PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Selalu merasa sedih? Anda mungkin mengalami depresi. Namun, perasaan sedih yang bertahan selama satu atau dua hari tidak lantas menandakan adanya depresi. Perlu diingat bahwa depresi merupakan gangguan psikologis umum yang dapat memberikan dampak signifikan pada fungsi/kehidupan sehari-hari, dan bukan sekadar perasaan sedih atau gundah. Mereka yang mengalami depresi tidak bisa begitu saja keluar dari “jerat kenestapaan”, meskipun sangat ingin. Depresi dapat cepat menjadi situasi genting jika gejala mental, emosional, dan fisik mulai muncul. Kabar baiknya adalah ada beberapa cara untuk menangani dan pencegah depresi setelah Anda melihat gejalanya.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengenali Gejala Gangguan Depresi Mayor

PDF download Unduh PDF
  1. Depresi ditunjukkan dalam bentuk fisik, mental, dan emosional. Para ahli kesehatan mental menggunakan suatu sistem untuk mendiagnosis depresi yang mencakup sebagian besar gejala-gejala berikut ini pada berbagai lingkungan yang dihadapi penderitanya (mis. rumah, sekolah, kantor, sosial) selama dua minggu atau lebih: [1]
    • Perasaan tertekan sepanjang hari (sedih, terpuruk, dan lain-lain)
    • Perasaan putus asa atau tak berdaya (tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi)
    • Kehilangan rasa senang atau ketertarikan terhadap sebagian besar aktivitas (mis. hal-hal yang dulu biasa dinikmati tidak lagi terasa menyenangkan)
    • Kesulitan berkonsentrasi (baik di rumah, kantor, maupun sekolah; tugas-tugas sederhana menjadi hal yang sangat sulit)
    • Perasaan bersalah (mis. merasa bahwa Anda memiliki kehidupan yang kacau dan tidak bisa memulihkan keadaan)
    • Perasaan tidak berharga (apa pun yang dilakukan tidak berarti)
    • Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
  2. Meskipun tidak selalu dibutuhkan dalam mendiagnosis depresi, pikiran-pikiran seperti ini dapat menjadi gejala gangguan. [2] Jika Anda memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri atau ingin melakukannya, jangan menunggu lagi. Segera hubungi teman atau anggota keluarga atau cari bantuan pihak ahli.
    • Jika Anda berada dalam bahaya karena sudah hampir melakukan bunuh diri, hubungi layanan darurat .
    • Anda juga bisa pergi secara langsung ke unit gawat darurat di rumah sakit. Para ahli kesehatan mental akan membantu Anda membuat rencana untuk menenangkan diri dan mencari cara untuk menangani pikiran-pikiran untuk melakukan bunuh diri.
    • Jika Anda memiliki terapis, segera beri tahu ia jika Anda memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri.
    • Di Indonesia sendiri, Anda bisa menghubungi nomor laporan kondisi darurat 119 ketika Anda memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri. Anda juga bisa menghubungi International Wellbeing Center melalui pesan singkat atau WhatsApp di 081290529034.
  3. Depresi menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh dan perilaku. Ketika mendiagnosis depresi, pakar kesehatan mental akan memperhatikan gejala fisik untuk membantu proses pemeriksaan. Seperti halnya gejala emosional/mental, diagnosis depresi sering kali mencakup sebagian besar gejala-gejala berikut ini selama dua minggu atau lebih: [3]
    • Perubahan pola tidur (mis. tidur terlalu lama atau tidak cukup tidur)
    • Perubahan pola makan (terlalu banyak makan atau kurangnya nafsu makan)
    • Penurunan gerakan (mis. gerakan tubuh sederhana seolah membutuhkan semua energi)
    • Kehilangan energi dan perasaan lelah (tidak ada energi untuk beraktivitas sehari-hari atau tidak dapat bangun dari tempat tidur)
  4. Kejadian-kejadian terbaru yang penuh dengan tekanan dapat memicu serangan depresi. Bahkan, kejadian-kejadian positif seperti pindah rumah, mendapatkan pekerjaan baru, menikah, atau memiliki anak dapat memicu depresi. Tubuh dan pikiran Anda membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan pengalaman baru dan terkadang, perubahan terkini dapat memicu munculnya episode-episode depresif. Jika Anda pernah mengalami momen traumatis (mis. kehilangan anak atau mengalami bencana alam), momen-momen tersebut dapat melahirkan depresi. Selain itu, pengalaman negatif yang berkepanjangan (mis. kekerasan fisik, emosional, atau seksual, baik pada masa kecil maupun usia dewasa) dapat memicu depresi. [4]
    • Penggunaan obat-obatan atau zat kimia dapat memicu depresi, terutama alkoholisme.
    • Gangguan kesehatan juga dapat memicu depresi (mis. ketika mendapatkan diagnosis mayor atau menghadapi kesulitan kesehatan).
    • Hanya karena Anda mengalami kejadian yang penuh dengan tekanan, tidak berarti Anda akan langsung mengalami depresi. Kejadian tersebut memang dapat memicu episode depresif, tetapi tidak ada yang bisa begitu saja membuat Anda mengalami depresi itu sendiri.
  5. Jika Anda pernah mengalami gejala depresi, Anda memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kembali depresi. Sekitar 50% orang yang mengalami episode depresif akan mengalami kembali depresi di masa mendatang. [5] Periksa pengalaman/riwayat sebelumnya dan catat periode gejala depresi berkepanjangan yang pernah Anda alami.
  6. Perhatikan hubungan antara depresi dengan anggota keluarga dekat (kakak, adik, atau orang tua). Setelah itu, periksa anggota keluarga lain (bibi, paman, sepupu, kakek, atau nenek) dan perhatikan apakah mereka pernah mengalami gejala depresi. Perhatikan pula apakah ada anggota keluarga Anda yang pernah melakukan bunuh diri atau mengalami gangguan kesehatan mental. Depresi cenderung “diwariskan” dalam keluarga dan memiliki komponen genetik yang kuat. Jika Anda melihat adanya kasus depresi yang cukup signifikan pada keluarga, Anda memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami depresi. [6]
    • Penting bagi Anda untuk memahami bahwa setiap keluarga memiliki hubungan dengan gangguan kesehatan mental. Hanya karena Anda memiliki bibi atau orang tua yang mengalami gangguan mental, tidak berarti Anda pun akan mengalami depresi atau gangguan kesehatan mental lain.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Memahami Beragam Bentuk Depresi yang Berbeda

PDF download Unduh PDF
  1. Anda mungkin merasa bahagia dan bebas di musim/cuaca panas, tetapi kemudian merasa sedih di cuaca/musim dingin yang muram. Kondisi yang dikenal dengan nama gangguan afektif musiman ( seasonal affective disorder atau SAD) ini mulai terjadi ketika hari-hari menjadi lebih pendek dan hari tidak begitu terang. Gejala-gejalanya memang beragam, tetapi secara umum serupa dengan gejala gangguan depresif mayor, serta berbeda berdasarkan lokasi geografis penderitanya. [7] Tempat-tempat yang mendapatkan sangat sedikit cahaya matahari dalam jangka waktu tertentu (mis. Alaska, Amerika Serikat) memiliki tingkat populasi dengan gangguan afektif musiman yang lebih tinggi.
    • Jika Anda menderita gangguan ini, manfaatkan cahaya matahari yang ada. Bangunlah lebih awal di pagi hari dan berjalan-jalanlah, atau luangkan waktu makan siang untuk beraktivitas/menikmati suasana di luar ruangan lebih lama di siang hari.
    • Gangguan afektif musiman dapat ditangani secara efektif dengan terapi cahaya, tetapi hampir setengah dari penderita gangguan ini tidak merasa lebih baik dengan terapi saja. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai terapi cahaya, cari artikel mengenai cara memilih kotak terapi cahaya.
  2. Para remaja mengalami depresi dalam bentuk yang berbeda dari orang dewasa. Remaja mungkin tampak lebih mudah kesal, sering menggerutu, atau tidak ramah ketika mengalami depresi. Rasa nyeri atau sakit pada tubuh yang tidak bisa dijelaskan juga dapat menandakan depresi pada remaja. [8]
    • Ledakan amarah secara tiba-tiba dan sensitivitas yang meningkat terhadap kritik juga menandakan depresi.
    • Penurunan nilai di sekolah, penutupan diri dari teman-teman, dan penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang juga dapat menandakan depresi pada remaja. [9]
  3. Persalinan merupakan momen mengesankan yang menandakan terbentuknya keluarga dan hadirnya anak. Bagi beberapa wanita, momen pascamelahirkan diisi dengan kegembiraan dan keceriaan. Perubahan hormon, fisik, dan peran baru sebagai pengasuh bayi dapat menjadi hal yang sangat merepotkan. Sekitar 10-15% wanita mengalami depresi pascamelahirkan ( postpartum depression ). [10] Bagi sebagian wanita, depresi pascamelahirkan terjadi segera setelah proses persalinan selesai. Sementara itu bagi yang lainnya, gejala depresi muncul dalam beberapa bulan pertama, dan secara bertahap menjadi semakin jelas. [11] Selain gejala depresi yang dijelaskan di atas, beberapa tanda-tanda depresi pascamelahirkan lainnya, di antaranya adalah: [12]
    • Kurangnya ketertarikan terhadap bayi yang sudah dilahirkan
    • Adanya perasaan negatif terhadap bayi
    • Timbulnya kecemasan tentang melukai bayi
    • Kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri
  4. Jenis depresi ini umumnya tidak separah gangguan depresi mayor, tetapi bertahan lebih lama. Orang-orang yang mengalami gangguan depresi persisten umumnya menampilkan suasana hati yang sendu atau suram selama 2 tahun atau lebih. Episode-episode depresi mayor mungkin muncul dalam jangka waktu tersebut, tetapi suasana hati yang sedih atau tertekan tetap terjadi selama 2 tahun. [13]
  5. Bentuk depresi ini terjadi ketika seseorang mengalami depresi parah dan psikosis. Psikosis mencakup adanya pandangan/kepercayaan yang salah (mis. percaya bahwa Anda adalah seorang presiden atau mata-mata), delusi (jarak dengan kenyataan yang diterima, seperti percaya bahwa Anda sedang dimata-matai), atau halusinasi (mendengar atau melihat hal-hal yang tidak didengar atau dilihat orang lain). [14]
    • Depresi psikotik dapat berbahaya dan berakhir dengan kematian karena penderita menjauhkan diri dari kenyataan. Segera cari bantuan dengan menghubungi teman atau layanan darurat .
  6. Gangguan ini ditandai oleh siklus perubahan suasana hati. Seseorang bisa mengalami kesedihan yang sangat mendalam (depresi serius), kemudian merasakan kegembiraan yang sangat besar (mania). Gangguan bipolar secara drastis mengubah suasana hati, perilaku, dan pola pikir penderitanya. Ketika mengalami fase mania, seseorang dapat menunjukkan sikap yang berbeda, seperti keluar dari pekerjaan, berbelanja secara besar-besaran, atau mengerjakan proyek selama berhari-hari tanpa tidur. Sementara itu, episode-episode depresif yang dialaminya cenderung parah. Pada momen ini, penderita tidak dapat bangkit dari tempat tidur, mengerjakan tugas, atau melakukan fungsi/aktivitas dasar sehari-hari. [15] Jika Anda mengalami gejala gangguan bipolar, segera cari bantuan pihak ahli. Ada kemungkinan gejala seperti ini tidak bisa diredakan tanpa intervensi. Beberapa gejala fase mania mencakup: [16]
    • Adanya perasaan optimis yang tidak biasa
    • Sangat mudah merasa kesal
    • Merasa sangat berenergi, meskipun tidak tidur cukup
    • Pikiran-pikiran yang ada muncul secara bersamaan
    • Kecepatan bicara yang tinggi
    • Penilaian yang tidak seimbang, adanya impulsivitas
    • Munculnya delusi atau halusinasi
    • Untuk informasi lebih lanjut mengenai gangguan ini, bacalah artikel mengenai cara mengetahui apakah Anda mengalami gangguan bipolar .
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menangani Depresi

PDF download Unduh PDF
  1. Jika Anda tidak yakin dengan kondisi emosional yang ada atau sedang berjuang agar tidak tenggelam dalam episode depresif, cobalah cari terapi. Terapis dapat membantu Anda memahami depresi dan mencari cara untuk menangani dan mencegah fase-fase depresif di masa mendatang. Terapi merupakan bentuk penanganan depresi yang sangat efektif karena Anda bisa menelusuri beragam sumber depresi, meredakan perasaan negatif, dan mulai merasa atau bersikap normal kembali. [17]
    • Terapi perilaku kognitif atau cognitive-behavior therapy (CBT) sangat efektif dalam menangani depresi. Terapi ini membantu Anda menghadapi pikiran negatif dan mengubah pola pikir Anda menjadi pola yang lebih positif. Anda bisa belajar menafsirkan/membaca kembali lingkungan dan interaksi dalam cara yang lebih suportif. [18]
  2. Bagi sebagian orang, terapi yang diikuti dengan pengobatan dapat menjadi bentuk penanganan depresi yang baik. Ketahuilah bahwa pengobatan tidak lantas bisa meredakan atau mengobati depresi secara tuntas dan memiliki risiko tertentu. [19] Hubungi pihak penyedia layanan medis atau psikiater untuk mempelajari lebih jauh mengenai pengobatan antidepresan.
    • Bahas kemungkinan efek samping dari obat yang digunakan dengan dokter dan pelajari risiko pengobatan yang dilakukan.
    • Jika Anda memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri karena pengobatan yang dijalani, segera hubungi dokter.
    • Jika Anda menjalani pengobatan depresi, jangan langsung berhenti menjalaninya setelah melihat hasilnya. Gunakan atau jalani pengobatan sesuai arahan dokter.
  3. Penting bagi Anda untuk merasa dicintai dan didukung, terutama jika Anda sedang menghadapi atau melawan depresi. Ketika mengalami depresi, biasanya Anda cenderung mudah untuk menarik diri dari teman-teman dan keluarga. Namun, meluangkan waktu bersama teman-teman justru dapat meningkatkan suasana hati. Ketika tenggelam dalam depresi, cobalah luangkan waktu untuk teman-teman, bahkan jika tubuh atau pikiran Anda “tidak sepakat”. [20]
    • Anda juga bisa bergabung dengan kelompok dukungan. Cari tahu mengenai kelompok atau yayasan seperti Into The Light, Indopsycare ( https://indopsycare.simplybook.asia/ ), atau Yayasan Pulih untuk mendapatkan informasi terkait depresi dan mencari kelompok dukungan.
  4. Manfaat berolahraga terhadap penanganan depresi didukung kuat oleh riset yang berkembang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga itu sendiri dapat meredakan gejala depresi dan mencegah kemunculannya di masa mendatang. Mungkin memang sulit untuk memotivasi diri agar mau pergi ke pusat kebugaran atau berjalan-jalan, terutama ketika depresi tampaknya sudah menyedot semua energi Anda. Namun, cobalah temukan sedikit motivasi dan berolahragalah. [21]
    • Anda bisa melakukan olahraga sederhana, seperti berjalan-jalan selama 20-40 menit setiap hari. Jika Anda memelihara hewan peliharaan, tunjukkan komitmen untuk membawanya berjalan-jalan agar Anda mendapatkan dorongan kebahagiaan tambahan.
    • Jika Anda kesulitan mencari motivasi untuk tetap aktif, ingatkan diri sendiri bahwa setelah mau bergerak, Anda tidak akan menyesalinya. Seseorang yang pergi ke pusat kebugaran jarang memiliki pandangan seperti “Aku sudah membuang-buang waktuku. Aku tidak seharusnya pergi.”
    • Carilah teman berolahraga untuk mendapatkan motivasi. Adanya semacam “tanggung jawab” bisa mendorong Anda untuk pergi ke pusat kebugaran.
  5. Pengelolaan stres merupakan satu satu cara untuk menangani dan mencegah depresi. Lakukan hal-hal yang bisa menenangkan Anda setiap hari (penggunaan media sosial tidak dihitung). Cobalah lakukan yoga , bermeditasi , taici, atau teknik relaksasi otot. Anda juga bisa membuat jurnal atau memanfaatkan kreativitas diri untuk menggambar, melukis, atau menjahit. [22]
    • Untuk informasi lebih lanjut, bacalah artikel mengenai cara mengurangi stres .
    Iklan

Tips

  • Jika Anda sudah mengalami depresi dalam waktu yang lama, mungkin dibutuhkan waktu yang lama pula untuk pulih sepenuhnya dari gangguan tersebut. Jangan langsung mengharapkan hasil yang instan.
Iklan

Peringatan

  • Penyalahgunaan obat-obatan mungkin memberikan rasa lega sementara dari gejala depresi, tetapi sebenarnya dapat memperburuk kondisi seiring berjalannya waktu. Jika Anda mulai menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol untuk menangani depresi, segera hentikan penggunaan keduanya dan bicaralah kepada pakar/ahli kesehatan mental mengenai penanganan alternatif yang bisa dijalani.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 6.565 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan