Apakah Teman Kamu Toksik?
Persahabatan seharusnya didasarkan pada saling memberi dukungan, kasih sayang, dengan suasana hati yang nyaman. Namun, belakangan ini vibe dan mood temanmu sepertinya tidak enak. Apakah persahabatan kalian telah berubah menjadi toksik, atau hanya sedikit renggang?
Kami bisa membantu kamu. Tekan “Mulai Quiz” untuk mengetahui apakah temanmu toksik atau tidak, dan apa yang bisa kamu lakukan jika dia memang toksik.
Ringkasan Pertanyaan
- Selalu! Dia hampir selalu mendadak membatalkan rencana.
- Sering. Kemungkinan dia muncul itu kayaknya cuma 50/50.
- Kadang-kadang. Namun, biasanya dia punya alasan yang masuk akal.
- Tidak pernah. Jika dia janji, aku tahu kalau dia pasti akan menepatinya.
- Lelah. Berada di dekatnya membuatku merasa lelah dan tidak nyaman.
- Biasa saja. Aku tidak merasa lelah, tetapi juga tidak terlalu senang.
- Senang. Aku senang menghabiskan waktu bersamanya.
- Sangat senang! Aku merasa bergairah, bersemangat, dan merasa lebih baik setelah menghabiskan waktu dengannya.
- “Jangan kayak anak kecil. Kamu nggak asyik!”
- “Aku pengen banget nyoba ini bareng kamu, tapi ya nggak apa-apa sih kalau kamu nggak bisa.”
- “Sayang banget. Tapi kamu mau kan, paling nggak anter aku ke bandara?”
- ”Nggak apa-apa! Tidak semua orang mau coba terjun payung.”
- Sama sekali tidak. Dia mungkin sudah menyebarkannya ke semua orang.
- Meragukan. Minimal ada 1 orang yang sudah dia beri tahu.
- Mungkin. Dia bisa dipercaya, tetapi pernah kelepasan bicara sebelumnya.
- Sangat yakin dia tidak akan memberi tahu siapa pun.
- Cukup jahat dan pasif agresif. Rasanya aku selalu menjadi sasaran semua leluconnya.
- Tidak bagus. Terkadang dia lucu, tetapi juga suka sembarangan melucu.
- Ceria. Dia kadang-kadang menggodaku secara berlebihan, tetapi dia tidak bermaksud jahat.
- Penuh hormat. Leluconnya tidak pernah melewati batas.
- “Yang kayak gitu kamu anggap berat? Masalahku jauh lebih buruk tahu ..."
- “Hmm, mungkin sebenarnya nggak seberat itu.”
- “Aku ikut sedih mendengarnya. Pasti bikin kamu frustrasi, ya."
- "Ya ampun! Ada apa? Ayo ceritain semua.”
- Setidaknya seminggu sekali. Dia selalu bertengkar dengan seseorang.
- Sebulan sekali. Selalu ada potensi konflik yang mengintai.
- Setahun sekali. Dia kadang terlibat dalam konflik, tetapi tidak sering.
- Hampir tidak pernah. Aku nggak ingat kapan kali terakhir dia terlibat konflik.
- “Kamu sensitif banget sih.”
- “Maaf deh kalau kamu nggak nyaman, tapi bukan salahku juga kamu nggak bisa terima lawakan kayak itu."
- “Aku minta maaf telah menyakiti perasaanmu.”
- "Sori banget, ya. Aku bisa ngapain untuk menebusnya?”
- “Wah, kamu ternyata lebih pintar dari dugaanku."
- “Lumayan, tapi nilaiku 98 dong.”
- "Selamat, ya! Kamu pasti sangat lega.”
- "Luar biasa! Aku tahu kamu pasti bisa dapat nilai bagus.”
- 1-2. Aku kadang kayak ngomong sama tembok.
- 3-5. Nggak bagus, tetapi ini bisa lebih parah lagi.
- 6-7. Dia kasih perhatian sekitar 75% lah waktu aku ngomong.
- 8-10. Dia memberi perhatian penuh waktu aku ngomong.
- “Emang nggak bisa, kamu pergi sama dia besok aja? Aku lagi kesepian nih."
- “Mendingan kamu batalin janji kamu sama dia dan pergi sama aku aja."
- "Yah ... Tapi kita bisa hang out di lain waktu kok."
- "Nggak masalah! Semoga acaramu menyenangkan."
- Berat sebelah. Aku merasa tidak dilihat atau didengarkan.
- Melelahkan. Aku merasa sangat lelah setelah menghabiskan waktu dengannya.
- Bagus. Hubungan kami memang mengalami pasang surut, tetapi aku menikmatinya.
- Indah. Aku merasa sangat dihargai dan diperhatikan.
Quiz Lain
Seluk Beluk Persahabatan Toksik
Persahabatan dimaksudkan untuk mencapai hal-hal positif dan memberdayakan, bukan negatif dan melelahkan. Jika teman cenderung menjatuhkan kamu, alih-alih membangkitkan semangat. Mungkin sekarang saat yang tepat untuk merenungkan lebih dalam hubunganmu dengannya.
Tanda-Tanda Persahabatan Toksik
- Dia harus selalu menjadi yang terbaik. Tidak masalah jika ada sedikit persaingan dalam persahabatan, tetapi beberapa orang melakukan persaingan secara berlebihan. Orang-orang seperti ini selalu mencari kesempatan untuk memamerkan keberhasilannya, dan menunjukkan bahwa pencapaiannya lebih baik dan mengesankan daripada kamu.
- Dia selalu tidak dapat diandalkan. Semua orang pasti pernah terlambat sesekali, tetapi keterlambatan teman toksik sudah mencapai tingkat yang parah. Dia hampir selalu datang terlambat (itu pun jika dia muncul). Dia tidak pernah ragu membatalkan rencana untuk melakukan hal lain yang lebih menyenangkan.
- Dia meminta lebih banyak daripada yang diberikan. Jenis teman seperti ini hanya bergaul jika dia merasa nyaman, dan ketika berkumpul, topik obrolan hanya berkisar tentang dirinya. Dia hanya mengirim pesan teks kepadamu ketika tidak ada orang lagi yang menemaninya. Dia mengajak kamu hang out jika tidak ada lagi aktivitas lain yang lebih baik.
- Dia sangat suka memerintah. Walaupun mengungkapkan pendapat adalah hal yang wajar, teman seperti ini memiliki terlalu banyak hal untuk dikatakan. Dia sering menyela perkataanmu dan mengutarakan idenya sendiri, menawarkan saran atau opini, dan bahkan mengatur apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan.
- Dia membuat kamu tidak nyaman. Persahabatan yang sehat didasarkan pada batasan yang sehat, yang paling penting adalah menghormati batasan tersebut. Teman jenis ini akan menekan kamu agar melakukan sesuatu walaupun kamu tidak mau, atau mendorong kamu melakukan sesuatu yang tidak patut.
- Dia menjadikan kamu sebagai bahan lelucon. Ejekan dan olok-olok lucu merupakan hal yang wajar dalam persahabatan yang sehat, tetapi teman sejati harus tertawa bersamamu , bukan mentertawakanmu . Teman toksik tidak akan segan mengganggu atau mempermalukan kamu demi suatu “lelucon”. Ketika kamu menegurnya, dia akan bilang, "Ah, kamu terlalu sensitif.”
- Dia tidak tulus dan tidak bisa dipercaya. Teman jenis ini sering menyebar gosip (dan tidak ragu menyertakan namamu di dalam rumor). Dia mungkin mengatakan hal-hal baik dan dan mendukung saat di depanmu, tetapi akan menceritakan berbagai hal buruk tentang kamu kepada orang lain. Orang seperti ini tentu tidak bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia.
- Dia cenderung memiliki sifat narsistik. Dia menjadikan kamu sebagai sarana untuk kebutuhan narsistiknya (kamu akan dipaksa untuk terus memperhatikan dan mengaguminya) tanpa peduli dengan perasaan dan pikiran kamu. Ketika kamu tidak bisa memenuhi kebutuhan narsistiknya, dia akan berpaling dan berpindah ke orang lain yang bisa memberikannya.
Apa yang Harus Kamu Lakukan Selanjutnya
- Tanyakan sudut pandang dari teman lain atau orang yang kamu sayangi. Melihat gambaran seseorang secara keseluruhan terkadang sulit dilakukan apabila kamu terjebak dalam persahabatan tidak sehat. Namun, teman yang netral dan tidak terlibat mungkin bisa membantu. Jelaskan situasinya dan ceritakan cara teman yang berpotensi toksik tersebut memperlakukan kamu. Orang netral yang kamu percayai mungkin bisa memberikan saran dan sudut pandangnya sendiri terhadap situasi tersebut.
- Menjauhlah dari dia untuk sementara waktu. Dalam beberapa hari atau minggu berikutnya, cobalah menjauh dari teman toksik tersebut dengan mengurangi kontak dengannya dan menolak ajakannya untuk hang out secara sopan. Di masa "jeda" ini, luangkan waktu untuk diri sendiri dan lihat bagaimana perasaanmu. Apakah kamu merasa lebih segar dan nyaman tanpa kehadirannya? Jika iya, mungkin dia telah memberi pengaruh toksik atau negatif dalam kehidupanmu.
- Bicaralah dengannya menggunakan pernyataan “aku”. Dengan cara ini, kamu bisa mengungkapkan perasaan tanpa menyalahkan orang lain. Kamu bisa mengatakan, “Aku sangat senang jika didengarkan. Saat masih kecil, papaku tidak pernah mau mendengarkan aku dan itu membuatku sangat sedih. Aku sangat senang apabila kamu mau mendengarkan aku". Secara umum, penggunaan pernyataan “aku” bisa memberi banyak kebebasan untuk membahas perasaanmu secara terbuka, penuh dengan rasa hormat, dan tidak konfrontatif.
- Beri kesempatan lagi kepadanya jika menurutmu dia dapat berubah. Orang kadang-kadang tidak sadar jika dia toksik sampai kamu memberi reaksi terhadap perilakunya. Jika dia meminta maaf dengan tulus dan ingin berubah, cobalah memberi kesempatan kedua kepadanya.
- Jika kamu ragu dia mau berubah, biarkan persahabatan merenggang sendiri secara alami. Jangan berusaha keras untuk berkumpul dengannya, serta hindari mengirim pesan teks dan berinteraksi dengannya di medsos. Habiskan waktu bersama teman yang bisa menghargai dan memperlakukan kamu dengan hormat.
- Akhiri pertemanan secara diam-diam. Jika pertemanan kalian tampaknya tidak berhasil, cobalah menjauh darinya secara diam-diam tanpa mengatakan apa pun. Jika dia bertanya (kemungkinan besar tidak), kamu bebas untuk memilih apakah ingin menjelaskan perasaanmu dengan jujur atau tidak. Untuk menjawab pertanyaannya, cobalah mengatakan, “Mungkin kita tidak terlalu cocok berteman, dan kupikir kita tidak usah hang out terlalu sering.”
Ingin tahu lebih lanjut?
Menghadapi persahabatan toksik memang tidak mudah, tetapi kamu tidak perlu menghadapi situasi sulit ini sendirian. Cobalah melihat referensi berikut ini untuk mendapatkan berbagai saran yang bermanfaat dan diverifikasi oleh para pakar: