Unduh PDF Unduh PDF

Ada banyak cara hal yang membuat seseorang salah: bisa jadi dia termotivasi untuk berpikir sesuatu itu tidak benar, dia memiliki informasi yang salah atau sudah usang, atau mungkin mereka benar sedikit tetapi tidak seluruhnya benar. Apa pun alasannya, seni untuk memberi tahu seseorang bahwa dia salah membutuhkan meyakinkan orang tersebut dengan alasan, logika, dan fakta dengan cara yang membuat orang tersebut menyadari bahwa dirinya salah, alih-alih agresif menyangkalnya. Kita bisa merasa tidak nyaman untuk memberi tahu seseorang bahwa dirinya salah, tetapi terkadang kita harus melakukannya. Berikut cara untuk menghadapi situasi ini dengan cara yang paling meyakinkan dan dengan cara sehalus mungkin.

Bagian 1
Bagian 1 dari 2:

Memutuskan untuk Membuka Mulut

Unduh PDF
  1. Tanya kepada diri sendiri apa yang akan Anda dapatkan jika memberi tahu orang ini salah. Jika tidak banyak, mungkin sebaiknya Anda tidak menyampaikannya sama sekali dan menyimpan energi Anda untuk pertarungan yang benar-benar penting. [1]
    • Misalnya, jika Anda dan pasangan bergantian mencuci piring dan dia berkata bahwa dia melakukannya tadi malam dan Anda tahu dia salah, mungkin tidak ada gunanya Anda bertengkar mengenai hal yang kecil. Akan tetapi, jika hal ini sudah terjadi berulang kali, ada baiknya Anda membahasnya.
    • Contoh lain yang cukup sepele adalah saat pasangan mengatakan sesuatu terjadi empat hari yang lalu padahal Anda tahu hal tersebut terjadi dua hari yang lalu. Jika hal ini tidak akan mengubah masa depan secara drastis, lebih baik Anda tidak membahasnya.
    • Jika masalah ini sangat menyangkut emosi dan Anda kesulitan untuk menimbang pro dan kontranya, buat daftar dengan pena dan kertas.
  2. Tidak ada yang suka kehilangan muka di depan umum, jadi jika Anda akan memberitahunya bahwa dia salah, bawa dia ke tempat yang sepi dan tertutup. Ini artinya terkadang Anda harus menunggu sampai saat yang tepat dan tidak bijaksana untuk selalu mengonfrontasinya langsung saat hal tersebut terjadi.
    • Jika Anda menunggu untuk membahas masalah ini saat kalian sudah berdua saja, pastikan Anda menyampaikannya dengan netral agar percakapan berjalan ke arah yang baik.
    • Misalnya, alih-alih mengatakan sesuatu seperti, "Hei, kamu ingat tidak apa yang kamu katakan tadi? Ada yang ingin aku sampaikan sehubung hal itu" atau "Ingat tidak dengan hal konyol yang kamu bilang tadi? Kenapa ya, itu?" cobalah untuk menggunakan bahasa yang lebih netral seperti "Hei, ingat hal yang tidak kita sepakati tadi? Boleh kita bicarakan sebentar?"
  3. Walaupun ada banyak yang bisa Anda dapatkan atau Anda bisa merasa senang untuk menyampaikan bahwa dia salah, pastikan untuk melakukannya dengan tenang. Jangan buat dia menjadi defensif atau kesal, kecuali memang itu tujuan Anda, karena hal ini bisa-bisa malah menjauhkan Anda dari hasil yang Anda inginkan, yaitu membuatnya melihat sudut pandang Anda dalam masalah ini. [2]
  4. Sebelum Anda membuka mulut dan mengatakan dia salah, pastikan Anda sudah memikirkan masalah ini dengan saksama dan mengetahui dengan pasti bahwa Anda benar.
    • Coba pikirkan apa yang bisa dia katakan untuk menanggapi Anda dan memebela dirinya, dan buatlah satu daftar berisi tanggapan-tanggapan Anda untuk menanggapi responsnya tersebut sehingga Anda bisa memiliki peluang lebih besar untuk meyakinkannya bahwa dia salah, jika dia menolak untuk percaya kepada Anda.
  5. Coba pikirkan seberapa besar keyakinan Anda bahwa Anda benar, dan ketahuilah ada kemungkinan jika dia juga merasakan keyakinan sebesar ini juga terhadap dirinya. [3]
    • Ingatlah bahwa walaupun Anda merasa Anda benar dan dia salah, ada kemungkinan bahwa Andalah yang sebenarnya salah. [4]
    • Saat Anda memikirkan apakah sebaiknya Anda membuka mulut atau tidak, camkanlah bahwa ada kemungkinan Anda salah dan siapkan diri Anda untuk mendengarkan argumennya dengan saksama.
  6. Coba pikiran kenapa dia merasa dia benar. Dengan melakukannya, Anda pun bisa merasa lebih yakin bahwa dia memang salah, menyadari bahwa dia benar, atau lebih memahami isu-isu spesifik yang harus disampaikan kepadanya untuk membuatnya tahu kenapa dia salah.
  7. Kenyataannya adalah tidak ada cara terbaik yang bisa digunakan kepada semua orang untuk memberitahu bahwa dirinya salah karena masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang membuat beberapa darinya lebih mudah untuk dihadapi dibandingkan yang lainnya. [5]
    • Terkadang cara terbaik adalah menyampaikan dengan ramah tetapi tetap saja ego orang tersebut akan memberontak walaupun Anda sudah melakukannya dengan cara tersebut. Terkadang yang dibutuhkan untuk menghadapi orang seperti ini adalah sikap asertif dan tidak mau menyerah.
    • Contohnya, jika dia keras kepala, Anda tidak akan bisa membuatnya mengerti dengan bersikap pasif dan ramah. Dalam kasus seperti ini, mungkin Anda harus lebih asertif dan lebih tegas. Jika sebaliknya dia sensitif dengan kritik, sikap asertif dan tegas malah membuatnya menarik diri.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 2:

Menyampaikan Kepadanya

Unduh PDF
  1. Jangan kaitkan kesalahannya dengan kecerdasan atau aspek lain dalam kepribadiannya. Bisa-bisa dia malah menjadi defensif. Jika Anda tidak mengaitkan tindakan atau pikiran (yang membuatnya salah) ini dengan kepribadiannya, dia pun bisa lebih mudah melihat kesalahannya karena identitas dan kepercayaan dirinya tidak disinggung. [6]
    • Contohnya, alih-alih mengatakan sesuatu yang menghakimi kepribadian seperti "Kamu jelas-jelas tidak memperhatikan atau ada sesuatu yang tidak beres dengan memorimu karena akulah yang terakhir mencuci piring", coba katakan sesuatu yang lebih fokus kepada kesalahan ini secara spesifik, seperti "Aku yakin kamu salah tentang siapa yang terakhir mencuci piring."
  2. Orang-orang akan lebih cenderung untuk percaya dia salah jika Anda menawarkan alternatif yang benar. Jika Anda menunjukkan poin bahwa dia salah tetapi berhenti di situ tanpa menyampaikan hal lain, bisa jadi dia bersikeras bahwa dia benar. [7]
    • Cobalah untuk berbicara dengan wibawa tetapi jangan bersikap sombong. Sekali lagi, intinya adalah jangan membuatnya menjadi defensif. [8]
  3. Jangan bersikap agresif dan buat dia tahu dengan halus dengan mengatakan sesuatu seperti "Aku rasa kamu salah" alih-alih "Jelas banget kamu salah". Kalimat yang kedua terkesan lebih abrasif dan kemungkinan besar akan membuatnya menanggapi dengan agresif seperti menolak untuk menerima penyampaian Anda dengan serius. [9]
  4. Semakin marah atau kesal diri Anda, semakin besar kuasa yang dimilikinya. Cobalah untuk tenang dan jika dia tidak mau menerima fakta yang ada, sebaiknya mungkin Anda berhenti membahasnya. Sering kali bertengkar untuk membuktikan seseorang itu salah hanya membuang waktu saja. Cobalah untuk merasa nyaman dengan keadaan bahwa Anda saja yang tahu Anda benar dan dalam beberapa kasus, pendapat orang lain itu tidak penting. [10]
  5. Coba lapisi poin kesalahannya di antara dua kualitas positif dirinya, atau menjalinnya dengan beberapa pendapat lain dirinya yang benar. Dengan teknik ini, mungkin dia bisa tidak menanggapi usaha Anda untuk mengoreksi kesalahannya dengan negatif.
    • Misalnya teman satu indekos Anda salah saat berkata dia yang terakhir mencuci piring dan sering kali Anda sudah membahasnya. Mungkin Anda bisa berkata seperti ini "Kalau kamu mencuci piring, pasti bersih, deh. Tetapi aku rasa kamu salah soal siapa yang terakhir mencuci piring. Aku ingat kemarin aku yang melakukannya sewaktu kamu memainkan lagu yang enak itu dengan gitarmu. Kamu ingat tidak?"
    • Pastikan Anda menyampaikan inti yang ingin disampaikan dalam percakapan ini yaitu membuatnya menyadari kesalahannya akan sesuatu. Jangan menghabiskan waktu terlalu banyak membahas hal-hal yang dilakukannya dengan baik karena bisa-bisa dia jadi hilang fokus dan tidak menangkap inti yang ingin Anda sampaikan dan teknik roti lapis yang Anda gunakan pun menjadi sia-sia. [11]
    • Akan tetapi, jangan terkesan merendahkan juga. Teknik roti lapis ini cukup membingungkan tetapi Anda tidak akan terkesan merendahkan jika Anda menggunakan poin-poin yang bagus secara tulus.
    Iklan

Tips

  • Bacalah seni berdebat.
  • Ketahuilah bahwa pihak lain mungkin sama yakinnya dengan Anda bahwa dirinya benar.
  • Belajarlah untuk bersikap persuasif dan gigih tanpa bersikap agresif.
  • Berhati-hatilah untuk tidak memojokkan pihak yang salah karena bisa-bisa dia malah tidak mau mendengarkan Anda atau menerima sudut pandang Anda.
Iklan

Peringatan

  • Argumentasi atau diskusi yang menjadi terlalu panas bisa menjadi sengit, atau menimbulkan kekerasan ke depannya. Ketahuilah kapan saatnya untuk berhenti! Hindari kekerasan fisik dan psikologis seperti ejekan atau ancaman.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 6.537 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan