PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Komunikasi Tanpa Kekerasan ( NVC ) [1] dilakukan dengan metode sederhana untuk berkomunikasi secara jelas dan empatik. Komunikasi tanpa kekerasan dapat diringkas menjadi 4 area fokus:

  • Observasi
  • Perasaan
  • Kebutuhan
  • Permintaan

Komunikasi tanpa kekerasan bertujuan membantu orang menemukan cara untuk menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan tanpa rasa bersalah, mempermalukan, menyalahkan , memaksa, atau mengancam orang lain. Komunikasi semacam ini juga berguna untuk menyelesaikan konflik , berhubungan dengan orang lain, dan menjalani hidup dengan cara sadar, ada dan merespons secara efektif terhadap kebutuhan vital Anda dan orang lain.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mempraktikkan Komunikasi Tanpa Kekerasan

PDF download Unduh PDF
  1. 1
    Ungkapkan observasi yang membuat Anda ingin mengatakan sesuatu. Ini harus murni pengamatan faktual saja, tanpa penghakiman atau penilaian. Orang umumnya tidak setuju dengan penilaian karena mereka memiliki cara pandang berbeda, tetapi fakta yang diamati secara langsung memberi Anda landasan yang sama untuk memfasilitasi komunikasi. Sebagai contoh,
    • “Sekarang sudah jam 2 pagi dan aku masih mendengar suara stereomu” mengungkapkan fakta hasil observasi, sementara “Rasanya sudah terlalu malam untuk membuat keributan seperti itu” merupakan sebuah penilaian.
    • “Aku baru saja melongok kulkas dan tidak menemukan makanan apa pun, dan aku rasa kamu tidak pergi berbelanja hari ini” mengungkapkan fakta hasil observasi (dengan kesimpulan yang dirumuskan dengan baik), sementara “Kamu menyia-nyiakan seluruh waktumu hari ini” menunjukkan penilaian.
  2. 2
    Ungkapkan perasaan yang dipicu oleh hasil observasi. Jika tidak, cobalah menebak apa yang dirasakan orang lain, dan ajukan pertanyaan . Berbicara tentang emosi, tanpa penghakiman moral , menghubungkan Anda dengan semangat saling menghormati dan kerja sama. Lakukan langkah ini agar Anda bisa secara akurat mengidentifikasi apa yang Anda atau orang lain rasakan pada saat itu, bukan dengan tujuan untuk mempermalukannya karena apa yang dia rasakan atau mencoba mencegahnya merasakan apa yang dia rasakan. Terkadang, perasaan sulit diungkapkan dalam kata-kata. [2]
    • Contohnya, “Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum pertunjukan dimulai, dan aku lihat kamu mondar-mandir dari tadi (observasi) . Apa kamu demam panggung?"
    • “Aku melihat anjingmu berlarian tanpa tali pengikat dan menggonggong terus (observasi) . Aku takut."
  3. 3
    Ungkapkan kebutuhan yang menyebabkan timbulnya perasaan itu. Atau, cobalah menebak kebutuhan yang menyebabkan timbulnya perasaan itu pada orang lain dan ajukan pertanyaan . Ketika kebutuhan kita terpenuhi, kita merasa senang dan bahagia; sebaliknya, jika tidak, kita dilanda perasaan tidak menyenangkan. Perasaan sering kali membantu kita memahami kebutuhan mendasar. Mengekpresikan kebutuhan, tanpa membuat penghakiman moral, memberi Anda berdua kejelasan tentang apa yang sedang terjadi dalam diri Anda atau orang lain pada saat itu juga.
    • Contohnya, “Aku lihat kamu memandang ke tempat lain saat aku sedang berbicara, dan kamu berbicara pelan sekali, aku tidak bisa mendengarmu (observasi). Tolong bicara lebih keras supaya aku bisa memahami apa yang kamu katakan .
    • “Aku merasa tidak nyaman (perasaan) karena aku perlu bertemu denganmu segera. Apakah sekarang saat yang tepat kita pergi bersama?"
    • “Aku lihat namamu tidak disebutkan di halaman ucapan terima kasih. Apakah kamu merasa sakit hati karena tidak mendapatkan apresiasi yang kamu butuhkan?"
    • Perhatikan bahwa “kebutuhan” memiliki arti yang sangat khusus dalam komunikasi tanpa kekerasan: [3] kebutuhan adalah hal biasa bagi semua orang dan tidak berhubungan dengan keadaan atau strategi tertentu untuk memenuhinya. Jadi, ingin pergi ke bioskop bersama seseorang bukanlah kebutuhan dan keinginan untuk meluangkan waktu bersama seseorang juga bukan kebutuhan. Kebutuhan dalam konteks ini bisa dipahami sebagai kebersamaan. Anda bisa memenuhi kebutuhan untuk kebersamaan dengan berbagai cara, bukan hanya pergi ke bioskop atau menghabiskan waktu dengan orang tertentu. [4]
  4. 4
    Ajukan permintaan tindakan yang konkret untuk memenuhi kebutuhan yang baru saja diidentifikasi. Tanyakan dengan jelas dan khusus apa yang Anda butuhkan saat ini daripada menyindir atau mengungkapkan apa yang tidak Anda inginkan. Agar permintaan benar-benar menjadi permintaan, bukan tuntutan, biarkan orang tersebut menolak atau mengusulkan alternatif. Anda bertanggung jawab agar kebutuhan Anda terpenuhi, dan membiarkan orang lain bertanggung jawab untuk kebutuhan mereka sendiri.
    • “Aku perhatikan kamu tidak bicara apa-apa selama 10 menit terakhir (observasi) . Apa kamu merasa bosan? (perasaan) Jika jawabannya ya, Anda mungkin dapat mengungkapkan apa yang Anda rasakan dan mengusulkan sebuah tindakan: “Yah, aku juga bosan. Eh, bagaimana kalau kita pergi ke museum Gajah?” atau mungkin, “Aku merasa orang-orang ini sangat menarik diajak berbicara. Bagaimana kalau kita bertemu satu jam lagi setelah pekerjaanku selesai?"
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menangani Batasan

