PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Merasa frustrasi karena memiliki anak yang sudah berusia dewasa, tetapi sayangnya masih tinggal di rumah Anda sampai saat ini? Apakah rumah Anda mulai terasa seperti hotel yang bisa diakses dengan gratis olehnya? Jika ingin mendorong anak untuk meninggalkan rumah dan hidup dengan lebih mandiri, tetapi keinginan tersebut ditolak olehnya, cobalah membaca artikel ini untuk menemukan kiat-kiat ampuhnya!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mendeteksi Anak yang Sedang Memanfaatkan Anda

PDF download Unduh PDF
  1. Sebagai orang tua, pasti keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh emosi yang bervariasi. Di satu sisi, Anda menikmati keberadaannya, tidak ingin dianggap “mengusirnya”, atau tidak ingin melihatnya diterpa berbagai kesulitan dalam hidup. Namun, di sisi lain, Anda mungkin merasa anak terlampau bergantung dengan Anda sehingga jika langkah ini tidak diambil, niscaya dia tidak akan pernah bisa menjadi individu yang mandiri di kemudian hari? Pahami situasinya sebelum mengomunikasikannya kepada anak! [1]
  2. Berkatalah sejujurnya! Tuliskan seluruh alasan yang membuat Anda merasa kurang nyaman dengan keberadaan anak, dan tidak perlu merasa bersalah setelahnya. Beberapa alasan mungkin sudah cukup jelas, seperti karena anak terus-menerus melanggar privasi atau mengambil barang milik Anda tanpa izin. Namun, ada pula alasan yang lebih implisit, terasa personal, dan bahkan memalukan, seperti karena Anda tanpa sengaja melihat anak atau mendengar anak beraktivitas secara intim dengan pasangannya, atau karena Anda selalu diwajibkan untuk mencuci pakaiannya. [2]
    • Pertimbangkan alasan sesungguhnya di balik ketidakmampuan anak untuk hidup mandiri. Terkadang, orang tua merasa ragu untuk meminta anaknya hidup mandiri jika mereka merasa bahwa sang anak tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk hidup tanpa bantuan mereka. Faktanya, dalam banyak kasus, anak sejatinya memiliki kemampuan untuk hidup mandiri meski harus menurunkan standar hidupnya, seperti pindah dari rumah yang nyaman ke apartemen yang sempit. Jika merasa itulah penyebabnya, meminta anak untuk tetap tinggal sesungguhnya hanya akan mengakodomasi kenyamanannya , bukan menjadi solusi untuk situasi yang sesungguhnya.
  3. Ingat, kondisi anak sudah cukup buruk karena tidak bisa menjalani hidup sebagai individu yang mandiri. Oleh karena itu, jangan menambah bebannya dengan menunjukkan kurangnya kepercayaan Anda kepadanya. Dengan kata lain, jangan melanggar batasan anak dengan membongkar barang miliknya tanpa sepengetahuannya. Anda berdua sudah dewasa! Oleh karena itu, bersikaplah seperti orang dewasa dengan menanyakan hal-hal yang ingin Anda ketahui darinya. [3]
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menyampaikan Keinginan Anda

PDF download Unduh PDF
  1. Faktanya, pendapat kedua orang tua mengenai keinginan “mengusir” anaknya sering kali tidak sejalan. [4] Oleh karena itu, sebelum menjejalkan ide untuk hidup mandiri kepada anak, pastikan Anda dan pasangan memiliki pandangan yang sama terkait isu tersebut. Jika perlu, baca artikel wikiHow mengenai cara berkompromi dengan pasangan untuk memudahkan prosesnya.
  2. Meski terdengar sederhana, sejatinya pertanyaan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai alasan anak untuk tetap tinggal di rumah Anda, lho . Umumnya, anak akan menjawab, “Mau dong , tapi ... " yang diikuti dengan berbagai alasan untuk menjustifikasi pendapatnya bahwa situasi tersebut belum ideal sekarang. Setelah mendengar jawaban anak, cobalah mengevaluasi alasannya secara objektif sambil mengingat bahwa anak mungkin tidak mengutarakan alasan yang sebenarnya , seperti karena dia malas mencuci pakaiannya sendiri atau bisa menggunakan mobil Anda tanpa harus membayar asuransi, dsb. Apa pun jawaban yang diutarakan oleh anak, yang umumnya mengada-ada, cobalah menganalisisnya dengan objektif:
    • "Aku sedang mencari pekerjaan." Apakah pernyataan tersebut benar adanya? Seberapa sering Anda melihatnya menelusuri situs-situs pencarian kerja? Saat ini, apakah dia sedang menjadi sukarelawan untuk menjalin koneksi dan mengisi daftar riwayat hidupnya dengan sesuatu yang berkualitas? Apakah yang dia tuju adalah pekerjaan apa pun atau pekerjaan yang sempurna? Apakah dia bersedia bekerja dengan upah minimum hingga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?
    • "Aku nggak mampu menyewa tempat tinggal baru." Apakah anak benar-benar tidak mampu menyewa tempat tinggal baru atau tidak bisa menemukan tempat tinggal yang senyaman rumah Anda ? Mungkin, dia tidak bisa menyewa rumah di lingkungan tempat tinggal Anda karena alasan tertentu, seperti tidak memiliki karier yang cukup baik. Cobalah mengamati kondisi di sekitar Anda. Di mana biasanya para dewasa muda tinggal? Apakah anak Anda merasa "terlalu baik" untuk tinggal di sana? Apakah perasaan tersebut justru muncul di benak Anda ?
    • "Aku kepingin menabung untuk membeli rumah, membeli mobil, mendaftar program pascasarjana, dsb." Seluruhnya mungkin merupakan alasan yang paling masuk akal, hanya jika anak benar-benar mempertanggungjawabkan kata-katanya. Berapa banyak uang tabungannya saat ini? Apa tujuan utamanya? Apakah dia terus-menerus memboroskan uang atau apakah pola menabungnya sangat bergantung pada film atau gim video baru yang keluar pada minggu tersebut? Jika anak dapat membuktikan bahwa menabung adalah prioritasnya saat ini, artinya Anda tidak perlu khawatir. Namun, Anda tetap tidak boleh terlena begitu saja. Jika benar begitu alasannya, seharusnya Anda boleh melihat mutasi rekening atau detail terkait pendapatan dan pengeluarannya, sebagaimana lembaga bantuan finansial boleh melihat riwayat pajak seseorang sebelum memberikan bantuan dana kepadanya. Oleh karena itu, jangan ragu menyusun strategi untuk membangun hubungan antarorang dewasa yang lebih positif.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menetapkan Tenggat

PDF download Unduh PDF
  1. Tegaskan bahwa jika tenggat tersebut tidak ditepati, anak harus membayar biaya sewa sekaligus berkontribusi untuk membayar biaya air, listrik, dsb. Beberapa orang akan tergerak untuk hidup mandiri setelah “dipaksa” untuk berkontribusi secara finansial oleh orang tuanya. [5]
    • Mintalah anak untuk membuat perencanaan. Misalnya, mintalah anak memikirkan cara untuk mendapatkan pekerjaan, [6] menghemat pendapatan, mencari tempat tinggal baru, dsb.
    • Siapkan kardus dan kalender, lalu cantumkan tenggat Anda di situ.
  2. Misalnya, jelaskan perabot atau perlengkapan tidur apa saja yang boleh, dan tidak boleh, dibawanya ke tempat tinggal yang baru.
  3. Dengan kata lain, kirimkan seluruh informasi tagihan kepada anak. Jika dia masih melalaikan tanggung jawabnya, mulailah memutuskan layanan ponsel, televisi, dsb.
  4. [7] Kemungkinan besar, anak tidak akan merasa nyaman jika harus membayar biaya sewa. Alhasil, dia pun akan marah dan terdorong untuk segera hidup mandiri!
    Iklan

Tips

  • Sesaat setelah anak lulus kuliah, tidak ada salahnya memberikan "hadiah" berupa bantuan bagi anak untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih mandiri. Bantu anak mencari teman serumah atau sekamar dan berikan sumbangan secukupnya untuk membayar biaya sewa tempat tinggal anak selama beberapa bulan pertama. Alhasil, anak akan merasa memiliki tanggung jawab untuk menutupi kebutuhan pribadinya dengan bekerja lebih giat. Meski terasa menyulitkan, “mengusir anak dengan penuh kasih sayang” setidaknya akan melatihnya untuk mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri.
  • Langkah yang lebih ekstrem adalah berpindah tempat tinggal. Beberapa orang tua yang sudah pensiun memilih untuk pindah ke lokasi yang lebih tenang, terpencil, dan mungkin akan kurang nyaman untuk anak-anaknya. Beberapa lokasi bahkan tidak menerima penghuni yang belum memasuki usia pensiun, lho ! Jika ingin, Anda juga bisa pindah ke rumah yang lebih kecil dan menjelaskan kepada anak bahwa Anda perlu menghemat pengeluaran untuk menyiapkan kemungkinan pensiun. Jelaskan pula bahwa rumah baru tersebut tidak memiliki kamar yang cukup untuk menampung anak Anda.
  • Sebelum memutuskan untuk mengusir anak yang sudah berusia dewasa, cobalah meluangkan waktu untuk mendengarkan pendapatnya dan menyampaikan alasan di balik keinginan Anda. Ingat, seseorang yang benar-benar sudah dewasa tidak akan keberatan mendengarkan pendapat orang dewasa lain untuk mencari solusi yang paling tepat. Manfaatkan peluang tersebut untuk bernegosiasi!
  • Di sisi lain, selalu ingat bahwa rumah tersebut dibeli dengan uang dan kerja keras Anda sendiri. Artinya, Anda tidak memiliki kewajiban untuk "bernegosiasi" dengan anak yang sudah berusia dewasa. Jika ingin menikmati rumah tersebut tanpa kehadiran anak di dalamnya, pahamilah bahwa Anda berhak mewujudkan keinginan tersebut. Itulah mengapa, seluruh pihak harus mampu saling berempati demi menjaga hubungan kekeluargaan yang utuh dan positif.
  • Jika kesulitan membayar kebutuhan anak, langkah terbaik yang bisa Anda tempuh adalah meminta anak membayar sewa tempat tinggal dan mengontribusikan uang untuk membayar sebagian kebutuhan hidupnya. Setelah itu, Anda bisa menabung sebagian besar uang yang didapatkan di rekening khusus. Ketika anak berinisiatif untuk pindah atau diminta untuk pindah, berikan uang tabungan tersebut kepadanya. Setidaknya, dia bisa menggunakannya untuk membayar uang muka di tempat tinggal yang baru, dsb. Umumnya, ini merupakan langkah yang paling efektif karena anak tidak akan menduga bahwa Anda telah merencanakan ini sedari lama. Sebaiknya, yakinkan anak bahwa uang sewa bulanan tersebut adalah tanggung jawab yang harus mereka bayarkan di setiap bulan, sebagaimana ekspektasi yang dimiliki oleh seluruh induk semang.
Iklan

Peringatan

  • Sebelum bertindak terlalu jauh seperti dengan mengganti gembok rumah, menyingkirkan barang-barangnya, dsb, pelajari terlebih dahulu hukum yang berlaku di wilayah Anda mengenai pengusiran penghuni rumah. Meski dia merupakan anak Anda dan tidak memiliki kewajiban untuk membayar sewa, banyak wilayah memiliki hukum terkait pengusiran yang harus Anda ikuti.
  • Oleh karena kondisi ekonomi dewasa ini sedang tidak stabil, pahamilah bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah. Selain itu, gaji yang ditawarkan pun mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Oleh karena itu, tentukan ekspektasi yang masuk akal!
  • Pastikan anak tidak mengalami penyakit mental, seperti depresi. [8] Oleh karena penyakit semacam itu dapat melemahkan energinya, kemungkinan besar Anda harus membantunya untuk mencari bantuan yang tepat. Meski anak sudah mencapai usia dewasa dan Anda tidak lagi bertanggung jawab untuk merawatnya, mengabaikan penyakit yang dideritanya adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab karena berisiko membahayakan nyawa anak Anda.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 5.921 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan