PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Kekerasan verbal adalah suatu bentuk kekerasan emosional. Kekerasan ini bisa berupa serangan yang terlihat jelas: teriakan, ejekan, tindakan mengata-ngatai. Selain itu, bentuk kekerasan ini juga bisa lebih halus: gurauan yang membuat Anda merasa tidak dihargai, kritik terus-menerus, sikap mengabaikan pemikiran dan perasaan Anda, sikap menyalahkan dan menuduh tanpa sebab. Kalau Anda merasa mengalami perundungan atau mengalami kekerasan, ambil langkah untuk keluar dari situasi tersebut. Jika Anda terpaksa menghadapi orang yang terus mengganggu melakukan kekerasan verbal, turunkan intensitas situasi dengan kata-kata yang tenang dan tegas.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Merespons Saat Itu Juga

PDF download Unduh PDF
  1. Ketika seseorang berbicara pada Anda dengan sikap melecehkan, artinya saat itu mereka hendak mengendalikan perilaku Anda. Mereka ingin Anda marah. Mereka berusaha untuk memaksa Anda memberi perhatian pada mereka dan membuat mereka punya kuasa. Anda mungkin ingin membela diri dan berusaha mengontrol mereka. Jangan begitu. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah alihkan perhatian pada diri sendiri dan kontrol perilaku Anda sendiri.
    • Jangan sampai Anda terjerumus dalam situasi adu argumen atau situasi yang buruk.
    • Jangan mempertahankan diri kalau Anda dituduh bersalah dan diejek. Mereka akan semakin menjadi-jadi. Katakan, “Maaf kalau Anda merasa begitu.”
    • Kalau Anda berbicara dengan orang yang suka mengejek sampai Anda marah, lalu Anda dianggap terlalu sensitif, jangan menunjukkan kerentanan Anda dengan marah-marah atau meminta simpati dari mereka.
    • Kalau Anda mengalami perundungan oleh teman sekolah, menyingkirlah dari mereka. Tunjukkan bahwa Anda tidak terpengaruh dengan pendapat mereka. Anda bisa tersenyum dan berkata, “Aku di sini tidak untuk itu.”
    • Jika Anda dihina, dicemooh, diteriaki, diancam, atau mengalami kekerasan verbal lainnya, tarik napas dalam-dalam. Bicaralah dengan kalem dan suara tenang. Jangan berteriak atau menggerutu.
    • Ingatkan diri Anda sendiri bahwa tak seorang pun yang berhak merendahkan Anda, dan Anda tidak seharusnya menerima kejadian itu.
  2. Tetapkan batas . Ketika Anda mengalami kekerasan verbal, jelaskan bahwa Anda tidak mau terbawa oleh tindakan itu, tetapkan konsekuensi, dan taati. Katakan, “Saya akan dengan senang hati berbicara dengan dengan Anda mengenai masalah ini, tetapi saya tidak mau bicara kalau Anda berteriak/menghina/mengancam/merendahkan/bicara dengan nada sarkatis.” Kalau mereka mengatakan mereka hanya bercanda, katakan, “Saya tidak suka gurauan itu, dan saya tidak tertarik bicara dengan Anda kalau sikap bicara Anda dengan saya seperti itu.”
    • Kalau mereka terus melecehkan Anda, tetapkan konsekuensi. Katakan, “Saya mau berbicara dengan Anda tentang hal ini kalau kita berdua sama-sama tenang. Tetapi, saya tidak mau tetap di sini dan dilecehkan. Kalau Anda terus bicara pada saya dengan nada bicara seperti itu, saya akan pergi dari rumah ini.”
    • Pastikan menaati apa pun konsekuensi yang Anda tetapkan. Kalau Anda mengatakan akan meninggalkan rumah, pergilah.
  3. Jika batasan yang Anda tetapkan dilanggar, atau kalau Anda merasa tidak aman, pergilah. Jika Anda di dalam rumah, Anda bisa pergi ke ruangan lain atau meninggalkan rumah. Jika Anda mengalami kekerasan verbal oleh orang yang tidak Anda kenal atau tidak punya alasan untuk berbicara dengannya, pergilah jika itu rasanya lebih baik. Anda tidak harus bertahan menghadapi pelecehan itu.
    • Kembalilah hanya jika keadaan aman. Meninggalkan rumah adalah strategi bagus jika Anda punya pasangan atau ada anggota keluarga yang marah dan Anda perlu menenangkan diri. Kalau seperti ini, tinggalkan rumah selama satu atau dua jam, lalu kembalilah saat Anda merasa siap.
    • Namun, jika orang yang melecehkan Anda cenderung terus marah-marah, semakin ingin melakukan kekerasan, atau berusaha melakukan balas dendam, menjauhlah. Jika ada anak-anak atau orang lain di rumah, ajaklah mereka pergi.
    • Jika Anda mengalami pelecehan secara acak oleh orang yang tidak dikenal, Anda bisa diam saja atau berkata, “Saya akan berterima kasih kalau Anda tidak berbicara dengan nada seperti itu pada saya.” Lalu sesegera mungkin pergi ke tempat yang aman.
  4. Jika Anda mendapatkan kekerasan verbal di tempat kerja atau sekolah, laporkan pelaku ke pihak yang berwenang. Mintalah bantuan juga dari teman dan rekan kerja. Jika Anda mengalami kekerasan oleh pasangan, ambil langkah-langkah untuk meninggalkan situasi tersebut seterusnya. Jika anak Anda atau orang yang menjadi tanggungan Anda bersikap agresif secara verbal, tetapkan batasan yang ketat dan cari bantuan untuk mereka.
    • Jangan pernah diam saja menghadapi kekerasan verbal. Biarkan orang lain tahu apa yang Anda alami. Tindakan kekerasan itu bisa semakin buruk, dan kekerasan verbal bisa masuk ke pikiran Anda. Teman, keluarga, dan orang lain bisa menolong Anda.
    • Kalau Anda atau orang yang Anda kenal mengalami kekerasan verbal dalam jangka waktu lama, carilah terapis yang baik sesegera mungkin.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Turunkan Intensitas Konfrontasi yang Berisiko

PDF download Unduh PDF
  1. Kadang-kadang Anda terpaksa terlibat dengan orang yang bersikap kasar secara verbal. Misalnya, Anda mungkin sedang sendirian dan dipojokkan oleh orang mentalnya tidak stabil. Anda mungkin guru kelas di mana ada seorang siswa yang menghina teman sekelasnya, atau manajer toko yang sedang diteriaki atasan. Dalam situasi ini, tugas Anda adalah menurunkan intensitas pelecehan demi keamanan. [1]
    • Kenali gejala agitasi. Orang tersebut mungkin berbicara cepat, dan suaranya meninggi atau berbicara dengan nada tinggi.
    • Agitasi dapat menimbulkan beberapa jenis kekerasan verbal, yaitu tindakan mengutuk, mengancam, menghina, menuntut, dan pernyataan yang tidak logis.
    • Gerakan tubuh yang tampak agresif, berjalan mondar-mandir, gemetar, memberi isyarat tidak menentu atau mengepalkan tangan merupakan tanda-tanda agitasi lainnya.
  2. Tarik napas dalam, lalu embuskan. Sebisa mungkin berusahalah tampak tenang dan yakin pada diri Anda sendiri. Tatap mata orang yang Anda ajak bicara, tetapi jangan menatapnya dengan sikap merendahkan, karena hal ini akan tampak menantang. Usahakan pandangan Anda sejajar dengan orang yang sedang emosi itu. Jika dia berdiri, berdirilah, tetapi pastikan Anda memberi ruang bagi mereka.
    • Bergeraklah secara perlahan dan hati-hati. [2]
    • Usahakan tangan Anda relaks dan jangan menyilangkan tangan di depan dada.
    • Berdirilah menyerong dari orang yang sedang emosi itu. Berdiri atau mendekati orang yang sedang emosi secara menyerong akan cenderung tidak terlalu tampak mengancam.
    • Jangan berbalik badan atau mendekati orang yang sedang emosi itu dari belakang.
    • Berdirilah dengan jarak yang cukup jauh daripada kondisi normal.
    • Terlalu dekat dengan orang yang sedang emosi bisa membuat mereka panik dan menambah panas situasi sehingga melakukan kekerasan fisik.
    • Kalau Anda melihat ada orang yang menunjukkan tanda-tanda semakin teragitasi, bergeserlah ke samping dan teruslah berbicara dengannya.
  3. Atur volume dan nada suara Anda. Jangan meninggikan suara supaya Anda didengarkan. Alih-alih, tunggulah sampai si pelaku pelecehan itu menarik napas, baru kemudian Anda berbicara. [3]
    • Tarik napas dalam-dalam jika Anda menyadari suara Anda bergetar atau jika Anda berbicara terlalu cepat atau terlalu keras.
    • Jika Anda takut, Anda mungkin akan berbicara terlalu pelan. Tarik napas dalam-dalam dan proyeksikan suara Anda. Berbicaralah dari diafragma.
  4. Gunakan kata-kata yang menghargai. Katakan “Tolong,” “Terima kasih,” “Maaf,” “Kalau Anda tidak keberatan,” “Pak,” “Bu,” “Tuan,” “Nyonya,” dan kalau bisa, sebut nama orang yang Anda ajak bicara itu. Jangan menantang, mengancam, memerintah, atau mempermalukan orang yang sedang emosi itu. [4]
    • Ulangi apa yang dikatakan orang yang emosi itu untuk memastikan dia bahwa Anda mendengarkan. Jika mereka mengatakan, “Saya tidak dibantu dan Anda juga tidak menolong!” katakan, “Jadi maksud Anda, saya tidak memberi bantuan yang Anda butuhkan,” kemudian tanyakan pada mereka bagaimana sebaiknya Anda bisa membantu mereka.
    • Afirmasi apa yang mereka katakan dengan anggukan dan jawaban singkat, seperti “Saya dengar,” “Baik,” “Saya mengerti.”
  5. Sebisa mungkin jujurlah dengan semua informasi Anda. Jika informasi yang Anda miliki akan membuat orang itu semakin kesal, jelaskan bahwa Anda akan mendiskusikannya jika Anda berdua bisa berbicara dengan lebih tenang. [5]
    • Jangan membela diri atau orang lain atas penghinaan atau tuduhan: itu artinya mereka hendak menarik Anda untuk adu argumen. Hal itu tidak akan menolong siapa pun.
    • Jawab pertanyaan yang sebenarnya. Jika orang tersebut bertanya, “Memang kamu siapa &*#@?” tanggapi dengan menyebutkan nama dan gelar Anda.
    • Abaikan pertanyaan palsu. Untuk menjawab pertanyaan seperti, “Kenapa kamu begitu &*#@?” Anda bisa menanggapi begini, “Maaf kalau Anda merasa seperti itu.”
    • Ajukan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan mendorong orang yang teragitasi itu untuk lebih kalem dan berpikir rasional.
  6. Jelaskan bahwa Anda tidak dapat membantu orang tersebut ketika dia berbicara dengan sikap melecehkan. Tetap berada di situ bersamanya, tetapi jelaskan bahwa Anda tidak bisa bernegosiasi dengannya selama dia meledak-ledak.
    • Tawarkan pilihan. Katakan, “Bagaimana kalau kita pergi ke koridor dan melanjutkan diskusi dengan suara yang lebih pelan, atau, maukah Anda datang kembali lagi besok dan mendiskusikan hal ini?”
    • Tunjukkan empati atas perasaan, bukan atas perilaku yang melecehkan. Katakan, “Saya sangat menyesal karena kami tidak bisa membantu Anda dalam hal ini, dan Anda memang berhak marah. Namun, Anda sebaiknya tidak mengancam.”
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Keluar dari Tindakan Kekerasan yang Kronis

PDF download Unduh PDF
  1. Kekerasan emosional yang Anda rasakan bisa dilakukan oleh pasangan, orang tua, teman, atau siapa pun yang dekat dengan Anda, atau yang memiliki kekuasaan terhadap diri Anda. Pakar kekerasan verbal Patricia Evans mendefinisikan 15 kategori pelecehan berikut: [6]
    • Menolak. Jika orang yang Anda cintai tidak mau berbagi perasaan, pikiran, atau informasi intim apa pun dengan Anda, terutama saat Anda memintanya, berarti dia melakukan penolakan.
    • Memblokir atau mengalihkan. Hal ini merupakan suatu bentuk penolakan, di mana pelaku menentukan semua topik pembicaraan. Mereka mungkin mengatakan bahwa Anda terlalu banyak bicara atau terlalu sering mengeluh.
    • Membantah. Membantah adalah adu argumen yang tidak perlu. Hal ini terjadi ketika seseorang mencoba mengabaikan atau selalu "menyangkal" perasaan, pikiran, dan pendapat Anda.
    • Meremehkan. Kalau Anda dianggap terlalu sensitif, terlalu dramatis, suka “membesar-besarkan masalah yang tidak perlu”, terlalu serius, terlalu kekanak-kanakan, berarti Anda diremehkan. Penilaian dan pertahanan diri Anda diserang.
    • Melontarkan gurauan yang melecehkan. Kalau seseorang melontarkan gurauan yang membuat Anda kesal atau menyakiti perasaan Anda, berarti mereka melecehkan Anda dengan gurauan. Jika Anda mengekspresikan perasaan dan mereka berkata, “Aku cuma bercanda, kok,” berarti mereka meremehkan.
    • Menyalahkan dan menuduh. Jika Anda disalahkan atas hal-hal yang bukan kesalahan Anda, dituduh melakukan hal-hal yang tidak Anda lakukan, hal ini bisa disebut pelecehan. Banyak pelaku kekerasan tidak mau mengambil tanggung jawab atas kegagalan mereka sendiri, dan justru melampiaskan kemarahan mereka kepada Anda.
    • Menghakimi dan mengkritik. Jika ada orang yang terus-menerus merendahkan Anda atau memberi label negatif pada tindakan Anda, berarti dia melakukan pelecehan. Pernyataan itu umumnya dimulai dengan “Kamu”, misalnya, “Kamu gemuk, ya,” atau “Penyebab kamu tidak punya teman adalah karena kamu tidak bisa ikut nimbrung dalam percakapan.”
    • Merendahkan. Seorang pelaku pelecehan akan berusaha mengecilkan Anda dengan merendahkan pekerjaan, kesenangan, dan pilihan Anda. Jika Anda membanggakan sesuatu dan seseorang menanggapi begini: "Bukannya itu biasa aja?", berarti dia meremehkan.
    • Melemahkan. Jika seseorang mempermasalahkan semua perkataan Anda, terus-menerus mempertanyakan otoritas Anda, dan tidak pernah menganggap serius kata-kata Anda, berarti dia melemahkan Anda.
    • Sikap mengancam. Ancaman kekerasan terhadap Anda adalah pelecehan, bahkan jika ancaman itu tidak pernah ditindaklanjuti. Ancaman dari seseorang yang akan melukai dirinya sendiri "karena Anda" merupakan suatu bentuk pelecehan umum yang sengaja dilakukan untuk mengendalikan Anda. Selain itu juga biasa terjadi ancaman tanpa kekerasan, misalnya seseorang mengatakan bahwa Anda akan dihakimi oleh banyak orang jika tidak mengikuti nasihatnya.
    • Memberi julukan. Seseorang melecehkan Anda dengan cara memberikan julukan buruk pada Anda, menghina, menyumpahi, dan melontarkan kata-kata yang menyiratkan bahwa Anda terlalu sensitif. Julukan seperti "Idiot", "Gila", "Jelek", atau pernyataan seperti "Kamu sok jadi korban", atau, "Anda kira Anda begitu istimewa", adalah suatu bentuk kekerasan verbal.
    • Melupakan. Kalau seseorang selalu melupakan hal yang penting bagi Anda, ini merupakan suatu bentuk pelecehan, karena mereka seharusnya berusaha untuk mengingat.
    • Menyuruh-nyuruh. Kalau seseorang meminta Anda melakukan sesuatu, menuntut, atau bertingkah seperti bos atas diri Anda, ini dapat dianggap kekerasan verbal.
    • Menyangkal. Jika pelaku pelecehan menyangkal perbuatan mereka dan merasionalisasi hal itu alih-alih mendengarkan Anda dan menyadari efek yang dia timbulkan terhadap Anda, berarti tindakannya itu bisa disebut penyangkalan.
    • Marah. Tindakan pelecehan ini dapat berupa amukan, teriakan, tiba-tiba menjadi emosi, atau menggunakan kekuatan fisik.
  2. Kalau Anda berada dalam situasi pelecehan, atau Anda merasa demikian, temuilah tenaga profesional. Anda membutuhkan sudut pandang terapis berlisensi atau konselor untuk mengelola perasaan Anda. Jika Anda khawatir mengenai biaya, carilah pekerja sosial atau telepon pihak asuransi Anda untuk mengetahui pilihan-pilihan yang Anda miliki. [7]
    • Jika anggota keluarga Anda yang berpotensi melakukan kekerasan bersedia, Anda bisa pergi ke terapis bersamanya. Anggota keluarga Anda yang mau melakukan terapi bersama mungkin bisa keluar dari pola perilaku pelecehan.
    • Jika pasangan Anda menawari untuk mendaftarkan Anda ikut pelatihan mengelola rasa marah, sebagai gantinya mintalah terapi. Latihan mengelola rasa marah tidak membantu mengatasi pelecehan. [8]
  3. Tanda-tanda umum terjadinya pelecehan adalah Anda terisolasi dari jejaring pendukung Anda. Buat janji ketemu secara rutin dengan teman-teman Anda, dan tetaplah menjalin hubungan dengan teman serta anggota keluarga yang Anda sayangi. Jujurlah dengan teman dan keluarga Anda mengenai situasi rumah tangga Anda. Pertahankan kebahagiaan hidup Anda sendiri: jangan sampai Anda merasa terpaksa untuk menceritakan tentang semua teman dan aktivitas Anda kepada pasangan atau orang terdekat yang bersikap abusif. [9]
  4. Kalau anak Anda atau anak yang Anda kenal mengalami kekerasan verbal, jangan diam saja. Kekerasan verbal dapat menimbulkan efek merusak yang jangka panjang pada anak-anak, dan kerap kali meningkat menjadi kekerasan fisik. [10] [11]
    • Kalau Anda menduga ada anak yang mengalami kekerasan verbal, Anda bisa menghubungi KPAI untuk meminta saran.
    • Kalau Anda tahu betul ada anak yang mengalami kekerasan verbal, laporkan kejadian tersebut ke P2TP2A atau ke kantor polisi.
  5. Jika Anda sadar Anda hidup bersama orang yang melakukan kekerasan terhadap Anda, dan situasi Anda tidak membaik, pergilah. Kalau Anda merasa terancam bahaya, pergilah. Jika Anda punya anak, pergilah. Jika pelecehan itu meningkat menjadi kekerasan fisik, pergilah. Jika Anda siap untuk pergi, pergi saja.
    • Kalau Anda berpikir untuk pergi, mulailah untuk menabung dan beri tahu beberapa teman yang Anda percaya.
    • Kalau Anda tidak tahu harus pergi ke mana, atau jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa mengontak pihak yang menangani masalah pelecehan, misalnya menghubungi P2TP2A, yayasan, atau LSM terkait. Mereka akan membantu Anda mencarikan tempat penampungan, di mana Anda bisa tinggal sementara sampai Anda bisa benar-benar meninggalkan pelaku.
    • Hubungi nomor hotline penanganan kekerasan rumah tangga untuk mendapatkan saran tentang ke mana Anda harus pergi dan bagaimana caranya. Anda dapat melihat nomornya pada situs web P2TP2A daerah Anda.
    Iklan

Referensi

  1. www.in.gov/dcs/files/Verbal_De-escalation.pptx
  2. www.in.gov/dcs/files/Verbal_De-escalation.pptx
  3. www.in.gov/dcs/files/Verbal_De-escalation.pptx
  4. www.in.gov/dcs/files/Verbal_De-escalation.pptx
  5. www.in.gov/dcs/files/Verbal_De-escalation.pptx
  6. https://www.psychologytoday.com/blog/the-mysteries-love/201503/15-kinds-verbal-abuse
  7. http://psychcentral.com/lib/signs-you-are-verbally-abused-part-ii/
  8. http://www.healthyplace.com/blogs/verbalabuseinrelationships/2012/01/anger-management-likely-to-increase-domestic-abuse/
  9. http://psychcentral.com/lib/signs-you-are-verbally-abused-part-ii/

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 20.332 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan