PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Sejatinya, ada banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendisiplinkan anaknya. Namun, sebelum memilih metode apa pun, pahamilah bahwa upaya mendisiplinkan anak juga harus disesuaikan dengan usianya, terutama karena beberapa metode dapat lebih siap diterima oleh anak dengan usia mental tertentu. Beradaptasilah dengan baik meski sejatinya, sebagian besar metode di dalam artikel ini berguna bagi anak-anak dari segala kalangan usia.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Mendisiplinkan Anak Berusia 1-2 Tahun

PDF download Unduh PDF
  1. [1] Membentuk perilaku anak dengan cara yang positif adalah jalan terbaik untuk melawan perilaku yang buruk. Jika anak terlihat membantu saudaranya untuk membereskan mainan, pastikan Anda langsung memuji perilaku tersebut.
    • Misalnya, jika anak Anda terlihat membereskan mainannya, cobalah berkata, “Wah, pintar sekali anak Ibu membereskan mainannya. Terima kasih, ya!”
  2. [2] Meski konsep menyendiri yang sesungguhnya tidak akan mampu dipahami batita, menerapkannya tetap akan berguna untuk memisahkan anak Anda dengan hal-hal yang sedang dilakukannya.
    • Jika anak Anda terlihat terus-menerus melempar makanan ke seekor kucing, segera hentikan perbuatannya dengan mendudukkannya di atas sebuah kursi yang tinggi. Dengan melakukannya, kegiatannya akan berhenti untuk sementara dan Anda akan memiliki waktu untuk membersihkan halaman atau memperbaiki situasinya.
    • Jangan memintanya menyendiri di kamarnya! Jika Anda melakukannya, anak-anak Anda dapat membangun asosiasi yang negatif dengan kamarnya. Dengan kata lain, dia dapat menganggap kamarnya sebagai ruang hukuman.
  3. [3] Oleh karena anak Anda masih berusia sangat muda, kemungkinan besar dia belum memiliki kemampuan untuk memahami banyak aturan dan tuntutan. Namun, jika Anda sudah membuat aturan, pastikan Anda selalu menerapkannya dengan konsisten. Cobalah untuk selalu mengonsultasikan aturan-aturan yang akan diterapkan kepada anak Anda dengan pasangan.
    • Misalnya, jangan biarkan anak memasuki ruang kerja pasangan atau bermain-main di dekat tangga jika pasangan Anda sedang tidak di rumah.
  4. 4
    Alihkan perhatiannya jika dia ingin melakukan sesuatu yang tidak Anda perkenankan. Sejatinya, anak-anak berusia 1-2 tahun menyimpan rasa penasaran yang sangat besar terhadap segala hal. Oleh karena itu, kemungkinan besar mereka akan terus mencoba melakukan sesuatu yang tidak Anda perkenankan. Melarang anak hanya akan membuatnya marah dan menangis, atau bahkan dia tidak akan memedulikan larangan Anda dan terus melakukannya! Itulah mengapa, yang perlu Anda lakukan adalah menggiringnya menuju objek atau aktivitas lain.
    • Jika dia terus-menerus ingin membuka lemari dapur, cobalah menggiringnya ke mainan favoritnya.
  5. [4] Jangan memberikan penjelasan yang terlalu panjang! Misalnya, jika Anda melarangnya berdiri di tangga, jangan berkata, “Kalau main-main di dekat tangga, nanti kamu bisa jatuh dan terluka, lho .” Alih-alih, cukup katakan, “Jangan main di dekat tangga, ya.” Percayalah, alasan di balik aturan yang Anda buat tidak akan mampu dicerna dengan baik oleh anak berusia di bawah 3 tahun. Jangan khawatir; jika dia mulai bertanya “mengapa”, Anda akan tahu bahwa dia sudah siap menerima jawaban yang lebih panjang.
    • Berjongkoklah saat berbicara kepada anak agar posisi kepala Anda dan kepalanya sejajar.
    • Tetaplah tenang. [5] Jangan berteriak atau memarahi anak Anda! Selalu ingat bahwa anak kecil belum memiliki kemampuan kognitif untuk membedakan hal yang salah dan benar, pun memahami terlalu banyak aturan pada saat yang bersamaan. Berteriak kepada anak tidak akan membantunya memahami situasinya. Alih-alih, Anda hanya akan membuatnya ketakutan.
    • Setiap kali Anda merasa frustrasi, cobalah menarik napas dalam-dalam selama tiga sampai lima detik, lalu mengembuskannya dalam jumlah hitungan yang sama.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Mendisiplinkan Anak Berusia 3-7 Tahun

PDF download Unduh PDF
  1. Sejak usia 3 tahun, sejatinya anak-anak sudah mulai bisa memahami dan mengikuti aturan. [6] Misalnya, tentukan aturan bahwa jika anak Anda ingin menggambar, dia harus terlebih dahulu memakai kaus bekas dan/atau apron agar pakaiannya tidak kotor. Pastikan Anda menjelaskan aturan tersebut dan selalu mengingatkannya setiap kali dia akan menggambar.
    • Misalnya, setelah menjelaskan aturan tersebut kepada anak Anda, cobalah mengingatkannya dengan berkata, “Apa yang harus kamu pakai sebelum menggambar, hayo ?” Setelah beberapa kali melakukannya, kegiatan tersebut pasti akan bertransformasi menjadi kebiasaan dan rutinitas bagi anak Anda.
  2. Jika aturan tersebut Anda aplikasikan hanya pada beberapa situasi, kemungkinan besar anak Anda akan merasa kebingungan. [7] Oleh karena itu, pastikan Anda selalu menerapkan aturan dengan konsisten meski situasinya berbeda.
    • Jika Anda melarangnya menonton televisi sampai makan malamnya habis tetapi dia tetap melakukannya, disiplinkan dia dengan memintanya menyendiri. Jika dia tetap mengulangi kesalahan yang sama keesokan harinya, mintalah dia kembali menyendiri. Menerapkan hukuman yang sama setiap saat ampuh menyadarkan anak Anda bahwa perilakunya tersebut memang tidak diperkenankan.
  3. [8] Anak-anak berusia 2 tahun ke atas umumnya sudah bisa memahami alasan di balik sebuah aturan sejauh Anda mampu menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana.
    • Jika dia menanyakan alasan di balik keharusan membereskan mainannya sendiri setelah bermain, cobalah berkata, “Karena kamu harus menjaga barangmu sendiri. Kalau nggak dibereskan, mainanmu bisa terinjak dan rusak. Kamu mau mainanmu rusak?”
    • Jelaskan aturan Anda dalam bahasa yang sederhana. Setelah menyampaikan aturan kepada anak, mintalah dia mengulangi kembali aturan tersebut dengan kata-katanya sendiri. Cobalah bertanya, “Kamu mengerti?” Jika dia mengaku mengerti, bertanyalah kembali, “Ibu minta kamu melakukan apa?” Jika dia bisa menjelaskan kembali aturan Anda dengan kata-katanya sendiri, artinya aturan yang Anda buat sudah cukup baik dan bisa dimengerti.
    • Jika anak tidak bisa mengulangi aturan Anda, kemungkinan besar aturan Anda memang terlalu rumit. Cobalah menyederhanakan aturan tersebut dan biarkan dia bertumbuh dewasa sebelum memberikan aturan yang lebih kompleks.
  4. Jangan mudah terpengaruh rengekan atau rayuannya. [9] Jika Anda mengizinkannya melakukan apa pun yang dia inginkan, dia akan menyadari bahwa merengek mampu membuatnya mendapatkan segala hal yang diinginkannya! Alhasil, dia pun akan terus menggunakan strategi yang sama di kemudian hari.
    • Jika anak Anda terus menerus merengek, “Aku mau main di luar,” pada jam makan malam, tegaskan bahwa dia hanya boleh bermain di luar atas seizin Anda.
  5. Terkadang, orang tua menganggap kepolosan anak-anak sebagai kesengajaan mereka untuk berulah atau membuat orang tuanya kesal. Faktanya, sebagian besar anak kecil sedang berupaya mengeksplorasi dunianya lewat tindakan yang dianggap atipikal. [10]
    • Jika anak menggambar dengan krayon di dinding rumah, kemungkinan besar dia belum tahu bahwa tindakan tersebut tidak diperkenankan. Sebesar apa pun rasa kesal Anda, cobalah berempati dan melihat situasinya dari kacamata anak Anda. Jika Anda belum pernah membuat aturan untuk tidak menggambar di dinding, wajar saja bukan jika anak Anda tidak tahu bahwa tindakan tersebut salah?
    • Jika anak melakukan tindakan yang atipikal, cukup tegaskan bahwa dia tidak boleh mengulanginya lagi. Setelah itu, tawarkan aktivitas pengganti seperti menggambar di atas secarik kertas atau buku gambar alih-alih dinding rumah. Jika perlu, mintalah dia membantu Anda membersihkan kekacauan yang diciptakannya. Ingat, jangan pernah memarahi atau menghukumnya jika dia tidak tahu bahwa yang dilakukannya itu salah!
  6. [11] Saat mendisiplinkan balita, selalu tekankan bahwa seluruh tindakan Anda mengakar pada rasa cinta Anda kepadanya. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang Anda dengan berkata, “Ibu tahu kamu kepingin turun tangga, tapi ini bahaya buat kamu.” Setelah itu, peluk anak dan tunjukkan bahwa batasan yang Anda berikan sejatinya hanya untuk melindungi keselamatan dan keamanannya.
    • Pahamilah bahwa sebagian besar masalah yang ditimbulkan oleh anak Anda adalah hasil dari rasa penasarannya, bukan karena dia memang ingin berperilaku buruk. Dengan memahami perkembangan mental anak, kemungkinan besar Anda akan terbantu untuk melihat dunia dari kacamata anak Anda. Alhasil, Anda pun akan terdorong untuk memperlakukan anak-anak Anda dengan empati yang lebih besar.
    • Jangan takut berkata “tidak”. Ingat, Anda adalah orang tuanya. Dengan demikian, Anda berhak mengatur perilaku anak-anak Anda.
  7. Dengan melakukannya, Anda dapat mengarahkan energinya ke arah yang lebih positif. Pikirkan situasi yang sedang Anda dan anak Anda alami, lalu cobalah mencari cara alternatif yang kreatif untuk mengalihkan perhatiannya.
    • Jika anak Anda mulai berulah di supermarket karena Anda enggan membelikan serealia favoritnya, cobalah meminta bantuannya untuk mencari beberapa hal dalam daftar belanja Anda. Jika anak sibuk bermain di sekitar vas yang mudah pecah, cobalah memberikan mainan atau secarik kertas dan krayon agar dia mengalihkan perhatiannya dari vas tersebut untuk sementara.
    • Taktik ini sejatinya ditujukan untuk anak-anak berusia 6-24 bulan, tetapi juga tetap berguna hingga usia mereka mencapai angka 5 tahun. [12]
  8. [13] Dalam strategi tersebut, anak-anak akan diminta untuk duduk atau berdiam diri di satu tempat selama waktu yang ditentukan (biasanya jumlah menit disesuaikan dengan usia anak). Jika anak Anda berusia lima tahun, mintalah dia menyendiri selama lima menit setiap kali melakukan kesalahan. Menyendiri sejatinya merupakan bentuk mendisiplinkan anak yang cocok untuk anak-anak di usia prasekolah sampai SD.
    • Pilih lokasi yang bebas dari gangguan seperti televisi, buku, mainan, teman sebaya, atau gim video. Ingat, tujuan metode ini adalah untuk memberikan anak-anak kesempatan untuk merefleksikan tindakannya tanpa gangguan. Untuk anak-anak berusia di bawah 2 tahun, cobalah memintanya duduk di kursi dapur atau di dasar tangga selama waktu yang disesuaikan dengan usianya. [14]
    • Menyendiri juga merupakan strategi mendisiplinkan yang tepat jika anak Anda melanggar aturan atau melakukan sesuatu yang berbahaya. Misalnya, terapkan metode ini jika anak tetap bermain di tengah jalan meski Anda sudah melarangnya.
    • Jangan mengajaknya bicara jika dia sedang menyendiri. [15] Jika ingin mengirimkan pesan moral yang benar untuk anak Anda, bersabarlah menunggu sampai waktu menyendiri anak Anda benar-benar berakhir.
  9. [16] Jika anak Anda terus-menerus merusak mainannya, cobalah menyita seluruh sisa mainannya yang belum rusak untuk sementara. Jelaskan kepada anak Anda bahwa jika ingin mainannya kembali, dia harus berjanji untuk merawatnya dengan baik.
    • Untuk anak-anak yang masih berusia sangat muda, pastikan Anda menyita barang berharganya sesaat setelah dia berperilaku buruk. Dengan demikian, dia akan terbiasa mengasosiasikan perilaku tersebut dengan hilangnya hal yang disuakainya.
    • Jangan menghukumnya terlalu lama. Hati-hati, anak-anak berusia muda sering kali kesulitan memahami konsep waktu selayaknya remaja dan orang dewasa. Meski menyita mainan anak selama satu minggu terasa adil dan cukup lama bagi Anda, sejatinya dampaknya tetap akan hilang dengan mudah setelah beberapa hari.
  10. [17] Berapa pun usia anak, memberikan hadiah atau penghargaan untuk perilaku yang baik harus tetap Anda lakukan. Bagi balita dan anak-anak yang berusia sangat muda, cobalah memberikan hadiah berupa pujian verbal atau stiker yang unik dan berwarna. [18] Alih-alih hukuman, memberikan hadiah atau penghargaan lebih ampuh membentuk perilaku yang positif dalam diri anak-anak yang berusia sangat muda.
    • Misalnya, puji anak jika dia mau berbagi camilan dengan teman sebayanya tanpa diminta.
    • Jika ingin, Anda juga bisa memberikan satu buah permen atau mengizinkan anak Anda menonton televisi lebih lama daripada biasanya. Pilih hadiah yang berhubungan dengan bentuk perilaku positif anak.
  11. Dengan kata lain, ajarkan bahwa seluruh tindakannya pasti akan membuahkan hasil tertentu. [19] Memahami konsep konsekuensi alamiah ampuh membantu anak-anak untuk menyadari bahwa seluruh tindakan mereka harus dipertanggungjawabkan. Selain itu, mereka pun akan terlatih untuk memilah tindakan yang benar dan tidak benar.
    • Jika anak tidak mengembalikan sepeda ke tempatnya, konsekuensi alamiahnya adalah sepeda tersebut akan berkarat atau justru dicuri orang. Jika dia meninggalkan sepedanya di luar, cobalah menjelaskan konsekuensi alamiah yang mungkin akan dialaminya.
    • Pernyataan “jika... maka...” cocok digunakan untuk menjelaskan konsekuensi alamiah kepada anak-anak. Misalnya, Anda bisa berkata, “Jika ditinggal di luar, maka nanti sepedamu bisa dicuri orang atau berkarat.”
    • Jangan menggunakan strategi konsekuensi alamiah dalam situasi yang membahayakan kesehatan atau keamanan anak Anda. Misalnya, jika cuaca sedang sangat dingin, jangan mengizinkan anak keluar rumah tanpa mengenakan jaket. Jika dia terlihat bermain-main dengan korek api, segera ambil korek tersebut agar anak tidak terbakar atau terluka.
  12. [20] Pastikan Anda selalu merespons perilaku anak dengan cara yang masuk akal. Dengan kata lain, jangan memberikan reaksi yang berlebihan atas perilaku anak atau berharap dia mampu melakukan sesuatu yang belum pernah dipelajarinya.
    • Jika anak Anda yang masih berusia 3 tahun menumpahkan jus, jangan menyuruhnya membersihkan semuanya sendirian. Alih-alih, bantu anak Anda dan berkatalah, “Eh, jusnya tumpah! Yuk, kita belajar membersihkan jus bersama-sama.” Setelah itu, berikan lap kepadanya dan mintalah dia membantu Anda membersihkan tumpahan jus tersebut. Tunjukkan kepadanya cara yang benar untuk membersihkan sesuatu dan berikan pula kiat-kiat yang diperlukannya.
  13. Tentukan rutinitas untuk anak Anda sejak dia masih berusia enam bulan. Misalnya, saat anak Anda masih berusia enam bulan, pastikan dia selalu bangun pada jam 8 pagi, sarapan pada jam 9 pagi, bermain sampai jam 12 siang, tidur siang pada jam 1 siang, dan tidur malam pada jam 7 malam. Seiring bertambahnya usianya, Anda boleh memundurkan waktu tidur malamnya dan memberikan kebebasan baginya untuk menentukan caranya mengisi waktu. Seorang anak yang memahami cara mengelola waktunya sejak dini sejatinya akan lebih diuntungkan saat mulai bersekolah.
    • Jika Anda tidak menyusun jadwal, cobalah mengajak anak Anda berdiskusi untuk menentukan jam tidur, jam bangun, jam makan siang, dan waktu kegiatan lain yang paling tepat.
    • Jika Anda memiliki beberapa orang anak dengan usia yang bervariasi, pastikan mereka memiliki jam tidur yang berbeda. Melakukannya bukan hanya akan memengaruhi siklus tidur alamiah dan kondisi fisiologis setiap anak, tetapi juga akan memberikan Anda kesempatan untuk mengobrol secara intim dengan setiap anak sebelum mereka tidur di malam hari. Jika usia anak-anak Anda berdekatan (kurang dari empat tahun), pertimbangkan untuk memberikan jadwal tidur yang sama kepada mereka untuk mencegah munculnya persaingan antarsaudara.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Mendisiplinkan Anak Berusia 8-12 Tahun

PDF download Unduh PDF
  1. Mendisiplinkan anak yang sudah beranjak dewasa jauh lebih sulit daripada mendisiplinkan mereka yang masih berusia dini. Alih-alih memberikan hukuman atau ancaman, sejatinya yang perlu Anda lakukan untuk memastikan perilakunya tetap baik adalah dengan membangun ikatan yang kuat dengannya, serta mendorong anak Anda untuk terus berperilaku baik dengan cara yang positif. [21]
    • Tanyakan kegiatannya di sekolah, dan apakah dia memiliki pelajaran favorit di sekolahnya. Tunjukkan ketertarikan yang tulus kepada hidupnya!
    • Ajak anak bepergian bersama atau beraktivitas dengan anggota keluarga yang lain seperti berjalan-jalan di taman kota atau sekadar berjalan-jalan sore mengelilingi kompleks.
    • Menjalin koneksi dengan anak-anak di usia ini memang tidak mudah, terutama karena kegiatan mereka di sekolah dan di luar sekolah kemungkinan besar sedang menumpuk. Namun, tetaplah meluangkan waktu untuk mengobrol intim dengan anak, setidaknya selama beberapa menit setiap harinya. Cobalah mengajaknya mengobrol saat dia sedang tidak sibuk melakukan apa pun, atau tepat sebelum dia tidur di malam hari. [22]
    • Berikan contoh perilaku yang menurut Anda benar. Jika Anda berjanji akan melakukan sesuatu, penuhi janji tersebut. Jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar saat berbicara kepada anak-anak Anda. Ingat, anak akan meniru kata-kata dan perilaku orang tuanya! Oleh karena itu, pastikan Anda menjadi panutan yang positif untuk anak Anda.
  2. [23] Pahamilah bahwa anak berusia 8-12 tahun sejatinya sedang bertransformasi menjadi individu yang lebih mandiri. Meski dia masih membutuhkan Anda, kemungkinan besar dia akan merasa terperangkap dalam aturan yang terlalu membelenggu. Oleh karena itu, cobalah membandingkan aturan yang Anda tetapkan dengan aturan yang ditetapkan oleh orang tua lain untuk mengetahui jam tidur malam yang masuk akal, atau frekuensi menonton televisi yang layak.
    • Jika anak memiliki ponsel atau komputernya sendiri, tentukan batasan terkait frekuensi penggunaan ponsel dan komputer, tetapi tetaplah memberikan mereka kebebasan yang terukur. Misalnya, larang anak menggunakan ponsel saat sedang makan malam atau pada waktu-waktu tertentu di malam hari.
    • Teruslah memantau perkembangan anak. Jika dia sangat suka bepergian dengan teman-temannya, tegaskan bahwa dia boleh melakukannya sejauh ada orang dewasa yang menemani atau mengawasi mereka.
    • Bekerja samalah dengan anak Anda dan dengarkan pendapatnya. Jika anak Anda merasa frustrasi dengan aturan yang Anda tetapkan, akui sudut pandang anak Anda dan pertimbangkan untuk melonggarkan aturan tersebut jika memungkinkan.
  3. [24] Jika Anda menyita buku yang jarang dibaca olehnya, apakah dia akan menganggapnya sebagai hukuman? Di sisi lain, jika Anda melarang anak Anda bepergian selama seminggu penuh hanya karena dia terlambat makan malam, hukuman tersebut pun sejatinya berlebihan dan tidak setara dengan kesalahannya. Disiplinkan anak Anda dengan cara yang adil dan layak. Diskusikan pula pola mendisiplinkan anak yang paling layak dengan pasangan Anda.
  4. [25] Apa pun yang terjadi, jangan pernah meneriaki anak Anda atau mengatakan hal-hal yang dapat mempermalukan, menyakiti, atau memancing respons yang negatif dari anak Anda. Disiplinkan dia dengan cara yang benar dan layak! Jika anak Anda melontarkan komentar yang menyinggung orang lain di depan umum, tarik dia menjauh dari keramaian dan tegaskan bahwa kata-katanya bisa didengar oleh orang yang dimaksud.
    • Sejatinya, anak-anak pada usia tersebut sudah mulai merasakan tekanan sosial dari sekitarnya, dan mulai mengalami perubahan hormonal. Perubahan tersebut dapat memicu terjadinya lonjakan emosi yang drastis dan berakibat membuat anak Anda lebih sering berulah. Jika anak Anda marah-marah atau menangis karena merasa frustrasi, jangan memberikan respons yang sama emosionalnya. Alih-alih, mintalah anak meninggalkan ruangan untuk menenangkan diri. Jika Anda sedang berada di kamarnya, tanyakan apakah Anda perlu meninggalkan kamarnya untuk sementara. Bicaralah kepada anak hanya ketika emosinya sudah mereda. Cobalah bertanya, “Apa menurutmu nada bicara dan tindakanmu kemarin bisa diterima?” Tegaskan bahwa anak harus meminta maaf setelah berteriak-teriak atau mengekspresikan emosi dengan cara yang negatif.
    • Jika anak semakin marah dan berkata, “Aku benci Ibu,” jangan menganggapnya personal. Pahamilah bahwa dia sedang memancing Anda untuk marah. Jangan penuhi keinginannya dan tetaplah bersikap tenang serta terkontrol. Ketika emosi anak sudah mereda, sampaikan bahwa Anda benar-benar merasa tersakiti dengan kata-katanya. Setelah itu, tanyakan apakah dia perlu meminta maaf kepada Anda. Jika dia menjawab “tidak”, sampaikan bahwa Anda sudah memaafkannya meski dia tidak memintanya. Tunjukkan bahwa Anda ingin dia selalu menghargai dan memperlakukan orang lain dengan baik, meski ketika sedang marah.
  5. Jika anak melakukan sesuatu yang positif tanpa diminta (misalnya, membereskan mainannya sendiri atau mengerjakan tugas sekolah tanpa diminta), memberikan hadiah untuk menghargai tindakannya adalah respons yang layak Anda berikan. Misalnya, izinkan anak menonton televisi lebih lama atau bermalam di rumah teman dekatnya.
    • Untuk anak-anak berusia SMP atau SMA, Anda bisa mengizinkan mereka pulang lebih larut dari biasanya jika menyelesaikan tugas sekolahnya tepat waktu.
    • Sejatinya, perilaku yang baik sangatlah bergantung pada hubungan anak dengan orang tuanya. Jika menurut Anda, perilaku yang baik adalah berada di tempat tidur sebelum pukul 9 malam, pastikan Anda menyampaikan ekspektasi tersebut kepada anak Anda. Jika anak Anda berhasil memenuhi ekspektasi tersebut selama satu minggu penuh, berikan hadiah yang menarik untuk anak Anda.
  6. [26] Konsekuensi alamiah adalah dampak yang secara otomatis mengikuti tindakan seorang individu. Misalnya, konsekuensi alamiah untuk anak berusia 8-12 tahun yang meninggalkan buku pelajarannya di rumah temannya adalah mereka tidak bisa belajar dan membaca buku tersebut.
    • Jika anak Anda gemar melemparkan ponselnya ketika sedang marah, jangan langsung menghukumnya. Alih-alih, sampaikan bahwa aksi tersebut membuat ponselnya rusak dan oleh karenanya, dia tidak bisa menghubungi teman-temannya lagi.
    • Selalu tekankan kepada anak-anak Anda bahwa konsekuensi alamiah semacam itu akan muncul dengan seizinnya.
  7. Terapkan pola komunikasi yang sehat dan terbuka seiring bertambahnya usia anak Anda. Alih-alih selalu menghukumnya sebagaimana ketika dia masih kecil, tunjukkan bahwa dia harus mengubah perilakunya agar hidupnya bergerak ke arah yang lebih baik. [27]
    • Misalnya, anak Anda terbiasa bangun kesiangan sehingga selalu ditinggal bus sekolah. Akibatnya, dia pun selalu terlambat tiba di sekolah. Alih-alih memberikan ancaman seperti “Kalau kamu terlambat ke sekolah lagi, Ibu akan merampas mainanmu”), cobalah membuat anak Anda memahami isu tersebut dengan pendekatan yang positif.
    • Cobalah berkata, “Sepertinya akhir-akhir ini kamu selalu ditinggal bus. Kalau begini terus, nilaimu bisa anjlok, lho . Kira-kira bagaimana caranya biar kamu nggak begitu lagi?”
    • Kemungkinan, anak Anda akan mengajukan beberapa ide seperti mengeset alarm lebih awal atau menyiapkan buku pelajaran dan seragamnya pada malam sebelumnya. Setelah itu, bantu anak Anda untuk memastikan seluruh idenya terwujud, tetapi izinkan dia melakukan segalanya sendirian untuk mengajarkannya berdisiplin tanpa bantuan siapa pun.
  8. [28] Pola mendisiplinkan yang baik tidak hanya diwarnai dengan hukuman, pun tidak hanya menunjukkan konsekuensi apa saja yang akan diraih anak Anda jika melakukan tindakan yang salah. Sejatinya, Anda juga perlu menunjukkan kemungkinan apa saja yang bisa anak Anda lakukan untuk memperbaiki kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Misalnya, jika nilai akademis anak Anda sangat rendah, cobalah menanyakan alasannya. Kemungkinan, anak Anda akan mengaku bahwa selama ini dia selalu menunda pekerjaan sampai seluruh tugas sekolahnya terbengkalai.
    • Ajak anak Anda memikirkan perubahan apa saja yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih positif. Misalnya, Anda bisa bertanya, “Memangnya kenapa kamu selalu menunda pekerjaan rumah?”, “Apa yang kira-kira bisa kamu lakukan untuk memotivasi diri dengan lebih baik?”, “Apa nilaimu membuat kamu bahagia? Kenapa iya atau kenapa tidak?” Meminta anak Anda memikirkan dampak sebuah situasi akan membuatnya menyadari bahwa dialah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab terhadap hidupnya.
    • Selalu tanyakan jika ada hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk membantunya memperbaiki sebuah kesalahan. Tunjukkan bahwa Anda akan selalu ada untuknya agar dia merasa tetap dicintai apa pun kesalahannya.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Mendisiplinkan Anak Berusia 13-18 Tahun

PDF download Unduh PDF
  1. Pastikan dia merasa dilibatkan dalam proses menyusun aturan dan menentukan metode mendisplinkan yang paling tepat untuknya. Namun, jangan biarkan anak Anda mengontrol proses negosiasi tersebut! Cukup tunjukkan bahwa dia sudah cukup dewasa di mata Anda sehingga berhak memiliki otoritasnya sendiri. [29]
    • Misanya, jika Anda mengizinkannya pulang lebih larut di akhir pekan, jangan mengatakan hal yang bermakna samar seperti “Jangan pulang terlalu malam.” Alih-alih, tegaskan batas toleransi Anda dengan berkata, “Kamu harus pulang sebelum jam 10, ya.” Teknik tersebut umumnya akan bekerja lebih efektif untuk mereka yang berusia remaja.
    • Ketika dia sudah memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), izinkan dia mengemudi sendiri saat bepergian dengan jarak dekat. Sampaikan bahwa dia boleh menyetir lebih jauh jika pengalamannya sudah bertambah.
    • Menjaga relasi dengan anak yang sudah remaja memang tidak mudah, terutama karena sebagian besar remaja cenderung enggan mendekatkan diri dengan orang tuanya. Namun, sejatinya Anda bisa memperkuat hubungan dengan mereka jika bersedia menghargai perspektif dan hasrat mereka. Melibatkan anak dalam proses mendisiplinkan mereka menunjukkan bahwa Anda menghargai kemandiriannya. Percayalah, dia pasti akan menyukainya meski tidak mengakuinya di hadapan Anda.
  2. Meski Anda harus menempuh tahap negosiasi sebelum mendisiplinkan anak, sejatinya ada beberapa hal yang tidak boleh ditoleransi oleh orang tua mana pun. Misalnya, tegaskan bahwa anak Anda tidak boleh mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang, atau mengundang teman-temannya ke rumah saat Anda atau orang dewasa lain sedang tidak ada di rumah.
    • Jika anak melanggar aturan tersebut, respons Anda dapat bervariasi. Misalnya, Anda bisa terlebih dahulu bertanya apakah dia sadar bahwa perilakunya tersebut membuat Anda tidak nyaman. Pastikan Anda selalu berkomunikasi dengan tenang, lugas, dan jelas, terutama saat Anda sedang mendiskusikan aturan yang harus dipatuhi anak Anda.
    • Jika anak dilarang mengonsumsi minuman keras tetapi masih melakukannya, cobalah selalu menjelaskan bahwa mengonsumsi minuman keras berpotensi membuatnya dimanfaatkan dan/atau dipermalukan orang lain, atau membahayakan dirinya dan/atau orang lain saat sedang menyetir.
    • Jika dia tetap enggan menaati aturan Anda, cobalah mendisiplinkannya dengan menyita barang-barang yang berharga untuknya seperti kunci mobil, ponsel, atau tablet. Jika perilaku buruknya terus berlanjut, pertimbangkan untuk meminta anak tinggal dengan salah seorang kerabat yang tepercaya, atau menegaskan bahwa dia bisa mencari tempat tinggalnya sendiri jika tidak mau menuruti aturan yang Anda buat. [30]
  3. Umumnya, anak-anak berusia remaja akan sangat disibukkan dengan kegiatan akademis, pekerjaan paruh waktu, dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah. Bantu anak Anda mengatur waktunya dengan membuat jadwal harian yang teratur, tetapi jangan biarkan anak memegang kontrol penuh terhadap jadwal tersebut. Misalnya, jangan izinkan anak Anda mengikuti latihan sepak bola jika dia belum menyelesaikan tugas sekolahnya atau jika performanya di sekolah menurun. Tunjukkan bahwa Anda mendukung kegiatan ekstrakurikulernya, sejauh dia mampu menjaga performa akademisnya dan selalu pulang sebelum jam malam yang Anda tetapkan. Jangan biarkan anak Anda berkelana semalaman di luar rumah!
    • Sejatinya, performa remaja akan meningkat jika dia tidur lebih awal dan bangun lebih siang. Oleh karena itu, pastikan anak tidur 8-10 jam setiap malamnya! [31] Sayangnya, sebagian besar sekolah mewajibkan siswa untuk bangun sangat pagi setiap harinya. Jika situasi anak Anda pun demikian, izinkan dia untuk tidur lebih lama di akhir pekan. Setelah itu, ajak anak mendiskusikan jadwal yang Anda buat dan mintalah umpan balik yang membangun darinya.
    • Jika dia kesulitan mengikuti jadwal yang Anda buat, cobalah mengetik atau menulis jadwal tersebut dan menempelkannya di area yang mudah dilihat anak Anda (misalnya, di pintu kulkas). Dengan demikian, anak selalu bisa mengonsultasikan jadwal tersebut kepada Anda jika diperlukan. Tegaskan kepadanya bahwa melanggar jadwal tersebut akan membuatnya menerima konsekuensi yang kurang menyenangkan. Pastikan Anda juga selalu menepati kata-kata Anda soal konsekuensi yang akan diterima olehnya!
  4. [32] Di usia remaja, seharusnya anak Anda sudah memahami konsep konsekuensi alamiah. Misalnya, izinkan anak Anda membuat keputusan yang rasional dan beralasan soal pakaian yang dikenakannya. Jika dia menolak menggunakan jaket saat cuaca sedang dingin, biarkan dia menanggung konsekuensi alamiahnya, seperti kedinginan, merasa tidak nyaman, atau menjadi pusat perhatian di jalan.
  5. [33] Jika anak Anda berulah, cobalah menyita sesuatu yang berharga baginya untuk sementara. Misalnya, larang dia menonton televisi atau jangan mengizinkannya bepergian dengan teman-temannya dalam kurun waktu tertentu.
    • Agar metode ini dapat bekerja lebih efektif, cobalah menyita sesuatu yang relevan dengan kesalahannya. Misalnya, jika dia tetap menonton televisi sambil mengerjakan pekerjaan rumah meski Anda sudah melarangnya berkali-kali, sita haknya untuk menonton televisi selama setidaknya 24 jam. Keputusan tersebut sejatinya bijaksana karena Anda mengambil hak yang berhubungan langsung dengan kewajibannya.
  6. Jika anak melanggar aturan atau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, pastikan Anda mengajaknya berdiskusi alih-alih langsung memarahi atau menghukumnya. Percayalah, diskusi ampuh membuka ruang bagi Anda untuk mengenal anak-anak Anda dengan lebih baik. Selain itu, aturan dan ekspektasi Anda pun dapat lebih mudah ditegaskan melalui proses diskusi! Oleh karena itu, alih-alih langsung memarahi atau menghukumnya, ajak dia berdiskusi dan tegaskan bahwa ekspektasi Anda sudah cukup jelas. Setelah itu, cobalah memikirkan cara yang ideal untuk memenuhi ekspektasi tersebut selagi tetap memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh anak Anda. [34]
    • Misalnya, jika akhir-akhir ini anak Anda selalu memiliki taktiknya sendiri untuk melalaikan tugas mencuci piring, cobalah mengajaknya duduk bersama dan mendiskusikan masalah tersebut. Jelaskan bahwa semua orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing, dan sangat penting bagi setiap orang untuk memenuhi tanggung jawabnya meski dia sedang tidak ingin melakukannya. Jika perlu, berikan contoh kepada anak Anda seperti, “Menurut kamu, bagaimana kalau Ibu berhenti bekerja dan kita jadi nggak punya uang untuk membeli makanan atau pakaian?”
    • Jelaskan pula mengapa anak Anda harus mencuci piring setelah makan. Misalnya, katakan kepadanya, “Kita sekeluarga punya tanggung jawabnya masing-masing saat makan malam. Ayahmu memasak makan malam, kakakmu mengatur meja makan, dan Ibu membersihkan ruang makan setelah makan malam selesai. Mencuci piring adalah bagian dari tanggung jawab tersebut dan kami butuh kamu untuk terus melakukannya.”
    • Jika perlu, tanyakan apa yang perlu dilakukan untuk memudahkan anak mengerjakan tanggung jawabnya. Misalnya, jika dia mengaku merasa jijik saat harus menyentuh piring bekas, cobalah membelikan sarung tangan untuk dikenakannya setiap kali mencuci piring. Jika dia mengaku diperlakukan dengan tidak adil karena harus selalu mencuci piring setelah makan, cobalah meminta anak-anak Anda bekerja bergantian untuk mengatur meja makan, membersihkan dapur, atau bahkan memasak makan malam.
    Iklan

Tips

  • Jangan memberikan hukuman fisik kepada anak! [35] [36] Memberikan hukuman atau paksaan yang menyakiti fisik anak sejatinya hanya akan menguak berbagai masalah baru dalam hidup anak. Memukul anak, misalnya, justru dapat menyakiti mereka dan membuat perilaku mereka semakin agresif ke depannya. Selain itu, melakukannya juga akan membuat anak Anda merasa inferior, atau tumbuh dengan pola pikir bahwa mereka diperkenankan menyakiti orang-orang yang mereka sayangi.
  • Ingat, memberikan hadiah untuk anak yang berperilaku baik tidak sama dengan “menyuap”. Jangan terpangaruh prakonsepsi negatif tersebut! Sejatinya, memberikan hadiah adalah bentuk penghargaan yang logis dan adil untuk anak-anak yang berhasil menjalani hidupnya sesuai dengan ekspektasi Anda. Tunjukkan bahwa penghargaan Anda adalah hasil yang alamiah dari kesediaan mereka untuk berdisiplin.
  • Pastikan Anda selalu memotivasi anak untuk berpikir dan berperilaku positif.
Iklan

Peringatan

  • Jangan memberikan pilihan kosong. Terkadang, memberikan pilihan adalah tindakan yang mustahil dalam mengasuh anak.
  • Ingat, dibutuhkan kerja sama yang solid untuk mengasuh anak. Oleh karena itu, selalu konsultasikan pola mendisiplinkan yang paling cocok untuk anak Anda dengan pasangan.
Iklan
  1. https://www.positivediscipline.com/articles/parenting-preschoolers
  2. http://www.parenting-with-love.com/q-when-should-i-start-to-discipline-my-toddler/
  3. http://www.parents.com/baby/development/behavioral/positive-discipline-tactics/#page=2
  4. http://www.cdc.gov/parents/essentials/timeout/index.html
  5. http://kidshealth.org/en/parents/discipline.html
  6. http://www.askdrsears.com/topics/parenting/discipline-behavior/10-time-out-techniques
  7. http://www.webmd.com/parenting/guide/discipline-tactics?page=2
  8. http://www.webmd.com/parenting/guide/discipline-tactics?page=2
  9. http://kidshealth.org/en/parents/discipline.html#
  10. http://www.extension.umn.edu/family/partnering-for-school-success/structure/using-natural-and-logical-consequences/
  11. http://www.parents.com/parenting/better-parenting/positive/disciplining-with-natural-consequences/
  12. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/tweens-preteens
  13. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/staying-close
  14. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/tweens-preteens
  15. http://www.aboutkidshealth.ca/en/news/drpat/pages/how-can-i-discipline-my-10-year-old-son-effectively.aspx
  16. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/tweens-preteens
  17. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/positive-discipline-preteen
  18. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/positive-discipline-preteen
  19. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/tweens/positive-discipline-preteen
  20. http://www.webmd.com/parenting/guide/teen-behavior-and-discipline
  21. http://www.utahcountycounselors.com/patient-resources/learning-library/dealing-with-adolescent-rebellion-tolerance-or-%E2%80%98tough-love%E2%80%99/
  22. https://sleepfoundation.org/sleep-topics/teens-and-sleep
  23. https://www.psychologytoday.com/blog/promoting-empathy-your-teen/201501/limits-natural-and-logical-consequences-in-parenting
  24. http://www.webmd.com/parenting/guide/discipline-tactics?page=2
  25. http://www.ahaparenting.com/Ages-stages/early-teens/positive-discipline-teens
  26. http://www.webmd.com/parenting/guide/discipline-tactics?page=3
  27. http://kidshealth.org/en/parents/discipline.html

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 3.199 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan