PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Mungkin sulit bagimu untuk mencari teman baru dan bahkan memercayai orang lain. Bagi sebagian orang, pengkhianatan juga menyulitkan mereka untuk menemukan sosok yang benar-benar menyayangi dan memedulikan mereka. Idealnya, teman yang baik akan memberikan cinta dan rasa hormatnya, serta tidak akan pernah mengkhianatimu. Namun, sayangnya tidak semua orang seperti itu. Kenyataan pahitnya adalah terkadang orang-orang—bahkan sahabat—bisa saling mengkhianati. Meskipun sulit, penting bagi Anda untuk belajar memaafkannya dan bangkit dari kesedihan. Untungnya, hal ini tetap bisa dilakukan.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Memahami Apa yang Terjadi

PDF download Unduh PDF
  1. Terkadang, mudah untuk merasa kesal saat Anda merasa bahwa orang terdekat telah berkhianat. Oleh karena itu, Anda perlu memastikan bahwa apa yang ia lakukan memang sebuah pengkhianatan. Mungkin saja sebenarnya ia tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu. Pastikan bahwa ia memang mengkhianati Anda.
    • Apa peran Anda dalam insiden yang terjadi? Apakah Anda membuat asumsi yang memicu terjadinya kesalahpahaman atau kekesalan?
    • Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mintalah informasi lebih lanjut dari pihak ketiga yang mengetahui kejadian sesungguhnya.
    • Pertimbangkan semua informasi yang ada, termasuk semua hal yang Anda ketahui. Jika sahabat Anda memang melakukan kesalahan, apa ia mengakuinya?
    • Pengakuan tentu saja bukanlah satu-satunya bukti kesalahan, tetapi hal tersebut perlu Anda pertimbangkan. Jika tidak, Anda perlu memikirkan apakah insiden yang terjadi merupakan sebuah kesalahpahaman. Tidak berarti semua orang yang bersalah akan mengakui kesalahannya. Beberapa dari mereka justru tidak mau mengaku. Oleh karena itu, pertimbangkan semua bukti dan buat keputusan mengenai langkah berikutnya yang perlu diambil jika pengkhianatan memang terjadi. [1]
    • Sebagai contoh, jika Anda menceritakan sebuah rahasia kepada seorang teman dan tiba-tiba semua orang mengetahuinya, mungkin Anda menduga bahwa ia sudah berkhianat. Tanyakan apakah ia dengan sengaja menceritakan rahasia Anda kepada orang lain. Apakah itu sebuah ketidaksengajaan? Apakah rahasia Anda begitu saja keluar dari mulutnya?
  2. Jika ia merasa kesal, sama seperti Anda, coba pahami situasi yang ada dari sudut pandangnya. Apakah Anda mengatakan sesuatu yang disalahartikan olehnya, atau sebaliknya?
    • Anda perlu memahami bahwa Anda tidak mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupannya. Oleh karena itu, coba lihat insiden yang ada dari sudut pandangnya. Jika ia mau bersikap terbuka, tanyakan apa yang ia rasakan. Anda tidak pernah tahu apa yang terjadi sehingga coba lihat situasi dari perspektifnya.
    • Berkaitan dengan contoh di atas, pahami apa yang ia rasakan saat menyimpan rahasia Anda. Apakah rahasia tersebut terlalu berat untuk disembunyikan? Selain itu, pikirkan penyesalan yang mungkin ia rasakan.
  3. Selalu ada dua sisi dari setiap cerita, dan ada banyak hal yang memengaruhi sebuah kejadian. Coba pandang situasi yang ada secara objektif. Jika Anda mencoba “memisahkan” diri dari situasi dan membayangkan insiden tersebut terjadi pada orang lain, Anda bisa melihatnya secara berbeda. Mungkin Anda bisa melihat dan memahami situasi tersebut dapat sudut pandang yang lain.
    • Setelah melakukannya, bukan berarti Anda harus menganggap bahwa kesalahan atau ketidakadilan yang dialami tidak pernah terjadi. Anda mungkin masih menyadari bahwa setelah situasi dipandang secara objektif dan subjektif, ia tetap saja berkhianat. Dalam kondisi seperti ini, pikirkan langkah berikutnya yang ingin Anda ambil.
    • Setelah menilai situasi secara objektif, mungkin Anda akan merasa iba atau kasihan kepadanya. Anda tidak lantas harus memaklumi perilakunya. Namun, karena sudah melihat situasi yang ada dari sudut pandang yang lain, Anda bisa memiliki perasaan atau tanggapan yang berbeda. Percaya atau tidak, rasa iba atau kasihan terhadap teman yang sudah berkhianat bisa membantu Anda bangkit dari luka batin yang dirasakan. [2]
    • Anda juga mungkin akan menyadari peran yang dimainkan sehingga memicu terjadinya pengkhianatan (atau tindakan Anda yang mendorong terjadinya situasi tersebut), baik karena Anda mengabaikan atau melupakan sesuatu. Ini merupakan momen kesadaran yang ampuh dan panggilan untuk melihat dan memikirkan semua hal yang selama ini terabaikan atau terlupakan. [3]
    • Jika teman Anda senang mengoceh dan bergunjing, jangan ceritakan lagi rahasia-rahasia Anda kepadanya di masa mendatang.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Merelakannya

PDF download Unduh PDF
  1. Cobalah bermeditasi, berbelanja, atau bahkan menari. Lakukan sesuatu yang disukai untuk mengalihkan perhatian. Coba berbagai hal agar Anda bisa merasa lebih baik dan tenang. Mungkin saja Anda akan menemukan solusi yang bermakna sambil mengerjakan sesuatu yang disukai dan bersenang-senang. Meskipun terdengar kontraintuitif, solusi-solusi kreatif biasanya muncul setelah melakukan sesuatu yang mengasyikkan, bahkan jika hal tersebut tidak berhubungan dengan masalah yang ada.
    • Berhubungan dengan contoh di atas, coba jauhkan diri dari situasi yang ada. Jangan sampai Anda dikelilingi orang-orang yang mengetahui rahasia yang terbongkar. Tenangkan diri. Jauhkan diri dari situasi. Lakukan sesuatu yang menenangkan.
  2. Jangan menyalahkan diri sendiri. Jangan beranggapan bahwa insiden yang terjadi merupakan kesalahan Anda, dan Anda selalu membuat segala sesuatunya berantakan. Cobalah untuk tidak menggeneralisasi secara berlebihan dengan mengatakan, misalnya, “Ini selalu saja terjadi!” Kebiasaan menggeneralisasi secara berlebihan justru memicu terjadinya depresi.
    • Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan mengalami insiden. Hal buruk pasti pernah terjadi kepada siapa pun. Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi justru membuat Anda tidak bisa bangkit. Akan jauh lebih sulit bagi Anda untuk mengikhlaskan kejadian yang ada dan memulihkan diri. [4]
    • Jika kita tetap menggunakan contoh sebelumnya, jangan menyiksa diri hanya karena Anda sudah menceritakan rahasia kepada teman bermulut “ember”. Daripada berpikir seperti “Aku sangat bodoh! Mengapa aku menceritakan rahasiaku?”, katakan kepada diri sendiri, “Ya, aku sudah membuat kesalahan. Setiap orang pun pernah melakukan kesalahan. Aku tidak akan lagi menceritakan rahasiaku kepadanya."
  3. Jika Anda merasa bahwa ia sudah berkhianat dan Anda belum menerima permohonan maafnya, kemas ulang insiden yang ada agar kesalahan tidak ditimpakan kepada Anda. Menjaga perasaan sendiri terkait situasi yang ada dalam cara yang sehat merupakan hal yang harus dilakukan agar Anda bisa bangkit. Peninjauan ulang situasi juga memudahkan Anda untuk memberikan maaf. [5]
    • Sebagai contoh, daripada berpikir bahwa semua yang terjadi adalah kesalahan Anda, sadari bahwa selama ini ia terlalu banyak berbicara dan tidak bisa menjaga rahasia. Meskipun Anda baru menyadarinya saat ini, Anda tidak mengetahuinya saat dulu menceritakan rahasia kepadanya. Anda sudah membuat keputusan terbaik pada saat itu. Jika Anda bisa memilih untuk ke depannya, tentunya Anda tidak akan menceritakan lagi rahasia kepadanya.
  4. Untuk sebagian orang, cara terbaik untuk mengeluarkan kekesalan adalah dengan berkeluh kesah. Oleh karena itu, cari sosok yang bisa dipercaya dan mau mendengarkan cerita Anda mengenai pengkhianatan yang terjadi. Pilih seseorang yang tidak mengetahui insiden yang terjadi untuk menghindari bias atau konflik lebih lanjut di antara teman-teman. Berkeluh kesah membantu Anda melepaskan emosi negatif mengenai situasi yang dialami. [6]
    • Cobalah untuk tidak bersikap terlalu emosional atau negatif terhadap apa yang terjadi. Karena Anda terjebak dalam pengelakan dan pelampiasan kesalahan terhadap diri sendiri, Anda justru tidak bisa mengungkapkan perasaan dengan baik.
    • Pilih sosok yang kemungkinan tidak akan ikut bersedih. Jangan sampai pendengar menjadi sedih dan tak berdaya setelah mendengar cerita Anda, terutama jika Anda sudah merasa terpuruk. Pilih seseorang yang bisa tetap bersikap positif dan memberikan saran baik terkait apa yang perlu dilakukan. [7]
    • Jika Anda merasa kurang nyaman berkeluh kesah kepada orang lain, ada beberapa langkah lain untuk mengeluarkan kekesalan, terutama jika Anda adalah sosok yang aktif (atau mungkin kurang aktif). Cobalah berjalan-jalan atau berlari untuk melepaskan emosi negatif. Jika Anda senang berolahraga, cobalah bermain dengan teman-teman atau tendang bola di halaman. Tinju, kickboxing , dan bahkan yoga juga bisa membantu melepaskan stres dari tubuh. [8]
    • Bicaralah kepada teman lain mengenai pengkhianatan yang dialami. Jika tidak ada teman atau anggota keluarga yang bisa diajak mengobrol, tuliskan perasaan Anda dalam jurnal.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Bangkit dan Melupakan Pengkhianatan

PDF download Unduh PDF
  1. Setidaknya, buka diri untuk memaafkannya. Meskipun Anda tidak sudi menerima permohonan maaf dari si pengkhianat, tunjukkan kemauan untuk memaafkannya agar Anda bisa bangkit. Anggaplah maaf yang Anda berikan sebagai hadiah bagi diri sendiri, bukan hadiah untuk teman yang sudah berkhianat.
    • Jika mau memaafkannya, Anda bisa melepaskan insiden tersebut dan bangkit. Jika tidak, Anda akan tetap terjebak dalam situasi. Tanpa maaf, Anda akan menyimpan dendam dan beberapa bulan atau tahun berikutnya, Anda masih tetap merasa kesal, seolah-olah insiden tersebut baru saja terjadi.
    • Idealnya, teman yang sudah mengkhianati Anda harus meminta maaf, dan Anda perlu membuat keputusan untuk memaafkannya. Namun, terkadang orang yang berkhianat tidak meminta maaf sekali atau memohon maaf secara tak tulus, dan kedua hal ini perlu Anda pertimbangkan. Oleh karena itu, sering kali Anda perlu berusaha mencapai tahap memaafkan terlepas dari apa yang ia lakukan karena mungkin saja ia tidak meminta maaf sama sekali. [9]
    • Berusahalah untuk tidak terus memikirkan pengkhianatan tersebut. Setelah Anda memaafkannya, akhiri insiden, kubur luka batin yang dirasakan, dan bangkitlah dari kesedihan. Salah satu cara untuk menyadarkan dan menghentikan diri sendiri agar tidak memikirkan insiden tersebut adalah dengan mengenakan karet gelang pada pergelangan tangan. Jepretkan karet gelang setiap kali Anda memikirkan hal tersebut untuk menyadarkan diri. [10]
    • Maafkan diri sendiri karena sempat menceritakan rahasia kepadanya. Pada saat itu, Anda tidak tahu bahwa ia bukanlah sosok yang bisa menjaga rahasia.
  2. Biasanya, seseorang yang pernah berkhianat akan mengulangi kesalahannya, tetapi hal ini tentunya bergantung kepada situasi yang ada dan karakter orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, tentukan apakah Anda ingin kembali menganggapnya sebagai teman atau kenalan, atau justru memutuskan hubungan dengannya.
    • Jika Anda masih ingin berhubungan dengannya, tetapi “menurunkan” statusnya, coba anggap ia sebagai kenalan, dan bukan seorang sahabat. Jika dirasa lebih baik, mungkin Anda tidak perlu lagi menjalin hubungan apa pun dengannya.
    • Jika Anda tidak mau lagi menjadi temannya, putus semua hubungan dengannya. Anda tidak harus mengakhiri pertemanan dengan “kejam”. Jika sebelumnya Anda pernah berbicara dengannya mengenai insiden yang ada, ia pasti tahu bahwa Anda merasa kesal sehingga akan lebih mudah bagi Anda untuk mengakhiri pertemanan dengannya.
    • Jika ia meninggalkan Anda demi teman yang lain, cara terbaik untuk merasa lebih bahagia adalah menjadi sosok yang lebih baik dan tidak berada di posisi yang lebih rendah darinya. Pikirkan hal-hal yang selama ini Anda pedulikan. Apakah seseorang yang tidak peduli kepada Anda adalah sosok yang penting? Atau, justru Anda yang lebih penting? Sebagai contoh, jika Anda berdua bersekolah di tempat yang sama, langkah terbaik yang bisa diambil adalah mengalahkan prestasinya. Cobalah belajar lebih giat di rumah untuk mengalahkan posisinya. Suatu hari, ia akan menyesal telah meninggalkan Anda karena pada dasarnya ia hanyalah seorang pecundang jika meninggalkan Anda demi orang lain.
    • Jika ternyata Anda masih ingin mempertahankan persahabatan dengannya, pastikan ia tahu bahwa Anda merasa ia telah melakukan kesalahan, tetapi sudah memaafkannya dan ingin tetap berteman.
    • Jika ia tidak menunjukkan penyesalan atau meminta maaf, dan Anda masih ingin tetap menjaga hubungan dengannya, pikirkan kembali keputusan Anda. Jangan sampai Anda justru terjebak dalam kesalahan yang sama.
    • Anda bisa tetap menjaga hubungan dengannya, tetapi jangan ceritakan rahasia-rahasia besar lagi kepadanya. Namun, jika Anda merasa teman-teman yang lain sudah (atau kemungkinan akan) mengetahui rahasia-rahasia yang lebih serius, pertimbangkan kembali pertemanan Anda dengannya.
  3. Pikirkan hal tersebut sebagai sebuah pelajaran. Sekarang, setelah Anda mengetahui tanda-tanda dan gejala pengkhianatan, Anda bisa mengenalinya di masa mendatang. Hal ini menjauhkan Anda dari kesalahan yang sama (dan kemungkinan pengkhianatan yang diterima). Kehadiran sosok yang berkhianat memang berada di luar kendali Anda. Namun, setidaknya Anda bisa mengendalikan diri saat mulai merasa “tak siaga”, serta menentukan apa yang perlu dilakukan jika pengkhianatan kembali terjadi. [11]
    • Sekarang, Anda paham bahwa beberapa orang tidak bisa menjaga rahasia, bahkan jika orang tersebut adalah seorang sahabat. Ke depannya, Anda perlu berpikir dua kali saat ingin menceritakan rahasia besar, terutama jika lawan bicara bukanlah sosok yang bisa menjaga rahasia.
    Iklan

Tips

  • Ikuti naluri dan belajarlah dari pengalaman masa lalu saat ingin mempercayai seseorang. Ada beberapa orang yang tidak akan pernah bisa dipercaya.
  • Jika memungkinkan, tahan beberapa informasi mengenai diri sendiri agar Anda tidak benar-benar terbuka kepada siapa pun. Dengan demikian, kecil kemungkinan Anda untuk mengalami pengkhianatan.
  • Pastikan Anda mengungkapkan apa yang dirasakan, bahkan saat merasa kesal. Berhati-hatilah untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya dilontarkan.
  • Jangan mengabaikannya secara mutlak! Jika ia mengajukan pertanyaan, jangan berpura-pura tidak mendengarnya. Jawab pertanyaannya dengan sopan. Jika Anda tetap mengabaikannya, Anda hanya akan membuatnya kesal dan terluka.
  • Selalu berikan waktu beberapa minggu atau satu bulan bagi diri sendiri dan teman Anda untuk menenangkan diri. Jika tidak, pertengkaran atau perdebatan baru justru bisa terpicu.
Iklan

Peringatan

  • Biasanya, orang-orang yang dikhianati pada akhirnya akan bangkit dan melupakan pengkhianatan yang dialami (termasuk si pengkhianat). Oleh karena itu, jangan merasa kesal jika Anda merasa perlu melupakannya. Keputusan selalu berada di tangan Anda.
  • Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang dengan mudahnya menceritakan informasi pribadi mengenai dirinya sendiri atau orang lain. Ada kemungkinan sosok seperti itu tidak bisa menyimpan rahasia Anda.
  • Manusia merupakan makhluk sosial. Anda tidak bisa hidup tanpa teman-teman sehingga berhati-hatilah untuk tidak sampai menjauhi atau mengabaikan teman-teman yang lain hanya karena satu insiden pengkhianatan.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 2.163 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan