PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Ekolalia adalah pengulangan kata atau frasa tertentu yang diucapkan seseorang, baik langsung setelah kata diucapkan, maupun nanti kemudian. Kondisi ini sering diumpamakan dengan mimikri burung beo. Sebagai contoh, ketika ditanya, “Apa kamu mau minum jus?” anak penderita ekolalia menjawab “Mau minum jus?” Ekolalia, tingkat tertentu, dianggap sebagai bagian pembelajaran bahasa pada anak-anak kecil. Namun, anak autis akan sangat bergantung pada ekolalia dan dapat terus digunakan sampai masa remaja dan dewasa.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengajarkan Naskah

PDF download Unduh PDF
  1. Anak autis dapat bergantung kepada naskah untuk mempermudah komunikasi. Banyak anak autis mengulangi kata-kata dan frasa (ekolalia) sebagai cara untuk mengatakan “Aku mendengar perkataanmu dan sedang memikirkan jawabannya.”
    • tetaplah tenang dan sabar ketika berinteraksi dengan anak. Jika Anda mempertimbangkan fakta bahwa ekolalia merupakan sarana komunikasi bagi anak, dan bukan dimaksudkan untuk membuat orang lain jengkel, Anda akan bisa melihat sudut pandang anak dengan lebih baik.
  2. Bujuklah anak autis mengatakan “Aku tidak tahu” untuk menjawab pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya. Terdapat bukti bahwa anak akan semakin mudah mempelajari dan menggunakan frasa baru dengan baik jika diajarkan naskah “Aku tidak tahu” untuk menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya.
    • Coba tanyakan rangkaian pertanyaan yang Anda tahu anak autis tidak tahu jawabannya. Sebagai contoh, tanyakan “Di mana teman-temanmu?” dan minta jawaban dengan berkata “Aku tidak tahu.” Kemudian, “Apa nama Ibukota Indonesia?” diikuti dengan, “Aku tidak tahu.” Anda bisa menyiapkan pertanyaan sebanyak mungkin dan melatih naskah ini setiap kali.
    • Salah satu cara alternatif untuk mengajarkan naskah “Aku tidak tahu” adalah dengan bantuan orang lain yang menjawab pertanyaan dengan “Aku tidak tahu.” [1]
  3. Anak-anak mungkin menggunakan ekolalia ketika tidak tahu cara merespons, atau mengungkapkan pikiran dengan kata-kata. Berikan naskah untuk membantu mereka memberikan respons yang benar.
    • Sebagai contoh, tanyakan “Apa nama kamu?” dan minta respons yang benar (nama anak). Ulangi sampai anak mempelajari naskah yang benar. Coba lakukan dengan semua pertanyaan yang jawabannya sama. “Apa warna rumah kita?” diikuti dengan “Putih” dan, “Apa nama anjing kita?” diikuti dengan “Spot.” Anda harus memberikan jawaban setiap kalinya untuk mengajarkan naskah hingga anak mulai melakukannya sendiri.
    • Cara ini hanya ampuh untuk pertanyaan yang jawabannya sama. Sebagai contoh, pertanyaan "Apa warna baju kamu?” tidak akan berhasil karena warna baju anak berganti setiap hari.
  4. Dengan demikian, anak dapat mengomunikasikan hal-hal dasar dengan benar, bahkan ketika merasa tertekan.
    • Proses bertahap ini dapat menjadi alat untuk membangun kepercayaan diri, kosa kata, komunikasi, dan interaksi yang benar bagi anak. [2]
  5. Jika tidak bisa mengutarakan kebutuhannya, anak autis dapat menjadi frustrasi atau tertekan, dan kemudian histeris. Naskah akan membantu mereka mengungkapkan kebutuhannya sehingga Anda dapat mengatasi masalah sebelum anak mencapai batas kesabarannya dan mulai berteriak atau menangis. Beberapa contoh naskah di antaranya:
    • ”Aku butuh waktu sendirian.”
    • ”Aku lapar.”
    • ”Suaranya terlalu keras.”
    • ”Tolong berhenti.” [3]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menggunakan Teknik Pemodelan

PDF download Unduh PDF
  1. Gunakan kata yang Anda ingin anak pakai secara persis.Pemodelan harus menggunakan kata-kata dan frasa persis yang ingin dipahami, dipelajari, dan diutarakan kembali oleh anak. Hal ini akan membantu anak belajar cara mengucapkan hal-hal yang ingin dikatakan.
    • Sebagai contoh: Anda sudah mengetahui bahwa anak tidak suka bermain dengan mainan tertentu, tetapi supaya bisa diungkapkan secara lisan, Anda bisa menawarkan mainan dan kemudian terus menggunakan kata atau frasa, seperti “tidak, terima kasih,” atau “aku tidak mau.”
    • Ketika anak menggunakan frasa yang diinginkan, berikan respons yang semestinya. Sebagai contoh, jika anak sukses mengatakan “Aku mau tambah,” isi kembali piringnya.
    • Jika Anda mengulangi frasa beberapa kali dan anak tidak merespons, lakukan tindakan yang diinginkan. Anak akan mulai mengasosiasikan frasa dengan tindakan. Kemudian, coba lagi. Seiring waktu, anak akan mulai menggunakan frasa yang diajarkan. [4]
  2. Jika Anda bermaksud memberikan camilan atau sudah waktunya anak minum susu, Anda bisa menjadi contoh dengan berkata “Aku mau minum ____” (tunjuk ke susu dan katakan “susu”). Atau katakan, “Aku ingin ____” (tunjuk ke camilan dan katakan “camilan”). Seiring waktu, anak akan mengisi jeda kosong dengan sendirinya. [5]
  3. Sebaiknya hindari pertanyaan semacam “Apa kamu mau ini?” atau “Apa kamu perlu bantuan?” karena mereka akan mengulangi pertanyaan. Lebih baik katakan apa yang perlu anak katakan.
    • Sebagai contoh: jika Anda melihat anak berusaha meraih sesuatu, daripada bertanya “Apa kamu perlu bantuan?” coba katakan, “Tolong bantu aku mengambil mainan itu,” atau “Tolong angkat aku supaya bisa mengambil bukuku.” Bujuk mereka untuk mengulangi frasa ini. Kemudian, bantulah anak walau frasa Anda tidak diulang. [6]
  4. Maksud anak menjadi meleceng saat ucapan Anda mulai diulangi. Saat berkata “Hai!” atau “Selamat malam!” cukup katakan demikian dan jangan akhiri dengan nama anak. Atau, Anda bisa mengucapkan nama akan terlebih dahulu dan kemudian berhenti sebentar, lalu akhiri dengan frasa Anda yang ingin sampaikan.
    • Ketika anak perlu dipuji karena melakukan sesuatu dengan sukses, katakan kata selamat tanpa diiringi nama anak. Jangan katakan “Bagus sekalis, Andi!” tetapi cukup “Bagus sekali!” atau tunjukkan dengan tindakan, misalnya ciuman di pipi, tepukan di punggung, atau pelukan. [7]
  5. Pilihlah waktu ketika kalian sedang santai, buat pengajaran yang jenaka atau jadi permainan. Dengan demikian, anak akan antusias untuk belajar, dan kalian berkesempatan mempererat hubungan dan bersenang-senang.
    • Pengajaran tidak boleh menyakitkan dan bersifat memaksa. Jika salah satu dari kalian menjadi terlalu frustrasi, berhenti dan coba lagi nanti.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Pahami Tujuan Komunikasi Ekolalia

PDF download Unduh PDF
  1. Ekolalia telah banyak digunakan sebagai bentuk komunikasi. Anak autis dapat menggunakannya...
    • Jika mereka tidak mengetahui arti kata-kata satu per satu atau tujuan atau penggunaan pertanyaan. Dalam kasus ini, anak bergantung pada frasa-frasa yang didengar untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, katakan “Apa kamu mau kue?” alih-alih “Bolehkah aku minta kue?” karena di masa lalu ketika orang dewasa pertama kali menanyakan pertanyaan tersebut, kue sudah dibuat. [8]
    • Jika anak stres. Ekolalia lebih mudah daripada ucapan spontan sehingga lebih mudah digunakan ketika stres. Sebagai contoh, anak autis di dalam ruangan ramai akan kesulitan memproses semua suara dan gerakan di sekitar mereka. Oleh karenanya, mengucapkan kalimat penuh terlalu sulit bagi anak.
    • Jika anak merasakan hal yang sama ketika sebuah pernyataan digunakan. Ekolalia dapat menyampaikan perasaan. Sebagai contoh, anak dapat berkata, “Kolam renang tutup hari ini” untuk mengekspresikan kekecewaaan karena suatu hari ketika kolam renang tutup, anak merasa kecewa. [9] [10] [11]
    • Jika anak butuh waktu berpikir. Sebagai contoh, ketika ditanya mau apa untuk makan malam, anak autis dapat bertanya “Aku mau apa untuk makan malam?” kepada diri sendiri. Hal ini menunjukkan anak mendengarkan pertanyaan dan memberikan waktu untuk berpikir. [12]
    • Jika anak mencoba berhubungan. [13] Ekolalia dapat digunakan sebagai permainan dan kelakar. [14]
  2. Hal ini dapat membantu anak autis dalam beberapa cara:
    • Mengingat hal-hal. Anak autis dapat kesulitan menelusuri rangkaian langkah-langkah. Mereka dapat mengulangi sendiri rangkaian tersebut selagi bekerja, untuk membantu mengingat dan meyakinkan diri bahwa pekerjaan sudah dilakukan dengan benar. Sebagai contoh: “Ambil cangkir. Tuangkan jus secara pelan-pelan. Tutup kembali botol jusnya. Bagus sekali.”
    • Menenangkan diri. Mengulangi frasa penenang diri dapat membantu anak autis mengontrol emosi dan rileks.
    • Stimming . Stimming mungkin dapat membantu dalam beberapa hal: konsentrasi, kontrol diri, dan meningkatkan suasana hati. Jika anak sedang mengganggu orang lain, Anda bisa memintanya untuk memelankan suara. Namun, biasanya lebih baik anak dibiarkan menikmatinya aktivitasnya. [15]
  3. Hal ini akan membantu Anda memahami tujuannya.
    • Anak yang menggunakan ekolalia sebelum histeris kemungkinan mengalami kesukaran parah atau kelebihan masukan indrawi. .
    • Anak yang mengulangi pertanyaan (misalnya “Apa kamu mau kue?” untuk mengekspresikan keinginan makan kue) kemungkinan tidak mengerti tujuan pertanyaan.
    • Anak yang mengulangi frasa kepada diri sendiri dalam suara nyanyian kemungkinan menggunakannya untuk berkonsentrasi atau bergembira. [16]
  4. Terkadang, Anda merasa kesal karena semua ucapan dan pertanyaan Anda diulang. Ingat, anak sedang mencoba berkomunikasi saat menggunakan ekolalia. Mereka hanya tidak memiliki keterampilan berbahasa yang Anda miliki.
    • Tarik napas dalam-dalam. Jika perlu, pergilah ke ruangan lain sebentar jika Anda merasa sangat frustrasi dan tarik napas dalam-dalam dan tenangkan pikiran.
    • Jangan lupa, anak kemungkinan juga frustrasi. (Anak autis tentunya tidak histeris karena menyukainya).
    • Jaga diri Anda. menjadi orang tua terkadang sangat melelahkan, dan tidak ada salahnya mengakui hal tersebut. Berendamlah, lakukan yoga, luangkan waktu bersama orang dewasa lain, dan coba bergabung dalam grup orang tua atau pengasuh anak-anak autis/cacat.
  5. Jika anak autis tidak merasa tertekan untuk segera merespons, mereka mungkin merasa lebih rileks dan berbahasa lebih baik. [17] Bersabarlah dan jelaskan bahwa Anda senang mendengar apa saja yang anak ucapkan, tidak peduli berapa lama waktu untuk mengucapkannya.
    • Berikan jeda dalam percakapan supaya anak punya waktu untuk berpikir. Anak menggunakan banyak energi kognitif untuk memberikan respons yang koheren.
    Iklan

Tips

  • Untuk memahami ekolalia lebih baik, coba baca buku dari orang dewasa autis yang masih atau pernah menggunakan ekolalia.
  • Konsultasikan dengan ahlli spesialis komunikasi autisme untuk memperoleh bantuan dan dukungan.
  • Cari komunikasi alternatif dan augmentatif ( alternative and augmentative communication atau AAC) untuk membantu menghubungkan jarak jika kemampuan berkomunikasi anak sangat terbatas. Sistem pertukaran gambar, bahasa isyarat, dan mengetik dapat menjadi metode alternatif untuk membantu anak berkomunikasi, jika komunikasi lisan terlampau sulit dilakukan.
Iklan

Peringatan

  • Membantu anak memang baik, tetapi jangan terlalu diforsir. Anak, terutama penderita autisme, butuh banyak waktu tenang dan rileks.
  • Berhati-hati terhadap kelompok yang ingin dijadikan tempat berkonsultasi. Sebagian kelompok mengutuk autisme dan mencoba membasminya. Sikap ini tidak akan membantu anak Anda.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 13.168 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan