Apakah sekolah kerap membuatmu bosan karena materi yang diajarkan terasa kurang menantang? Jika iya, tidak ada salahnya mempertimbangkan kemungkinan untuk lompat kelas. Meski opsi lompat kelas tergolong kurang lazim di kalangan pelajar, kemungkinan besar kamu tetap bisa melakukannya sejauh pihak sekolah menilai performa akademismu cukup baik. Sebelum memutuskan untuk lompat kelas, pastikan kelayakan kemampuan akademismu; pertimbangkan pula dampak lompat kelas terhadap kehidupan sosialmu (yang nantinya juga berpotensi akan memengaruhi kehidupan akademismu). Selain itu, kamu juga harus mendiskusikan keinginan tersebut dengan orang tua, guru, dan konselor pendidikan sekolah untuk memastikan bahwa lompat kelas adalah opsi yang terbaik untukmu.
Langkah
-
Cari tahu kurikulum yang berlaku pada tingkat berikutnya. Tanyakan kepada gurumu apakah kamu boleh mempelajari materi-materi tersebut secara mandiri. Kumpulkan sebanyak mungkin materi yang bisa kamu temukan (misalnya, materi ujian dan bahan bacaan) untuk mengevaluasi apakah kamu mampu memahami setiap konsep yang akan diajarkan. [1] X Teliti sumber
- Setelahnya, kamu mungkin akan berubah pikiran atau justru semakin yakin untuk melakukan lompat kelas.
- Misalnya, jika kamu sudah siap mempelajari materi persamaan kuadrat, kemungkinan besar kamu bisa melewatkan materi praaljabar.
- Jika selama ini kamu selalu mampu menyelesaikan bahan bacaan dan tugas di kelas Bahasa Inggris dengan mudah, kemungkinan besar materi tingkat berikutnya memang lebih cocok dan menantang untukmu.
- Cobalah mencari soal ujian yang ditujukan untuk tingkat berikutnya; pastikan materi tersebut menantang tetapi tidak mustahil untuk dipelajari.
-
Pahami dampak sosialnya. Lompat kelas bukan hanya akan memengaruhi status akademismu, melainkan juga interaksi sosialmu dengan orang-orang di sekitarmu. Ingat, sekolah adalah lingkungan primer kedua bagi setiap individu untuk beradaptasi; selain itu, kemampuan bersosialisasi dan pengalaman hidup sesungguhnya sama bernilainya dengan pengalaman akademismu. Itulah mengapa, sebagian besar sekolah cenderung tidak akan mengizinkan siswanya lompat kelas karena berisiko mengacaukan kehidupan sosialnya.
- Melakukan lompat kelas artinya kamu akan ditempatkan bersama siswa lain yang berusia (dan memiliki mentalitas) lebih dewasa. Jika mentalitasmu belum dewasa, kemungkinan besar kamu justru akan terlibat masalah karena sulit beradaptasi dengan lingkungan yang lebih dewasa.
- Lompat kelas tidak akan membuatmu kehilangan teman lama, tetapi berpotensi besar untuk memengaruhi relasi sosialmu dengan orang lain. [2] X Teliti sumber Percayalah, lompat kelas bukanlah pilihan yang tepat jika itu artinya kamu harus menomorduakan seluruh relasi sosialmu.
- Lompat kelas untuk menghindari tekanan sosial tidak akan membawa dampak yang positif untukmu. Alih-alih menghindar, cobalah berusaha mengatasi masalahnya, mempelajari kemampuan sosial yang diperlukan, mendewasakan diri, dsb. untuk menyiapkanmu menghadapi masa depan dengan lebih baik.
- Lompat kelas juga berpotensi memengaruhi kariermu dengan cara yang tak terduga. Misalnya, apakah kamu masih akan berusia di bawah 18 tahun setelah lulus SMA? Jika iya, kemungkinan besar kamu akan kesulitan mengikuti pendidikan militer, masuk ke universitas idaman, atau bekerja di kantor yang tidak menerima pekerja berusia minor. Meski secara akademis kamu siap menerima tantangan di dunia kerja, sejatinya usiamu tetap tidak mencukupi untuk memasuki dunia tersebut. [3] X Teliti sumber
-
Pertimbangkan dampaknya terhadap kegiatan ekstrakurikulermu. Pahamilah bahwa lompat kelas mungkin saja akan membuatmu kesulitan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, klub drama, klub buku tahunan, atau marching band . Meski situasinya tidak selalu demikian, kemungkinan besar kamu tidak akan memiliki waktu luang untuk berpartisipasi di berbagai kegiatan nonakademis. Lagi pula, jika pembentukan tim ekstrakurikuler didasarkan kepada tingkat akademis (bukan usia), kemungkinan besar kamu akan berkompetisi dengan orang-orang yang berusia lebih tua dan lebih ahli darimu. [4] X Teliti sumber
- Sejatinya, kegiatan ekstrakurikuler sering kali sama bernilainya dengan kegiatan akademismu. Hati-hati, lompat kelas dapat mencegahmu berpartisipasi di berbagai kegiatan nonakademis.
- Selain itu, kemungkinan besar kamu juga tidak bisa mengikuti klub sekolah apa pun karena berpotensi lulus lebih cepat. Bersediakah kamu melepaskan kesempatan untuk mengikuti tim hoki, debat, atau orkestra sekolah?
Iklan
-
Tingkatkan nilai akademismu. Jika nilai akademismu buruk, tentu saja kamu tidak akan bisa meyakinkan pihak sekolah untuk lompat kelas. Oleh karena itu, berusahalah untuk selalu mendapatkan nilai A di semua mata pelajaran yang kamu ikuti. Tunjukkan bahwa kamu memang cakap di tingkat akademismu saat ini sehingga layak melakukan lompat kelas. [5] X Teliti sumber
- Jangan bermalas-malasan hanya karena kamu merasa bosan. Hati-hati, nilai yang tidak maksimal berpotensi mengacaukan keinginanmu untuk lompat kelas.
-
Tunjukkan keaktifanmu di kelas. Tunjukkan bahwa kamu memiliki semangat belajar yang tinggi agar gurumu menyadari bahwa kamu siap menerima tantangan yang lebih besar. [6] X Teliti sumber Ajukan pertanyaan yang menunjukkan betapa luasnya pemahamanmu, tetapi jangan pernah bersikap kasar, mengganggu, atau arogan.
- Meski tugas sekolahmu terasa terlalu mudah atau remeh, pastikan kamu selalu mengerjakan dan mengumpulkannya tepat waktu.
-
Pelajari materi tingkat atas yang belum kamu pahami. Saat mendengar keinginanmu, secara otomatis orang tua dan pihak sekolahmu akan mengamati motivasi dan kemampuan belajarmu. Jika di mata mereka kamu terlihat mampu mempelajari hal-hal baru yang belum diajarkan di kelasmu, kemungkinan besar mereka akan menyadari bahwa kamu memang siap melakukan lompat kelas. [7] X Teliti sumber
- Jika kamu ingin melewati kelas 7 tetapi belum memahami konsep trigonometri yang diajarkan di kelas 8, cobalah meminjam buku trigonometri dan mempelajari berbagai konsep dasarnya.
Iklan
-
Tunggu hingga akhir atau pertengahan semester tiba. Alih-alih meminta lompat kelas pada minggu pertama bersekolah, cobalah menunggu sampai setengah tahun ajaran berlalu. [8] X Teliti sumber Ingat, keinginanmu tersebut mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kadar kesulitan materimu. Jika sampai akhir tahun ajaran kamu masih merasa materi pelajaranmu terlalu mudah, kemungkinan besar kamu memang layak lompat kelas.
- Biasanya, beberapa minggu pertama pada suatu tahun ajaran hanya akan diisi oleh kegiatan meninjau materi; setelah itu, gurumu baru akan mulai mengajarkan konsep baru. Setidaknya, tunggu sampai beberapa minggu berlalu untuk memutuskan menarik atau tidaknya kelas yang kamu ikuti.
- Selagi mengevaluasi tingkat kesulitan kelas yang kamu ikuti, pastikan kamu selalu memberikan performa yang maksimal dan meraih nilai akademis yang baik.
-
Diskusikan keinginanmu dengan orang tua dan konselor pendidikan sekolah. Tentunya keinginanmu tidak akan mampu terwujud tanpa adanya persetujuan dari orang tua (atau wali sah lain) dan pihak yang berwenang di sekolahmu, bukan? Cobalah menjelaskan alasan di balik keinginanmu tersebut dan tegaskan bahwa kamu selalu memiliki performa akademis yang baik sehingga layak menerima materi yang lebih menantang. [9] X Teliti sumber
- Misalnya, cobalah berkata, “Sejujurnya, saya merasa semua materi kelas 5 terlalu sederhana. Sepertinya materi kelas 6 akan lebih cocok dan menantang untuk saya. Lagi pula, saya sudah membaca buku pelajaran kelas 6 dan saya yakin bisa mempelajari seluruh materinya dengan cepat.”
-
Pertimbangkan opsi untuk belajar secara mandiri. Jika pihak sekolah tidak mengizinkanmu lompat kelas, kemungkinan besar mereka memiliki metode lain untuk membantumu bergerak dalam tempo yang lebih cepat. Misalnya, kemungkinan pihak sekolahmu akan memberikan berbagai “keistimewaan” yang bisa kamu ikuti sepulang sekolah. [10] X Teliti sumber Meski sangat bergantung kepada usiamu, kemungkinan sekolahmu akan menawarimu untuk mengikuti:
- Kelas daring.
- Sesi belajar mandiri yang dipandu oleh guru mata pelajaran yang kamu sukai.
- Berbagai kelas di komunitas, universitas, atau institusi yang menawarkan program pertukaran pelajar.
- Beberapa SMA bahkan menawarkan kegiatan kerja magang di perusahaan lokal atau organisasi nonprofit untuk siswa-siswa yang berprestasi. Misalnya, kamu mungkin bisa bekerja magang di kantor properti, unit bisnis lokal, situs bersejarah, tempat perlindungan hewan, atau perpustakaan.
-
Pertimbangkan untuk mengikuti program home schooling (bersekolah di rumah). Beberapa siswa bisa melompati satu atau beberapa tahun akademis karena mereka bergerak dalam tempo akademis yang lebih cepat. Meski kamu – dan orang tuamu – harus berusaha lebih keras untuk mewujudkannya, sejatinya cara ini sangatlah efisien untuk mewujudkan keinginanmu.
- Jika keinginan lompat kelasmu tidak disetujui oleh pihak sekolah, cobalah keluar dari sekolahmu yang sekarang dan lanjutkan pendidikan dengan sistem home schooling selama satu tahun. Setelah satu tahun berlalu, kembalilah ke sekolah lamamu dan daftarkan diri untuk mengikuti kelas yang lebih senior.
- Misalnya, jika kamu duduk di bangku kelas 2 SD, cobalah mengikuti pelajaran kelas 3 dan 4 lewat program home schooling selama satu tahun. Setelah itu, kembalilah ke sekolah lamamu dengan mendaftar sebagai siswa kelas 5.
Iklan
Tips
- Saat kembali meninjau bahan bacaan tertentu, pastikan kamu tidak melewatkan informasi apa pun. Biasanya, beberapa bab pertama setiap bahan bacaan akan berisi rangkuman informasi dari tingkat sebelumnya.
- Luangkan waktu untuk memantapkan pilihanmu. Ingat, lompat kelas adalah keputusan yang sangat besar dan berisiko. Setelah kamu berhasil melakukannya, tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan untuk membatalkannya.
- Kemungkinan besar, proses lompat kelas akan lebih sukses jika dilakukan pada tahun transisi akademis. [11] X Teliti sumber Misalnya, saat kamu harus beranjak dari SD ke SMP atau saat sekolahmu baru menerapkan sistem akademis yang baru.
- Jika kamu justru merasa stres atau frustrasi saat menempuh proses lompat kelas, kemungkinan besar opsi tersebut memang tidak cocok untukmu. Jika situasinya demikian, berhentilah memaksakan diri.
Referensi
- ↑ https://www.education.com/magazine/article/skipping-grades/
- ↑ https://www.care.com/c/stories/3226/how-to-skip-a-grade-is-your-child-ready/
- ↑ http://www.metrokids.com/MetroKids/Education/Should-Your-Gifted-Child-Skip-a-Grade/
- ↑ https://www.noodle.com/articles/how-to-skip-a-grade-the-pros-and-cons-to-consider
- ↑ https://www.education.com/magazine/article/skipping-grades/
- ↑ https://www.education.com/magazine/article/skipping-grades/
- ↑ https://www.education.com/magazine/article/skipping-grades/
- ↑ https://www.education.com/magazine/article/skipping-grades/
- ↑ https://www.noodle.com/articles/how-to-skip-a-grade-the-pros-and-cons-to-consider