Unduh PDF
Unduh PDF
Kadang sulit bagi orang tua menentukan cara terbaik untuk mengatur perilaku tidak diinginkan yang dilakukan anak. Usaha ini akan menjadi lebih sulit bila anak tersebut autistik. Sebagai orang tua anak autis, penting bagi Anda untuk menyadari bahwa mendisiplinkan itu lebih dari sekadar menghukum seorang anak karena “nakal”, tetapi mengubah tingkah laku buruk menjadi sesuatu yang lebih konstruktif.
Langkah
-
Jangan lupa bahwa, di atas segalanya, anak autis adalah seorang anak. Setiap anak yang diberikan memiliki pilihan, kebiasaan, perilaku, dan reaksi mereka sendiri. Setiap anak mempunyai hal-hal yang tidak mereka sukai, dan juga yang mereka suka. Autistik tidak mengubah kenyataan itu. Teknik mendisiplinkan yang Anda gunakan seharusnya adalah pendekatan tingkah laku sulit dengan pemahaman. Fokus pada penyediaan dukungan yang dibutuhkan anak untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan mengubah perilaku "nakal" menjadi tindakan yang lebih konstruktif.
- Seperti anak pada umumnya, anak yang menderita autisme bisa berkelakuan buruk. Anak-anak tidak selalu mengikuti peraturan, dan kadang semua anak memiliki kesulitan mengendalikan diri mereka sendiri ketika merasa kesal. Menjadi autis seharusnya tidak menjadi "tiket bebas" dari kewajiban mengikuti peraturan, tetapi di satu sisi, anak autis juga tidak seharusnya dihukum karena cara mereka mengekspresikan diri. Disiplin yang benar melibatkan pengajaran mengendalikan diri dan bagaimana memenuhi kebutuhan dalam cara yang konstruktif.
-
Bersabarlah. Meskipun kadang Anda menjadi frustrasi ketika mencoba memahami tingkah laku anak, namun penting untuk mengingat bahwa kuncinya adalah sabar. Seiring waktu, dengan menggunakan strategi yang dibahas di bawah ini, anak Anda yang autis akan mempelajari cara yang lebih baik untuk bertingkah laku. Hal ini tidak akan terjadi dalam semalam.
- Ingat bahwa beberapa anak autis menunjukkan masalah sensoris pendengaran, masalah sensoris visual, atau masalah sensoris taktil. Jadi ketika mereka tidak memperhatikan Anda atau sepertinya tidak mendengarkan dan mengikuti apa yang Anda katakan, jangan langsung menyimpulkan bahwa mereka melakukan itu untuk membuat Anda jengkel. Ada sesuatu yang mungkin sedang mengganggu konsentrasi mereka.
-
Terus fokus. Ingatlah bahwa banyak hal dari usaha “mendisiplinkan” melibatkan dorongan tingkah laku yang benar dalam diri anak, berlawanan dengan menghukum perilaku yang salah. Bicarakan dengan anak untuk mengidentifikasi apa yang tidak pantas dan berikan alternatif yang pantas (dibahas di bawah). Semakin kuat Anda menanamkan tingkah laku yang baik, semakin sering tingkah laku tersebut akan diterapkan oleh anak. Jika perilaku tersebut berlanjut, membawa keprihatinan Anda ke spesialis mungkin akan bermanfaat. [1] X Teliti sumber Myers S.M, & Johnson C.P (2007) Management of children with autism spectrum disorders. Pediatrics. 120(5):1162–82
-
Tangani krisis dengan hati-hati. Banyak dari apa yang Anda pikir sebagai "tingkah laku buruk" pada anak autis muncul dalam bentuk krisis. Kadang sangat sulit bereaksi terhadap hal ini bila berhadapan dengan anak yang lebih kecil atau yang tidak menggunakan komunikasi verbal untuk berekspresi ketika mereka kesal. Apa yang mungkin tampak seperti amukan "tingkah laku buruk" pada beberapa anak sebenarnya adalah usaha untuk mengekspresikan kebutuhan mereka, menghadapi pengalaman sensoris yang meresahkan, atau menangani stres.
- Idealnya, Anda perlu membuat rencana untuk membantu mengajari anak menghindari krisis itu sendiri. Taktik klasik "mendisiplinkan" anak yang fokus pada hukuman, seperti setrap, bisa menjadikan semuanya lebih buruk karena membuat anak lebih kesal dan menghilangkan rasa bahwa mereka memiliki kendali atas keputusan mereka sendiri. Sebaliknya, mengajari anak untuk mengambil “jeda” dan mengajarkan teknik menenangkan diri akan memberdayakan anak agar bisa mengelola waktu dan emosi serta mendorongnya untuk mengatur diri sendiri.
- Untuk membantu Anda, silakan membaca informasi dan artikel mengenai cara menghadapi krisis anak autis dan cara mengurangi krisis dan amukan anak autis.
-
Jangan berteriak pada anak. Berteriak pada anak, mencoba menjadi orang tua yang suka memerintah atau menunjukkan terlalu banyak kekuasaan dapat membuat anak cemas dan bingung. Ketika menghadapi kecemasan, anak bisa menjadi sangat gelisah dan kacau. Mungkin mereka mulai menunjukkan amarah, berteriak atau menjerit. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjaga agar suara tetap rendah, meskipun sangat frustrasi. [2] X Teliti sumber Barlow, D.H. & Durand, V.M. (2009) Abnormal Psychology: An integrative approach (5th edn). Wadsworth: CA.
- Mereka juga bisa menunjukkan tingkah laku yang membahayakan diri sendiri seperti membenturkan kepala pada sesuatu. Diskusikan tentang tingkah laku pengganti dengan seorang terapis. Sebagai contoh, anak yang sering membenturkan kepalanya dapat menggoyangkan kepala dengan cepat untuk menghilangkan stres tanpa membahayakan dirinya sendiri.
Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 5:
Menciptakan Rutinitas untuk Mengurangi Kebutuhan Mendisiplinkan Anak
Memastikan langkah-langkah berikut ini agar dilaksanakan secara teratur sangat penting karena sulit menerapkan strategi yang ditujukan untuk mendisiplinkan anak autis bila ada inkonsistensi dalam cara mendisiplinkan atau pengawasan anak yang tidak memadai.
-
Miliki rutinitas dan struktur yang sudah jadi dan mapan. Atur tempat yang sudah ditetapkan untuk melakukan aktivitas. Rutinitas umum dalam hidup anak sangat penting agar mereka dapat memahami dunia dan merasa aman. Ketika Anda membuat rutinitas, Anda juga akan bisa mengerucutkan alasan tingkah laku anak yang berlebihan.
-
Gunakan "jadwal bergambar" untuk menciptakan ketertiban. Jadwal bergambar membantu menjelaskan aktivitas apa yang harus dilakukan anak selanjutnya. Jadwal bergambar merupakan bantuan yang luar biasa bagi orang tua untuk membimbing anak autis melalui berbagai aktivitas yang akan mereka jalani dalam satu hari. Jadwal seperti ini membantu memperbaiki struktur dalam hidup anak terutama bila anak yang menderita autisme memiliki kesulitan mengikuti gambaran aktivitas mereka sehari-hari. Berikut adalah beberapa ide bagaimana menggunakan jadwal bergambar [3] X Teliti sumber Rapin, I. & Tuchman RF. (2008) Autism: definition, neurobiology, screening, diagnosis. Pediatric Clinician North America 55(5):1129–46. :
- Anda dan anak dapat mengetahui tugas dengan “mencentang” aktivitas yang sudah selesai.
- Anda dan anak dapat membawa jam dekat dengan tempat aktivitas untuk menentukan kerangka waktu dalam setiap aktivitas.
- Bantu anak mendesain dan melukis semua gambar tersebut sehingga dia merasa lebih terhubung.
- Simpan gambar di dalam buku, tempelkan pada papan atau dinding sehingga anak dapat mengacu pada gambar itu bila mereka menginginkannya.
-
Konsisten dengan jadwal. Ini membantu anak merasa aman. Bila suatu perubahan harus dilakukan, sampaikan pemberitahuan dan penjelasan kepada anak, sehingga perubahan itu tidak terasa begitu mengejutkan. Buat kerja sama dengan pihak pengasuh lain (seperti guru dan terapis) untuk menciptakan sistem yang konsisten. [4] X Sumber Tepercaya HealthyChildren.org Kunjungi sumber
-
Sesuaikan jadwal sedikit-sedikit ketika anak tumbuh besar. Meskipun seharusnya jadwal secara relatif tetap konsisten, bukan berarti tidak ada ruang untuk perkembangan aktivitas dan disiplin anak ketika mereka tumbuh dan berkembang secara alami sebagai individu.
- Sebagai contoh, Anda mungkin sudah menjadwalkan olahraga sebagai aktivitas setelah makan siang. Namun bila anak merasakan perutnya sakit setiap kali, mereka mungkin mulai bertingkah kesakitan sebelum tiap sesi olahraga. Ini tidak berarti Anda harus mengikuti aktivitas yang sudah dijadwalkan karena takut akan “membingungkan” anak bila jadwal diubah. Sebaliknya, semua bisa dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan anak dengan cara terbaik. Untuk kasus seperti itu, jadwal bisa diubah sehingga olahraga dilakukan sebelum makan siang. Bicarakan perubahan tersebut dengan anak sehingga dia mengerti.
-
Pastikan ada pengawasan yang cukup untuk anak. Pengawasan ini termasuk mengetahui kapan dan di mana anak membutuhkan “masa tenang” (misalnya setelah pulang sekolah). Masa tenang sangat relevan bila anak merasa terlalu banyak yang terjadi dan indra mereka kelebihan beban. Ketika anak tertekan atau kesal karena rangsangan berlebihan tersebut, ini merupakan indikasi perlunya masa tenang. Cukup bawa anak Anda ke tempat aman dan tenang, izinkan anak “rileks” dalam lingkungan yang biasa di bawah pengawasan santai. Contohnya adalah membiarkan anak menggambar di ruang yang tenang sementara Anda duduk di sampingnya membaca buku.
-
Selesaikan masalah tidur atau medis. Jika anak tidak mendapat cukup tidur maupun merasa nyeri atau sakit, wajar bila mereka mengekspresikan kesakitan dengan cara yang mungkin disalahartikan sebagai “tingkah laku bermasalah”.Iklan
-
Ciptakan hubungan langsung antara disiplin dan tingkah laku bermasalah. Mendisiplinkan anak segera setelah terjadinya tingkah laku bermasalah sangat penting. Kadang, sebagai orang tua, memilih mana yang lebih penting merupakan langkah cerdas. Jika Anda menunggu terlalu lama untuk memberi hukuman, anak mungkin akan bingung kenapa mereka dihukum. Bila sudah lama waktu berlalu hingga anak tidak bisa menghubungkan hukuman dengan tingkah laku yang mana, lebih baik dibiarkan saja. [5] X Teliti sumber
- Jika anak belajar dengan baik melalui taktik visual, buat satu rangkaian gambar yang menjelaskan bagaimana tingkah laku mereka yang buruk mengakibatkan hukuman dan tingkah laku baik mengarah pada hadiah. Ini akan membantu anak memahami hubungan antara tingkah laku buruk dan disiplin.
-
Miliki tingkatan disiplin yang berbeda-beda. Jangan bergantung pada satu hukuman atau tipe hukuman tertentu. Harus ada skala yang menentukan hukuman yang diberikan menurut tingkat keparahan tingkah laku.
- Sarana disiplin yang Anda terapkan harus bergantung pada tingkat keparahan masalah. Autisme bukan hanya sekadar satu gangguan. Autisme adalah satu spektrum gangguan. Jadi semua anak dan semua masalah tingkah laku tidak memiliki satu solusi atau pengobatan tunggal. Semua jenis gangguan tersebut harus diatasi dengan cara berbeda tergantung pada anak itu sendiri dan tingkat keparahan tingkah laku.
-
Ketahui bahwa konsistensi dalam usaha mendisiplinkan sangat penting. Anak perlu membuat asosiasi bahwa tingkah laku yang tidak diinginkan akan mengarah pada hasil yang tidak diinginkan dan bahwa hasil yang tidak menyenangkan itu akan ditindaklanjuti tidak peduli siapa yang memberikan disiplin. [6] X Sumber Tepercaya HealthyChildren.org Kunjungi sumber
-
Pilih bentuk disiplin yang menurut Anda akan sangat berhasil untuk anak. Setelah Anda mengetahui cara disiplin seperti apa yang paling berhasil untuk anak, pilih beberapa dan terus ikuti. Sebagai contoh [7] X Teliti sumber Stephens, T.J., (2014), Discipline Strategies, retrieved from www.brighttots.com/autism_discipline. :
- Jangan menyerah pada tingkah laku buruk. Ini memberi pesan pada anak bahwa tingkah laku mereka tidak dapat diterima. Uraikan dengan jelas bahwa tingkah laku tersebut kontraproduktif (misalnya, "Ibu tidak bisa mengerti kalau kamu berteriak. Maukah kamu tenang sebentar dan mengatakan apa yang salah?").
- Dengan sabar ingatkan anak tentang strategi memenangkan diri yang bisa mereka gunakan, seperti mengambil napas dalam dan berhitung. Tawarkan untuk melakukan strategi tersebut bersama-sama.
- Gunakan strategi kehilangan hadiah sebagai konsekuensi. Jika anak bersikap tidak tepat, kehilangan hadiah dapat dipertimbangkan sebagai bentuk hukuman oleh anak.
-
Hindari disiplin yang berupa rasa sakit fisik, seperti memukul, menampar, atau paparan terhadap rangsangan intens. Menanggapi kekerasan dengan kekerasan lebih hebat dapat menanamkan keyakinan pada anak bahwa bersikap keras ketika merasa marah itu boleh dilakukan. Jika Anda sangat marah kepada anak, lakukan strategi penenangan diri yang sama yang Anda ingin dilakukan anak. Ini mendorong anak untuk meniru Anda ketika dia merasa marah atau frustrasi. [8] X Teliti sumber
-
Hindari mengecap anak “buruk” atau “salah”. Tunjukkan tingkah laku keliru pada anak dengan cara yang mendorong tindakan korektif. Misalnya, katakan pada anak:
- “Ayah bisa melihat kamu benar-benar kesal, tetapi berteriak tidak akan ada gunanya. Maukah kamu menarik napas dalam bersama ayah?"
- “Mengapa kamu menjatuhkan diri ke lantai? Apakah kamu marah tentang masalah toko tadi?”
- “Ayah tidak mengerti bila kamu melakukan itu. Ayo kita cari cara yang lebih baik untuk memberi tahu ayah ketika kamu kesal...”
Iklan
-
Ciptakan sistem hadiah yang langsung berhubungan dengan tingkah laku baik. Serupa dengan hukuman, anak perlu memiliki pemahaman bahwa sebagai hasil langsung dari tingkah laku yang tepat, mereka menerima hadiah (seperti pujian atau medali). Seiring waktu, cara ini akan menciptakan perubahan tingkah laku dan dapat membantu mendisiplinkan seorang anak. [9] X Teliti sumber
-
Buat peringkat aktivitas apa yang paling disukai anak, dan apa yang paling tidak dia sukai. Beri angka pada tingkat kesukaan anak dalam berbagai kegiatan atau hadiah dari yang sedikit dia suka sampai yang sangat dia suka. Buat daftar untuk melacak peringkat ini. Anda bisa menggunakan aktivitas tersebut untuk menghadiahi tingkah laku yang diinginkan dari anak atau ketika mereka menghentikan tingkah laku tertentu yang negatif atau tidak pantas.
- Meskipun awalnya ini terdengar seperti “suap”, tetapi kenyataannya tidak demikian bila diterapkan dengan benar. Penerapan sistem hadiah harus didasarkan pada menghadiahi tingkah laku yang benar, tidak untuk menghentikan tingkah laku yang buruk.
- Gunakan teknik ini dengan santai dan tidak terlalu sering. Misalnya, "Ibu bangga sekali pada caramu bersikap di toko yang berisik itu. Kita punya waktu bebas sore ini. Maukah kamu membaca buku bergambar dengan ibu?"
-
Terbuka pada ide baru tentang mendisiplinkan dan menghadiahi anak. Setiap anak berbeda dan setiap anak autis itu berbeda. Apa yang mungkin dianggap sebagai hukuman atau “membosankan” bagi satu anak bisa menjadi hadiah besar bagi anak autis, dan sebaliknya. Karenanya penting untuk kreatif dan terbuka pada ide baru tentang konsep hukuman maupun hadiah dalam area mendisiplinkan anak. [10] X Sumber Tepercaya HealthyChildren.org Kunjungi sumber
- Kualifikasi: selalu pikirkan tentang disiplin dengan hati-hati sebelum menerapkannya. Apakah Anda akan merasa nyaman melakukan hal yang sama pada anak yang tidak autis? Kalau tidak, maka praktik disiplin tersebut destruktif atau kasar.
-
Atur sistem hadiah. Ada beberapa cara untuk melakukan ini, tetapi berikut dua sistem hadiah teratas:
- Membuat bagan tingkah laku yang mencakup keterangan bahwa tingkah laku baik diberi hadiah lewat stiker atau tanda di bagan. Jika anak menerima cukup tanda di bagan maka mereka mendapat hadiah. Tawarkan untuk melibatkan anak dengan mengizinkannya menempel stiker.
- Sistem suvenir adalah sistem yang sangat umum diterapkan. Pada dasarnya, tingkah laku baik dihadiahi dengan suvenir (stiker, koin, dll.). Nantinya suvenir ini dapat diganti menjadi hadiah. Sistem ini kerap dirancang melalui kontrak dengan anak menurut tingkah laku mereka dan dengan demikian mungkin sulit diterapkan untuk kebanyakan anak yang lebih kecil.
-
Puji anak Anda. Bicaralah dengan jelas dalam nada yang lebih tenang ketika menghadiahi anak. Bersuara terlalu keras dapat merangsang mereka secara berlebihan atau membuat mereka kesal. Pujilah usahanya dibanding hasil. Ini termasuk memuji mereka karena berusaha mencapai tujuan. Menghargai ketekunan dan usaha daripada hasil akan lebih bernilai untuk anak autis.
- Jika anak tidak mengerti kata-kata yang diucapkan, tambahkan hadiah kecil bersamaan dengan pujian Anda.
- Menunjukkan ketulusan dan kegembiraan karena tingkah laku anak yang tepat dapat meningkatkan frekuensi tingkah laku tersebut.
-
Beri anak hadiah sensoris. Ini kadang lebih sulit diberikan seperti hadiah biasa, tetapi hadiah yang baik mencakup hadiah yang juga mendorong aktivitas sensoris. Namun, hati-hati jangan sampai berlebihan merangsang anak, karena ini dapat membuat mereka kesal. Hadiah-hadiah ini bisa meliputi:
- Penglihatan: Sesuatu yang senang dilihat anak, misalnya buku perpustakaan baru, air mancur, binatang (ikan sangat baik), atau melihat model pesawat terbang.
- Suara: musik halus dan syahdu yang menenangkan dari instrumen lembut seperti piano, atau menyanyikan sebuah lagu.
- Rasa: Ini lebih dari sekadar makan. Hadiah ini termasuk mencicipi berbagai makanan yang mereka suka – aneka buah manis, sesuatu yang asin dan jenis makanan yang menurut anak nikmat.
- Aroma: Sediakan berbagai aroma untuk dibedakan anak: eukaliptus, lavendel, jeruk, atau berbagai jenis bunga.
- Sentuhan: Pasir, kolam bola, air, kemasan makanan seperti bungkus keripik, plastik gelembung, jeli atau lilin mainan.
Iklan
-
Perlu diingat bahwa anak-anak penderita autisme berpikir dengan “konkret”. Ini artinya mereka menerima segala sesuatu secara harfiah dan oleh karenanya Anda harus berhati-hati bila berbicara dengan mereka. Sebelum Anda bisa mendisiplinkan anak, Anda harus memahami alasan anak bertingkah. Jika Anda tidak memahami penyebabnya, Anda mungkin mendisiplinkan anak dalam cara yang bagi mereka malah memperkuat tingkah laku buruk. [11] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, jika anak bertingkah pada waktu tidur dan Anda tidak yakin kenapa, Anda bisa memilih menyetrapnya. Namun, pada kenyataannya “setrap” dapat menjadi hadiah bagi anak jika tujuannya adalah menunda tidur selama mungkin. Dengan mendisiplinkan tanpa memahami penyebab, sebenarnya Anda menunjukkan kepada anak bahwa jika dia bertingkah buruk pada waktu tidur, dia akan bisa terjaga lebih lama.
- Kadang anak bertingkah karena penyebab stres eksternal yang tidak dia ketahui bagaimana menanganinya (misalnya berteriak dan menangis karena musik keras yang menyakiti telinga mereka). Pada kasus seperti ini, langkah paling baik adalah menghilangkan penyebab stres, membahas strategi penanganan dan komunikasi, dan melupakan hukuman.
-
Pahami tujuan di balik tingkah laku anak. Ketika anak autis menunjukkan tingkah laku buruk, sebenarnya tingkah laku tersebut mempunyai tujuan. Dengan memahami tujuan anak, Anda dapat mencari tahu cara mencegah tingkah laku tidak diinginkan tersebut dan berusaha menggantinya dengan tindakan yang lebih tepat.
- Sebagai contoh, anak mungkin ingin menghindari sesuatu atau situasi sehingga dia “bertingkah” untuk menghindari situasi tersebut. Atau, dia mungkin mencoba mendapat perhatian atau memperoleh sesuatu yang lain. Kadang sulit mengetahui apa tujuan akhir anak – Anda harus mengamati anak untuk bisa memahami sepenuhnya.
- Kadang anak-anak bertingkah tanpa tujuan tertentu; mereka hanya tidak mengerti bagaimana menangani stres. Masalah sensoris, lapar, mengantuk, dan lain-lain yang mungkin menjadi penyebabnya.
-
Cari tahu apa alasan khusus yang menyebabkan tingkah laku buruk. Salah satu petunjuk kunci untuk mengetahui mana yang sedang dilakukan anak (menghindari situasi atau mencari perhatian) adalah jika anak terus “bertingkah” dalam skenario tertentu. Jika anak bersikap tidak biasa untuk aktivitas yang biasanya mereka nikmati, maka ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka mencari perhatian lebih. [12] X Teliti sumber
- Contoh, anak mungkin “bertingkah” ketika tiba waktu mandi. Jika dia melakukan ini tepat sebelum atau selama waktu mandi, Anda bisa menyimpulkan bahwa dia bertingkah buruk karena dia tidak ingin mandi.
Iklan
Tips
- Ingat bahwa saran di atas memang berhasil tetapi bervariasi tergantung kebutuhan spesifik anak.
- Jika anak mengalami krisis dalam lingkungan dengan rangsangan berlebih seperti toko atau mal yang ramai, mungkin anak Anda memiliki gangguan pemrosesan sensoris. Terapi integrasi sensoris dapat membantu meningkatkan toleransi anak terhadap rangsangan yang menyakitkan.
- Ingat bahwa anak Anda adalah manusia, bukan monster yang dikendalikan autisme. Dia ingin cinta dan penerimaan sama seperti anak lain.
Iklan
Peringatan
- Untuk hasil terbaik dalam menerapkan teknik di atas, Anda disarankan bicara dengan dokter untuk meminta rujukan ke terapis tingkah laku yang baik dengan spesialisasi anak dengan gangguan spektrum autisme.
- Ingat bahwa beberapa bentuk ABA ( Applied Behavior Analysis atau Analisis Perilaku Terapan) dan terapi lain datang dari budaya yang kasar, dan spesialis bisa saja merekomendasikan disiplin yang berbahaya. Jangan pernah menggunakan disiplin yang akan dianggap kasar, manipulatif, atau terlalu mengendalikan jika digunakan pada anak yang tidak autis.
Iklan
Referensi
- ↑ Myers S.M, & Johnson C.P (2007) Management of children with autism spectrum disorders. Pediatrics. 120(5):1162–82
- ↑ Barlow, D.H. & Durand, V.M. (2009) Abnormal Psychology: An integrative approach (5th edn). Wadsworth: CA.
- ↑ Rapin, I. & Tuchman RF. (2008) Autism: definition, neurobiology, screening, diagnosis. Pediatric Clinician North America 55(5):1129–46.
- ↑ http://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/emotional-problems/pages/Disruptive-Behavior-Disorders.aspx
- ↑ http://www.brighttots.com/autism_discipline.html
- ↑ http://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/emotional-problems/pages/Disruptive-Behavior-Disorders.aspx
- ↑ Stephens, T.J., (2014), Discipline Strategies, retrieved from www.brighttots.com/autism_discipline.
- ↑ http://autismfieldwork.com/afw/node/4?q=node/22/
- ↑ http://autismfieldwork.com/afw/node/4?q=node/22/
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 12.868 kali.
Iklan