PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Salah satu hal tersulit yang harus dihadapi sebagai orang tua adalah melihat buah hati Anda yang dulu memuja Anda berpaling menjadi remaja yang suka mengomel dan memiliki sikap yang kasar. Anak Anda yang menginjak usia remaja mungkin membuat Anda kewalahan, tetapi jika Anda ingin memiliki rumah yang damai, sangat penting untuk memiliki rencana yang jelas untuk menghukum perilaku buruk dan mendorong perilaku baik. Daripada kehilangan kesabaran, gunakan kiat-kiat dalam artikel ini ketika merespons perilaku tidak sopan anak remaja Anda.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Meredakan Situasi

PDF download Unduh PDF
  1. Penelitian menunjukkan bahwa memarahi anak remaja Anda dengan berteriak, entah seberapa pantas anak Anda mendapatkannya, malah membuat perilakunya semakin buruk. [1] Mungkin meneriakinya terasa baik secara jangka pendek, tetapi mengasuh anak adalah tentang memperbaiki perilaku anak Anda, bukan membuat Anda merasa nyaman. Sesulit apa pun itu, jangan biarkan Anda membalas teriakan anak Anda, meskipun ia berteriak dengan kencang.
  2. Meskipun Anda menjaga amarah, diteriaki seseorang tetap saja merupakan hal yang tidak mengenakkan. Jadi, Anda harus menghentikan kebiasaan anak meninggikan suaranya ketika berargumen dengan Anda sebelum ia merasa bahwa hal tersebut memang diperbolehkan.
    • Jika sikap tersebut cenderung baru ditunjukkan oleh anak Anda, pahamilah masalah yang sedang ia jalani dan jelaskan mengapa berteriak tidak akan membantu apa pun: “Ibu/ayah tahu kamu lagi sedih, tapi berteriak bukannya menyelesaikan masalah malah membuat pertengkaran. Semakin sering kita bertengkar, hidup kita enggak akan bahagia”.
    • Jika perilaku itu dilakukan terus-menerus, bersikaplah lebih tegas: “Ibu/ayah akan berusaha untuk enggak marahin meskipun ibu/ayah sangat kesal. Tapi, ibu/ayah juga berharap kamu akan ngelakuin hal yang serupa”.
    • Jika anak remaja Anda terbiasa mengomel kepada Anda, buatlah batasan yang tegas dalam nada yang penuh kepercayaan diri: “Ibu/Ayah enggak tahu apa maksud kamu bicara seperti itu. Ibu/Ayah akan terus jadi orang tua kamu, dan kamu harus bicara dengan sopan sebelum ibu/ayah menambah hukuman buat kamu”.
  3. Semua orang akan mengingat kembali saat ia marah kepada seseorang tanpa memikirkan ucapannya terlebih dahulu—biasanya, Anda akan langsung menyesalinya. Berhentilah sejenak untuk mencerna reaksi frustrasi dan kemarahan Anda sebelum merespons anak remaja. Anak remaja cenderung bertindak berdasarkan emosi, tetapi Anda sebagai orang dewasa dan orang tua harus bersikap berdasarkan logika.
    • Jangan khawatir untuk meluapkan kemarahan pribadi Anda; sebaliknya, berfokuslah pada ucapan apa yang akan memancing perilaku yang Anda inginkan dari anak Anda.
  4. Menarik napas dalam-dalam untuk menjaga agar pernapasan dan detak jantung tetap terkontrol mungkin membantu untuk beberapa saat. Dengan mengurangi ciri-ciri fisik ketika amarah memuncak, Anda bisa menenangkan diri. Berhitung sampai sepuluh juga bisa membantu Anda, meskipun waktu yang diperlukan untuk menjadi tenang akan lebih lama.
  5. Jika amarah yang Anda rasakan terlalu kuat sehingga pernapasan dalam dan berhitung tidak berhasil membuat Anda tenang, Anda harus menjauh dari percakapan tersebut, dan mintalah anak remaja Anda untuk melakukan hal serupa. Saat sedang menenangkan diri, lakukan sesuatu yang mengurangi stress, seperti: membaca buku, merajut, memasak, berbaring, dan menutup mata—atau apa pun yang membuat Anda merasa lebih baik.
    • "Ibu/ayah sudah terlalu marah buat berbicara dengan tenang, dan kamu juga begitu. Ibu/Ayah khawatir kita malah bertengkar, jadi ibu/ayah akan istirahat”.
    • "Ibu/Ayah sayang banget sama kamu, tapi ibu/ayah rasa kita harus berpisah dulu sekitar 15 menit sebelum ngelanjutin diskusi ini”.
    • "Kita sebaiknya ke kamar masing-masing dan menenangkan diri. Kalau ibu/ayah sudah siap untuk bicara lagi, ibu/ayah akan tunggu kamu di ruang keluarga, dan kamu juga harus ke sana kalau kamu sudah menenangkan diri”.
    • Jangan mulai kembali percakapan sampai Anda berdua merasa tenang.
  6. [2] Gunakan “ibu/ayah” daripada menggunakan kata ganti orang kedua atau “kamu” ketika berbicara. Saat emosi meningkat, mendengar kata “kamu” secara terus-menerus akan membuat siapa saja merasa diserang, dan hal itu sebaiknya dihindari. Daripada menyerang anak remaja Anda karena perilaku buruknya, cobalah untuk membuatnya memahami bagaimana perkataan dan tindakannya mempersulit kehidupan orang-orang di sekitarnya, termasuk Anda. Sebagai contoh, cobalah katakan:
    • “Ibu/ayah merasa enggak enak kalau kamu berbicara seperti ini” daripada mengatakan “perilakumu buruk sekali”.
    • “Ibu/ayah capai sekali karena sudah bekerja seharian dan membersihkan rumah setiap hari” daripada “kamu enggak pernah beres-beres”.
    • “Ibu/ayah lagi ada masalah” daripada “kamu harus bersikap lebih baik pada ibu/ayahmu”.
  7. Perhatikan situasi yang akan memancing perilaku buruk anak remaja Anda. Mungkin saja anak Anda merasa kesal setelah pulang sekolah, tetapi ia akan merasa tenang setelah mengonsumsi camilan atau tidur siang. Mungkin ia bersikap tidak baik karena ia memiliki banyak tugas sekolah atau sedang berkelahi dengan teman atau kekasihnya.
    • Dengan mewaspadai situasi yang memancing perilaku buruk anak Anda, Anda memiliki pilihan untuk memberinya kelonggaran atau secara proaktif mengurangi stresnya.
    • Jadilah proaktif dengan membuat hidupnya terasa lebih mudah: sediakan camilan di dapur sepulang sekolah, bantulah pekerjaan rumahnya, dan lain-lain.
  8. Meskipun sangat sulit untuk melihat anak Anda berubah dari anak yang manis menjadi remaja yang pemarah, Anda harus ingat bahwa untuk beberapa alasan, gerutuan anak Anda tidak ada hubungannya dengan Anda. Dimulai dari awal masa remaja (usia 12-14 tahun), anak yang sehat akan mulai mengembangkan kesadaran yang baru baginya bahwa orang dewasa, termasuk orang tuanya, tidaklah sempurna. [3] Memang hal yang normal bagi remaja untuk meluapkan amarahnya dari waktu ke waktu ketika ia bergelut untuk menyesuaikan diri terhadap fakta bahwa Anda adalah manusia yang memiliki kekurangan dengan kesadaran barunya sebelum ia belajar cara memahami Anda sebagai sesama orang dewasa.
    • Ingatlah bahwa bukan Anda saja yang memiliki anak remaja. Bicaralah kepada teman-teman Anda yang memiliki anak seusia dengan anak Anda, dan Anda akan menyadari bahwa semua remaja bersikap dengan sama.
  9. Perilaku buruk seorang anak memang bisa membuat Anda marah, dan sangat sulit untuk menanggulangi rasa frustrasi yang Anda rasakan. Akan tetapi, akan lebih mudah bagi Anda untuk menenangkan diri jika Anda mencoba melihat keadaan dari sudut pandangnya. Pikirkan kembali masa muda Anda—Anda juga pasti pernah mengomel dan mengatakan hal yang menyakitkan kepada orang tua Anda. Beberapa hal untuk diingat tentang kehidupan dari sudut pandang anak remaja Anda termasuk:
    • Egosentrisme, atau kepercayaan bahwa interpretasi seseorang dalam sebuah situasi adalah satu-satunya interpretasi yang benar, merupakan hal yang wajar dalam proses perkembangan kognitif. [4]
    • Otak anak Anda sedang mengembangkan kemampuan untuk tumbuh melebihi egosentrisme, tetapi perkembangan itu belum selesai. Sebagai contoh, ketika anak Anda berusia tiga tahun, ia mungkin akan berdiri di depan TV dan tidak memahami tubuhnya menghalangi pandangan orang lain karena ia bisa menonton TV. Sebagai remaja, ia berkembang melebihi hal itu—tetapi akan selalu ada cara untuk menanggulanginya.
    • Otak anak remaja Anda sedang berkembang sehingga ia bisa menangkap abstraksi dalam cara yang baru untuk pertama kalinya. [5] Ia menganggap ketidakadilan seperti ada di mana-mana—tetapi anggapan itu muncul tanpa kebijaksanaan yang dihasilkan dari pengalaman hidup, dan tanpa kemampuan kognitif untuk memikirkan akibat yang akan muncul secara logis dari pemikiran abstraknya.
    • Karena hal ini, benaknya dipenuhi oleh pemikiran tentang sesuatu yang dianggap tidak penting dalam pandangan orang dewasa. Tetapi ingatlah bahwa otak mereka masih mengembangkan fungsi-fungsi kognitif penting yang akan membuat ia menyadari bagaimana cara memanfaatkan waktu seperti yang Anda lakukan.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Mengatur Konsekuensi

PDF download Unduh PDF
  1. Meskipun mengasuh anak adalah pekerjaan sehari-hari yang akan dilakukan seumur hidup, ada perbedaan antara bersikap tenang dan meloloskan anak remaja Anda ketika bersikap buruk. Meskipun Anda pasti tidak ingin bertengkar dengan anak Anda setiap kali ia bersungut-sungut atau mengerlingkan matanya, Anda harus mengajaknya berdiskusi dengan sering untuk menasihatinya bahwa perilaku seperti itu tidak pantas dilakukan.
    • Tentukan perilaku mana yang Anda toleransi dan yang tidak. [6]
    • Salah satu caranya adalah dengan membiarkan ketidaksopanan yang ditunjukkan secara verbal seperti menghela napas yang dibuat-buat dan mengerlingkan mata, tetapi menasihatinya untuk tidak bersungut-sungut di belakang Anda.
  2. Jika anak Anda tidak mengerti letak batasan dalam interaksi keluarga, ia akan melewati batasan yang Anda buat. Membuat kontrak tertulis yang eksplisit tentang akibat yang ditimbulkan untuk mengomel di belakang dan perilaku buruk lainnya adalah salah satu cara yang baik untuk membuat batasan. [7] Meskipun konfrontasi memang melelahkan, sangat penting bagi Anda untuk menjadi komunikator verbal saat anak Anda melanggar kontrak. Jelaskan secara eksplisit perilaku atau penggunaan bahasa apa yang melewati batasan antara “anak remaja yang mencari perhatian” atau “ketidaksopanan yang bermasalah”. Sebagai contoh:
    • Enggak apa-apa, kok , kalau kamu capai dan enggak beresin kamar sekarang. Ibu/ayah ngerti kalau kamu banyak PR. Tapi, nada bicara seperti ini enggak bisa diterima dan kamu bisa dihukum”.
    • "Kamu mungkin memang enggak bisa mengontrol kerlingan matamu itu, tapi kamu bisa ‘ kan mengontrol nada bicaramu? Karena kamu sudah melewati batas, ‘ nak ”.
    • "Ibu/ayah tahu kamu kesal karena dihukum—ibu/ayah juga pasti kesal seperti kamu. Tapi meskipun ibu/ayah kesal sekali kepada kamu sekarang, ibu/ayah enggak bicara kasar, ' kan ? Kamu boleh marah sama ibu/ayah, tapi kamu enggak boleh bicara enggak sopan”.
  3. Jika Anda menjatuhkan hukuman dengan semena-mena, anak remaja Anda tidak akan memahami akibat dari kebiasaan mengomelnya. Jelaskan kepada anak Anda hukuman apa yang akan ia dapatkan karena perilaku buruknya sehingga ia tahu apa yang akan ia hadapi jika bersikap buruk. Sebagai contoh, katakan:
    • "Ibu/ayah paham kamu masih muda, dan kadang-kadang kamu akan marah. Tapi, kalau kamu meninggikan nada bicaramu dua kali kepada ibu dan ayah dalam seminggu, kami akan potong bekal kamu setengahnya”.
    • ”Kamu enggak boleh kemana-mana di hari Sabtu dan Minggu kalau kamu berkata kasar di rumah ini. Enggak ada pengecualian”.
  4. Anda mungkin berpikir bahwa Anda akan menghabiskan waktu dengan menghukum anak Anda setiap kali ia bertingkah, tetapi tidak ada yang mengatakan bahwa mengasuh anak adalah hal yang mudah! Jika Anda menghukumnya secara tidak konsisten—membiarkannya lolos ketika bertingkah buruk dan terkadang menghukumnya di saat-saat lain—anak remaja Anda akan kebingungan. Remaja diprogram untuk menekan batasan, jadi batasan yang Anda buat haruslah kokoh.
    • "Kamu sudah tahu kalau kamu meninggikan nada bicaramu dua kali di rumah ini, uang jajanmu akan dipotong. Jangan marah-marah atau kamu tahu akibatnya”.
    • "Kamu sudah janji enggak akan bersungut-sungut lagi kepada ibu/ayah. Tapi kamu baru saja melakukannya. Kamu tahu akibat dari perbuatanmu itu. Cuman kamu yang bisa mengontrol emosimu sendiri”.
  5. Jika anak Anda melakukan sesuatu yang membuatnya dilarang untuk pergi ke pesta perpisahan sekolah, Anda sebaiknya mengulur waktu hukuman menjadi akhir pekan berikutnya. Pada akhirnya, Anda ingin ia belajar dari kesalahannya, bukan melewatkan pengalaman hidup yang penting. Akan tetapi, jangan membiasakan diri untuk meloloskan anak remaja Anda dengan bernegosiasi karena alasan yang wajar. Ingin pergi ke mal bersama teman-temannya bukan hal yang spesial untuk membuat Anda melanggar aturan untuk menghukumnya.
  6. Dengan hanya melarang anak Anda pergi ke luar rumah dan membiarkannya mendekam di kamar tidak akan memperbaiki perilakunya. Beberapa remaja mungkin memang menikmati waktu bersantai di kamar mereka. Sebaliknya, manfaatkan hukuman mereka sebagai kesempatan untuk menanamkan pelajaran hidup. Sebagai contoh:
    • "Ibu/ayah paham kamu kesal karena enggak bisa dapat gim video yang kamu inginkan, tapi kamu juga harus belajar bahwa ada perbedaan antara apa yang kamu raih dan apa yang berhak kamu dapatkan. Semua orang berhak memiliki papan, sandang, pangan, dan cinta dari keluarganya—tetapi enggak semua orang memilikinya. Kita akan bekerja sukarela untuk memasak sup bagi orang-orang yang enggak mampu Minggu ini supaya kamu sadar bahwa kamu harusnya bersyukur”.
    • "Ibu/ayah rasa kamu enggak mengerti bahwa kata-kata itu sangat kejam, jadi kamu harus menulis esai tentang sejarah kata-kata kasar di negara ini. Buktikan kepada ibu/ayah bahwa kamu akhirnya paham kekuatan dari sebuah kata”.
    • "Ibu/ayah rasa kamu susah bicara kepada ibu/ayah dengan sopan. Ibu/ayah ingin kamu menulis surat tentang perasaanmu soal hal ini, dan tulis dengan bahasa yang baik dan benar”.
  7. [8] Bersiaplah untuk beradu mulut jika Anda memilih untuk mengambil sesuatu yang berharga bagi anak Anda, tetapi hal tersebut adalah cara paling efektif untuk menunjukkan bahwa perilaku anak Anda sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Hal yang Anda hilangkan akan bergantung pada anak Anda—pertimbangkan apa yang paling berharga untuknya dan tidak ingin ia korbankan di kemudian hari.
    • Sebagai contoh, Anda bisa mengambil mobil, ponsel, laptop, atau TV anak Anda.
    • Buatlah tenggat waktu yang jelas kapan benda tersebut akan dikembalikan; pengembalian akan bergantung pada perilaku baik yang anak Anda tunjukkan.
    • Katakan, “Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, ibu/ayah akan simpan benda kesayangan kamu lebih lama. Hukumannya akan semakin berat jika kamu terus bersikap buruk”.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Mendukung Perilaku Baik

PDF download Unduh PDF
  1. [9] Jangan tunggu sampai ia membuat Anda kesal sebelum Anda mendiskusikan perilakunya. Saat anak remaja Anda melakukan sesuatu yang membanggakan Anda atau meringankan beban Anda—seperti mencuci piring tanpa disuruh, menolong teman sekelasnya yang dijahili, dan lain-lain—jangan sungkan untuk memujinya seperti Anda tidak sungkan untuk menghukumnya saat ia membuat Anda kecewa.
    • Ucapan terima kasih sepenuh hati dengan pelukan dan ciuman akan membuat anak Anda ingin terus melakukan hal yang membuat mereka merasa dicintai dan dihargai.
    • Terkadang, jika anak remaja Anda sangat tenang ketika dihadapi situasi sulit atau dapat menahan diri untuk tidak melawan Anda, berikan ia hadiah spesial.
    • Contoh hadiah positif adalah membelikannya sesuatu yang ia inginkan (contohnya, gim video), mendaftarkannya ke kursus yang ia minati (seperti tenis, gitar, dan lain-lain), mengajaknya jalan-jalan (seperti ke acara olahraga), atau membiarkannya pergi ke tempat yang biasanya tidak diperbolehkan (seperti menonton konser dengan teman-temannya). [10]
  2. [11] Penelitian mengenai menyogok anak-anak agar berperilaku baik memiliki pertentangan: beberapa penelitian mengatakan bahwa hal tersebut adalah cara yang baik untuk mengembangkan kebiasaan positif, sementara penelitian lainnya mengatakan bahwa hal tersebut membuat anak-anak akan berperilaku baik hanya karena dijanjikan sebuah hadiah. Penyogokan bisa berhasil, tetapi hanya jika Anda memikirkan matang-matang pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada anak Anda.
    • Jangan membatasinya sebagai “sogokan” semata. Sebagai contoh, Anda memberikan uang jajan seperti biasa yang akan ditangguhkan jika ia berkata tidak sopan kepada Anda.
    • Dengan begitu, ia tidak akan melihatnya sebagai hadiah untuk perilaku baik, tetapi sebagai akibat dari perilaku buruk. Daripada melatihnya untuk melihat perilaku baik sebagai sesuatu yang akan membuatnya dapat hadiah, ia akan melihat bahwa perilaku buruk adalah sesuatu yang akan diganjar hukuman.
  3. [12] Masalah anak remaja mungkin terlihat remeh dibanding masalah yang dimiliki orang dewasa, tetapi anak Anda tidak akan memusuhi Anda jika Anda menunjukkan bahwa Anda memedulikan permasalahannya. Carilah cara untuk terhubung dengan anak Anda tentang masalah-masalah kawula muda:
    • "Ibu/ayah ingat kalau belajar di kelas memang bikin ngantuk saat seusiamu. Malah sekarang pun ibu/ayah masih ngantuk kalau di kantor. Tapi nilai kamu jadi turun terus sekarang. Jadi, sini ibu/ayah beri tahu trik untuk bisa terus semangat setiap hari”.
    • "Memang kalau teman sudah ngomongin kita di belakang bikin sakit hati. Sini, cerita sama ibu/ayah”.
  4. [13] Pikirkan bagaimana Anda berperilaku di sekitar anak Anda: apakah Anda mengerlingkan mata atau berkelahi dengan pasangan Anda di depannya? Jika begitu, Anda membuatnya merasa bahwa hal tersebut memang boleh dilakukan. Anak-anak belajar dengan meniru perilaku orang-orang disekitarnya, dan jika Anda tidak bisa mengontrol perilaku orang-orang di sekitar anak Anda ketika di sekolah atau ketika menonton TV, Anda bisa mengontrol perilaku yang Anda tunjukkan di depannya.
  5. [14] Akan sangat sulit untuk mengumpulkan semua anggota keluarga untuk makan malam bersama karena kesibukan masing-masing dengan pekerjaan, PR, teman-teman, internet, dan TV. Tetapi, penelitian mengungkapkan bahwa makan malam keluarga yang dilakukan secara teratur adalah indikator yang sudah terbukti dapat membuat anak di semua usia berperilaku baik. Buatlah makan bersama keluarga menjadi prioritas Anda.
    • Manfaatkan waktu tersebut untuk menanyakan anak Anda apa yang dialaminya belakangan ini, dan apa yang membuatnya kesal.
    • Ini adalah cara untuk membuatnya mengalirkan rasa frustrasinya dalam cara yang bisa memperkuat ikatan antara orang tua dan anak.
    • Tanpa percakapan teratur seperti ini, Anda hanya akan mendengar kekesalannya saat sudah menumpuk dan meledak menjadi pertengkaran.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Menangani Masalah Tingkah Laku yang Serius

PDF download Unduh PDF
  1. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “membesarkan anak harus dilakukan dengan gotong royong”, dan ungkapan tersebut memang benar adanya. Ada banyak orang dewasa lainnya yang berinteraksi dengan anak Anda, dan mereka juga mungkin diperlakukan secara tidak sopan seperti Anda. Hubungi mereka dan koordinasikan sebuah upaya untuk membuat batasan dan melatih kedisiplinan dalam cara yang sistematis untuk membatasi masalah tingkah laku anak Anda.
    • Buatlah sebuah pertemuan dengan pembimbing konseling di sekolahnya untuk mendiskusikan masalah tingkah laku yang mungkin dimiliki anak Anda di sekolah dan buatlah rencana untuk membatasi perilaku semacam itu.
    • Bicaralah dengan wali kelas anak Anda, jika memungkinkan. Buatlah sistem hukuman ketika anak Anda melawan ucapan Anda dari rumah hingga ke kelas, dan diskusikan dengan semua guru anak Anda.
    • Sebagai contoh, Anda bisa meminta sang guru untuk memberi tahu Anda ketika anak Anda melawan gurunya di sekolah sehingga Anda bisa mendisiplinkannya melalui beberapa hukuman seperti melakukan tugas bersih-bersih tambahan, melarangnya pergi, dan lain-lain.
    • Jika anak Anda menghabiskan waktu yang banyak di rumah temannya, jagalah komunikasi dengan orang tua temannya tersebut. Jika Anda merasa nyaman dengan gaya dan kemampuan mereka dalam mengasuh anak, katakan bahwa mereka bisa mendisiplinkan anak Anda seperti yang mereka lakukan kepada anak mereka jika ia terlihat berperilaku buruk.
  2. Penelitian menunjukkan bahwa berolahraga yang berorientasi tim dan terstruktur dalam waktu yang lama dapat memberikan keuntungan selain menjaga kesehatan anak Anda. Olahraga juga berpengaruh pada peningkatan nilai, penurunan masalah tingkah laku, dan peningkatan kepercayaan diri. [15] Olahraga tim juga akan memberikan anak Anda figur otoritas yang positif, yaitu seorang pelatih. Pelatih yang baik akan mengedepankan perilaku sosial yang sehat dan memberikan dukungan emosional yang anak Anda tidak minta dari Anda. [16] Sebagai tambahan, ikatan yang terjalin antara anak Anda dan rekan setimnya akan menciptakan rasa kebersamaan dan kebanggaan—bagi tim dan sekolahnya—yang dikorelasikan dengan fokus dan perilaku yang lebih baik. [17]
    • Pilihlah olahraga yang disukai anak Anda; memaksakan anak Anda yang bermasalah untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya tidak akan memperbaiki perilaku buruknya.
    • Telitilah pelatihnya sebelum membiarkan anak Anda bergabung dengan sebuah tim. Buatlah pertemuan untuk bertemu dengan sang pelatih dan bicaralah dengan semua orang tua anak-anak lainnya di dalam tim tersebut untuk memastikan tujuan pengembangan karakter yang diusung sang pelatih sejalan dengan tujuan Anda.
    • Berbicaralah dengan sang pelatih secara diam-diam tentang masalah yang Anda dan anak Anda hadapi, sehingga ia akan mengetahui apa yang akan terjadi dan bisa membuat rencana untuk menangani masalah ini.
    • Tunjukkan ketertarikan pada keterlibatan anak Anda dalam sebuah tim. Tontonlah semua pertandingannya yang bisa Anda hadiri, dan jadilah suporter yang berisik. Dukunglah anak Anda, dan bersedihlah ketika ia kalah.
  3. Meskipun Anda berpikir masalahnya ada pada sisi anak Anda, sebaiknya Anda, sebagai orang tua, harus mau untuk bekerja keras jika ingin perilaku anak Anda membaik. FFT direkomendasikan untuk keluarga dengan anak berusia 11-18 tahun yang menunjukkan masalah tingkah laku serius, termasuk kenakalan dan kekerasan. Terapi ini berfokus pada 5 dimensi: pengikatan, motivasi, penilaian relatif, perubahan perilaku, dan generalisasi. [18]
    • Pengikatan: Ahli terapi FFT mengembangkan hubungan dekat dengan semua anggota keluarga dan tersedia dalam taraf yang lebih besar dari ahli terapi non-FFT. Hubungan ahli terapi FFT jauh lebih intim daripada jenis terapi lainnya.
    • Motivasi: ahli terapi akan membantu mengartikan kembali perbedaan antara menyalahkan dan tanggung jawab—batasan ini memang terkadang menjadi tidak jelas. Tujuannya adalah untuk mengubah dinamika keluarga dari menyalahkan menjadi mengharapkan.
    • Penilaian relatif: ahli terapi akan membuat analisis objektif mengenai dinamika di antara anggota keluarga Anda melalui observasi dan wawancara. Mereka akan berupaya untuk mengubah persepsi masalah keluarga dari perspektif individual menjadi perspektif sebuah hubungan. Cara ini akan membuat anggota keluarga melihat hubungan anggota keluarga dan bagaimana semua anggota keluarga bisa saling bekerja sama, daripada berfokus pada diri masing-masing sebagai seseorang yang terisolasi di dalam struktur sebuah keluarga.
    • Perubahan perilaku: ahli terapi akan melengkapi keluarga Anda dengan teknik resolusi keluarga dan metode komunikasi yang akan membantu Anda melalui suasana hati yang buruk dan masalah keluarga dalam cara yang lebih tersusun.
    • Generalisasi: Anda akan membuat rencana untuk mengembangkan apa yang sudah Anda pelajari di sesi FFT di kehidupan Anda setelah selesai terapi.
    • FFT biasanya dilakukan dalam 12-14 sesi dalam jangka waktu 3-5 bulan.
  4. Hadirilah terapi keluarga berbasis kedekatan atau “ Attachment-Based Family Therapy " (ABFT) dengan anak Anda jika mereka menderita masalah kedekatan parental. [19] Teori kedekatan ini menerangkan bahwa hubungan yang dijalin oleh bayi dengan pengasuhnya di tahun-tahun awal akan terus berpengaruh terhadap hubungan dan perilakunya di saat muda dan dewasa. [20] Jika Anda, sebagai orang tua, tidak bisa menyediakan lingkungan yang aman dan mendidik di masa kecilnya, tidak masuk akal jika Anda berekspektasi agar ia bisa melalui masalah kedekatannya sendiri sebagai seorang remaja, meskipun kini Anda sudah menjadi orang tua yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
    • Sesi ABFT biasanya dilakukan selama 1,5 jam seminggu sekali.
    • Sesi ini dimulai dengan pertanyaan “mengapa kamu (si anak) tidak bercerita kepada orang tuamu saat merasa kesulitan?”
    • Ahli terapi akan bertemu dengan anggota keluarga Anda dalam sesi berkelompok atau individual.
    • Sesi individual akan memandu anak remaja Anda melalui memori yang buruk di masa kecilnya yang harus diungkapkan dan ditangani untuk perubahan perilaku yang positif.
    • Sesi yang dilakukan dengan orang tua saja akan membantu orang tua menangani masalah kedekatan yang mungkin dimiliki oleh mereka juga, dan bagaimana masalah mereka di cerminkan dalam perilaku si anak.
    • Sesi keluarga penuh akan menyediakan tempat yang aman bagi Anda untuk bersikap jujur satu sama lain dan membuat rencana untuk meningkatkan dinamika keluarga.
    Iklan

Tips

  • Remaja bisa mengatakan hal yang menyakitkan karena mereka tidak mempertimbangkan konsekuensinya. Sebagai orang tua, tanggung jawab Anda untuk menunjukkan konsekuensi yang akan mereka jika mereka bersikap tidak sopan kepada orang lain.
  • Tetaplah tenang dan jangan meluapkan kemarahan dengan cara yang tidak rasional, agresif, dan impulsif!
  • Ingatlah bahwa sering kali, ketika anak Anda bermulut tajam, itu terjadi karena hormonnya. Jangan memasukkan semua ucapannya ke hati karena sering kali mereka tidak bermaksud untuk berkata kasar atau tidak sopan.
Iklan

Referensi

  1. http://news.discovery.com/human/psychology/the-more-teens-are-yelled-at-the-worse-they-behave-130904.htm
  2. http://www.mayoclinic.org/healthy-living/adult-health/in-depth/anger-management/art-20045434?pg=2
  3. Meschke, Laurie, Christina Peter, and Suzanne Bartholomae. "Developmentally Appropriate Practice To Promote Healthy Adolescent Development: Integrating Research And Practice." Child & Youth Care Forum 41.1 (2012): 89-108. Academic Search Complete. Web. 27 Jan. 2015.
  4. Kesselring, Thomas, and Ulrich Müller. "The Concept Of Egocentrism In The Context Of Piaget’S Theory." New Ideas In Psychology 29.Special Issue: Cognitive Robotics and Reevaluation of Piaget Concept of Egocentrism (2011): 327-345. ScienceDirect. Web. 27 Jan. 2015.
  5. http://www.apa.org/pi/families/resources/develop.pdf
  6. http://www.webmd.com/parenting/features/stop-back-talk?page=2
  7. http://www.webmd.com/parenting/guide/teen-behavior-and-discipline
  8. http://discipline.about.com/od/disciplinebyage/a/Effective-Methods-For-Disciplining-Older-Teens.htm
  9. http://www.usc.edu/programs/cwfl/worklife/docs/parents_teen_tools.pdf
  1. http://www.usc.edu/programs/cwfl/worklife/docs/parents_teen_tools.pdf
  2. Cameron, Judy, and W. David Pierce. "Reinforcement, Reward, and Intrinsic Motivation: A Meta-Analysis." Review of Educational Research 1994: 363. JSTOR Journals. Web. 27 Jan. 2015.
  3. http://www.webmd.com/parenting/teen-abuse-cough-medicine-9/behavior-problems?page=3
  4. http://www.education.com/magazine/article/when-teens-talk-back/
  5. http://www.csun.edu/~lisagor/FCS321/ADA%204.06%20Adolescent.ParentViewsFamilyMeals.pdf
  6. http://truesport.org/resources/publications/reports/psychological-and-social-benefits-of-playing-true-sport/
  7. Rutten, Esther A., et al. "The Contribution Of Organized Youth Sport To Antisocial And Prosocial Behavior In Adolescent Athletes." Journal Of Youth And Adolescence 36.3 (2007): 255-264. ERIC. Web. 18 Feb. 2015.
  8. Segrave, Jeffrey O.1, and Douglas N.2 Hastad. "Interscholastic Athletic Participation And Delinquent Behavior: An Empirical Assessment Of Relevant Variables." Sociology Of Sport Journal 1.2 (1984): 117-137. Education Source. Web. 18 Feb. 2015.
  9. http://www.fftllc.com/about-fft-training/clinical-model.html
  10. http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=314
  11. http://www.pbs.org/thisemotionallife/blogs/birth-attachment-theory

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 11.379 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan