PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Anda mungkin sudah mendengar banyak desas-desus seputar vaksin COVID-19 – ada yang baik dan ada pula yang terdengar mengkhawatirkan. Bagi banyak orang, vaksin adalah penemuan medis yang luar biasa karena bisa membantu mengakhiri pandemi, tetapi pada kenyataannya ada banyak informasi yang salah mengenai hal tersebut. Dengan banyaknya informasi yang tersebar di dunia maya, sangat sulit untuk memisahkan informasi yang benar dan informasi yang menyesatkan. Kami telah menyusun daftar dari beberapa mitos umum yang ada di luar sana agar Anda bisa memisahkan fakta dan mitos seputar vaksin COVID-19.

Metode 1
Metode 1 dari 10:

Mitos: Vaksin COVID dibuat secara tergesa-gesa.

PDF download Unduh PDF
  1. Penelitian yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun sebelum pandemi mampu mempercepat proses pembuatannya. Cepatnya pengembangan vaksin COVID-19 bukan terjadi karena sihir atau mukjizat. Ini adalah hasil dari penelitian dan kerja keras selama bertahun-tahun untuk mengatasi penyebaran virus lain, termasuk virus korona seperti SARS dan MERS. Berkat penelitian yang sudah dilakukan pada varian virus korona lain, para ilmuwan mampu membuat vaksin yang efektif dan aman dengan cepat. [1]
    • Vaksin buatan Pfizer/BioNTech dan Moderna memakai teknologi mRNA yang sama, tetapi hasilnya sedikit berbeda. Sebagai contoh, vaksin buatan Pfizer/BioNTech diizinkan untuk dipakai pada orang berusia 16 tahun ke atas dengan tingkat efektivitas mencapai 95%. Vaksin ini harus disuntikkan 2 kali dalam rentang waktu 21 hari. Sementara itu, vaksin Moderna dibuat untuk orang-orang berusia 18 tahun ke atas, memiliki tingkat efektivitas 94,1%, dan harus disuntikkan sebanyak 2 kali dalam waktu 28 hari. [2]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 10:

Mitos: Vaksin belum diuji dengan baik.

PDF download Unduh PDF
  1. Semua vaksin harus dibuat berdasarkan standar keamanan yang ketat. Di Amerika Serikat, Federal Drug Administration (FDA) telah menerbitkan panduan seputar keamanan dan tingkat efisiensi untuk semua vaksin, termasuk vaksin COVID-19. Vaksin baru harus melewati fase tes dan percobaan yang melibatkan sekelompok orang. Para peneliti kemudian akan mempelajari kelompok tersebut untuk memastikan vaksin aman dan efektif. [3] Semua vaksin COVID yang sudah disetujui pemerintah telah memenuhi standar yang ditentukan dan dianggap aman sekaligus efektif. [4]
    • Selama tahap uji coba, efek negatif pada vaksin juga dipelajari. Pemerintah tidak akan menyetujui pemakaian vaksin yang tidak aman untuk digunakan oleh masyarakat.
Metode 3
Metode 3 dari 10:

Mitos: Anda bisa terkena COVID-19 karena vaksin.

PDF download Unduh PDF
  1. Vaksin yang beredar tidak mengandung virus hidup. Setiap vaksin COVID-19 yang dipakai adalah vaksin mRNA. Vaksin jenis ini berfungsi untuk “mengajari” tubuh mengenali protein khusus yang ada di permukaan virus korona sehingga sistem imun Anda dapat melawan virus. Vaksin tidak mengandung virus korona sehingga tidak ada peluang sedikit pun untuk menulari virus tersebut ke tubuh Anda. [5]
    • Beberapa vaksin penyakit lain, seperti vaksin campak, gondongan , dan rubela, memang memakai virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan. Namun, cara ini tidak dipakai pada semua varian vaksin COVID-19 yang beredar saat ini.
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 10:

Mitos: Vaksin COVID memengaruhi fertilitas.

PDF download Unduh PDF
  1. Vaksin COVID-19 sama sekali tidak memengaruhi fertilitas. Vaksin mRNA COVID-19 secara spesifik mengajari imun sistem di tubuh Anda untuk melawan virus. Namun, hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi fertilitas wanita. [6]
    • Faktanya, 23 sukarelawan wanita hamil selama masa uji coba vaksin Pfizer. Hanya satu wanita yang mengalami keguguran, tetapi ia sebenarnya hanya menerima plasebo alias tidak disuntik vaksin COVID-19. [7]
Metode 5
Metode 5 dari 10:

Mitos: Jika Anda sudah pernah terpapar COVID-19, Anda tidak perlu vaksin.

PDF download Unduh PDF
  1. Anda dapat terkena COVID-19 lebih dari satu kali. Faktanya, orang-orang yang sakit akibat virus korona tetap membutuhkan vaksin untuk mencegah potensi serangan ulang virus. Sekalipun Anda dapat terlindung dari virus selama beberapa waktu setelah divaksin, tidak ada bukti yang cukup untuk menunjukkan berapa lama efek tersebut berlangsung. [8]
    • Ilmuwan tidak tahu berapa lama mekanisme imunitas yang diproduksi oleh vaksin dapat bertahan jika tidak memiliki data dan informasi yang cukup.
    Iklan
Metode 6
Metode 6 dari 10:

Mitos: Vaksin berbasis mRNA dapat mengubah DNA.

PDF download Unduh PDF
  1. mRNA tidak berinteraksi dengan DNA Anda. Messenger ribonucleic acid alias mRNA secara sederhana berisi satu set “instruksi” untuk mengajari sistem imun tubuh mengenali “peningkatan protein” yang ada di permukaan virus COVID-19 sehingga tubuh Anda dapat melawan virus yang terdeteksi. mRNA tidak pernah masuk ke nukleus sel tubuh yang menjadi tempat penyimpanan DNA. Karena tidak ada interaksi antara mRNA dengan DNA, tidak mungkin zat tersebut dapat mengubah DNA Anda. [9]
Metode 7
Metode 7 dari 10:

Mitos: Vaksin COVID-19 menimbulkan efek samping serius.

PDF download Unduh PDF
  1. Sebagian besar efek samping vaksin hanya berupa gejala ringan. Sebagian orang mengalami efek samping yang mirip dengan efek vaksin lainnya, seperti sakit pada otot, menggigil, dan saki kepala. Gejala tersebut adalah hal normal yang menandakan bahwa tubuh sedang melindung diri, serta dapat hilang setelah beberapa hari. [10] Sekalipun sangat langka, ada orang yang mengalami reaksi alergi terhadap bahan-bahan di dalam vaksin. Jika Anda memilkiki riwyat alergi yang parah, seperti anafilaksis, berdiskusilah dengan dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk tidak menerima vaksin.
    • Sekalipun ilmuwan belum benar-benar yakin, reaksi alergi kemungkinan disebabkan oleh antigen, residu protein hewani, agen antimikrob, zat pengawet, zat penstabil, atau komponen lain dalam vaksin. [11]
    Iklan
Metode 8
Metode 8 dari 10:

Mitos: Vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak-anak.

PDF download Unduh PDF
  1. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin apa pun bisa menyebabkan autisme. Mitos ini kerap dihubungkan dengan vaksin lain, seperti vaksin campak, gondongan , dan rubela (MMR). Hal ini berasal dari studi lama yang salah mengaitkan vaksin dengan autisme pada anak-anak. Sama sekali tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 dapat menyebabkan autisme pada anak-anak atau orang dewasa. [12]
Metode 9
Metode 9 dari 10:

Mitos: Virus telah bermutasi sehingga vaksin tidak lagi ampuh.

PDF download Unduh PDF
  1. Tidak ada bukti bahwa vaksin yang ada saat ini tidak ampuh. Sekalipun benar ada varian virus korona baru yang menyebar dengan cepat dan lebih mudah menular, tidak ada data pasti yang menunjukkan bahwa vaksin saat ini tidak akan efektif. Virus sering bermutasi dan vaksin yang ada saat ini tetap ampuh melawan varian baru virus korona. [13]
    • Sekalipun vaksin saat ini efektif melawan varian baru virus korona, produsen vaksin sedang mengembangkan penguat vaksin untuk memberi perlindungan ekstra. [14]
    Iklan
Metode 10
Metode 10 dari 10:

Mitos: Imunitas alami tubuh lebih kuat daripada vaksin.

PDF download Unduh PDF
  1. Imunitas yang dihasilkan vaksin mungkin lebih kuat daripada imunitas alami tubuh. Imunitas dari vaksin lebih aman dan lebih tidak berisiko daripada imunitas setelah terserang virus, serta cenderung lebih efektif. Studi menunjukkan bahwa 2 dosis vaksin akan menghasilkan imunitas dalam periode yang lebih lama daripada imunitas yang dihasilkan tubuh setelah sembuh dari virus korona. Pilihan terbaik adalah menyuntikkan vaksin, bukan terkena virus! [15]
    • Penelitian yang lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu berapa lama imunitas yang dihasilkan oleh vaksin. Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa imunitas dari serangan virus hanya bertahan selama 90 hari. [16]

Tips

  • Carilah informasi seputar COVID-19 dari sumber tepercaya, seperti kanal informasi WHO atau Satgas COVID di daerah Anda.
  • Informasi dalam artikel ini ditulis untuk warga Amerika Serikat. Daerah lain mungkin memiliki jadwal vaksinasi atau saran yang berbeda.
Iklan

Peringatan

  • Selalu periksa ulang sumber informasi sebelum membagikannya ke ruang publik seperti media sosial untuk membantu mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.253 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan