PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Laba Modal (LbM), yang dikenal juga sebagai laba modal investasi (LbMI), adalah salah satu rasio terpenting yang perlu dipertimbangkan untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa besar uang yang dapat dihasilkan suatu usaha atau investasi atas modal yang ditanamkan. Walaupun penting, LbM jarang dilaporkan oleh perusahaan. Berikut adalah cara menentukan rasio ini berdasarkan neraca dan laporan laba-rugi

Metode 1
Metode 1 dari 2:

Menghitung Laba Modal

PDF download Unduh PDF
  1. Lihat Langkah 5 di bawah ini. [1] Perhitungan ini sederhana asalkan Anda memiliki semua variabelnya, seperti diikhtisarkan berikut ini.
  2. Biasanya informasi ini berada di baris bawah. Laporan laba-rugi yang diperlihatkan di sini diambil dari sebuah perusahaan publik terkemuka. Pada laporan tersebut tampak bahwa pendapatan bersih perusahaan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009 adalah Rp149.940.000. (Harap diingat bahwa semua angka pada laporan ini adalah dalam milyaran).
  3. Perusahaan tidak harus menerbitkan dividen yaitu pendapatan yang dibagikan kepada pemegang saham. Apple, misalnya, dikenal sebagai perusahaan yang tidak mengeluarkan dividen walaupun keuangan mereka sehat. Bagaimanapun, total dividen harus tercantum pada laporan laba-rugi, walaupun Anda mungkin harus bolak-balik memelototi angka untuk menemukannya.
  4. Jumlahkan utang dan total ekuitas pemegang saham (yang mencakup saham prioritas, saham biasa, surplus modal dan laba ditahan).
    • Neraca perusahaan itu pada awal 2009 tampak di kolom tengah. Berdasarkan angka-angka pada neraca itu pada 31 Desember 2008, total modal adalah Rp4.488.911.200 (utang jangka-panjang) + Rp1.423.444.000 (total ekuitas pemegang saham) = Rp5.912.355.200.
      • Sekali lagi, harap diingat bahwa semua angka pada neraca ini adalah dalam milyaran.
      • Juga perhatikan bahwa hanya utang jangka-panjang yang disertakan karena utang jangka-pendek per definisi jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun sehingga perusahaan tidak menggunakan uang tersebut untuk keseluruhan tahun pendapatan laba.
  5. Hasilnya adalah laba modal. Pada contoh ini, laba modal adalah Rp149.940.000/Rp5.912.355.200 = 0,025, atau 2,5%. Ini berarti perusahaan itu menghasilkan laba 2,5% atas modal tersedianya pada tahun 2009.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 2:

Mencerna LbM

PDF download Unduh PDF
  1. LbM merupakan tolok ukur seberapa efektifkah suatu perusahaan mengubah modal investor menjadi laba. Perusahaan yang secara ajek dapat menghasilkan LbM 10% sampai 15% berarti piawai dalam mengembalikan uang yang diinvestasikan kepada para pemegang saham maupun pemegang obligasinya. [2] Jika Anda tengah melirik suatu perusahaan untuk berinvetasi, rasio ini akan banyak membantu.
    • Temukan LbM yang tinggi. Makin tinggi LbM-nya berarti makin baik pula perusahaan tersebut menyulap uang menjadi laba.
  2. Misalkan ada sebuah perusahaan dengan pendapatan bersih Rp500 juta berutang Rp100 milyar. Perusahaan itu lalu mendapat perolehan bersih Rp1 milyar sehingga pendapatan bersihnya meningkat 100%. Jika Anda hanya melihat pertumbuhan penghasilannya, Anda luput memperhatikan bahwa perusahaan itu memerlukan utang Rp100 milyar untuk menciptakan pertumbuhan Rp1 milyar. LbM mereka yang 1% itu tidak terlalu impresif.
    • Analogi ini mungkin membantu: Bayangkan para pemain bola keranjang. Anda mungkin berpendapat bahwa seorang pemain yang mencetak rata-rata 15 poin dengan 20 tembakan per pertandingan bermain gemilang jika ia dapat mencapai skor 30 poin. Namun jika Anda perhatikan bahwa ia melakukan 60 tembakan untuk memperoleh 30 poin itu, barangkali Anda berpendapat permainannya sebenarnya tidak hebat-hebat amat karena ia sebenarnya kurang tepat sasaran dibandingkan biasanya ketika menyarangkan bola ke keranjang. [3]
    • LbM juga mirip. Pada analogi permainan bola keranjang, LbM-lah yang memberi tahu Anda seberapa efisiennya seorang pemain dalam mencetak angka.
  3. Laba modal adalah tolok ukur laba investasi yang lebih baik ketimbang laba ekuitas (LbE) atau laba aset (LbA). Ekuitas tidak menjelaskan semua modal yang digunakan suatu perusahaan untuk mendanai operasinya. Oleh karena itu, laba ekuitas tampak seakan-akan tinggi untuk perusahaan yang ditopang segerobak utang.
    • Misal, jika Anda mencemplungkan Rp1.000.000 untuk memulai bisnis, meminjam Rp10.000.000, dan menghasilkan Rp500.000 setelah satu tahun, berarti laba ekuitas Anda adalah Rp500.000/Rp1.000.000, atau 50% per tahun. Tampak tidak masuk akal kan? Ya, memang demikian. Laba sebenarnya untuk modal yang ditanamkan adalah Rp500.000/(Rp1.000.000+Rp10.000.000) = 4,55%, angka yang lebih masuk akal.
    • Laba aset, di sisi lain, tidak dapat diandalkan karena, sebaik apa pun, angka-angka untuk pabrik dan properti merupakan perkiraan kasar (sebab umumnya tidak ada pasar yang siap untuk keduanya), sementara muhibah (goodwill) dan aktiva tidak berwujud pada perkiraan aset umumnya merupakan angka perkiraan berdasarkan kesepakatan.
  4. Perhatikan neraca suatu perusahaan dan carilah pos semacam “keuntungan transaksi valuta.” Apakah Anda harus menyertakannya di dalam laba bersih? Tidak. Laba insidental semacam ini bukan sesuatu yang esensial untuk hasil bersih perusahaan. Jika disertakan pada rasio LbM, aktivitas insidental semacam ini akan mengaburkan angka pada neraca. Yang perlu disertakan hanyalah operasi bisnis inti jika Anda berpikir mengenai pendapatan.
    Iklan

Tips

  • Makin tinggi laba atas modal, makin baik. Yang terpenting adalah temukan “keajekan.” Jika ada perusahaan secara ajek dapat membukukan laba modal 15% atau lebih setidaknya selama sepuluh tahun, maka perusahaan itu adalah perusahaan yang istimewa. Ketika memutuskan untuk berinvestasi, bandingkan juga laba modal suatu perusahaan dengan laba modal pesaingnya.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 7.216 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan