Unduh PDF Unduh PDF

Hingga saat ini, sayangnya, masih cukup banyak orang tua yang menganggap pukulan atau kekerasan fisik lain sebagai bentuk hukuman yang efektif. Padahal, tindak pemukulan dari orang tua, apa pun alasannya, dapat menumpuk rasa stres dalam diri anak, terutama yang usianya telah beranjak dewasa. Jika orang tuamu pun melakukannya dan dampak negatifnya mulai kamu rasakan, cobalah mengomunikasikan keluhan tersebut kepada orang tuamu. Sampaikan alasan di balik rasa keberatanmu, lalu cobalah menawarkan opsi hukuman lain yang lebih efektif untukmu. Pada saat yang bersamaan, hindari masalah dengan menyelesaikan seluruh tanggung jawabmu dengan baik, seperti yang berhubungan dengan pekerjaan rumah dan tugas sekolah. Selain itu, latih pula kemampuanmu untuk mengontrol dan mengelola emosi!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengomunikasikan Rasa Keberatanmu

Unduh PDF
  1. Sebelum mengajak orang tuamu mengobrol, pahami terlebih dahulu hasil akhir yang ingin kamu capai. Misalnya, pikirkan berbagai solusi yang nantinya ingin kamu tawarkan kepada orang tuamu, atau berbagai bentuk kompromi yang bisa kamu lakukan. Identifikasi pula perasaanmu terkait percakapan tersebut. [1]
    • Kenali perasaanmu. Kemungkinan besar, kamu merasa gugup saat harus mengomunikasikan rasa keberatan akan hukuman yang diberikan oleh orang tuamu. Secara khusus, kamu khawatir orang tuamu akan merasa dilecehkan atau tidak dihargai ketika mendengar pendapatmu. Percayalah, merasa gugup dalam situasi semacam ini sangatlah wajar. Yang terpenting, jangan membiarkan perasaan tersebut menghambat keinginanmu untuk mengadakan percakapan tersebut.
    • Pikirkan tujuan yang ingin kamu capai dari percakapan tersebut. Misalnya, kamu ingin orang tuamu memahami perasaanmu berikut alasan di balik timbulnya perasaan tersebut. Agar tujuan tersebut dapat lebih mudah tercapai, cobalah menuliskan pemikiranmu dari jauh-jauh hari. Jika ingin, tuliskan pula beberapa solusi yang menurutmu relevan dan memungkinkan untuk diwujudkan. Misalnya, kamu dan orang tuamu bisa menyepakati bentuk hukuman yang lain untuk menggantikan pemukulan.
  2. Secara khusus, pastikan kamu dan orang tuamu mengobrol ketika seluruh pihak sedang benar-benar tenang dan mampu berpikir jernih. [2]
    • Pilih momen ketika orang tuamu tidak sedang sibuk. Jika memungkinkan, ajak orang tuamu mengobrol ketika mereka sedang tidak bekerja atau memiliki tanggung jawab penting lain. Jika orang tuamu selalu ada di rumah pada hari Selasa malam, misalnya, tidak ada salahnya menginisiasi obrolan pada momen tersebut.
    • Hilangkan segala bentuk gangguan. Jangan mengajak orang tuamu bicara ketika televisi masih menyala, atau ketika salah satu pihak masih bermain ponsel. Tunjukkan bahwa kamu ingin mengajak mereka berdiskusi secara serius dan mintalah mereka untuk menjauhkan diri terlebih dahulu dari segala hal yang berpotensi menjadi gangguan.
  3. Selalu gunakan ujaran “aku”, yang meletakkan fokus kalimat pada perasaanmu, alih-alih pada perilaku mereka. Salah satu contoh kalimat dengan ujaran “aku”: “Ketika Ayah/Ibu memukulku, aku merasa ____." Nyatakan perasaanmu dengan jujur dan lugas, tanpa perlu mengimplikasikan bahwa ayah dan/atau ibumu adalah orang tua yang buruk. Kemudian, mintalah kesediaan mereka untuk mendiskusikan perubahan metode atau cara mendisiplinkanmu. [3]
    • "Waktu dipukul, sejujurnya aku merasa malu dan tidak dicintai. Rasanya aku kepingin merangkak ke dalam lubang dan nggak keluar-keluar lagi, karena aku merasa Ayah/Ibu nggak sayang lagi sama aku. Boleh nggak , kita bersama-sama mencari bentuk hukuman yang baru dan lebih adil untukku?"
    • "Pukulan Ayah/Ibu membuatku ketakutan. Aku jadi takut sama Ayah/Ibu, dan nggak kepingin menceritakan apa pun tentang hal-hal yang terjadi dalam hidupku karena aku takut dipukul lagi. Aku merasa hukuman semacam itu merusak hubungan kita."
    • "Ayah dan Ibu mungkin sudah tahu kalau aku punya masalah kecemasan. Kadang-kadang, aku benar-benar takut dipukul sampai susah bernapas dan susah berfokus saat mengerjakan PR. Boleh nggak , bentuk hukuman yang Ayah dan Ibu gunakan diubah?"
  4. Dalam sebuah proses komunikasi, kamu juga harus mampu menjadi pendengar, alih-alih sekadar pembicara, yang baik. Dengan kata lain, berusahalah agar tidak membuat orang tuamu merasa diserang atau dihakimi. Pahami perasaan orang tuamu dan dengarkan kata-kata mereka. Lakukan itu agar mereka juga merasa didengarkan. [4]
    • Orang tuamu pasti memiliki alasan yang kuat untuk mendisiplinkanmu dengan cara tersebut. Misalnya, mungkin cara tersebut juga digunakan oleh orang tua mereka di masa lampau dan ternyata hasilnya efektif bagi mereka. Selain itu, mereka mungkin merasa bahwa cara tersebut efektif untuk memperbaiki perilakumu dan membuatmu memahami konsep konsekuensi sewaktu kecil.
    • Berusahalah untuk menunjukkan kedewasaanmu. Percayalah, orang tuamu akan lebih mudah untuk membuka diri terhadap rasa keberatanmu jika kamu bersedia mendengarkan perspektif mereka. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku menghargai kerja keras Ayah dan Ibu untuk mendidikku agar aku mampu bertumbuh dengan nilai-nilai hidup yang benar. Aku juga paham kenapa Ayah dan Ibu menganggap pemukulan sebagai cara yang tepat untuk mendewasakanku." Jika orang tuamu merasa didengar di sepanjang proses diskusi, niscaya solusi alternatif yang menguntungkan kedua belah pihak akan lebih mudah untuk didapatkan.
  5. Sejatinya, ada banyak cara yang tidak melibatkan kekerasan, dan bisa digunakan oleh orang tua untuk mendisplinkan anak-anaknya. Ingat, orang tuamu sesungguhnya hanya ingin melihatmu bertumbuh dewasa dengan cara yang benar, dan mereka beranggapan bahwa perilaku memukul dapat membantumu untuk memahami konsep konsekuensi, pun melatihmu untuk menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Berbekal pemahaman tersebut, cobalah menawarkan bentuk hukuman lain yang tidak kalah efektifnya untuk mencapai tujuan tersebut, tetapi tidak melibatkan kekerasan dalam bentuk apa pun. [5]
    • Peringatan verbal dapat memberikan peluang bagimu untuk mengevaluasi kesalahan. Oleh karena itu, cobalah meminta orang tuamu untuk memberikan peringatan verbal terlebih dahulu agar kamu memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku yang salah dan mengubahnya.
    • Konsekuensi alami adalah konsekuensi yang secara alamiah mengikuti kesalahanmu. Misalnya, jika kamu memberantakkan rumah, konsekuensi alaminya adalah membersihkan rumah. Jika kamu menyakiti perasaan orang lain, baik disengaja maupun tidak, konsekuensi alaminya adalah meminta maaf dan memperbaiki keadaan. Jika kamu merusak sesuatu, konsekuensi alaminya adalah membayar sejumlah uang untuk memperbaiki atau mengganti barang yang rusak.
    • Tidak keluar dari rumah selama satu minggu, lebih dari satu minggu, atau di akhir pekan dapat menjadi hukuman yang efektif bagi banyak remaja.
    • Tidak bisa mengakses teknologi digital (ponsel pintar, tablet, laptop untuk keperluan nonakademis) selama satu hari, satu minggu, atau di akhir pekan juga merupakan bentuk hukuman yang efektif bagi banyak orang.
  6. Kemungkinan besar, orang tuamu memiliki perspektif yang berbeda denganmu terkait pemukulan tersebut. Sayangnya, sebagian besar orang tua yang konvensional masih meyakini bahwa pemukulan adalah metode yang tepat untuk mengajarkan konsep konsekuensi kepada anak, dan mencegah anak melakukan kesalahan yang sama lagi di kemudian hari. [6]
    • Kemungkinan, orang tuamu pun tidak akan mau menghapuskan bentuk hukuman yang telah mereka yakini tersebut sepenuhnya. Namun, jika kamu mampu bersikap dewasa di sepanjang percakapan dan mengekspresikan pandanganmu dengan sopan, mereka mungkin akan bersedia untuk “menggeser” tindak pemukulan dari daftar hukuman yang utama.
    • Jika orang tuamu merupakan sosok yang kaku, kemungkinan besar mereka tidak akan mau mengubah perilaku tersebut. Untuk saat ini, berusahalah menerima keputusan mereka. Beberapa bulan ke depan, isu tersebut selalu bisa kamu angkat lagi, kok . Mungkin saja, pendirian orang tuamu sudah berubah pada waktu itu, bukan?
    • Jika orang tuamu selalu meneriakimu, memukulmu, atau melakukan hal buruk lain terhadapmu, silakan mengakhiri percakapan dengan mereka. Setelah itu, cobalah menceritakan perlakuan yang kamu terima kepada orang dewasa lain yang tepercaya.
  7. Jika orang tuamu tetap ingin mempertahankan pemukulan sebagai bentuk hukuman yang dianggap efektif, jangan mengeluh atau merengek. Faktanya, jika situasi tersebut mampu kamu sikapi secara dewasa, kemungkinan orang tuamu untuk menyeriusi rasa keberatanmu pun akan semakin besar, lo . Oleh karena itu, di sepanjang percakapan, berusahalah untuk menjaga nada bicara yang tenang dan terkontrol. [7]
    • Jika mereka tidak bersedia mendengarkan argumentasimu, jangan memberikan perlawanan karena toh perilaku tersebut tidak akan mengubah apa pun. Alih-alih, akhiri percakapan dan pergilah ke suatu tempat untuk menyendiri dan mengontrol perasaanmu.
    • Sejatinya, orang tuamu akan lebih mudah untuk mendengarkan jika kamu mampu mengemukakan argumentasimu dengan tenang. Artinya, jika ucapan mereka membuatmu merasa frustrasi, berusahalah menahan kemarahanmu. Ketika sudah tidak lagi berada di depan orang tuamu, silakan melampiaskan kekesalan tersebut dengan memukul bantal atau berjalan-jalan mengelilingi kompleks.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menghormati Aturan dan Berperilaku Terpuji

Unduh PDF
  1. Salah satu cara untuk menghindari hukuman adalah dengan memenuhi ekspektasi orang tuamu. Oleh karena itu, belajarlah untuk lebih mengelola hidupmu dengan lebih baik, agar kamu tidak lagi melupakan tenggat pengumpulan tugas akademis atau mengabaikan keharusan untuk membersihkan rumah. [8]
    • Pada hari Sabtu atau Minggu sore, cobalah menyusun daftar berisi berbagai kebutuhan akademis yang kamu perlukan pada minggu berikutnya. Misalnya, jika kamu diberi tugas untuk menulis ulasan buku dan tenggat pengumpulannya sudah semakin dekat, tuliskan bahwa kamu akan memerlukan buku untuk diulas, buku tulis untuk mencatat hasil ulasan, bolpoin, dan pensil. Selain itu, kamu juga perlu menyiapkan berbagai hal untuk melengkapi draf ulasan final, seperti sampul ulasan.
    • Rapikan kamarmu. Sediakan tempat yang berbeda untuk meletakkan mainan, DVD, peralatan elektronik, dsb. Jika ada, gunakan kardus atau wadah bekas untuk mengelompokkan barang-barang yang menurutmu penting.
    • Jika ingin, mintalah orang tuamu untuk membelikan kalender yang bisa diletakkan di dalam kamarmu. Nantinya, kamu bisa menandai tanggal-tanggal akademis yang penting di kalender tersebut, seperti tanggal ujian dan tanggal pengumpulan tugas.
  2. Pastikan kamu menyelesaikan hal-hal yang harus dikerjakan setiap hari, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan rumah. Jika mampu melakukannya, orang tuamu tidak akan memiliki alasan untuk menghukummu, bukan? [9]
    • Buat daftar berisi pekerjaan rumah yang harus kamu selesaikan setiap harinya. Misalnya, kamu mungkin diharuskan untuk membersihkan rumah pada hari Sabtu, atau mencuci piring setelah makan malam pada hari Jumat. Apa pun tugas yang diberikan oleh orang tuamu, berusahalah untuk memenuhinya sesuai tenggat.
    • Susun prioritasmu. Misalnya, berkomitmenlah untuk selalu mengerjakan tugas akademis sepulang sekolah agar kamu tidak perlu bergadang di malam hari. Secara berkala, luangkan pula waktu beberapa menit untuk beristirahat di sepanjang hari agar tubuh dan pikiranmu tidak kelelahan. Misalnya, setelah mengerjakan tugas matematika selama satu jam, izinkan tubuh dan pikiranmu untuk beristirahat selama 15 menit dengan cara mendengarkan musik.
  3. Jika ada tanggung jawab cukup besar yang harus segera kamu selesaikan, seperti merapikan kamar, segeralah merencanakan jadwal untuk mengerjakannya. Seharusnya, jika orang tuamu menyadari bahwa kamu mampu berinisiatif untuk menyelesaikan seluruh tanggung jawab yang mereka berikan, frekuensi dan intensitas hukuman yang mereka berikan pun akan berkurang. [10]
    • Bagi tanggung jawab yang besar ke dalam beberapa bagian. Misalnya, jika kamu harus merapikan kamar, cobalah membagi kamarmu ke dalam empat bagian. Setelah itu, berfokuslah untuk merapikan satu bagian dengan maksimal sebelum beristirahat sejenak dan beranjak ke bagian-bagian yang lain.
    • Menyusun jadwal akan membantumu untuk mengidentifikasi segala bentuk tanggung jawab yang perlu diselesaikan, dan tentu saja menyelesaikannya sesuai dengan tenggat. Alhasil, pertentangan di antara kamu dan orang tuamu akan mereda, sehingga frekuensi pemberian hukuman dalam bentuk pukulan pun akan berkurang.
  4. Jika kamu merupakan sosok yang emosional, kemungkinan besar kecenderungan tersebutlah yang membuat orang tuamu memukulmu. Misalnya, selama ini mungkin kamu selalu berteriak-teriak atau bersikap agresif kepada orang tuamu ketika sedang kesal, atau terlalu sering berkelahi dengan saudara-saudaramu. Jika akar masalahnya adalah kesulitanmu untuk mengontrol emosi, cobalah berkonsultasi kepada konselor sekolah dan bekerja sama dengannya untuk menyikapi emosi dengan cara yang lebih sehat. Jika kontrol emosimu membaik, kemungkinan besar frekuensi pemukulan yang dilakukan oleh orang tuamu pun akan berkurang. [11] Beberapa strategi yang mungkin akan direkomendasikan oleh konselor sekolahmu:
    • Berolahraga lebih sering . Kapan pun stres atau rasa marah mulai menguasaimu, keluarlah dari rumah untuk joging atau berlari alih-alih melampiaskannya kepada seisi rumah.
    • Menuliskan perasaan . Ketika rasa kesal mulai muncul, segeralah mengambil kertas dan bolpoin, lalu melampiaskan kemarahanmu di atas kertas alih-alih kepada penghuni rumahmu.
    • Mengambil jeda . Jika ketegangan mulai memuncak saat sedang beradu argumentasi dengan orang tua atau saudaramu, cobalah mengambil jeda sejenak untuk keluar dari situasi tersebut dan menenangkan diri. Misalnya, pergilah ke kamarmu dan membaca buku yang kamu sukai. Percayalah, masalah yang muncul dapat lebih mudah untuk diatasi jika pikiranmu sudah jernih.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mengenali Gejala Kekerasan pada Anak

Unduh PDF
  1. Sejatinya, memukul anak, sekalipun tujuannya adalah untuk menghukum, merupakan salah satu bentuk kekerasan fisik. Ingat, orang tuamu tidak memiliki hak untuk merobek kulitmu, membuat tubuhmu memar, atau meninggalkan bekas luka yang mungkin akan bertahan selamanya. Kamu pun tidak layak untuk hidup dalam ketakutan karena selama ini selalu menerima pukulan setelah melakukan kesalahan, bahkan yang sangat kecil. Untuk memperbaiki keadaan, belajarlah untuk mengenali gejala kekerasan fisik, terutama yang berlangsung di dalam kehidupan berumah tangga. [12] Beberapa bentuk kekerasan pada anak yang patut kamu waspadai:
    • Kekerasan fisik adalah segala bentuk kekerasan yang mencederai fisik korban, seperti memukul, menendang, mendorong, atau mencekik. Kekerasan fisik mungkin akan meninggalkan bekas, mungkin juga tidak. Memukul pantat anak sebagai bentuk hukuman ((yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah " spanking ") memang berada dalam ranah yang abu-abu, tetapi bisa dikategorikan sebagai kekerasan fisik jika tindakan tersebut menimbulkan cedera atau bekas pukulan di tubuhmu.
    • Kekerasan verbal adalah segala bentuk kekerasan yang disampaikan secara lisan, seperti mengejek, merendahkan, mengancam, meneriaki, dan perilaku lain yang membuat korban merasa malu, rendah diri, atau ketakutan.
    • Pengabaian , sesuai namanya, terjadi ketika pelaku dengan sengaja mengabaikan tanggung jawabnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar korban. Misalnya, orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberi makan, memberi pakaian, dan melindungi anak-anaknya. Selain itu, mereka pun harus menyediakan tempat tinggal, akses terhadap kesehatan, akses terhadap kebersihan, dan akses terhadap berbagai kebutuhan dasar anak-anaknya yang lain.
    • Kekerasan seksual adalah segala bentuk kekerasan yang melibatkan perilaku seksual yang tidak tepat (misalnya, yang tidak berhubungan dengan alasan medis). Misalnya, pelaku akan menunjukkan gambar pornografi kepada korbannya, mengambil foto atau video korban yang sedang telanjang tanpa disensor, atau melontarkan komentar yang melecehkan terkait korbannya.
    • Pengasingan terjadi ketika pelaku dengan sengaja mengasingkan atau menjauhkan korban dari dunia di sekitarnya. Misalnya, korban dilarang untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya atau mengakses internet dengan bebas. Selain itu, korban juga dihukum dalam durasi yang terlalu lama atau bahkan dilarang masuk ke sekolah sampai dengan waktu yang tidak ditentukan.
    • Orang tua yang merupakan pelaku kekerasan mungkin juga akan mengeksploitasi, mengancam, memanipulasi, mempermalukan, atau merusak hidup anak-anaknya. Selain itu, mereka mungkin akan menutup akses anak-anaknya terhadap privasi.
  2. Jika kamu merasa mengalami kekerasan dari orang tuamu, cobalah menceritakan masalah tersebut kepada orang dewasa lain yang bisa dipercaya. Idealnya, orang dewasa dapat membantu mencarikan berbagai bantuan yang kamu perlukan untuk mengatasi situasi tersebut. [13]
    • Sosok yang dipilih sangatlah bergantung kepada situasi kehidupanmu. Misalnya, kamu bisa memilih untuk bercerita kepada salah seorang kerabat yang memang berhubungan dekat denganmu, seperti om atau tantemu. Jika tidak memiliki kerabat dekat, kamu juga bisa bercerita kepada guru, konselor sekolah, orang tua sahabatmu, atau sosok yang penting dalam institusi agamamu.
    • Sampaikan kepadanya bahwa kamu perlu menceritakan sesuatu yang bersifat privat. Setelah itu, jelaskan masalah yang terjadi dan emosi yang kamu alami karenanya. Seharusnya, orang yang berusia lebih dewasa dapat membantu menilai situasimu dan/atau menawarkan bantuan yang kamu perlukan.
    • Beberapa orang dewasa adalah pendengar yang buruk. Jika mereka terlihat abai atau tak acuh, bukan berarti masalahmu dianggap tidak nyata atau remeh. Mungkin saja, kemampuan mendengarkan mereka memang buruk dan oleh karenanya, kamu harus mencari pendengar lain yang lebih baik.
  3. Merasa tidak memiliki sosok yang dewasa dan bisa dipercaya untuk menyelamatkanmu dari situasi yang tidak diinginkan? Jika orang tuamu adalah satu-satunya figur dewasa di dalam hidupmu, cobalah menghubungi layanan hotline darurat yang disediakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di nomor 129. Nantinya, petugas yang menerima teleponmu dapat membantu menganalisis situasi yang sedang kamu hadapi, pun memberikan bantuan yang diperlukan. [14]
    • Jika kamu tidak memiliki ponsel pribadi, cobalah menggunakan telepon rumah saat orang tuamu sedang bepergian. Secara khusus, pilih momen saat orang tuamu harus bepergian dalam waktu yang cukup lama, terutama karena durasi percakapan dengan petugas dari layanan darurat mungkin akan cukup panjang.
    Iklan

Peringatan

  • Merasa mengalami kekerasan fisik yang sayangnya, dilakukan oleh orang tuamu sendiri? Jangan ragu untuk mencari pertolongan dan melaporkan tindak kekerasan tersebut kepada figur otoritas yang tepat.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 1.992 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan