PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Katakanlah kamu menjatuhkan barang kesukaan kakakmu atau mengatakan hal yang menyakitkan saat sedang mengalami hari yang buruk. Kamu dan kakakmu mungkin sering bertengkar dan tidak mengetahui cara memperbaiki hubunganmu. Meminta maaf memang terasa menantang, tetapi kamu bisa menunjukkan penyesalan dengan mengutarakan permohonan maaf yang tulus dan mengambil langkah yang mencerminkan maaf dan tanggung jawabmu. Selain itu, pikirkan cara menghindari konflik dengannya di kemudian hari agar kamu tidak harus selalu meminta maaf kepadanya.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengutarakan Permohonan Maaf yang Tulus

PDF download Unduh PDF
  1. 1
    Cari tempat yang tenang dan tertutup. Mulailah dengan mencari tempat yang tenang di rumahmu untuk berbicara kepada kakakmu secara tertutup. Kamu bisa menggunakan ruangan yang digunakan bersama atau kamar kakakmu. Dengan meminta maaf secara tertutup di tempat yang tenang, kamu menunjukkan bahwa kamu serius dengan permohonan maafmu dan ingin membahas masalah yang ada tanpa diketahui orang lain. [1]
    • Utarakan permohonan maafmu secara tulus dan langsung (bertatap muka). Permohonan maaf melalui pesan singkat atau surel terkesan tidak jujur dan tidak memberikan dampak emosional sebesar permohonan yang diutarakan secara langsung.
    • Kamu juga perlu memilih waktu yang paling tepat bagi kakakmu. Jangan meminta maaf saat ia sedang terburu-buru dan akan pergi, atau saat ia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya di rumah. Pilih momen saat ia sedang sendiri dan bisa berfokus kepada permohonan maafmu.
  2. 2
    Akui dan terima perasaan kakakmu. [2] Awali permohonan maafmu dengan mengakui bahwa kamu melukai perasaannya dan ingin meredakan luka hatinya. Jangan katakan “jika” atau “tetapi” saat berbicara kepadanya. Bicaralah secara jujur dan akui bahwa kakakmu memang merasa tersinggung atau kesal.
    • Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Aku paham bahwa perasaanmu terluka ketika aku membaca buku harianmu tanpa izin,” atau “Aku sadar aku membuatmu tersinggung saat mengatakan hal-hal yang menyakitkan di depan teman-temanmu.”
  3. Kamu harus mau mengakui tindakanmu dan kesalahanmu. Dengan bertanggung jawab, kamu menunjukkan bahwa kamu menyadari sikap burukmu dan ingin memperbaiki sikapmu kepada kakakmu. [3]
    • Jangan bahas mengenai sikap kakakmu dan jangan menyalahkannya atau membuatnya merasa rendah diri. Kamu harus meminta maaf atas tindakanmu, bukan membuatnya bersalah atas tindakannya. Menyalahkannya hanya akan membuatnya semakin kesal.
    • Kamu bisa mengatakan, “Aku tahu aku bersikap buruk saat membaca buku harianmu” atau “Aku sadar ucapanku untukmu sangat menyakitkan dan tidak adil.” Kamu juga bisa mengatakan, “Aku memang kesal kepadamu, tetapi aku tidak seharusnya membentakmu.”
  4. 4
    Gunakan kata “Aku” dalam permohonan maafmu. Pastikan kamu mengakui kesalahanmu dengan mengatakan “aku” dalam permohonan maafmu. Dengan demikian, kamu bisa menunjukkan bahwa kamu memegang ucapanmu dan mau mengakui kesalahan atau sikap burukmu kepadanya. [4]
    • Kamu perlu mengatakan “maaf” satu kali kepada kakakmu dengan tulus dan perasaan. Jangan mengatakan “maaf” beberapa kali karena ucapanmu justru terdengar kosong setelah diucapkan satu kali. Jaga kontak mata dengannya saat meminta maaf. Dengan demikian, kamu bisa menunjukkan bahwa kamu serius dan tulus meminta maaf kepadanya.
    • Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Aku minta maaf atas perbuatanku kepadamu” atau “Aku minta maaf karena sudah melukai perasaanmu dan bersikap tidak adil.”
  5. 5
    Berikan ia waktu untuk menerima permohonan maafmu. Jangan berharap kakakmu akan langsung memaafkanmu. Ia mungkin menerima permohonan maafmu, tetapi masih merasa kesal, atau justru tidak menanggapi permohonan maafmu sama sekali. Ia perlu waktu untuk memproses kemarahannya dan akan menerima permohonan maafmu setelah siap. [5]
    • Perlu diingat bahwa kakakmu tidak memiliki kewajiban untuk langsung menerima permohonan maafmu (atau menerimanya sama sekali). Kamu harus menghormati keputusannya dan memberinya waktu untuk memaafkanmu.
    • Jika kakakmu menanggapi permohonan maafmu dengan umpan balik atau komentar mengenai perilakumu, dengarkan ucapannya tanpa menghakiminya. Tunjukkan kemauan untuk mendengarkan ucapannya dan manfaatkan umpan balik darinya untuk memperbaiki sikapmu kepadanya di masa mendatang. Jangan membalas dendam atau merasa kesal jika ia menanggapimu dengan komentar atau umpan balik.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menunjukkan Penyesalan

PDF download Unduh PDF
  1. 1
    Tulis surat permohonan maaf. Terkadang sulit untuk meminta maaf secara langsung, terutama jika kamu sudah membuat kakakmu sangat terluka atau tersinggung. Selain itu, meminta maaf kepada kakakmu dapat menjadi hal yang “menakutkan” karena kamu mungkin memandangnya sebagai panutan. Jika kamu takut meminta maaf kepada kakakmu secara langsung, coba tulis surat permohonan maaf dan berikan kepadanya untuk dibaca saat ia memiliki waktu senggang. [6]
    • Kamu bisa mengawali suratmu dengan sapaan seperti “Hai, Kak!”, kemudian menuliskan permohonan maafmu. Pertama, terima dan akui perasaan kakakmu, kemudian tunjukkan tanggung jawab atas tindakanmu.
    • Kamu bisa mengakhiri surat dengan ucapan seperti “Aku minta maaf atas perbuatanku” dan jelaskan bahwa kamu paham jika ia membutuhkan waktu untuk menerima permohonan maafmu. Kamu juga bisa mengajaknya berbicara secara langsung jika ia sudah tidak merasa begitu marah, kemudian akhiri surat dengan “Aku menyayangimu” untuk menunjukkan bahwa kamu masih peduli kepadanya.
  2. 2
    Buat puisi permohonan maaf. Cara lain yang bisa kamu ikuti untuk menunjukkan penyesalanmu atas perilakumu kepada kakakmu adalah menulis puisi permohonan maaf. Ini dapat menjadi pilihan yang tepat jika kamu merasa lebih nyaman mengungkapkan perasaanmu dalam cara yang lebih kreatif dan tidak ingin menggunakan surat dalam format yang lebih formal. [7]
    • Kamu bisa menamai puisimu dengan “Permohonan Maaf untuk Kakakku”. Gunakan bentuk baris bebas saat menulis puisi untuk menjelaskan perasaan kakakmu dan mengakui perilaku kasarmu.
    • Kamu bisa mengakhiri puisi dengan baris sederhana seperti “Maafkan aku atas kesalahanku”. Setelah itu, bubuhkan tanda tangan dan tambahkan tanggal pada puisi, kemudian berikan puisi tersebut kepada kakakmu agar bisa ia baca secara tertutup.
  3. 3
    Berikan hadiah permohonan maaf. Kamu juga bisa meredakan kemarahannya dengan memberinya hadiah spesial sebagai permohonan maaf. Pikirkan hadiah unik yang menunjukkan bahwa kamu menyesal dengan perlakuanmu kepadanya dan ingin memperbaiki hubungan atau membayar tindakanmu. [8] [9]
    • Sebagai contoh, jika kamu mencuri buku harian kakakmu, kamu bisa memberinya buku harian baru dengan gembok dan sistem kunci yang lebih baik. Jika kamu merusak barang kesayangan kakakmu, kamu bisa mencari barang yang sama dan memberikannya sebagai hadiah.
    • Kamu juga bisa melengkapi hadiahmu dengan permohonan maaf yang tulus. Ucapkan permohonan maafmu, kemudian berikan ia hadiah untuk memenangkan hatinya. Kesempatanmu untuk mendapatkan maaf darinya lebih besar jika kamu melengkapi hadiahmu dengan permohonan maaf.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menghindari Konflik di Masa Mendatang

PDF download Unduh PDF
  1. 1
    Pelajari teknik-teknik pengelolaan amarah. Jika kamu mulai merasa marah, ada baiknya kamu menenangkan diri sebelum berbicara kepada kakakmu. Jika suatu hari kamu menghadapi masalah dengannya, coba tenangkan diri selama 15 menit sebelum berbicara kepadanya. Beberapa teknik yang bisa dicoba mencakup: [10]
  2. 2
    Berfokuslah kepada aspek positif yang ada pada kakakmu. Biasanya, saudara saling bertengkar karena masalah sepele dan serius. Mungkin kamu sering bertengkar dengan kakakmu, bahkan setelah beranjak dewasa. Kamu bisa menghindari konflik dengan meluangkan waktu untuk berfokus kepada aspek-aspek positif yang ada padanya. Sering kali, seseorang lebih mudah mengabaikan aspek-aspek positif dan hanya berfokus kepada hal-hal negatif. [11]
    • Sebagai contoh, mungkin kakakmu sering mengeluh dan mengomel mengenai pilihan hidupmu. Coba fokuskan pikiranmu kepada aspek positif dari sikapnya. Misalnya, ia mengomel karena ia khawatir mengenai pilihanmu dan peduli dengan kondisimu.
    • Kamu juga perlu mengingat bahwa meskipun ia mengomelimu, ia memberikan kehadirannya untuk mendukungmu saat kamu mengalami kegagalan atau momen yang buruk. Aspek-aspek positifnya mungkin melebihi aspek-aspek negatifnya, terutama aspek yang berhubungan dengan perlakuannya kepadamu.
  3. 3
    Pertimbangkan sudut pandangnya. Coba lihat situasi dari sudut pandangnya dan jangan langsung bersikap defensif. Mungkin sudut pandangmu mengenai satu situasi berbeda dengan sudut pandangnya, dan hal ini memicu konflik. Bisa saja pendekatanmu terhadap satu masalah tampak salah dari sudut pandangnya. Tunjukkan kemauan untuk mempertimbangkan dan menghormati sudut pandangnya, bahkan ketika kamu tidak benar-benar menyetujuinya. [12]
    • Sebagai contoh, kamu mungkin merasa bahwa kakakmu sering menjadi anak emas saat masih kecil dan ia mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari orang tuamu saat ini. Kamu bisa melihat masa kecilmu dari sudut pandangnya dan menyadari betapa besar tekanan dan harapan yang harus ia emban saat beranjak dewasa. Dengan begini, kamu bisa menunjukkan empati yang lebih besar saat melihat situasi dari sudut pandangnya.
  4. 4
    Berusahalah untuk melakukan hal-hal baik untuknya. Cobalah setidaknya lakukan satu hal baik untuknya. Kamu bisa melakukan hal kecil, seperti mengeluarkan pasta gigi ke atas sikat giginya di pagi hari atau menanyakan kabarnya di sekolah. Kebaikan kecil seperti ini membuatnya melihatmu sebagai adik yang baik, dan membantu membangun kepedulian dan rasa memberi yang lebih besar dalam hubunganmu dengannya. Kalian berdua tidak akan mudah berselisih atau bertengkar jika saling memperlakukan satu sama lain dengan rasa hormat dan perhatian. [13]
    • Tunjukkan kemauan untuk memberi tahu kakakmu tentang hal-hal yang kamu kagumi atau apresiasi darinya. Kamu bisa mengatakan, “Aku menyukai selera humormu, bahkan saat kamu sedang mengalami hari yang buruk” atau “Aku menghargai sikapmu saat membelaku di depan teman-teman yang menindasku di sekolah.” Pujian untuknya dan sikapnya dapat membangun hubungan yang dipenuhi dengan rasa hormat dan kejujuran.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 28.579 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan