Unduh PDF Unduh PDF

Dosen hukum dan pengacara praktik tidak bisa membahas tentang “berpikir seperti pengacara” tanpa mengungkit film tahun 1973 berjudul “The Paper Chase.” [1] Di film tersebut, Profesor Kingsfield berkata di hadapan para mahasiswa tahun pertamanya: “Kalian datang ke sini dengan pikiran yang berantakan dan kalian akan meninggalkan tempat ini dengan berpikir seperti seorang pengacara”. Walaupun dosen-dosen hukum tetap senang mengatakan kepada para mahasiswanya bahwa mereka akan diajari untuk berpikir seperti seorang pengacara, Anda tidak perlu mengikuti kuliah hukum untuk meningkatkan keahlian Anda dalam berpikir logis dan kritis.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengenali Masalah

Unduh PDF
  1. Untuk melihat semua persoalan yang mungkin dalam serangkaian fakta, pengacara akan melihat situasi dari berbagai sudut pandang. Menempatkan diri Anda pada posisi orang lain akan memungkinkan diri Anda untuk memahami berbagai sudut pandang lain.
    • Dalam ujian perkuliahan hukum, mahasiswa belajar membuat struktur jawaban menggunakan singkatan IRAC , yang memiliki kepanjangan ' Issue (persoalan)' , ' Rule (aturan)' , ' Analysis (analisis)' dan ' Conclusion (kesimpulan)' . Kegagalan untuk mengenali semua persoalan yang memungkinkan dapat memelesetkan seluruh jawaban. [2]
    • Misalnya, anggap saja Anda sedang menyusuri jalan dan menyadari ada tangga yang bersangga pada sebuah bangunan. Seorang pekerja yang berada pada anak tangga paling atas sedang menggapai jauh ke arah kirinya untuk membersihkan jendela. Tidak ada pekerja lain, dan bagian bawah tangga menonjol keluar ke bagian trotoar tempat orang berjalan. Mengenali persoalan melibatkan bukan hanya melihat situasi dari sudut pandang pekerja tersebut dan orang yang melewati jalan, namun juga pemilik bangunan, atasan pekerja, dan bahkan mungkin kota tempat bangunan tersebut berada.
  2. Ada alasan yang mungkin membuat Anda mengatakan bahwa telah “dibutakan” oleh amarah dan emosi lainnya—perasaan tidaklah rasional dan menghalangi Anda melihat fakta yang mungkin penting untuk menyelesaikan masalah.
    • Mengenali persoalan secara akurat merupakan hal yang utama guna menentukan fakta mana yang relevan dan penting. Emosi dan sentimen bisa menyebabkan diri Anda terikat dengan detail-detail yang memiliki sedikit kepentingan atau tidak memiliki kepentingan sama sekali terhadap hasil dari situasi tersebut.
    • Berpikir seperti pengacara mengharuskan Anda menyingkirkan ketertarikan pribadi atau reaksi emosional untuk berfokus pada fakta yang nyata dan dapat dibuktikan. Misalnya, anggaplah terdakwa kriminal digugat atas dasar melecehkan anak kecil. Polisi menahannya di dekat taman bermain, dan mulai segera menanyakan kenapa dia berada di sana dan niatnya terhadap anak-anak yang bermain di dekat dirinya. Pria yang terganggu tersebut mengaku bahwa dia berencana menyakiti anak-anak. Detail kasus tersebut mungkin terasa memuakkan, namun pengacara pembela akan menyingkirkan trauma emosional tersebut dan berfokus pada fakta bahwa terdakwa tidak diberitahu mengenai hak-haknya untuk tetap diam sebelum dia ditanyai. [3]
  3. Orang yang bukan pengacara mungkin akan menganggap kemampuan ini sebagai kegagalan moral dalam diri pengacara, namun hal ini bukan berarti pengacara tidak memercayai apa pun. Kemampuan untuk membantah kedua belah pihak dalam suatu persoalan berarti memahami bahwa ada dua sisi dalam setiap cerita, yang masing-masingnya memiliki poin yang mungkin valid.
    • Saat Anda mempelajari cara untuk membuat argumen yang berlawanan, Anda juga belajar tentang cara untuk mendengarkan, yang akan meningkatkan rasa toleransi dan memungkinkan lebih banyak masalah untuk diselesaikan secara kooperatif. [4]
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menggunakan Logika

Unduh PDF
  1. Penalaran deduktif merupakan salah satu keunggulan dari cara berpikir seperti seorang pengacara. Dalam bidang hukum, pola logika ini digunakan saat menerapkan aturan hukum terhadap pola fakta tertentu.
  2. Silogisme merupakan jenis penalaran deduktif khusus yang sering kali digunakan dalam penalaran hukum, dan memastikan bahwa apa yang benar bagi sebuah kelompok secara umum juga akan benar bagi semua individu secara spesifik dalam kelompok yang sama. [5]
    • Silogisme memiliki tiga bagian: pernyataan umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan mengenai pernyataan khusus berdasarkan pernyataan umum.
    • Pernyataan umum biasanya bersifat luas dan berlaku hampir secara universal. Misalnya, Anda mungkin berkata “Semua lantai yang kotor memperlihatkan kelalaian”.
    • Pernyataan khusus mengacu kepada orang atau rangkaian fakta spesifik, seperti “Lantai restoran ini kotor”.
    • Kesimpulannya mengaitkan pernyataan khusus ke pernyataan umum. Dengan menyatakan aturan universal, dan menyimpulkan bahwa pernyataan khusus itu adalah bagian dari kelompok yang termasuk dalam aturan universal, Anda dapat mencapai kesimpulan: “Lantai restoran ini memperlihatkan kelalaian”.
  3. Terkadang Anda tidak memiliki aturan umum, namun Anda bisa melihat sejumlah situasi serupa dengan kejadian yang sama. Penalaran induktif memungkinkan diri Anda untuk membuat kesimpulan bahwa jika hal yang sama cukup sering terjadi, Anda dapat menarik aturan umum yang akan selalu terjadi.
    • Penalaran induktif tidak memungkinkan diri Anda untuk menjamin bahwa kesimpulan Anda benar. Tetapi, jika sesuatu terjadi secara rutin, cukup memungkinkan bagi Anda untuk dapat menjadikannya dasar saat membuat aturan.
    • Misalnya, anggap saja tidak ada yang memberi tahu Anda bahwa, sebagai aturan umum, lantai yang kotor memperlihatkan kelalaian dari pihak pegawai toko atau pemilik toko. Tetapi Anda mengamati pola dalam beberapa kasus berupa pelanggan yang terpeleset dan terjatuh, lalu hakim menyimpulkan pemilik toko telah lalai. Oleh karena kelalaiannya, pemilik toko harus membayar biaya atas luka-luka yang diderita pelanggan. Berdasarkan pengetahuan Anda mengenai kasus-kasus ini, Anda menyimpulkan jika lantai toko kotor dan pemilik toko telah lalai.
    • Hanya mengetahui beberapa contoh kasus mungkin tidak akan cukup untuk membuat aturan yang dapat Anda jadikan dasar pada tingkat apa pun. Semakin besar proporsi dari kasus tunggal dalam suatu kelompok dengan sifat yang sama, semakin mungkin kesimpulan tersebut benar. [6]
  4. Saat pengacara memberikan argumen atas suatu kasus menggunakan perbandingan dengan kasus sebelumnya, berarti dia menggunakan analogi.
    • Pengacara akan mencoba untuk memenangkan kasus baru dengan memperlihatkan bahwa fakta-faktanya serupa secara substansial dengan fakta-fakta pada kasus lama, dan karena itu kasus baru harus diputuskan dengan cara yang sama dengan kasus lama.
    • Dosen-dosen jurusan hukum mengajar mahasiswa hukum untuk berpikir menggunakan analogi dengan mengusulkan rangkaian fakta hipotetis untuk dianalisis. Para mahasiswa membaca kasus, lalu menerapkan aturan kasus tersebut pada skenario yang berbeda.
    • Membandingkan dan membedakan fakta-fakta juga membantu Anda menyimpulkan fakta-fakta yang penting terhadap hasil kasus tersebut, dan fakta-fakta yang tidak relevan atau menentukan. [7]
    • Misalnya, anggaplah seorang gadis bergaun merah sedang berjalan melewati toko saat dia terpeleset dan terjatuh karena menginjak kulit pisang. Gadis tersebut menuntut toko karena luka-lukanya dan menang karena hakim memutuskan pemilik toko telah lalai dengan tidak menyapu lantai. Berpikir seperti seorang pengacara berarti mengenali fakta-fakta mana yang penting bagi hakim dalam memutuskan kasus tersebut.
    • Di kota berikutnya, gadis bergaun biru sedang berjalan ke arah mejanya di sebuah kafe saat dia terpeleset dan terjatuh karena menginjak kertas muffin . Jika Anda berpikir seperti seorang pengacara, mungkin Anda menyimpulkan bahwa kasus ini akan memiliki hasil yang sama dengan kasus sebelumnya. Lokasi gadis tersebut, warna gaunnya, dan benda yang membuatnya tersandung merupakan detail yang tidak relevan. Fakta yang penting dan sejalan adalah luka yang timbul karena pemilik toko telah lalai dalam tugasnya untuk menjaga lantai tetap bersih.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mempertanyakan Setiap Hal

Unduh PDF
  1. Seperti halnya emosi, asumsi menciptakan titik buta pada pemikiran Anda. Seorang pengacara mencari bukti untuk memastikan setiap pernyataan yang faktual, dan berasumsi bahwa tidak ada hal yang benar kecuali bukti.
  2. Anda mungkin memiliki pengalaman dengan seorang anak kecil yang bertanya “kenapa” setelah semua penjelasan Anda. Walaupun hal itu dapat terasa mengganggu, itu juga merupakan bagian dari berpikir seperti pengacara.
    • Pengacara akan mengacu pada alasan kenapa hukum dibuat sebagai ‘‘kebijakan’’. Kebijakan di balik hukum bisa digunakan untuk berargumen bahwa fakta-fakta atau situasi baru harus berada di bawah payung hukum.
    • Misalnya, anggaplah di tahun 1935, dewan kota memberlakukan hukum yang melarang kendaraan melewati taman umum. Hukum diberlakukan terutama demi masalah keamanan, setelah seorang anak tertabrak mobil. Di tahun 2014, dewan kota diminta mempertimbangkan apakah undang-undang tahun 1935 tersebut melarang drone (pesawat tanpa awak). Apakah drone termasuk kendaraan? Apakah melarang drone meningkatkan kebijakan hukum? Kenapa? Jika Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut (dan mengenali argumen yang bisa dibuat pada kedua belah pihak), Anda sedang berpikir seperti pengacara.
    • Berpikir seperti pengacara juga berarti tidak menyia-nyiakan apa pun. Memahami kenapa sesuatu terjadi, atau kenapa suatu hukum diberlakukan, memungkinkan Anda untuk menerapkan dasar pemikiran yang sama pada pola-pola fakta dan mencapai kesimpulan yang logis.
  3. Masalah hukum jarang terlihat hitam dan putih. Hidup terlalu rumit bagi para pembuat peraturan untuk memperhitungkan setiap kemungkinan saat sedang menyusun aturan hukum.
    • Ambiguitas memungkinkan fleksibilitas, agar hukum tidak perlu ditulis ulang setiap kali skenario baru muncul. Misalnya, Undang-Undang telah ditafsirkan berkaitan dengan pengintaian elektronik, kemajuan teknologi yang tidak terpikirkan oleh para Penyusun Undang-Undang di masa lalu.
    • Banyak tindakan berpikir seperti seorang pengacara melibatkan rasa nyaman terhadap daerah yang samar dan abu-abu. Namun, hanya karena daerah abu-abu tersebut ada, bukan berarti perbedaan menjadi tidak berarti. [8]
    Iklan

Peringatan

  • Berpikir seperti pengacara juga mengharuskan Anda menggunakan penilaian. Hanya karena argumen logis bisa dibuat bukan berarti, argumen tersebut bagus. Penilaian diperlukan untuk memutuskan apakah rangkaian penalaran atau kesimpulan mengedepankan kebaikan setiap orang atau mementingkan sebuah kelompok secara keseluruhan, ataukah menyebabkan kehancuran dan berbahaya. [9]
  • Bepikir seperti pengacara bisa membantu dalam berbagai macam konteks. Namun pemikiran yang dingin dan rasional jarang menjadi tepat saat dihadapkan dengan hubungan pribadi atau dalam keadaan sosial secara murni. [10]
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 26.799 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan