Unduh PDF
Unduh PDF
Menyampaikan keinginan dengan bersikap asertif adalah cara yang adil bagi diri sendiri dan orang lain. Anda akan merasa puas dan bahagia dengan berkomunikasi dan bersikap asertif. Selain membantu Anda menjadi lebih percaya diri, cara ini membuat orang lain merasa nyaman dan yakin saat berinteraksi dengan Anda. Akan tetapi, sikap asertif dalam berkomunikasi sering disalahartikan sebagai arogansi , egoisme, atau rasa tidak peduli. Walau demikian, Anda bisa memperbaiki hubungan dengan rekan kerja, teman, atau pasangan dengan belajar menentukan batasan yang jelas dan menyampaikan keinginan atau gagasan Anda dengan jelas dan rasa hormat.
Langkah
-
Bandingkan sikap asertif dan pasif. Sikap asertif tidak sama dengan arogansi. Orang-orang pasif cenderung membiarkan hak mereka dilanggar dan mau melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai, tidak mau membuat keputusan sendiri, merasa hebat, tidak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jujur. [1] X Teliti sumber Orang-orang asertif akan menolak permintaan yang tidak pada tempatnya, mampu mengekspresikan perasaan atau keinginannya, dan bisa menanggapi orang lain.
- Orang-orang asertif tidak membiarkan hak mereka dilanggar, mampu menghargai hak atau perasaan orang lain saat mereka mengungkapkan perasaan, dan berpegang teguh pada hal-hal yang mereka yakini (misalnya, memiliki keyakinan untuk selalu bertindak sesuai nilai-nilai keutamaan dan selalu melakukan yang terbaik).
- Bersikap asertif membuat Anda mampu mengungkapkan perasaan dengan jujur, menunjukkan keterbukaan kepada orang lain, dan menjalin hubungan antarpribadi. Anda tidak bisa menjalin hubungan yang menyenangkan selama Anda masih mengabaikan pendapat Anda sendiri dan membiarkan orang lain membuat keputusan untuk Anda. Orang-orang yang tidak mampu bersikap asertif biasanya kurang bahagia dan tidak merasa aman secara emosional. [2] X Teliti sumber
-
Ketahuilah arti bersikap asertif. Bersikap asertif berarti memahami dengan baik cara menyampaikan apa yang ingin Anda katakan. Bersikap asertif berarti mampu mengekspresikan hak Anda melalui pikiran, keinginan, dan perasaan, misalnya: [3] X Teliti sumber
- Menyatakan perasaan dengan jelas
- Mengatakan keinginan kepada orang lain tanpa mengancamnya
- Tidak membentak, mencaci-maki, dan memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak pantas
- Berkomunikasi dengan jujur dan terbuka
- Mengakui hak orang lain dalam berkomunikasi
- Menggunakan kalimat yang bersahabat dan mau mendengarkan pendapat orang lain
- Contoh perilaku asertif adalah berbicara dengan tenang kepada orang yang menyelak antrean tepat di depan Anda, misalnya: “Saya sudah mengantre duluan di sini. Saya merasa keberatan kamu menyelak antrean seperti ini.”
- Sebaliknya, jika tanpa sengaja Anda yang menyelak antrean, bersikaplah asertif dengan bertanggung jawab dan meminta maaf: “Maaf, saya tidak tahu kalau Anda sedang mengantre. Saya akan pindah ke belakang.” Bersikap tegas dengan menerima tanggung jawab bukan berarti merendahkan diri atau menjatuhkan martabat Anda sendiri, tetapi ini berarti Anda memahami keinginan orang lain seperti Anda memahami keinginan sendiri.
-
Ketahuilah bahwa sikap asertif adalah keterampilan yang perlu dilatih. Meskipun ada orang-orang yang terkesan lebih percaya diri ketimbang orang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan bersikap asertif dan pantas membutuhkan waktu dan latihan. Hal ini berlaku terutama pada kaum wanita yang masih harus menghadapi tekanan sosial dan budaya yang menentang mereka jika ingin bersikap asertif dalam berperilaku dan berkomunikasi.
- Meminta maaf dan bertanggung jawab adalah cara tepat yang bisa membantu Anda mengatasi kegagalan dalam berkomunikasi sehingga Anda tetap bisa menjalin komunikasi dengan baik.
-
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai hak. Tekanan sosial dan budaya cenderung menanamkan keyakinan bahwa Anda tidak berhak berkata “tidak” dalam kondisi tertentu, misalnya di tempat kerja atau dalam berteman. Para wanita biasanya harus berhadapan dengan stigma sosial ketika mereka bersikap asertif, misalnya dijuluki wanita yang “cerewet”, “lancang”, atau “pemarah”. [4] X Teliti sumber Bagaimanapun juga, tidak seorang pun boleh direndahkan atau diintimidasi. Anda berhak memiliki keinginan, pikiran, perasaan, dan mengekspresikannya dengan baik. [5] X Teliti sumber
-
Ketahuilah apa yang perlu Anda ubah. Jika Anda selalu merasa tertekan karena harus memberikan persetujuan kepada rekan kerja atau teman, mungkin Anda perlu belajar bersikap tegas untuk mengatasi masalah tersebut. Begitu juga jika Anda merasa depresi dan tidak berdaya dalam berinteraksi dengan orang lain. Ingatlah bahwa bersikap pasif sama sekali tidak bermanfaat sebab selain membuat Anda merasa tidak dihargai dan diabaikan, Anda tidak jujur kepada orang lain dengan bersikap pasif.
- Catatlah dalam buku harian ketika Anda merasa diintimidasi, dipaksa, ditekan, bersikap pasif, atau merasa takut. Dengan demikian, Anda bisa menentukan aspek yang menimbulkan masalah terbesar dan harus Anda fokuskan saat belajar bersikap asertif.
-
Mintalah bantuan. Jika Anda merasa kesulitan bersikap tegas dalam situasi tertentu, mintalah bantuan seseorang yang Anda percayai, misalnya teman, pasangan, atasan, atau konselor. Ceritakan situasi dan masalah yang Anda hadapi secara mendetail lalu jelaskan perilaku yang ingin Anda ubah. [6] X Teliti sumber
- Contohnya, jika Anda sedang mengalami masalah karena harus melakukan pekerjaan tambahan tanpa kompensasi, bahaslah hal ini dengan rekan kerja yang Anda percayai untuk menentukan cara bersikap tegas jika lain kali Anda diminta melakukan pekerjaan tambahan.
- Berlatihlah memberikan tanggapan asertif dengan orang yang Anda percayai sebelum Anda benar-benar melakukannya. Dengan berlatih, Anda bisa menemukan cara yang paling tepat untuk menghadapi situasi yang sebenarnya dan membantu Anda mengatasi kecemasan.
-
Mulailah berlatih dengan situasi yang mudah dihadapi. Anda harus bersabar dan banyak berlatih agar bisa menjadi komunikator yang memiliki keterampilan bersikap asertif. Proses belajar ini bisa memicu kecemasan bagi orang-orang yang belum terbiasa bersikap asertif. Gunakan keterampilan bersikap asertif dalam situasi yang cukup aman dan interaksinya tidak terlalu membebani Anda. [7] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
- Contohnya, jika selama ini Anda kesulitan menyampaikan keinginan secara asertif dan pesanan Anda di restoran atau kedai kopi tidak disiapkan dengan benar, jelaskan masalahnya dengan sopan dan tanyakan solusinya: “Tadi aku minta steik yang dimasak setengah matang, tetapi ini sudah matang. Apakah kamu bisa menggantinya?”
-
Pastikan dahulu situasi yang sebenarnya. Adakalanya, orang-orang pasif atau agresif menganggap Anda sombong, padahal tidak. Anda perlu mengenali kritik yang diberikan karena seseorang salah mengartikan sikap Anda dan apakah kritiknya sahih. Untuk menanggapi kritik seperti ini, berusahalah menunjukkan bahwa Anda mau bekerja sama, bukan mendominasi.
- Orang-orang pasif cenderung mengartikan sikap asertif sebagai perilaku kasar sebab mereka tidak terbiasa mengatakan keinginan mereka. Bagi orang-orang pasif, keterbukaan dalam komunikasi yang asertif adalah sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan mereka dan sering kali salah menilainya. [8] X Teliti sumber
- Orang-orang pasif-agresif cenderung tidak mau mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara langsung dengan menutupi perasaan mereka yang sebenarnya dan menghukum orang lain dengan menarik diri, merajuk, dll. [9] X Teliti sumber Sikap pasif-agresif akan merusak hubungan dan komunikasi. Bagi orang-orang pasif-agresif, kejujuran Anda dalam mengungkapkan perasaan secara asertif akan dilihat sebagai perilaku kasar atau ingin bermusuhan sebab mereka terbiasa menyembunyikan perasaan dan tidak mau mengekspresikannya secara langsung.
- Orang-orang agresif mungkin akan merasa kecewa karena komunikator yang asertif mampu menyatakan pendiriannya, alih-alih menuruti keinginan mereka. [10] X Teliti sumber Hal ini terjadi karena orang-orang agresif cenderung melihat komunikasi sesuai cara yang mereka inginkan atau butuhkan. Mereka bahkan menginterpretasikan komunikasi yang asertif sebagai sikap bermusuhan sebab mereka terbiasa lebih menghargai diri sendiri ketimbang orang lain dan mengharapkan orang lain memperlakukan mereka dengan cara yang sama.
- Dalam hal tertentu, orang lain bisa saja salah menilai sikap Anda karena prasangka atau pemahaman mereka sendiri. Rasisme, penghakiman, dan prasangka buruk lainnya bisa membuat orang lain menilai sikap Anda sesuai standar yang keliru dan menyesatkan. Contohnya: dalam budaya Amerika, adanya gambaran umum tentang “wanita kulit hitam yang pemarah” cenderung mendorong banyak orang menginterpretasikan sikap asertif seorang wanita Amerika keturunan Afrika dalam berkomunikasi sebagai perilaku agresif. [11] X Teliti sumber Kaum wanita di masyarakat Barat biasanya diharapkan bisa menjadi “panutan” dan akan dinilai buruk karena berkomunikasi secara asertif. [12] X Teliti sumber [13] X Teliti sumber Sayangnya, tidak banyak yang bisa Anda lakukan untuk mengubah pola pikir orang lain yang sudah terbentuk.
- Ketidakseimbangan kekuasaan dalam situasi tertentu juga bisa menimbulkan salah interpretasi. Contohnya, jika Anda memimpin sebuah tim, bawahan Anda mungkin akan melihat Anda sebagai orang yang suka menuntut dan egois, alih-alih sebagai pemimpin yang asertif. Berfokuslah pada kerja sama, memperhatikan perasaan dan keinginan orang lain, serta memberikan dorongan agar mereka mampu mengekspresikan diri. Alih-alih bersikap agresif, peduli kepada orang-orang di sekitar adalah cara terbaik agar Anda bisa bersikap asertif. [14] X Teliti sumber
- Pelajari cara “bersikap asertif yang baik” dengan membaca langkah 2 untuk memastikan bahwa Anda benar-benar mampu bersikap asertif, bukannya bersikap pasif atau agresif.
Iklan
-
Jadilah pendengar yang baik . Biarkan orang lain mengetahui batasan dan perasaan Anda sambil membuka kesempatan untuk berbicara, berdiskusi, dan mengungkapkan perasaan. Bertanyalah lebih lanjut selama percakapan dan berikan afirmasi, misalnya dengan mengangguk, menggunakan bahasa tubuh, dan memberikan dukungan. [15] X Teliti sumber
- Lakukan kontak mata dengan orang yang sedang berbicara, tetapi jangan terus menatapnya. Berusahalah melakukan kontak mata sesering mungkin selama Anda mendengarkan. Cara ini menunjukkan bahwa Anda merasa tertarik dan mau memperhatikan orang yang sedang berbicara. [16] X Sumber Tepercaya Michigan State University Extension Kunjungi sumber
- Jangan mudah teralihkan sehingga kita sudah memikirkan apa yang akan kita katakan karena ingin menanggapi pernyataan orang lain sebelum ia selesai berbicara. Contohnya, sementara teman Anda bercerita tentang kesulitannya, Anda sudah mulai berpikir ingin menceritakan masalah Anda sendiri. Cara ini menunjukkan bahwa Anda tidak berfokus kepada orang lain.
- Jika Anda kesulitan berkonsentrasi selama mendengarkan teman bercerita, ucapkan dalam hati atau buatlah ringkasan apa yang teman Anda katakan. Dengan demikian, Anda “terpaksa” memperhatikan orang lain.
- Ketika Anda mendapat giliran berbicara, ajukan pertanyaan atau berikan pernyataan untuk mengklarifikasi apa yang Anda dengar. Contohnya, setelah mendengar penjelasan pasangan tentang tindakan Anda yang membuatnya frustrasi, pastikan bahwa Anda sudah mendengarkan ucapannya dengan benar dengan bertanya: “Aku dengar kamu tadi mengatakan _____. Benar, ya?” Cara ini membuat Anda tidak langsung menarik kesimpulan atau menghindari salah pengertian.
-
Bersikaplah rendah hati dan sopan. Sikap asertif dan rendah hati adalah kombinasi yang tepat. Orang asertif tidak perlu berteriak-teriak agar dilihat orang lain. Anda berhak menerima pujian atas keberhasilan Anda atau mengingatkan orang lain bahwa Anda sudah berkontribusi, asalkan bukan untuk menyombongkan diri atau ingin terkesan hebat dengan merendahkan orang lain.
- Bersikap rendah hati bukan berarti bahwa Anda lemah atau merendahkan diri. Rayakan keberhasilan Anda dan ucapkan selamat kepada diri sendiri saat Anda melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi jangan meninggikan diri sendiri dengan menjatuhkan orang lain. [17] X Teliti sumber [18] X Teliti sumber
- Contohnya, jika seseorang mengatakan bahwa presentasi Anda sangat baik, jangan menjawabnya dengan mengatakan, “Ah, itu bukan apa-apa.” Tanggapan seperti ini hanya merendahkan usaha dan pencapaian Anda sendiri. Alih-alih, bersikaplah asertif dengan memberikan jawaban yang menghargai usaha Anda sambil bersikap rendah hati: “Terima kasih. Aku memang bekerja keras dan mendapatkan banyak dukungan.”
-
Gunakan kata “aku” atau “saya”. Pernyataan yang berfokus pada apa yang Anda rasakan, pikirkan, atau alami bisa menyampaikan keinginan Anda tanpa menyalahkan atau mencoba membaca pikiran orang lain (membuat asumsi seolah-olah Anda tahu apa yang orang lain pikirkan atau alami). Anda bisa menyatakan perasaan, misalnya “Aku ingin____” dan “Aku tidak mau____” dan memberikan kritik membangun, misalnya “Aku merasa kesal karena kamu____”.
- Contohnya, jika teman Anda lupa pada janjinya untuk makan siang bersama Anda, jangan berasumsi bahwa ia tidak peduli. Alih-alih, buatlah pernyataan dengan kata “aku” dan lanjutkan dengan mengajaknya berbagi pengalaman: “Aku benar-benar kecewa karena kamu tidak jadi datang untuk makan siang bareng. Ada apa sebenarnya?”
- Ungkapkan perasaan Anda dengan jujur. Jika Anda diajak mengikuti acara kantor yang tidak Anda sukai, jangan mengatakan, “Mungkin aku akan datang, walaupun sebenarnya tidak suka.” Anda bisa mengatakan, “Aku kurang nyaman berada di tengah orang banyak, jadi, aku memilih tidak datang.”
-
Jangan menggunakan kata “harus” atau “mesti”. Kata “harus” atau “mesti” menunjukkan penilaian atas perilaku orang lain dan bisa membuat seseorang merasa dipersalahkan atau dituntut. Kata-kata tersebut dikenal dengan istilah “imperatif kategoris” yang bisa membuat orang lain marah atau merasa bersalah (atau Anda sendiri yang mengalaminya, jika pernyataan ini ditujukan kepada diri sendiri). [19] X Teliti sumber
- Contohnya, alih-alih mengatakan kepada anak Anda, “Jangan terus bermain video gim sampai lupa mengerjakan PR”, lebih baik Anda katakan, “Sebaiknya kamu selesaikan PR sebelum bermain video gim.”
- Gantilah kata “harus” dengan “Aku lebih suka” atau “Aku harap kamu”.
-
Berbicaralah dengan nada suara yang datar dan rileks. Jangan berteriak atau membentak sebab perilaku yang mengganggu ini bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman dan membuat Anda tidak didengarkan. Alih-alih berbicara dengan nada tinggi, berbicaralah dengan suara yang tenang dan merilekskan. [20] X Teliti sumber
-
Ajaklah orang lain berbagi pikiran dan pengalaman. Jangan berasumsi bahwa Anda tahu masalah apa yang sedang terjadi atau Anda tahu cara terbaik mengatasinya. Alih-alih, libatkan orang lain dalam percakapan dengan mengatakan, “Apa pendapat Anda?” atau “Apakah Anda punya usulan tentang___?” [21] X Teliti sumber
- Cara ini sangat membantu jika Anda ingin memberikan kritik membangun atau mengungkapkan perasaaan negatif. Orang lain akan merasa dilibatkan apabila Anda memintanya berbagi pikiran dan perasaan.
- Contoh, jika teman Anda sering membatalkan rencana secara mendadak, katakan kepadanya apa yang Anda rasakan dan mintalah ia menceritakan pengalamannya: “Setelah kamu membatalkan rencana kita secara mendadak, aku merasa kesal sebab aku tidak bisa membuat rencana lain untuk diri sendiri. Terkadang, aku merasa sepertinya kamu tidak mau bertemu aku lagi. Ada apa sebenarnya?” [22] X Teliti sumber
-
Jangan menyalahkan orang lain. Menyalahkan orang lain karena kekurangan dan kekeliruan Anda bisa menghambat komunikasi. Mengkritik orang lain karena kelalaiannya dengan nada menyalahkan, apalagi dengan menggeneralisasi, misalnya, “Kamu selalu lupa menjemputku!” atau “Kamu memang pemalas!” adalah cara berdialog yang tidak bermanfaat. [23] X Teliti sumber
- Contohnya, jika karyawan Anda lupa menyimpan laporan penting, jangan mengucapkan kata-kata negatif yang menyalahkan sebab ia mungkin sudah merasa bersalah karena tidak melakukan tugasnya. Alih-alih, bersikaplah asertif dengan berfokus pada cara lain yang bisa ia lakukan: “Saya tahu kamu lupa menyimpan laporan. Jika ada tenggat, biasanya aku menggunakan pengingat di agenda agar tidak lupa. Bagaimana menurut pendapatmu, apakah cara ini bisa membantu?”
-
Bedakan antara fakta dan opini. Jika Anda sedang berbeda pendapat dengan orang lain, jangan berusaha mencari siapa yang benar. Hal ini berlaku terutama ketika tidak ada jawaban yang benar dalam situasi tertentu, misalnya jika terjadi insiden yang melukai perasaan seseorang. Mengatakan “Pengalamanku berbeda” akan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mengungkapkan perasaannya.
- Contohnya, bayangkan pasangan Anda mengatakan bahwa Anda sudah melukai perasaannya ketika mengobrol tadi. Alih-alih langsung menanggapinya “Aku tidak sengaja” atau berusaha mempertahankan diri, pertama-tama terimalah apa yang ia rasakan. Contohnya: “Aku minta maaf karena sudah melukai perasaanmu. Aku benar-benar tidak berniat seperti itu dan aku tidak akan mengatakannya lagi.”
- Ingatlah bahwa setiap orang menjalani hidup dengan cara yang berbeda dan adanya perbedaan bukan berarti bahwa mereka salah. Contohnya, bayangkan rekan Anda sedang menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang menurut Anda kurang efisien. Orang yang berkomunikasi secara agresif akan berkata: “Itu adalah cara kerja orang bodoh” atau “Siapa yang bekerja dengan cara seperti itu?” [24] X Teliti sumber
- Jika Anda adalah orang yang berwenang, misalnya sebagai penanggung jawab proyek atau sebagai atasan, sampaikan pemikiran Anda tentang efisiensi secara asertif. “Saya lihat Anda menangani proyek dengan cara X. Saya mempunyai pengalaman dalam proyek ini dan selama ini, cara Y akan lebih cepat dan hasilnya lebih baik. Bagaimana jika Anda menggunakan cara Y?”
- Ingatlah bahwa Anda tidak selalu berhak mengoreksi orang lain. Adakalanya, Anda perlu menahan keinginan untuk memaksakan pendapat Anda kepada orang lain.
-
Pertimbangkan cara lain. Selain sangat membantu, berkompromi sering kali menjadi cara terbaik untuk berinteraksi dengan orang lain. Alih-alih bersikeras mempertahankan pandangan atau rencana Anda sendiri dalam menghadapi situasi tertentu, tunjukkan kesediaan Anda untuk mencari solusi yang lain. Anda bisa menyampaikan gagasan secara asertif dan meminta orang lain memberikan usulan. Cara ini membuat orang lain merasa dilibatkan dan dihargai. Selain itu, ia juga akan lebih suka bekerja sama, bukan sekadar menjalankan perintah.
- Contohnya, jika Anda dan pasangan menyadari bahwa Anda berdua terus-menerus bertengkar karena alasan yang sama, bertanyalah kepada pasangan Anda: “Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?”
-
Buatlah pernyataan yang jelas dan tulus. Walaupun sedang kesal, jangan menggunakan kata-kata yang kasar atau merendahkan sebab cara ini bisa melukai perasaan orang lain dan menghambat komunikasi. Berusahalah memberikan pernyataan yang tulus tentang pikiran dan keinginan Anda.
- Contohnya, jika teman Anda selalu terlambat datang, jelaskan apa yang Anda rasakan tanpa bersikap kasar. Jangan menghadapi teman Anda dengan bersikap buruk, misalnya: “Wah, ini baru kejutan. Setidaknya kamu cuma ketinggalan setengah acara makan malam kali ini.” [25] X Teliti sumber
- Alih-alih, Anda bisa mengatakan: “Kita sudah membuat rencana, tetapi kamu tidak datang tepat waktu. Aku merasa sepertinya kebersamaan kita bukanlah hal yang penting bagimu. Aku akan lebih senang bepergian denganmu jika kamu bisa datang tepat waktu sesuai rencana yang sudah kita buat bersama.”
-
Gunakan bahasa tubuh yang asertif. Komunikasi sering kali dilakukan secara nonverbal dan cara Anda menggunakan bahasa tubuh akan memengaruhi interaksi Anda dengan orang lain. Anda bisa menggunakan bahasa tubuh agar orang lain merasa nyaman dan untuk menyampaikan perasaan. Bahasa tubuh yang asertif bisa dikenali melalui beberapa ciri berikut: [26] X Teliti sumber
- Kontak mata langsung. Gunakan panduan 50/70: melakukan kontak mata selama 5 menit setiap kali Anda berbicara 10 menit dan 7 menit setiap kali Anda mendengarkan orang lain berbicara selama 10 menit. [27] X Sumber Tepercaya Michigan State University Extension Kunjungi sumber
- Gerakan yang tenang dan santai. Bahasa tubuh yang asertif tidak terlihat tegang, tertutup, atau menghindar, tetapi terkesan mantap dan tenang. Biarkan telapak tangan Anda rileks, alih-alih menunjuk atau melakukan gerakan tangan yang terkesan gelisah.
- Postur tubuh yang menunjukkan keterbukaan. Berdirilah dengan menarik bahu Anda sedikit ke belakang dan berhadapan orang yang sedang berinteraksi dengan Anda sambil meluruskan kedua tungkai agar berat Anda terbagi rata di kedua telapak kaki. Jangan menyilangkan tungkai. Jauhkan kedua telapak kaki Anda dengan jarak 10-15 cm. [28] X Teliti sumber
- Rahang dan mulut rileks. Merapatkan bibir kuat-kuat atau mengencangkan rahang menunjukkan ketegangan, rasa tidak nyaman, atau sikap agresif. [29] X Teliti sumber Biarkan mulut dan rahang Anda rileks dan tunjukkan emosi Anda melalui ekspresi wajah (tersenyum saat merasa bahagia, cemberut saat merasa kecewa, dll.)
Iklan
-
Bandingkan arogansi dengan sikap asertif. Bersikap asertif adalah cara mempertahankan pendapat dan keinginan Anda, sedangkan arogansi adalah cara berpikir dan berperilaku agresif untuk meninggikan diri sendiri dengan melanggar hak orang lain dan merendahkan martabat orang lain. Orang-orang arogan juga mampu mengungkapkan gagasan dan keinginan mereka, tetapi mereka melakukan hal ini dengan menjatuhkan orang lain. Selain itu, orang-orang arogan cenderung menghindari tanggung jawab atas kekurangan dan kesalahan mereka. [30] X Teliti sumber
- Orang-orang arogan biasanya merasa lebih percaya diri jika ada dukungan eksternal (mereka memandang dirinya sendiri berdasarkan pendapat orang lain tentang mereka). Walaupun kepercayaan diri tersebut bukanlah hal yang negatif, cara ini cenderung membuat mereka lebih memprioritaskan harga dirinya ketimbang perasaan orang lain.
- Arogansi adalah salah satu bentuk agresi yang biasanya membuat orang lain merasa sangat tidak nyaman, kesal, atau diremehkan. Orang-orang arogan biasanya akan menyerang atau menyalahkan orang lain jika merasa terancam atau kalah. [31] X Teliti sumber
-
Ketahuilah arti bersikap arogan. Sikap arogan bisa terlihat juga dari pikiran, keinginan, dan perasaan, tetapi dengan cara merendahkan dan/atau menjatuhkan orang lain. Walaupun orang arogan dan asertif menyatakan hal yang sama, misalnya “Aku tidak mau melakukannya”, orang arogan tidak menunjukkan rasa empati atau tanggung jawab. Anda bisa mengenali sikap arogan melalui ciri-ciri berikut: [32] X Teliti sumber
- Mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada orang lain
- Membuat orang lain merasa diremehkan atau direndahkan
- Menggunakan gaya bicara yang sarkastis atau merendahkan orang lain
- Mengancam
- Mudah menyalahkan orang lain
- Menyerang orang lain
- Melindungi diri sendiri tanpa merasa peduli pada orang lain
- Contohnya, orang arogan akan membentak atau memarahi orang yang menyelak antrean di kasir tepat di depannya, bahkan mengatakan bodoh dan mengancamnya.
- Sebaliknya, jika orang arogan menyelak Anda ketika sedang mengantre, ia akan menyalahkan atau merendahkan orang lain: “Oke, kalau kamu tidak mau aku menyelak di depanmu, pastikan kamu berdiri di dalam antrean supaya aku tahu bahwa kamu sedang mengantre.”
-
Jangan meremehkan atau merendahkan orang lain sebab akan menghambat komunikasi. Sekalipun orang arogan melakukan kesalahan atau menyakiti perasaan Anda, jangan menghina atau merendahkannya.
- Contoh sikap arogan dalam berkomunikasi: “Kamu jorok sekali! Apa kamu tidak bisa menjaga agar kamar ini tetap bersih?” Contoh sikap asertif dalam berkomunikasi: “Kamu bebas melakukan apa saja di kamar pribadi, tetapi aku ingin kamu ikut menjaga agar kamar kita tetap bersih dan rapi.”
-
Dengarkan pendapat orang lain. Orang-orang arogan cenderung mementingkan diri sendiri dengan mengutamakan apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan alami. Jauhkan arogansi dengan mendengarkan orang lain yang sedang mengungkapkan pikirkan, keinginan, dan perasaannya.
-
Jangan menggunakan kata “kamu” atau “Anda”. Membuat pernyataan menggunakan kata “kamu” atau “Anda” berarti mengakui bahwa Anda tidak bisa mendukung tindakannya. Anda hanya perlu mengungkapkan faktanya secara tepat dan penuh keyakinan, misalnya tentang waktu yang sudah disepakati dan apa yang Anda rasakan atau alami. Gunakan kata “aku” atau “saya” dan bicarakan fakta yang sudah terjadi, alih-alih membahas niat orang lain.
- Contohnya, jangan menyalahkan orang lain dengan mengatakan: “Kamu membuatku sangat marah!” Berikan pernyataan yang berfokus kepada diri sendiri, misalnya: “Aku sedang merasa kesal saat ini.”
-
Jangan mengancam orang lain. Ancaman dan intimidasi tidak boleh digunakan dalam komunikasi yang asertif. Kata-kata tersebut sering kali muncul dalam komunikasi yang arogan. Komunikasi yang asertif bertujuan membuat orang yang mendengarkan merasa nyaman sebab ia tahu bahwa Anda akan bersikap jujur kepadanya. Ancaman dan intimidasi bisa membuat orang lain ketakutan, kecewa, dan menghambat komunikasi.
- Kalimat yang mengancam biasanya membuat orang lain merasa bersalah. Contohnya, jika Anda mengajukan pertanyaan kepada tim dan tidak ada yang menjawab, tanggapan yang agresif: “Apakah kalian sudah mengerti pertanyaan saya?” Alih-alih menyalahkan dan mengancam orang lain, ubahlah pertanyaan Anda menjadi: “Apakah saya sudah menyampaikan konsepnya dengan jelas?" [33] X Teliti sumber
-
Jangan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Jangan menuduh, mencaci-maki, menghina, dan membentak orang lain. Berusahalah agar Anda tidak menggunakan kata-kata dengan nada yang menggeneralisasi. [34] X Teliti sumber Kata “selalu” atau “tidak pernah” biasanya digunakan untuk menggeneralisasi niat seseorang.
- Contohnya, bayangkan rekan kerja Anda yang sering lupa menjemput Anda untuk pergi kantor menumpang mobilnya. Anda akan terkesan arogan jika mengatakan kepadanya: “Kamu selalu lupa menjemputku. Aku benar-benar merasa kecewa dengan perlakuanmu. Aku tidak mengerti mengapa kamu selalu lupa pada hal-hal kecil seperti ini.” Contoh tanggapan yang asertif: “Minggu lalu kamu lupa menjemputku dua kali. Aku merasa kecewa dan khawatir jika kamu lupa menjemputku sebab aku akan terlambat sampai di kantor. Apa kamu bisa berusaha agar lain kali tidak lupa menjemputku? Jika tidak, aku akan mencari cara lain.”
-
Hindari bahasa tubuh yang agresif. Bahasa tubuh yang agresif akan mengirimkan pesan yang sama dengan kata-kata yang Anda ucapkan. Agar tidak terkesan arogan, perhatikan bahasa tubuh Anda dan jangan lakukan hal-hal berikut: [35] X Teliti sumber
- Melanggar area personal orang lain. Setiap orang memiliki area personal sejauh satu meter di tempat umum dan di kantor. Jangan mendekat kecuali diminta, misalnya saat sedang berkencan atau Anda perlu membantu orang lain.
- Gerakan tangan yang agresif, misalnya menunjuk atau mengepalkan tangan.
- Menyilangkan lengan. Menyilangkan kaki menunjukkan kurangnya kepercayaan diri. Menyilangkan lengan menunjukkan sikap seseorang yang enggan berkomunikasi.
- Mengencangkan rahang. Anda akan terkesan arogan atau ingin bermusuhan jika memajukan dagu atau mengencangkan rahang.
- Menggunakan tempat yang terlalu lebar. Hal ini lebih sering dilakukan oleh pria ketimbang wanita. Bahasa tubuh yang menunjukkan keinginan menguasai tempat secara berlebihan bisa menunjukkan arogansi, bukannya rasa percaya diri. Boleh saja menggunakan tempat sesuai kebutuhan agar Anda merasa nyaman, tetapi jangan sampai mengganggu kenyamanan orang lain.
Iklan
Tips
- Arogansi menunjukkan rasa superior, elitisme, keangkuhan, atau kesombongan. Jika Anda mengalami salah satunya, mungkin Anda akan bersikap kasar kepada orang lain, alih-alih berusaha menjalin hubungan yang baik dengan berkomunikasi secara asertif dan mendengarkan secara aktif. Seseorang yang sudah terbiasa berkomunikasi secara asertif adakalanya masih melakukan kesalahan dan harus memperbaiki diri. Lakukan saja, jangan malu.
- Meskipun keterbukaan dan respek kepada orang lain dalam komunikasi yang asertif akan berakibat baik, terkadang Anda harus menghadapi orang-orang yang tidak mau bekerja sama, apa pun cara yang Anda gunakan. Anda hanya bisa mengendalikan sikap Anda sendiri. Oleh sebab itu, tetaplah bersikap asertif dengan santun dan abaikan saja orang-orang yang senang mencari masalah.
- Jika belum berhasil, ada baiknya Anda mengikuti pelatihan formal agar bisa bersikap asertif. Banyak konselor dan terapis yang bisa membantu atau Anda bisa bergabung dalam komunitas yang memberikan layanan kesehatan.
Iklan
Referensi
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://socialwork.buffalo.edu/content/dam/socialwork/home/self-care-kit/exercises/assertiveness-and-nonassertiveness.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.thebusinesswomanmedia.com/angry-shrill-and-pushy-the-female-leader/
- ↑ http://psychcentral.com/blog/archives/2010/02/25/building-assertiveness-in-4-steps/
- ↑ http://psychcentral.com/blog/archives/2010/02/25/building-assertiveness-in-4-steps/
- ↑ http://www.mayoclinic.org/healthy-living/stress-management/in-depth/assertive/art-20044644?pg=2
- ↑ http://counsellingservice.eu/tell-the-difference-between-assertive-passive-and-aggressive-behaviour
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/passive-aggressive-diaries/201406/passive-aggressive-vs-assertive-behavior-in-relationships
- ↑ http://www.mtstcil.org/skills/assert-3.html
- ↑ http://www.theroot.com/articles/culture/2014/09/the_angry_black_woman_stereotype_s_long_history.html
- ↑ http://www.npr.org/blogs/ed/2015/02/23/386001328/how-we-talk-about-our-teachers
- ↑ http://www.cnn.com/2013/06/19/living/women-cheerful-leaders/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/tame-your-terrible-office-tyrant/201305/how-be-assertive-not-aggressive
- ↑ http://www.mindtools.com/CommSkll/ActiveListening.htm
- ↑ http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_dont_make_these_mistakes
- ↑ http://www.assertivehumility.com/blog/what-is-assertive-humility/
- ↑ http://www.positivityblog.com/index.php/2008/05/05/six-steps-to-become-assertive-and-nice/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/think-well/201009/feeling-angry-or-guilty-maybe-its-time-stop-shoulding
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.psychologicalselfhelp.org/Chapter13/chap13_21.html
- ↑ http://www.usu.edu/arc/idea_sheets/pdf/assertive_communication.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.usu.edu/arc/idea_sheets/pdf/assertive_communication.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_dont_make_these_mistakes
- ↑ http://www.businessinsider.com/the-right-body-language-to-use-2013-8
- ↑ http://www.gp-training.net/training/leadership/assertiveness/bodylang.htm
- ↑ http://socialwork.buffalo.edu/content/dam/socialwork/home/self-care-kit/exercises/assertiveness-and-nonassertiveness.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
- ↑ http://www.compasstraining.com/Documents/ExampleHandouts/Facilitation/AskingNonThreateningQuestion.pdf
- ↑ http://well.wvu.edu/articles/becoming_assertive__not_aggressive
- ↑ http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 8.726 kali.
Iklan