PDF download Unduh PDF

Komunikasi tanpa kekerasan adalah gaya komunikasi yang dianggap ideal, tetapi belum tentu bisa diterapkan dalam setiap situasi. Berikut cara menggunakannya dengan baik, dan mengenali kapan gaya komunikasi yang lebih terus terang dan asertif diperlukan.

  1. 1
    Pastikan orang tersebut dapat menerima komunikasi tanpa kekerasan. Komunikasi tanpa kekerasan menggunakan semacam keintiman emosional dan tidak semua orang merasa nyaman menggunakannya dalam setiap situasi, dan mereka memiliki hak untuk menetapkan batasan. Jika seseorang tidak bisa bersifat terbuka dalam mengekspresikan perasaannya, jangan memaksa atau memanipulasinya untuk melakukannya. [5]
    • Jangan melakukan psikoanalisis terhadap seseorang tanpa persetujuannya. [6] [7]
    • Jika Anda sedang berbicara dengan seseorang dan pada titik tertentu dia menolak untuk membicarakan perasaannya, ketahuilah bahwa dia berhak melakukannya dan diperbolehkan meninggalkan percakapan.
    • Orang-orang dengan keterbatasan mental dan intelektual, terutama saat mengalami stres, bisa mengalami kesulitan berbicara dan menafsirkan gaya komunikasi tanpa kekerasan. Dalam hal ini, sebaiknya gunakan gaya komunikasi yang jelas dan langsung. [8]
  2. 2
    Ketahui bahwa tidak ada orang yang harus bertanggung jawab atas perasaan orang lain. Anda tidak harus mengubah tindakan hanya karena seseorang tidak menyukainya. Jika seseorang meminta Anda untuk membungkuk ke belakang atau mengabaikan keinginan dan kebutuhan Anda, tentu saja Anda berhak untuk menolak.
    • Jika seseorang berperilaku agresif, Anda bisa bertanya kepada diri sendiri apa yang dia butuhkan. Namun, upaya ini akan membuat Anda lelah secara emosional, dan Anda boleh menghindarinya dan mengatakan kepada diri sendiri bahwa perilaku negatifnya bukan tanggung jawab Anda.
    • Sebaliknya, orang lain juga tidak berkewajiban meladeni perasaan Anda. Jika seseorang menolak permintaan Anda, jangan marah atau membuatnya merasa bersalah.
  3. 3
    Sadarilah bahwa orang bisa menyalahgunakan komunikasi tanpa kekerasan. Orang mungkin menggunakan komunikasi tanpa kekerasan untuk menyakiti orang lain dan penting bagi Anda untuk menyadarinya saat hal itu terjadi. Terkadang, Anda tidak perlu memenuhi “kebutuhan” orang lain. Penting untuk diingat bahwa nada bicara yang digunakan seseorang tidak lebih penting dibanding apa yang dia katakan, dan beberapa perasaan sebaiknya tidak perlu diungkapkan.
    • Ada kemungkinan orang-orang menyalahgunakan komunikasi tanpa kekerasan untuk mengendalikan orang lain. “Aku merasa kamu tidak menghormatiku karena tidak menghubungiku setiap 15 menit.” [9]
    • Kritik terhadap nada bicara dapat digunakan untuk menghalangi pembicaraan tentang kebutuhan seseorang (misalnya, “Aku merasa terluka saat kamu bilang kamu merasa kesal padaku” atau “Aku merasa diserang saat kamu menggunakan nada bicara seperti itu”). [10] [11] Orang memiliki hak untuk didengarkan meskipun dia tidak dapat mengekspresikannya dengan cara yang akan membuat semua orang merasa senang.
    • Tidak seorang pun berkewajiban mendengarkan ungkapan perasaan yang sangat negatif terhadap dirinya. Contohnya, tidak tepat bagi orang tua untuk memberi tahu anaknya yang menderita autis betapa tersiksanya harus hidup bersamanya, atau seseorang mengatakan kepada seorang Muslim bahwa menurutnya semua orang Islam adalah teroris. [12] Beberapa cara mengekspresikan perasaan bisa menyinggung perasaan.
  4. 4
    Ketahui bahwa ada kemungkinan beberapa orang tidak peduli terhadap perasaan Anda. Contohnya, mengatakan “Aku merasa terhina saat kamu mengolok-olokku di depan teman-temanku” tidak akan berhasil jika orang itu tidak peduli dengan perasaan Anda. Komunikasi tanpa kekerasan akan sangat efektif jika orang-orang tidak sengaja saling menyakiti, tetapi tidak akan menghasilkan apa-apa jika mereka melakukannya secara sengaja, atau jika salah satu pihak tidak peduli apakah dia menyakiti orang lain atau tidak. [13] Dalam kasus seperti ini, akan lebih baik untuk berbicara terus terang dan mengatakan “hentikan”, “jangan ganggu aku”, atau “itu menyakitkan”.
    • Terkadang, jika seseorang marah kepada Anda, belum tentu hal itu disebabkan karena Anda melakukan kesalahan. Jika seseorang menyerang orang lain, kedua belah pihak tidak memiliki alasan yang benar-benar valid untuk melakukannya.
    • Membuat penghakiman moral seperti, “dia memang kejam” atau “ini tidak adil dan bukan salahku” terkadang diperlukan, terutama untuk mereka yang menjadi korban kekerasan, orang-orang tertindas, korban perundungan, dan orang lain yang ingin melindungi diri dari orang lain. [14]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Berkomunikasi dengan Baik

PDF download Unduh PDF
  1. 1
    Putuskan solusinya bersama-sama jika memungkinkan. Jika Anda melakukan sesuatu bersama orang lain, Anda tentu menginginkan hal itu dilakukan atas kesepakatan bersama, sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tulus Anda, bukan karena rasa bersalah atau tekanan. Terkadang, Anda dapat menemukan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan Anda berdua, dan terkadang Anda harus berlapang dada untuk melakukannya sendiri-sendiri. Jika Anda tidak siap untuk melakukannya dengan cara seperti itu, tidak masalah, mungkin Anda membutuhkan lebih banyak empati untuk diri sendiri.
  2. 2
    Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jangan berlagak seolah Anda mengetahui apa yang dia rasakan atau apa yang terbaik untuknya. Biarkan dia mengekspresikan gagasan dan perasannya. Tegaskan bagaimana perasaannya, jangan terburu-buru untuk memastikan dia merasa didengar, dan biarkan dia tahu bahwa Anda peduli kepadanya.
    • Jika Anda menghabiskan waktu terlalu banyak untuk mengidentifikasi kebutuhannya, dia mungkin merasa Anda mencoba berperan sebagai terapis dan bukannya benar-benar mendengarkan apa yang dia katakan. Pusatkan perhatian Anda pada apa yang dia katakan, bukan pada apa yang Anda “tafsirkan” dari kata-katanya.
  3. 3
    Berhentilah sejenak jika salah satu atau kedua belah pihak terlalu stres untuk melakukan percakapan. Jika Anda terlalu kesal sehingga tidak bisa berbicara dengan serius dan eksplisit, sementara lawan bicara tidak bersedia berbicara secara terbuka, atau salah satu pihak ingin mengakhiri pembicaraan, berhentilah. Anda bisa melanjutkan pembicaraan pada waktu yang lebih baik, ketika kedua belah pihak merasa siap dan mampu.
    • Jika pembicaraan dengan seseorang terus-menerus berakhir dengan buruk, coba perhatikan baik-baik situasinya karena kemungkinan ada masalah yang lebih besar.
    Iklan

Templat Kalimat

Templat kalimat yang tersimpan di ingatan terkadang dapat membantu Anda menyusun apa yang harus dikatakan:

  • “Apakah kamu merasa ____ karena kamu membutuhkan ____?” Berikan penekanan sebaik mungkin untuk mengisi bagian yang kosong, dan Anda mungkin akan melihat situasi yang terjadi dengan cara yang sama seperti orang lain.

  • “Apakah kamu marah karena berpikir ____?” Kemarahan dipicu oleh pikiran buruk seperti, “Aku rasa kamu berbohong” atau “Aku rasa aku lebih pantas mendapatkan kenaikan gaji dibanding si A”. Ungkapkan apa yang ada di dalam pikiran, dan Anda akan menemukan kebutuhan yang mendasar.
  • “Aku bertanya-tanya apakah kamu merasa ____” bisa menjadi cara lain untuk berempati, tanpa mengajukan pertanyaan secara eksplisit. Ekspresi ini dengan jelas menunjukkan bahwa ini hanya dugaan Anda, dan bukan upaya untuk menganalisis lawan bicara atau mengatakan kepadanya apa yang dia rasakan. Jadi, perlunak ungkapan perasaan atau kebutuhan Anda dengan kata-kata sederhana seperti “jika kamu mau, bagaimana kalau, apakah mungkin, mungkinkah,...
  • “Aku lihat ____” atau “Aku dengar ____” bisa menjadi cara untuk menyatakan observasi dengan jelas sehingga orang lain mengerti bahwa itu hanyalah observasi.
  • “Aku pikir ____” adalah cara untuk mengekspresikan pikiran sehingga bisa dipahami sebagai pemikiran, yang bisa berubah jika Anda mendapatkan informasi atau ide baru.
  • “Apakah kamu bersedia ____?” adalah cara yang jelas untuk mengajukan permintaan.
  • “Apa kamu akan menyukainya jika aku ____?” adalah cara menawarkan bantuan kepada seseorang untuk membantunya memenuhi kebutuhan yang baru saja diidentifikasi, sekaligus mengisyaratkan bahwa dia tetap bertanggung jawab untuk kebutuhannya sendiri.
  • Sebuah templat yang lengkap untuk keempat langkah bisa berbunyi sebagai berikut: “Aku lihat ____. Aku merasa ____ karena aku membutuhkan ____. Apakah kamu bersedia melakukan ____?” Atau, “Aku lihat ____. Apakah kamu merasa ____ karena kamu membutuhkan ____?” diikuti dengan kalimat “Apakah kebutuhan akan terpenuhi jika aku ____?” atau ekspresi perasaan atau kebutuhan Anda sendiri diikut dengan permintaan.

Tips

  • Jangan mengatakan “Kamu membuatku merasa ____”, “Aku merasa ____ karena kamu melakukan ____,” dan terutama, “Kamu membuatku marah.” Ucapan ini membuat orang lain seolah bertanggung jawab atas perasaan Anda, dan menghalangi Anda mengidentifikasi penyebab sebenarnya dari perasaan itu. Sebagai alternatif, katakan “Saat kamu melakukan ____, aku merasa ____, karena aku membutuhkan ____.” Di sisi lain, seperti telah disebutkan sebelumnya, jika ungkapan yang kurang eksplisit dapat mengekspresikan kebutuhan Anda dengan baik, tanpa menyalahkan orang lain atas perasaan Anda, tidak perlu mengungkapkan semuanya sepenuhnya.
  • Keempat langkah tersebut tidak dibutuhkan dalam segala situasi.
  • Anda dapat menerapkan keempat langkah yang sama pada diri sendiri untuk mendapatkan kejelasan tentang kebutuhan Anda sendiri dan memilih tindakan dengan bijak. Contohnya, jika Anda berada dalam situasi yang membuat Anda marah, pendekatan yang bisa Anda gunakan adalah memaki diri sendiri atau orang lain: “Orang-orang ini bodoh! Apa mereka tidak tahu kalau mereka akan merusak keseluruhan proyek dengan kepicikan mereka?” Komunikasi pribadi tanpa kekerasan mungkin bisa terdengar seperti ini: “Para insinyur lain tidak yakin. Aku rasa mereka tidak mendengarkan argumenku. Aku marah karena mereka tidak mendengarkanku seperti yang kuinginkan. Aku berharap mereka bisa menghormatiku dengan mendengarkan tentang desain yang kubuat, dan bisa menerimanya. Bagaimana aku bisa mendapatkan rasa hormat itu? Mungkin aku tidak bisa berharap dari tim ini. Atau, mungkin aku bisa berdiskusi secara langsung dengan beberapa insinyur saja saat pembicaraan tidak terlalu tegang, dan aku bisa memutuskan langkah selanjutnya dari situ."
  • Meskipun kedengarannya sederhana, komunikasi tanpa kekerasan mungkin lebih sulit dipraktikkan. Bacalah buku, hadiri lokakarya satu atau dua kali, cobalah mempraktikkannya apa yang telah Anda pelajari dalam kehidupan sehari-hari dan lihat apa hasilnya. Jangan takut untuk melakukan kesalahan, perhatikan apa yang salah, dan terapkan apa yang Anda pelajari pada kesempatan berikutnya. Seiring waktu, Anda bisa melakukannya secara alami. Akan sangat membantu jika Anda melihat komunikasi tanpa kekerasan dipraktikkan oleh orang yang menguasainya. Ada lebih banyak informasi tentang komunikasi tanpa kekerasan melampaui empat tahap di atas: berbagai cara untuk menghadapi situasi sulit yang sangat berbeda (anak-anak, suami/istri, kendala pekerjaan, geng jalanan, negara yang terlibat perang, kekerasan kriminal, kecanduan narkoba), gagasan yang lebih mendalam tentang kebutuhan versus strategi dan perbedaan utama lainnya, alternatif untuk dominasi, memilih antara empati untuk orang lain, empati untuk diri sendiri, atau mengekspresikan diri, budaya yang mempraktikkan komunikasi tanpa kekerasan sebagai gaya normal, dan banyak lagi.
  • Mungkin Anda tidak dapat selalu menebak apa yang dirasakan atau dibutuhkan seseorang saat menunjukkan empati. Kesediaan Anda mendengarkan dan keinginan untuk memahami, tanpa mengkritik atau menghakimi atau menganalisis atau menasihati atau mendebat, sering kali akan membuat orang lain membuka diri sehingga Anda bisa memiliki pemahaman yang lebih baik atau berbeda tentang apa yang terjadi. Minat yang tulus di balik perasaan dan kebutuhan yang mendorong tindakan satu sama lain akan membawa Anda ke situasi baru, ke tingkat yang tidak pernah Anda bayangkan sebelum memiliki pemahaman. Sering kali Anda dapat membantu seseorang membuka diri dengan terlebih dahulu mengungkapkan perasaan dan kebutuhan Anda sendiri secara jujur.
  • Contoh dan templat kalimat di atas disebut komunikasi tanpa kekerasan formal : suatu cara berbicara yang membuat masing-masing dari keempat langkah tersebut benar-benar eksplisit. Komunikasi tanpa kekerasan formal sangat membantu dalam mempelajari komunikasi tanpa kekerasan dan dalam situasi yang rentan menimbulkan kebingungan. Dalam praktik sehari-hari, Anda bisa menggunakan komunikasi tanpa kekerasan sehari-hari , yang memungkinkan Anda menggunakan bahasa informal dan sangat bergantung pada konteks untuk menyampaikan informasi yang sama. Contohnya, jika Anda bersama teman sementara para atasannya sedang berembuk setelah melakukan evaluasi terhadap kinerjanya, Anda bisa berkata, “Kamu mondar-mondar terus. Gugup?” daripada mengucapkan sesuatu yang kurang alami seperti, “Saat aku melihatmu mondar-mandir, Dave, aku bertanya-tanya apakah kamu merasa gugup karena ingin mempertahankan pekerjaanmu agar dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan?"
  • Komunikasi tanpa kekerasan bisa mendatangkan manfaat meskipun orang lain tidak mempraktikkannya atau tidak pernah mendengarnya. Anda bisa mempraktikkannya secara sepihak dan menikmati hasilnya. Meskipun Anda harus membayar untuk mengikuti pelatihan di situs web NVC, mereka menawarkan banyak referensi gratis untuk pemula, kursus daring dan audio gratis, dan sebagainya untuk membantu Anda memulai. Anda dapat mengaksesnya dengan mengeklik tautan “NVA Academy” di bawah.
  • Jika seseorang mengutuk, menghina, atau mendominasi Anda, cobalah untuk selalu mempertimbangkan apa yang dia katakan sebagai ekspresi dari kebutuhannya yang tidak terpenuhi. “Dasar bodoh! Tutup mulutmu dan duduk di sana!” mungkin merupakan ekspresi dari kebutuhan akan keanggunan dan keindahan yang tidak terpenuhi. “Kamu memang pemalas. Kamu benar-benar membuatku marah!” bisa menjadi ungkapan dari kebutuhan akan efisiensi atau keinginan membantu orang lain memanfaatkan talenta mereka untuk bekerja yang tidak terpenuhi. Anda harus mencari tahu.
Iklan

Peringatan

  • Empati bukanlah proses mekanis. Tidak cukup hanya mengucapkan beberapa kata. Anda harus benar-benar tulus memahami emosi dan kebutuhan orang lain, melihat situasi itu dari sudut pandangnya. “Empati menjadi wadah yang menghubungkan perhatian dan kesadaran kita. Empati bukan apa yang diungkapkan secara lantang." [15] Terkadang, memikirkan bagaimana perasaan Anda jika berada dalam situasi orang tersebut akan membantu Anda memahaminya. Dengarkan apa yang tersirat di dalam kata-katanya: apa yang benar-benar terjadi di dalam dirinya, apa yang mendorongnya bertindak seperti itu atau mengucapkan kata-kata itu?
  • Teknik dasar mengharuskan Anda untuk terlebih dahulu terhubung secara emosional agar bisa mengidentifikasi kebutuhan satu sama lain, kemudian mencari solusi atau mengemukakan alasan untuk memahami berbagai hal secara berbeda. Memutuskan untuk langsung menyelesaikan masalah atau adu argumentasi biasanya membuat orang merasa tidak didengarkan atau membuat mereka semakin bergeming mempertahankan pendapatnya sendiri.
  • Menurut NVC, “kebutuhan” bukanlah sesuatu yang harus Anda miliki, tidak peduli apa pun yang terjadi. Kebutuhan bukanlah alasan untuk mengatakan “kamu harus melakukannya karena itu adalah kebutuhanku.”
  • Jangan mencoba berdebat dengan orang yang sedang marah. Anda cukup mendengarkan. Setelah Anda memahami perasaan dan kebutuhannya yang sesungguhnya, dan Anda menunjukkan kepadanya bahwa Anda mendengarkannya tanpa prasangka apa pun, dia mungkin akan bersedia mendengarkan Anda. Setelah itu Anda dapat mengambil langkah-langkah spesifik yang menguntungkan Anda berdua.
  • Dalam situasi yang melibatkan emosi kuat, menunjukkan empati terhadap perasaan seseorang sering kali memancing timbulnya perasaan lain, kebanyakan bersifat negatif. Jika hal ini terjadi, cobalah untuk terus berempati.

    Contohnya, seorang teman sekamar mengatakan, “Kamu memasukkan sweterku ke mesin pengering dan sekarang rusak! Kamu benar-benar ceroboh!” Anda bisa merespons dengan empati: “Aku mengerti bahwa kamu merasa kesal karena kamu menganggap aku tidak berhati-hati dengan barang-barangmu.” Anda mungkin menerima jawaban seperti, “Kamu tidak peduli dengan siapa pun, kecuali dirimu sendiri!” Teruslah menunjukkan empati: “Apakah kamu merasa kesal karena kamu membutuhkan lebih banyak perhatian dan pertimbangan daripada yang aku berikan?"

    Tergantung pada intensitas emosi dan seberapa buruk komunikasi yang terjadi di masa lalu, Anda mungkin harus berusaha beberapa kali sebelum mendapatkan jawaban seperti ini, “Ya! Itulah yang aku maksud! Kamu tidak peduli!” Pada titik ini, Anda dapat mengungkapkan beberapa fakta baru (“Sebenarnya, aku tidak menggunakan mesin pengering hari ini”) atau meminta maaf atau mengusulkan tindakan baru yang lain, misalnya cara tertentu agar teman sekamar mengetahui bahwa Anda peduli.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 7.656 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan