PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Anda tentu sepakat bahwa kesan pertama sangatlah penting. Ingin berkenalan dengan orang baru tetapi takut menciptakan kesan pertama yang negatif atau bahkan menyeramkan? Cobalah membaca artikel ini untuk mempelajari cara mengontrol ketertarikan agar niat baik Anda tidak disalahpahami sebagai keputusasaan atau keagresifan oleh orang lain!

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Menunjukkan Sikap dan Perilaku yang Tepat

PDF download Unduh PDF
  1. Jika ingin berinteraksi dengan orang baru tanpa menunjukkan kesan yang negatif atau bahkan menyeramkan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah berhenti mengkhawatirkan sikap Anda dan menikmati interaksi yang terjalin pada momen tersebut. Dengan kata lain, buang seluruh ekspektasi, ego, dan ketakutan Anda, terutama karena ketiganya dapat menghalangi percakapan untuk berlangsung secara organik. Alih-alih, berfokuslah pada lawan bicara agar Anda tidak melewatkan topik diskusi dan peluang eksplorasi yang menarik karena terlalu sibuk memikirkan sikap yang seharusnya ditunjukkan.
    • Ketika mendekati orang baru, jangan berpikir, “Penampilanku sudah oke belum, ya?” atau “Suaraku gimana , ya?" Alih-alih, pikirkan, “Apa yang kira-kira ingin dibicarakan oleh orang ini?” atau “Apa yang penting untuknya?"
    • Jaga kelangsungan momentum dengan berpikir selangkah lebih maju daripada orang tersebut. Dengan kata lain, berfokuslah pada reaksi lanjutan yang bisa Anda berikan, alih-alih terus-menerus meratapi kalimat yang Anda ucapkan lima menit lalu.
  2. Faktanya, sikap posesif adalah pintu masuk menuju perilaku yang obsesif, dan Anda tentu sepakat bahwa perilaku tersebut akan terlihat menyeramkan! Pahamilah bahwa orang-orang yang posesif sejatinya memiliki kondisi mental yang tidak stabil maupun seimbang, terutama karena mereka memilih untuk menggantungkan kebahagiannya di pundak orang lain. Jika muncul perasaan hancur atau terpuruk setelah seseorang menolak ajakan Anda untuk berteman atau berkencan, berusahalah untuk lebih mengontrol diri, bersabar , dan mengevaluasi diri secara lebih objektif.
    • Jika sudah menemukan kecocokan dengan lawan bicara, jangan serta-merta berkata, “Aku suka banget deh , sama kamu!" atau "Wah, kamu keren sekali!" kecuali orang tersebut benar-benar menguarkan aura penerimaan yang positif.
    • Ketika bertemu dengan calon teman atau pasangan yang potensial, jangan langsung meminta nomor ponselnya di tengah-tengah percakapan pertama atau sesaat setelah Anda merasa cocok dengannya. Alih-alih, tunggu hingga percakapan berakhir untuk menanyakannya, terutama karena tindakan tersebut akan terkesan lebih alami.
    • Jika bertemu dengan seseorang yang sepertinya akan menjadi teman yang menyenangkan, cobalah berkata, “Sesekali nonton film bareng kayaknya seru juga," atau "Wah, aku jadi tertarik untuk ikut kelas yoga yang kamu ceritakan!" Jangan mengajaknya melakukan aktivitas yang terlalu intim atau intens di awal hubungan. Misalnya, jangan mengajaknya mendaki gunung selama berhari-hari, menghadiri acara makan malam keluargamu, atau berbelanja pakaian dalam denganmu! Jaga nuansa hubungan agar tetap kasual sehingga Anda tidak terlihat terlalu agresif di matanya.
    • Agar Anda tidak terdengar menyeramkan atau putus asa, jangan pernah berkata, “Aku nggak punya banyak teman, makanya kepingin berteman sama kamu!"
  3. Sebesar apa pun keraguan Anda terhadap diri sendiri, berusahalah untuk tetap terlihat percaya diri di hadapan orang lain agar orang lain menyadari bahwa Anda adalah sosok yang layak untuk diajak mengobrol. Melangkahlah dengan penuh percaya diri ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh orang baru, dan bangun kepercayaan diri Anda secara bertahap seiring berlangsungnya proses komunikasi dengan orang lain. Tersenyumlah, bicarakan hal-hal yang Anda sukai, dan tunjukkan kepada semua orang bahwa Anda sangat mencintai diri sendiri dengan segala hal yang menyertainya. [1]
    • Tingkatkan kepercayaan diri dengan menunjukkan bahasa tubuh yang relevan. Dengan kata lain, berdirilah setegak mungkin, jaga kontak mata dengan lawan bicara, dan jangan terus-menerus menggerakkan tangan dengan canggung atau menatap ke lantai.
    • Jangan terus-menerus mengecek pantulan Anda di kaca atau permukaan reflektif lain. Hati-hati, orang lain bisa menyalahpahami perilaku tersebut sebagai keraguan Anda terhadap diri sendiri.
    • Perkenalkan diri Anda dengan suara yang keras dan jelas agar dia tidak kesulitan mendengarnya.
  4. Perilaku positif yang tidak terlihat berlebihan akan memotivasi orang lain untuk mengobrol dengan Anda. Dengan kata lain, Anda harus selalu tersenyum dengan ramah, tetapi tidak terus-menerus menyeringai atau menertawakan lelucon yang tidak lucu. Alih-alih, berfokuslah untuk menyinggung hal-hal yang menarik minat Anda atau membuat Anda bahagia, sejauh topik tersebut tidak bersifat terlalu personal atau mengerikan, seperti kegemaran mengawetkan binatang atau membuka laman Facebook orang lain secara berkala.
    • Jangan pula menceritakan kebencian menahun Anda kepada guru, teman sekelas, atau selebritas tertentu, agar Anda tidak terlihat mengerikan di hadapannya.
    • Jangan terus-menerus menganggukkan kepala untuk menyetujui kata-katanya agar Anda tidak terlihat menyeramkan. Alih-alih, Anda boleh sesekali berucap, “ Bener banget !” atau “Aku paham maksudmu!” untuk mengesahkan kata-katanya.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menguasai Teknik Komunikasi yang Baik

PDF download Unduh PDF
  1. Kuasai seni berbasa-basi. Faktanya, ilmu basa-basi tidak mudah untuk dipelajari dan dapat membawa dampak yang luar biasa besar jika diterapkan dengan benar, lho ! Dalam banyak kasus, basa-basi adalah pintu masuk yang sempurna untuk mengenal lawan bicara secara lebih mendalam dan untuk mencapai hubungan yang lebih personal dengannya. Misalnya, percakapan mengenai cuaca atau kelas yang diikuti dapat bertransformasi menjadi diskusi yang serius mengenai ketertarikan satu sama lain, atau kenangan favorit satu sama lain pada tahun tertentu. [2]
    • Untuk berbasa-basi dengan baik, Anda harus membangun ketertarikan terhadap hidup lawan bicara secara alami, alih-alih terobsesi untuk menunjukkan ketertarikan dengan cara apa pun.
    • Ajukan berbagai pertanyaan yang bersifat mendasar seperti kelas yang diikutinya, hewan peliharaannya, saudara kandungnya, atau rencana liburannya.
    • Belajarlah untuk memberikan komentar yang kasual tetapi tetap relevan. Jika dia mengaku membenci hujan, tanyakan aktivitas yang gemar dilakukannya ketika cuaca kembali cerah.
    • Jadilah pendengar yang baik. Jika dia mengaku berasal dari Jakarta, ketika suatu hari nanti muncul topik mengenai sepak bola, cobalah menanyakan apakah dia lebih menyukai PSJS atau Persitara.
  2. Faktanya, keheningan yang canggung dapat dengan mudah bertransformasi menjadi situasi yang kurang nyaman atau bahkan mengerikan. Namun, cerita tiada akhir mengenai ibu Anda, kucing Anda, dan koleksi serangga Anda juga dapat memberikan efek yang sama negatifnya! Itulah mengapa, seorang pembicara yang ulung dapat selalu menemukan kesamaan dengan lawan bicaranya melalui upaya yang kasual dan tidak mengganggu. Misalnya, ada jurang perbedaan yang sangat besar antara pertanyaan “Pernah memegang tarantula, nggak ?” dan “Telapak tanganmu pernah bersentuhan dengan bulu kaki tarantula yang lembut dan halus, nggak ?" Meski terdengar lebih puitis, pertanyaan kedua sejatinya terlalu intim untuk diajukan pada pertemuan pertama.
    • Belajarlah untuk mengawali percakapan dan menjaga kelangsungannya dengan cara yang menyenangkan, kasual, dan positif.
    • Sebaiknya, jangan terus-menerus membicarakan hobi atau minat Anda yang unik jika lawan bicara tidak memiliki hobi dan minat yang sama, atau jika dia tidak mengajukan banyak pertanyaan mengenai topik tersebut. Jika dia hanya mengajukan beberapa pertanyaan, mungkin saja dia hanya mencoba untuk bersikap sopan alih-alih benar-benar tertarik dengan cerita Anda. Oleh karena itu, berusahalah semampu Anda untuk tidak mendominasi percakapan dengan antusiasme yang berlebihan!
    • Ketika bertemu dengan orang baru, berfokuslah untuk mendengarkan ceritanya alih-alih terus-menerus menyinggung kehidupan Anda.
  3. Sekalipun terdengar dipaksakan, jangan ragu melakukannya. Misalnya, jika Anda berdua sama-sama tinggal di Jakarta, cobalah menceritakan destinasi liburan favorit atau klub olahraga yang Anda ikuti, lalu mintalah dia untuk melakukan hal yang sama. Jika Anda menempuh pendidikan di institusi yang sama, cobalah menyinggung aktivitas ekstrakurikuler yang mungkin pernah Anda berdua ikuti pada saat yang berbeda. [3]
    • Jangan bersikap terlalu jelas. Misalnya, jangan memintanya menuliskan sepuluh serial televisi atau grup musik favoritnya agar upaya Anda untuk mencari kesamaan tidak tercium olehnya.
    • Kesamaan tersebut bisa saja merupakan hal yang sangat sederhana, lho ! Misalnya, Anda berdua sama-sama berpikir bahwa bar atau kafe A menjual bir yang lezat.
    • Meski kesamaan tersebut sebaiknya bermakna positif, tidak perlu mengabaikan kesamaan yang didasarkan pada hal negatif, seperti kebencian terhadap Justin Bieber atau guru sejarah Anda berdua.
  4. Untuk menjaga kelangsungan percakapan, Anda boleh memberikan pujian yang sederhana kepada lawan bicara seperti, “Wah, kamu pintar sekali mengatur kesibukan di kantor dan sekolah, ya " atau "Antingmu bagus, deh !" Keduanya dapat membantu lawan bicara untuk merasa lebih dihargai, lho ! Namun, jangan memberikan pujian yang bernada terlalu personal atau bahkan terdengar seksual seperti, “Kamu adalah orang dengan mata tercantik yang pernah aku lihat” atau “Aku nggak pernah ketemu orang yang kakinya jenjang!" [4]
    • Jangan menerapkan metode ini secara berlebihan! Misalnya, cukup berikan pujian untuk satu karakteristik atau satu objek yang melekat pada tubuhnya di sepanjang percakapan agar Anda tetap terdengar sopan, alih-alih mengerikan.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menghargai Batasan

PDF download Unduh PDF
  1. Pandang setiap hubungan seperti gim video. Dengan kata lain, setiap hubungan harus diawali dari level yang paling rendah dan mudah. Seiring berjalannya waktu, dan seiring meningkatnya keintiman di antara seluruh pihak, Anda boleh beranjak ke level yang lebih menyulitkan dan mencapai tingkat kepuasan yang lebih besar. Dengan kata lain, pada pertemuan pertama, Anda masih berada di level 1, dan tidak boleh beranjak ke level 2 sebelum menamatkan level 1, demikian seterusnya. Orang-orang yang memunculkan kesan menyeramkan memiliki kecenderungan untuk langsung melompat ke level 15 pada pertemuan pertama.
    • Secara bertahap, Anda boleh meningkatkan intensitas percakapan ke topik yang lebih personal. Namun, tetaplah mengawali percakapan dengan mengangkat topik yang ringan dan tidak berisiko menyinggung, seperti perihal jurusan yang Anda ambil di universitas atau grup musik favorit Anda.
    • Jangan menyinggung rasa kesepian, depresi, atau gangguan mental yang pernah Anda alami. Percayalah, melakukannya akan membuat Anda terlihat menyeramkan di hadapannya!
  2. Kontak mata yang langsung dan berkelanjutan adalah bahasa tubuh yang lazim ditunjukkan di dalam sebuah hubungan romantis. Jika ketertarikan romantis benar-benar muncul di antara Anda berdua, tentu saja bahasa tubuh semacam ini sah untuk ditunjukkan. Namun, jika tidak, tatapan Anda justru akan dianggap menyeramkan olehnya! Oleh karena itu, tetaplah menatap matanya ketika sedang berbicara, tetapi alihkan pandangan secara berkala kepada hal-hal lain yang ada di sekitar Anda.
    • Pastikan Anda tidak memiliki tendensi untuk menatap bagian tubuh orang lain (dada, tangan, kaki, dsb.), sekalipun tindakan tersebut dilandasi oleh kekaguman atau rasa penasaran. Jangan membuat orang lain berpikir bahwa mereka sedang berada di bawah mikroskop dengan Anda sebagai pengamatnya.
  3. Memangnya apa saja pertanyaan yang dianggap terlalu personal? Setiap orang sejatinya akan memberikan jawaban yang bervariasi. Namun, Anda bisa mengetahui preferensi lawan bicara dengan mengamati topik yang nyaman untuk diperbincangkan olehnya pada pertemuan pertama. Secara umum, beberapa topik yang sebaiknya Anda hindari adalah perihal kehidupan percintaannya, pandangan politiknya, agamanya, penyakitnya, dan topik lain yang tak kalah suramnya seperti kematian atau pembunuhan. Ingat, ini bukan saat yang tepat untuk menceritakan bahwa pedang yang tergantung di dinding kamar Anda didesain secara khusus untuk merobek usus seseorang dengan cara yang spesifik.
    • Pertanyaan “Kamu sudah punya pacar” dapat menjadi layak jika Anda berdua memang sedang membicarakan hubungan percintaan satu sama lain. Namun, jangan melontarkan pertanyaan yang bermakna serupa, tetapi terdengar lebih personal seperti, “Sudah ketemu cinta sejatimu, belum?” atau “Pernah mengalami putus cinta yang sangat menyakitkan, nggak ?"
    • Jaga keseimbangan pertanyaan. Jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan tanpa memberikannya kesempatan untuk melakukan hal yang sama! Meski pertanyaan yang Anda ajukan tidak bersifat personal, perilaku tersebut juga dapat dianggap mengerikan oleh lawan bicara.
  4. Misalnya, jangan mengajak orang yang baru Anda kenal untuk berkunjung ke rumah Anda atau masuk ke tempat lain yang tergolong privat, seperti rubanah, kabin kosong di tengah hutan, gedung kosong, dan lokasi serupa yang kerap digunakan dalam proses pembuatan film horor. Undangan atau ajakan semacam itu menunjukkan ekspektasi Anda untuk dipercaya sepenuhnya oleh orang yang baru dikenal, dan tentu saja tidak ada orang normal yang bisa memenuhi ekspetasi tersebut!
    • Jika ingin mengajaknya bepergian bersama, pilih lokasi yang umum dan ramai akan pengunjung.
    • Jangan pula mengajaknya bepergian untuk pertama kalinya ke acara yang terlalu intim, seperti resepsi pernikahan.
  5. Pahamilah bahwa setiap orang memiliki standar yang berbeda mengenai karakter, sikap, dan perilaku yang dianggap menyeramkan. Itulah mengapa, memperhatikan sinyal yang ditunjukkan melalui bahasa tubuh mereka akan sangat membantu Anda untuk memikirkan langkah selanjutnya. Secara umum, ada beberapa aturan dasar yang harus Anda ikuti agar tidak terlihat menyeramkan atau terlampau agresif di mata orang lain.
    • Jika seseorang terus-menerus mengalihkan pandangannya dari Anda, menjauhkan posisi tubuhnya dari Anda, atau selalu menatap ke arah pintu keluar, kemungkinan besar dia memang ingin mengakhiri interaksi yang terjalin. Semakin sering dilatih, niscaya Anda akan semakin terbiasa untuk memberikan perhatian lebih terhadap detail-detail semacam itu tanpa disadari.
    • Ingat, bahasa tubuh yang terlihat canggung atau tidak nyaman dapat membuat lawan bicara Anda ketakutan! Beberapa di antaranya adalah mencondongkan tubuh terlalu dekat ke arah lawan bicara, serta berbicara dengan bahasa tubuh yang terkesan merendahkan atau tidak menghargai lawan bicara.
    • Jangan menyentuh orang yang baru saja Anda kenal, kecuali jika Anda benar-benar sudah merasa nyaman dengannya. Secara khusus, jangan menyentuh rambut dan/atau tangannya sambil tertawa, kecuali jika hubungan di antara Anda berdua memang sudah bergerak ke arah yang lebih intim.
  6. Jika seseorang terus-menerus menampik upaya Anda untuk mengajaknya berinteraksi, cobalah melakukan pendekatan yang berbeda. Misalnya, Anda perlu terlebih dahulu menganalisis alasan di balik tanggapan negatifnya. Jika “masalahnya” ternyata terletak pada Anda, berupayalah semaksimal mungkin untuk mengubah perilaku Anda. Faktanya, orang-orang yang diberi label “aneh” atau “mengerikan” sesungguhnya merupakan sosok yang terlampau unik. Itulah mengapa, sangat wajar jika Anda merasa kesal terhadap orang-orang yang memberikan cap “aneh” di dahi Anda, hanya karena Anda tidak bersikap seperti orang-orang kebanyakan. Namun, berhati-hatilah karena kekesalan tersebut dapat menghalangi Anda untuk mengubah perilaku ke arah yang lebih baik di kemudian hari. [5]
    • Terimalah kenyataan bahwa manusia tidak bisa melepaskan dirinya dari kecenderungan untuk menghakimi sesamanya. Siklus tersebut ada dan akan terus berulang. Oleh karena itu, jangan beranggapan bahwa memodifikasi karakter untuk mengubah perspektif orang lain merupakan pelanggaran terhadap sumpah Anda untuk menjadi diri sendiri .
    • Faktanya, melakukannya mungkin justru akan membuat orang lain lebih mengenal diri Anda yang sesungguhnya. Alhasil, keunikan Anda pun akan bersinar semakin terang di mata mereka!
    • Terimalah penolakan dengan lapang dada. Sebaik apa pun kemampuan Anda untuk mendekati orang lain, akan selalu ada orang-orang yang reaksinya tidak sejalan dengan ekspektasi Anda.
    • Ingat, tidak ada yang menjamin bahwa situasi komunikasi pasti akan berjalan sesuai dengan rencana Anda. Misalnya, lawan bicara Anda ternyata baru saja mengalami hari yang buruk, sedang merasa sangat gugup, tidak ingin mengobrol dengan siapa pun, atau memang memiliki karakter yang kurang ajar. Jika dihadapkan pada situasi demikian, pergilah dari hadapannya dan carilah lawan bicara yang baru.
    Iklan

Tips

  • Jika tidak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa, cukup gumamkan “oh” atau anggukkan kepala untuk menunjukkan ketertarikan Anda terhadap kata-kata lawan bicara. Alhasil, lawan bicara Anda pun akan terbantu untuk bersikap lebih relaks setelahnya. Namun, jangan bersikap berlebihan agar Anda tidak dianggap aneh atau agresif.
  • Jangan bersikap terlalu cuek atau dingin. Sejatinya, sebagian besar media mencitrakan sikap dingin, cuek, dan misterius sebagai karakter yang “keren”. Faktanya, di dunia nyata, sikap tersebut justru bisa terlihat menyeramkan di mata orang lain. [6]
  • Tidak perlu merasa perlu mengubah penampilan fisik atau cara berpakaian Anda. Jadilah diri Anda sendiri! Percayalah, jika kemampuan berkomunikasi Anda cukup baik, niscaya penampilan fisik Anda tidak akan berarti lagi bagi lawan bicara. Meski demikian, tetaplah mengenakan pakaian yang bersih dan rapi ketika bertemu dengan orang baru untuk menciptakan kesan yang lebih positif.
  • Jika lawan bicara Anda mulai menunjukkan gelagat yang kurang nyaman, berikan dia kesempatan untuk “melarikan diri” dengan berkata, “Sebetulnya aku kepingin mengobrol, sih , tapi sepertinya kamu sedang sibuk. Aku nggak mau mengganggu pekerjaanmu." Melalui kalimat tersebut, sejatinya Anda telah memberikan peluang baginya untuk memberikan respons seperti, “Oh, kamu nggak menggangguku, kok ,” atau “Terima kasih, ya, aku memang lagi kepingin sendirian." Catatan: Jika Anda merupakan seorang wanita, sebaiknya jangan bersikap terlalu ramah pada pertemuan pertama dengan orang baru. Dalam banyak budaya, wanita yang terlalu mudah bersikap ramah kepada pria yang baru dikenalnya akan menerima cap “genit”, terutama jika usianya sudah cukup tua.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 39.256 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan