Artikel ini disusun bersama The Verified Initiative of the United Nations
. Verified merupakan prakarsa PBB untuk menyediakan konten yang menyelamatkan nyawa, saran berbasis fakta, dan kisah kemanusiaan terbaik di tengah simpang siur informasi. Dipimpin Department for Global Communications PBB, prakarsa ini juga mengundang kontribusi publik untuk membantu melawan penyebaran informasi yang salah mengenai COVID-19 dengan membagikan konten berbasis sains terverifikasi PBB ke komunitas mereka melalui artikel, video, dan media lain. Prakarsa ini berkolaborasi dengan Purpose, salah satu organisasi mobilisasi sosial terkemuka serta didukung oleh IKEA Foundation dan Luminate.
Ada 12 referensi
yang dikutip dalam artikel ini dan dapat ditemukan di akhir halaman.
Artikel ini telah dilihat 1.253 kali.
Anda mungkin sudah mendengar banyak desas-desus seputar vaksin COVID-19 – ada yang baik dan ada pula yang terdengar mengkhawatirkan. Bagi banyak orang, vaksin adalah penemuan medis yang luar biasa karena bisa membantu mengakhiri pandemi, tetapi pada kenyataannya ada banyak informasi yang salah mengenai hal tersebut. Dengan banyaknya informasi yang tersebar di dunia maya, sangat sulit untuk memisahkan informasi yang benar dan informasi yang menyesatkan. Kami telah menyusun daftar dari beberapa mitos umum yang ada di luar sana agar Anda bisa memisahkan fakta dan mitos seputar vaksin COVID-19.
Langkah
-
1Fakta: Penelitian yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun sebelum pandemi mampu mempercepat proses pembuatannya. Cepatnya pengembangan vaksin COVID-19 bukan terjadi karena sihir atau mukjizat. Ini adalah hasil dari penelitian dan kerja keras selama bertahun-tahun untuk mengatasi penyebaran virus lain, termasuk virus korona seperti SARS dan MERS. Berkat penelitian yang sudah dilakukan pada varian virus korona lain, para ilmuwan mampu membuat vaksin yang efektif dan aman dengan cepat. [1] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
- Vaksin buatan Pfizer/BioNTech dan Moderna memakai teknologi mRNA yang sama, tetapi hasilnya sedikit berbeda. Sebagai contoh, vaksin buatan Pfizer/BioNTech diizinkan untuk dipakai pada orang berusia 16 tahun ke atas dengan tingkat efektivitas mencapai 95%. Vaksin ini harus disuntikkan 2 kali dalam rentang waktu 21 hari. Sementara itu, vaksin Moderna dibuat untuk orang-orang berusia 18 tahun ke atas, memiliki tingkat efektivitas 94,1%, dan harus disuntikkan sebanyak 2 kali dalam waktu 28 hari. [2] X Teliti sumber
Iklan
-
1Fakta: Semua vaksin harus dibuat berdasarkan standar keamanan yang ketat. Di Amerika Serikat, Federal Drug Administration (FDA) telah menerbitkan panduan seputar keamanan dan tingkat efisiensi untuk semua vaksin, termasuk vaksin COVID-19. Vaksin baru harus melewati fase tes dan percobaan yang melibatkan sekelompok orang. Para peneliti kemudian akan mempelajari kelompok tersebut untuk memastikan vaksin aman dan efektif. [3] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber Semua vaksin COVID yang sudah disetujui pemerintah telah memenuhi standar yang ditentukan dan dianggap aman sekaligus efektif. [4] X Teliti sumber
- Selama tahap uji coba, efek negatif pada vaksin juga dipelajari. Pemerintah tidak akan menyetujui pemakaian vaksin yang tidak aman untuk digunakan oleh masyarakat.
-
1Fakta: Vaksin yang beredar tidak mengandung virus hidup. Setiap vaksin COVID-19 yang dipakai adalah vaksin mRNA. Vaksin jenis ini berfungsi untuk “mengajari” tubuh mengenali protein khusus yang ada di permukaan virus korona sehingga sistem imun Anda dapat melawan virus. Vaksin tidak mengandung virus korona sehingga tidak ada peluang sedikit pun untuk menulari virus tersebut ke tubuh Anda. [5] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
- Beberapa vaksin penyakit lain, seperti vaksin campak, gondongan , dan rubela, memang memakai virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan. Namun, cara ini tidak dipakai pada semua varian vaksin COVID-19 yang beredar saat ini.
Iklan
-
1Fakta: Vaksin COVID-19 sama sekali tidak memengaruhi fertilitas. Vaksin mRNA COVID-19 secara spesifik mengajari imun sistem di tubuh Anda untuk melawan virus. Namun, hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi fertilitas wanita. [6] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
- Faktanya, 23 sukarelawan wanita hamil selama masa uji coba vaksin Pfizer. Hanya satu wanita yang mengalami keguguran, tetapi ia sebenarnya hanya menerima plasebo alias tidak disuntik vaksin COVID-19. [7] X Sumber Tepercaya Johns Hopkins Medicine Kunjungi sumber
Mitos: Jika Anda sudah pernah terpapar COVID-19, Anda tidak perlu vaksin.
-
1Fakta: Anda dapat terkena COVID-19 lebih dari satu kali. Faktanya, orang-orang yang sakit akibat virus korona tetap membutuhkan vaksin untuk mencegah potensi serangan ulang virus. Sekalipun Anda dapat terlindung dari virus selama beberapa waktu setelah divaksin, tidak ada bukti yang cukup untuk menunjukkan berapa lama efek tersebut berlangsung. [8] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
- Ilmuwan tidak tahu berapa lama mekanisme imunitas yang diproduksi oleh vaksin dapat bertahan jika tidak memiliki data dan informasi yang cukup.
Iklan
-
1Fakta: mRNA tidak berinteraksi dengan DNA Anda. Messenger ribonucleic acid alias mRNA secara sederhana berisi satu set “instruksi” untuk mengajari sistem imun tubuh mengenali “peningkatan protein” yang ada di permukaan virus COVID-19 sehingga tubuh Anda dapat melawan virus yang terdeteksi. mRNA tidak pernah masuk ke nukleus sel tubuh yang menjadi tempat penyimpanan DNA. Karena tidak ada interaksi antara mRNA dengan DNA, tidak mungkin zat tersebut dapat mengubah DNA Anda. [9] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
-
1Fakta: Sebagian besar efek samping vaksin hanya berupa gejala ringan. Sebagian orang mengalami efek samping yang mirip dengan efek vaksin lainnya, seperti sakit pada otot, menggigil, dan saki kepala. Gejala tersebut adalah hal normal yang menandakan bahwa tubuh sedang melindung diri, serta dapat hilang setelah beberapa hari. [10] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber Sekalipun sangat langka, ada orang yang mengalami reaksi alergi terhadap bahan-bahan di dalam vaksin. Jika Anda memilkiki riwyat alergi yang parah, seperti anafilaksis, berdiskusilah dengan dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk tidak menerima vaksin.
- Sekalipun ilmuwan belum benar-benar yakin, reaksi alergi kemungkinan disebabkan oleh antigen, residu protein hewani, agen antimikrob, zat pengawet, zat penstabil, atau komponen lain dalam vaksin. [11] X Teliti sumber
Iklan
-
1Fakta: Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin apa pun bisa menyebabkan autisme. Mitos ini kerap dihubungkan dengan vaksin lain, seperti vaksin campak, gondongan , dan rubela (MMR). Hal ini berasal dari studi lama yang salah mengaitkan vaksin dengan autisme pada anak-anak. Sama sekali tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 dapat menyebabkan autisme pada anak-anak atau orang dewasa. [12] X Teliti sumber
-
1Fakta: Tidak ada bukti bahwa vaksin yang ada saat ini tidak ampuh. Sekalipun benar ada varian virus korona baru yang menyebar dengan cepat dan lebih mudah menular, tidak ada data pasti yang menunjukkan bahwa vaksin saat ini tidak akan efektif. Virus sering bermutasi dan vaksin yang ada saat ini tetap ampuh melawan varian baru virus korona. [13] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
- Sekalipun vaksin saat ini efektif melawan varian baru virus korona, produsen vaksin sedang mengembangkan penguat vaksin untuk memberi perlindungan ekstra. [14] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
Iklan
-
1Fakta: Imunitas yang dihasilkan vaksin mungkin lebih kuat daripada imunitas alami tubuh. Imunitas dari vaksin lebih aman dan lebih tidak berisiko daripada imunitas setelah terserang virus, serta cenderung lebih efektif. Studi menunjukkan bahwa 2 dosis vaksin akan menghasilkan imunitas dalam periode yang lebih lama daripada imunitas yang dihasilkan tubuh setelah sembuh dari virus korona. Pilihan terbaik adalah menyuntikkan vaksin, bukan terkena virus! [15] X Teliti sumber
- Penelitian yang lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu berapa lama imunitas yang dihasilkan oleh vaksin. Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa imunitas dari serangan virus hanya bertahan selama 90 hari. [16] X Sumber Tepercaya Centers for Disease Control and Prevention Kunjungi sumber
Tips
- Carilah informasi seputar COVID-19 dari sumber tepercaya, seperti kanal informasi WHO atau Satgas COVID di daerah Anda.
- Informasi dalam artikel ini ditulis untuk warga Amerika Serikat. Daerah lain mungkin memiliki jadwal vaksinasi atau saran yang berbeda.
Peringatan
- Selalu periksa ulang sumber informasi sebelum membagikannya ke ruang publik seperti media sosial untuk membantu mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan.
wikiHow Terkait
Referensi
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/mrna.html
- ↑ https://www.astho.org/COVID-19/Pfizer-Moderna-Vaccine-Comparison/
- ↑ https://www.cdc.gov/vaccines/basics/test-approve.html
- ↑ https://www.vcuhealth.org/news/covid-19/vaccine-myths-facts-vs-fiction
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/facts.html
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/facts.html
- ↑ https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/covid-19-vaccines-myth-versus-fact
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/facts.html
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/facts.html
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/expect/after.html
- ↑ https://www.entnet.org/content/allergic-reactions-related-covid-19-vaccinations-allergic-patients
- ↑ https://www.vcuhealth.org/news/covid-19/vaccine-myths-facts-vs-fiction
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/transmission/variant.html
- ↑ https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/in-depth/coronavirus-vaccine/art-20484859
- ↑ https://www.ucsf.edu/news/2021/01/419691/covid-19-vaccine-fact-vs-fiction-expert-weighs-common-fears
- ↑ https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/faq.html