlihat sebagai perilaku merengek, keinginan untuk menyakiti diri sendiri, dan sikap pasif-agresif di mata orang lain. Seluruhnya dapat membuat suasana hati mereka menjadi depresif! Oleh karena itu, jika menyadari adanya orang terdekat yang memiliki gangguan kepribadian ambang, jangan mengabaikannya dan berasumsi bahwa masalah tersebut pasti akan berlalu dengan sendirinya, terutama karena penderita gangguan tersebut justru akan merasa semakin diabaikan, sekalipun niat Anda adalah untuk memberikan ruang. Meski dia terlihat enggan untuk mengobrol dengan Anda, tetaplah menawarkan dukungan dan yakinkan dia bahwa kapan pun ingin bercerita, Anda akan selalu ada untuknya.
  • Jika salah satu orang terdekat mengalami gangguan kepribadian ambang, teruslah mendukungnya serta mendampinginya secara emosional.
  • Sejauh ini, BPOM Amerika Serikat belum menyetujui distribusi obat-obatan yang diklaim mampu mengobati gangguan kepribadian ambang. Faktanya, obat-obatan yang tersedia tidak akan bisa mengobati gangguan kepribadian ambang, tetapi ahli kesehatan mental dapat meresepkan obat-obatan tambahan untuk menekan gejala gangguan kepribadian ambang, seperti depresi, kecemasan, dan agresivitas. [80]
  • Ingat, mengalami gangguan kepribadian ambang bukanlah sebuah “kesalahan” dan tidak lantas menjadikan Anda sebagai orang yang buruk atau jahat. Lagi pula, gangguan kesehatan mental ini bisa diobati. [81]
Iklan

Peringatan

  • Selalu sikapi ancaman untuk bunuh diri dan/atau menyakiti diri sendiri dengan serius! Jika orang terdekat mengaku ingin bunuh diri atau menyakiti dirinya sendiri, segeralah menghubungi polisi atau unit kesehatan mental terdekat, mengingat hotline pencegahan bunuh diri yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan sudah lama tidak diaktifkan, dan hingga saat ini pemerintah Indonesia belum menyediakan layanan serupa.
Iklan
  1. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1469029208000642
  2. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/positive-thinking/art-20043950?pg=2
  3. http://www.webmd.com/balance/express-yourself-13/positive-self-talk
  4. http://www.mayoclinic.org/healthy-living/stress-management/in-depth/positive-thinking/art-20043950?pg=2
  5. http://www.dbtselfhelp.com/html/self-sooth.html
  6. http://journal.frontiersin.org/researchtopic/1627
  7. http://www.psychotherapybrownbag.com/psychotherapy_brown_bag_a/2009/04/dialectical-behavior-therapy-skills-part-4-distress-tolerance.html
  8. http://www.adaa.org/understanding-anxiety/related-illnesses/other-related-conditions/stress/physical-activity-reduces-st
  9. http://www.mayoclinic.org/healthy-living/stress-management/in-depth/exercise-and-stress/art-20044469
  10. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub9
  11. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20479481
  12. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub9
  13. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub9
  14. Hoffman, P., Fruzzetti, A., & Buteau, E. (2007). Understanding and engaging families: an education, skills and support program for relatives impacted by borderline personality disorder. Journal Of Mental Health, 16(1), 69-82.
  15. http://www.bpddemystified.com/resources/for-loved-ones/
  16. http://www.nimh.nih.gov/health/topics/borderline-personality-disorder/index.shtml
  17. http://www.anythingtostopthepain.com/20-rules-for-understanding-bpd/
  18. https://bpdcentral.com/help-for-families/beyond-blame-system/step-1/
  19. http://www.borderlinepersonalitydisorder.com/family-connections/family-guidelines/
  20. http://www.bpdresourcecenter.org/resources/for-families/
  21. http://psychcentral.com/blog/archives/2013/11/15/living-with-loving-someone-with-borderline-personality-disorder/
  22. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub2
  23. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub8
  24. http://www.helpguide.org/articles/personality-disorders/helping-someone-with-borderline-personality-disorder.htm
  25. http://www.helpguide.org/articles/personality-disorders/helping-someone-with-borderline-personality-disorder.htm
  26. http://psychcentral.com/blog/archives/2013/11/15/living-with-loving-someone-with-borderline-personality-disorder/
  27. http://www.borderlinepersonalitytreatment.com/bpd-symptoms-emotional-regulation.html
  28. http://www.borderlinepersonalitydisorder.com/family-connections/family-guidelines/
  29. http://www.helpguide.org/articles/personality-disorders/helping-someone-with-borderline-personality-disorder.htm
  30. http://www.bpddemystified.com/resources/for-loved-ones/
  31. http://www.borderlinepersonalitytreatment.com/bpd-symptoms-emotional-regulation.html
  32. http://www.bpddemystified.com/resources/for-loved-ones/
  33. https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions/Borderline-Personality-Disorder/Support
  34. http://www.borderlinepersonalitydisorder.com/family-connections/
  35. https://www.nami.org/Find-Support/NAMI-Programs/NAMI-Family-to-Family
  36. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub8
  37. http://www.borderlinepersonalitydisorder.com/family-connections/
  38. http://www.helpguide.org/articles/personality-disorders/helping-someone-with-borderline-personality-disorder.htm
  39. http://www.adaa.org/understanding-anxiety/related-illnesses/other-related-conditions/stress/physical-activity-reduces-st
  40. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/generalized-anxiety-disorder/expert-answers/coping-with-anxiety/faq-20057987
  41. http://healthysleep.med.harvard.edu/
  42. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  43. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  44. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  45. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  46. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  47. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  48. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  49. http://www.psi.uba.ar/academica/carrerasdegrado/psicologia/sitios_catedras/practicas_profesionales/820_clinica_tr_personalidad_psicosis/material/dsm.pdf
  50. http://www.huffingtonpost.com/carol-w-berman-md/9-tips-on-how-to-recogniz_b_5224432.html
  51. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  52. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3203737/
  53. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  54. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  55. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml
  56. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  57. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub2
  58. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  59. http://www.nhs.uk/Conditions/borderline-personality-disorder/Pages/introduction.aspx
  60. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  61. http://www.huffingtonpost.com/carol-w-berman-md/9-tips-on-how-to-recogniz_b_5224432.html
  62. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  63. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  64. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  65. http://www.huffingtonpost.com/carol-w-berman-md/9-tips-on-how-to-recogniz_b_5224432.html
  66. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  67. http://www.huffingtonpost.com/carol-w-berman-md/9-tips-on-how-to-recogniz_b_5224432.html
  68. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/basics/symptoms/con-20023204
  69. http://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder-symptoms/
  70. https://bpded.biomedcentral.com/articles/10.1186/2051-6673-1-9
  71. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub7
  72. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/borderline-personality-disorder/index.shtml#pub8

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 26.524 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan