PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Pernah merasa begitu sakit hati setelah menyadari bahwa posisi Anda di dalam hubungan pertemanan maupun hubungan romantis telah digantikan oleh orang lain tanpa alasan? Ketiadaan penjelasan dari mantan sahabat atau pasangan mungkin akan membuat Anda kesulitan melanjutkan hidup setelahnya. Namun, jangan khawatir karena waktu selalu dapat menyembuhkan segala luka. Selagi menunggu luka mengering, cobalah mempraktikkan berbagai kiat yang tertera dalam artikel ini, seperti dengan mengakui rasa sakit Anda, mendiskusikan masalah yang terjadi dengan pihak-pihak yang bersangkutan, dan menghindari media sosial untuk sementara atau bahkan selamanya. Setelah itu, Anda harus lebih berfokus kepada diri sendiri, menjaga kepositifan, serta menjalin relasi yang lebih sehat dengan orang baru.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Menyikapi Keputusan Orang Lain untuk Meninggalkan Anda

PDF download Unduh PDF
  1. Menjadi pihak yang digantikan dalam hubungan tentu saja menyakitkan, terutama karena semua orang memiliki kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain atau dengan suatu kelompok. Kemungkinan besar, Anda akan merasa sedih, bingung, stres, atau marah ketika melihat mantan sahabat atau pasangan telah melanjutkan hidup mereka dengan orang-orang yang baru. [1] Berusaha menyangkal rasa sakit tersebut sejatinya hanya akan membuat Anda merasa makin frustrasi ketika bertemu dengan mereka, atau mendengar kabar terbaru mengenai mereka. [2]
    • Sebutkan emosi negatif yang muncul untuk mengakui keberadaannya. Jangan menghakimi, membenarkan, atau berusaha mengubah emosi tersebut! [3]
    • Jika ingin, cobalah menarik napas dalam perlahan kapan pun emosi yang negatif mulai muncul. [4]
    • Ingat, perasaan dan pemikiran Anda tidak akan bertahan selamanya. Oleh karena itu, jika rasa sakit hati kembali muncul saat memikirkan perbuatan orang-orang terdekat, cobalah berkata, “Aku memang merasa tersakiti, tapi aku tahu kalau perasaan ini tidak akan bertahan selamanya. Aku pasti bisa melupakannya dan melanjutkan hidup ke arah yang lebih baik." [5]
    • Luapkan perasaan dalam jurnal khusus agar tidak ada emosi negatif yang menumpuk dan berpotensi meledak sewaktu-waktu. [6]
  2. Cobalah mengingat kembali hubungan yang membuat Anda merasa digantikan, diasingkan, atau ditolak. Kemungkinan, Anda pun bertanggung jawab terhadap sebagian masalah yang terjadi, meski mereka tetap bersalah karena telah memperlakukan Anda dengan buruk. Refleksikan kembali peran Anda dalam hubungan dan pertimbangkan kemungkinan untuk mendiskusikan masalah yang terjadi kepada orang-orang tersebut, setidaknya agar Anda dapat melanjutkan hidup tanpa dibebani oleh tanda tanya yang sangat besar. [7]
    • Mintalah nasihat dari orang-orang yang mengetahui masalah Anda dan dapat mendengarkan keluh kesah Anda tanpa menghakimi. Cari pula orang yang dapat berempati dengan Anda dan mampu membantu Anda untuk menganalisis masalahnya. [8]
  3. Jika ingin dan merasa perlu, ajak orang-orang terdekat untuk mendiskusikan masalahnya, setidaknya agar Anda mengetahui alasan di balik keputusan mereka dan bisa lebih cepat memulihkan diri dari rasa sakit hati yang muncul. Berfokuslah untuk menganalisis masalah dan mencari solusinya demi memperbaiki hubungan Anda dengan mereka maupun dengan orang lain di masa depan. [9]
    • Tenangkan diri sebelum menghampiri mereka. Identifikasi ada atau tidaknya rasa sulit bernapas atau ketegangan yang menguasai tubuh Anda. [10] Jika ada, sebaiknya tunda percakapan tersebut sampai tubuh dan pikiran Anda benar-benar tenang. Jika ingin, tarik dan embuskan napas dalam-dalam sedikitnya sepuluh kali, lalu ucapkan kepada diri sendiri, “Situasi ini memang sulit. Apa pun hasilnya nanti, yang penting aku sudah melakukan yang terbaik.”
    • Dengan jujur, utarakan perasaan Anda terkait situasi yang terjadi. [11] Misalnya, "Aku merasa kebingungan" atau "Aku marah.”
    • Sampaikan keinginan atau kebutuhan Anda dengan tegas kepada mereka. Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi. [12] Aku sudah menyakiti kamu atau melakukan kesalahan lain, ya? Boleh tolong dijelaskan?"
    • Dengarkan penjelasan mereka dan pahami pula perasaan mereka. [13]
    • Sadarilah bahwa jawaban tersebut mungkin tidak akan pernah Anda dapatkan, atau mereka mungkin sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan Anda. Jika kesulitan mengajak mereka untuk berdiskusi, atau jika mereka tidak bisa berkomunikasi dengan dewasa, berhentilah berusaha. [14]
  4. Salah satu reaksi yang wajar ketika dihadapkan pada situasi semacam ini adalah bekerja lebih keras untuk memperbaiki hubungan dengan sahabat atau pasangan. Namun, sebelum melakukannya, pertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang Anda sukai, pun nilai diri dan prinsip hidup yang Anda yakini. Mengubah diri Anda untuk orang lain adalah keputusan yang tidak ideal. Ketika merasa ingin melakukannya, ajukan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri Anda: [15]
    • Mengapa aku ingin menjadi bagian dalam kelompok pertemanan atau hubungan ini?
    • Apa saja yang harus aku ubah untuk kembali berhubungan dengan mereka?
    • Layakkah perubahan itu kulakukan?
  5. Sebesar apa pun keinginan untuk menyalahkan diri sendiri, jangan melakukannya karena perilaku tersebut toh tidak akan memperbaiki emosi Anda. Lagi pula, kemungkinan besar, alasan di balik keputusan orang-orang terdekat untuk menjauh tidak berhubungan dengan perilaku Anda. Mungkin, mereka memang belum sedewasa Anda, atau belum cukup dewasa untuk menyadari bahwa perilakunya tersebut telah menyakiti perasaan Anda.
    • Ingat, setiap cerita selalu memiliki dua sisi. Itulah mengapa, terus-menerus menyalahkan diri sendiri adalah reaksi yang tidak realistis dan justru dapat memperburuk rasa sakit hati Anda.
  6. Makin jarang Anda melihat mantan pasangan atau mantan sahabat di media sosial, makin sedikit pula informasi yang Anda dapatkan mengenai interaksi mereka dengan orang yang kini menempati posisi Anda di hidup mereka. Berhentilah menyiksa diri dengan terus-menerus melihat foto mereka dengan orang baru tersebut!
    • Ingat, Anda hanya akan melihat hal-hal yang positif dari unggahan mereka di media sosial. Dengan kata lain, Anda tidak akan melihat gambaran besar dan mendetail mengenai situasi hubungan mereka dengan orang-orang yang baru di dunia maya.
    • Pertimbangkan kemungkinan untuk menyembunyikan akun mereka, mengakhiri pertemanan dengan mereka di media sosial, atau bahkan memblokir akun mereka.
    • Pertimbangkan kemungkinan untuk menonaktifkan akun media sosial Anda secara temporer atau permanen agar Anda tidak perlu bersinggungan lagi dengan mereka di dunia maya.
    • Jangan mengomentari, menyukai, atau membagikan unggahan status atau foto mereka.
  7. Merasa kesal ketika posisi Anda dalam hubungan tiba-tiba digantikan tanpa alasan adalah hal yang wajar, tetapi toh Anda tidak perlu menunjukkan kekesalan tersebut sekadar untuk mencari perhatian, bukan? [16] Oleh karena itu, jangan menggosipkan orang-orang yang pernah dekat dengan Anda, menyebarkan rumor negatif mengenai mereka, atau memperlakukan mereka dengan buruk di media sosial.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Melanjutkan Hidup

PDF download Unduh PDF
  1. Setelah mengalami penolakan atau pengasingan dari orang-orang yang pernah dekat dengan Anda, kemungkinan besar akan timbul berbagai emosi yang negatif, termasuk rasa rendah diri dan keyakinan bahwa Anda tidak layak untuk menjalin hubungan dengan siapa pun. Lenyapkan pemikiran semacam itu karena semua orang sejatinya layak untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain. Belajar menerima diri sendiri memang tidak mudah dan memerlukan proses yang mungkin tidak sebentar, tetapi yakinlah bahwa Anda pasti bisa melakukannya! [17]
    • Maafkan diri Anda untuk segala kesalahan yang pernah dilakukan. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, dan satu-satunya cara untuk memperbaikinya adalah dengan menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Percayalah, perilaku ini akan memperkaya hubungan-hubungan Anda yang selanjutnya.
    • Jangan mencemooh siapa pun karena perilaku tersebut tidak akan membantu Anda untuk melanjutkan hidup.
  2. Percayalah bahwa waktu akan menyembuhkan luka hati Anda. Ambil pula sisi positifnya, yaitu bahwa saat ini Anda memiliki lebih banyak waktu untuk berfokus kepada diri sendiri dan untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Orang-orang yang pernah begitu dekat dengan Anda terlihat baik-baik saja atau bahkan sudah melanjutkan hidup dengan orang-orang yang baru? Jika iya, pahamilah bahwa perilaku tersebut sejatinya menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memaknai kesendirian. Oleh karena itu, tunjukkan bahwa Anda justru mampu bersikap sebaliknya dengan cara: [18]
    • Berfokus kepada kualitas dan kemampuan diri yang unik.
    • Memiliki hobi baru.
    • Meningkatkan rutinitas berolahraga atau lakukan aktivitas lain yang tak kalah intensnya.
    • Berfokus kepada pencapaian akademis atau pekerjaan Anda.
  3. Untuk memulihkan sakit hati setelah posisi Anda digantikan di dalam hubungan, cobalah meluangkan waktu dengan banyak orang baru. Sejatinya, kembali terhubung dengan orang lain dan menemukan zona nyaman yang baru ampuh mengalihkan pikiran Anda dari rasa berduka akibat kehilangan teman atau pasangan, lho . [19] Jika kesulitan menemukan orang baru, Anda bisa mencoba: [20]
    • Menjadi sukarelawan di berbagai organisasi.
    • Bergabung dengan klub olahraga baru.
    • Berinteraksi dengan orang baru di kantor atau sekolah.
    • Berolahraga di pusat kebugaran.
  4. Seburuk apa pun dampak pengasingan tersebut terhadap Anda, sejatinya setiap orang mungkin pernah mengalaminya. Ingat, tidak semua orang menyukai Anda, begitu pula sebaliknya. Terkadang, hubungan yang terjalin dengan begitu indahnya pun dapat berakhir jika orang yang pernah menyukai Anda tidak lagi merasa demikian. Dengan memahami dan menerima kenyataan tersebut, niscaya Anda bisa memfokuskan energi untuk melanjutkan hidup dan menjalin hubungan yang lebih baik di masa depan. [21]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Membangun Hubungan yang Lebih Baik

PDF download Unduh PDF
  1. Mulai sekarang, pastikan Anda hanya menjalin pertemanan dan hubungan romantis dengan orang-orang yang positif. Secara khusus, cari orang-orang yang: [22]
  2. Jadilah pendengar yang baik . Perhatikan segala hal yang terjadi dalam kehidupan orang-orang terdekat, dan tanyakan kabar mereka secara berkala untuk menunjukkan kepedulian Anda. [23] Tunjukkan pula bahwa Anda selalu bersedia memberikan dukungan dan menyediakan tempat yang aman bagi pasangan maupun para sahabat.
    • Jangan memberikan kritik atau nasihat. Berfokuslah untuk mendengarkan, tanpa berusaha memberikan komentar, apalagi penghakiman. Misalnya, jika adik Anda mengeluhkan masalah dalam rumah tangganya, jangan berusaha memberikan nasihat atau bahkan mengkritik keputusannya untuk menikahi suaminya. Alih-alih, cukup dengarkan ceritanya dan berikan dukungan Anda. Secara khusus, hindari frasa yang terdengar mengkritisi, seperti, “Seharusnya kamu…” atau “Kalau aku jadi kamu sih, aku bakal…” Alih-alih, cobalah berkata, “Sabar ya, aku jadi ikut sedih mendengarnya.”
    • Jangan berfokus untuk merangkai tanggapan selagi teman Anda berbicara. Jika hanya berfokus kepada hal yang akan diungkapkan, mungkinkah Anda bisa memberikan perhatian penuh terhadap keluhannya? Itulah mengapa, Anda harus belajar untuk berfokus kepada kata-katanya, bukan kepada hal-hal yang ingin Anda ucapkan untuk menanggapi keluhannya.
    • Ajukan pertanyaan jika ada hal yang tidak Anda mengerti. Jika maksud teman atau pasangan kurang jelas, jangan ragu mengklarifikasinya. Misalnya, Anda bisa berkata, “Jadi, maksudmu ___, ya? Benar, nggak ?”
    • Ulangi kembali kata-kata mereka dengan bahasa Anda sendiri. Mengulangi kata-kata lawan bicara akan menyadarkan mereka bahwa Anda memang benar-benar memperhatikan kata-kata mereka. Selain itu, fokus Anda pun akan terlatih karenanya. Oleh karena itu, cobalah mengulangi frasa singkat dari rangkaian kalimat yang diucapkan oleh lawan bicara secara berkala. Misalnya, jika dia berkata, “Tadi pagi aku mampir ke dokter buat suntik tetanus sebelum berangkat ke kantor,” Anda bisa menanggapinya dengan berkata, “Oh, suntik tetanus.”
  3. Selalu ingat bahwa waktu Anda sama berharganya dengan waktu orang lain! [24] Itulah mengapa, Anda memiliki hak yang sama untuk menolak permintaan orang lain jika merasa tidak memiliki waktu, tenaga, atau keinginan untuk melakukannya.
    • Misalnya, jika seorang teman meminta Anda untuk membantunya pindah rumah di akhir pekan, tetapi pada saat yang bersamaan Anda telanjur membuat rencana untuk berlibur dengan pasangan, jangan ragu menolak permintaan teman Anda dengan berkata, “Maaf ya, aku sudah ada janji sama (nama pacar Anda) di hari itu. Mungkin kamu bisa minta bantuan adik atau kakakmu?”
    • Ingat, Anda juga berhak untuk tidak memberikan penjelasan apa pun. Misalnya, jika seorang teman meminta bantuan Anda untuk mengerjakan tugas akademisnya, Anda boleh sekadar berkata “tidak” tanpa menyertainya dengan penjelasan.
  4. Di dalam setiap hubungan, pastikan seluruh pihak yang terlibat menginvestasikan komitmen yang setara. Rencanakan pertemuan rutin dengan mereka, dan jangan pernah mangkir dari perencanaan tersebut. Ingat, interaksi yang rutin adalah kunci penting untuk memperkuat sebuah hubungan.
    • Jika Anda adalah satu-satunya pihak yang selalu menyusun rencana atau kerepotan mengatur segala hal untul melancarkan pertemuan tersebut, kemungkinan besar bobot komitmen Anda jauh lebih besar daripada pihak lain di dalam hubungan. Ingat, pihak lain yang terlibat dalam hubungan, seperti teman atau pasangan, juga harus mau meluangkan waktu untuk menyusun rencana dan/atau mencari ide kegiatan yang menarik!
  5. Faktanya, relasi Anda dengan orang-orang di sekitar akan makin kuat jika seluruh pihak bersedia meluangkan waktu beberapa jam atau bahkan seharian untuk beraktivitas sendirian dan menikmati momen tersebut. Dengan melakukannya, niscaya Anda tidak akan tergoda untuk selalu menghabiskan waktu dengan teman atau pasangan yang baru, dan mampu memberikan ruang personal yang sejatinya juga mereka butuhkan. Ingat, kesulitan menghargai ruang personal seseorang dapat membuat orang tersebut menjauh dari Anda!
    • Miliki hobi yang positif, seperti membaca buku.
    • Selalu luangkan waktu untuk beraktivitas sendirian.
    • Ketika momen kesendirian tersebut tiba, cobalah mengisinya dengan aktivitas yang spesial, positif, dan menyenangkan.
    Iklan

Tips

  • Pahamilah bahwa seluruh hubungan memiliki risiko untuk berakhir atau memudar intensitasnya seiring berjalannya waktu.
  • Jadilah diri sendiri di hadapan orang lain. Dengan kata lain, jangan pernah mengorbankan prinsip hidup Anda hanya untuk masuk ke dalam sebuah hubungan atau suatu kelompok.
  • Hargai perasaan dan pendapat orang lain. Ingat, tidak ada hubungan yang bisa bertahan dalam paksaan!
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.213 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan