PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar pulalah tantangan yang menyertainya. Ini menjelaskan mengapa sering kali, meraih gelar S2 jauh lebih sulit daripada meraih gelar S1. Anda sudah berkeluarga namun tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2? Apa pun universitas atau program studi yang Anda pilih, menyeimbangkan komitmen akademis dan tanggung jawab rumah tangga adalah hal yang sulit – namun wajib – Anda lakukan. Ingin tahu kiat-kiat ampuhnya? Baca terus artikel ini!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Tantangan Baru

PDF download Unduh PDF
  1. Sekalipun sertifikat S1 Anda diwarnai dengan predikat sangat memuaskan ( cumlaude ), bukan berarti perjalanan S2 Anda tidak akan diwarnai hambatan. Materi, subjek penelitian, dan kewajiban akademis masing-masing program studi berbeda. Selain itu, biaya kuliah dan ketersediaan beasiswa untuk masing-masing program studi juga berbeda. Pastikan Anda mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mengetahui program studi apa yang sebaiknya Anda ambil.
    • Sebagian besar situs universitas menyediakan kolom konsultasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar calon mahasiswanya. Manfaatkan fasilitas tersebut untuk menanyakan segala informasi yang perlu Anda ketahui.
    • Jika Anda memiliki kenalan yang sedang berkuliah (atau sudah lulus) di program studi yang Anda minati, cobalah meminta informasi darinya. Jika Anda tidak memilikinya, jangan khawatir. Sebagian besar program studi memiliki Penanggung Jawab Program Studi yang pasti bersedia memberikan berbagai informasi yang Anda butuhkan. Ada kalanya Penanggung Jawab Program Studi juga mampu menghubungkan Anda dengan mahasiswa yang masih berstatus aktif di program studi tersebut. Mahasiswa-mahasiswa tersebut bisa memberikan berbagai informasi mengenai materi pembelajaran dan program beasiswa yang tersedia. Selain itu, mereka biasanya akan memberi tahu keuntungan dan kerugian berkuliah di program studi tersebut. Tentu saja, keuntungan ini tidak akan Anda dapatkan jika hanya membaca informasi di situs universitas.
  2. Pendidikan S2 bukanlah sesuatu yang ditempuh hanya karena Anda tidak memiliki kegiatan lain dalam hidup. Sangat tidak bijak jika Anda rela mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya yang besar tanpa terlebih dahulu menetapkan tujuan Anda setelahnya. Bagi orang yang sudah berkeluarga, pengorbanan tersebut bahkan bernilai dua kali lipat lebih besar. Oleh karena itu, ketahuilah dengan jelas alasan Anda menempuh pendidikan S2, dan lakukan penelusuran tambahan mengenai kesempatan berkarier ketika Anda sudah lulus. Ingat, gelar sehebat apa pun tidak lantas membuat Anda mendapatkan pekerjaan yang bagus
    • Banyak orang di dunia akademis enggan mengakui ini. Namun faktanya, prospek kerja untuk akademisi memang kurang baik, terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang di bidang humaniora dan ilmu kemasyarakatan. Jika Anda berminat melanjutkan pendidikan di kedua bidang tersebut, pertimbangkan baik-baik. Sekalipun Anda lulus dengan predikat memuaskan, ada kemungkinan lima sampai sepuluh tahun ke depan Anda akan berakhir sebagai pengangguran yang memiliki banyak tunggakan. Bagi mahasiswa S2 yang sudah berkeluarga, situasi ini dapat benar-benar mengancam kondisi finansial keluarga. Buka diri Anda terhadap segala informasi dan pikirkan tujuan Anda baik-baik.
  3. Jika Anda sudah menikah, berdiskusi dengan pasangan mengenai tantangan yang menyertai keputusan Anda adalah hal yang wajib dilakukan. Bagi sebagian besar orang yang sudah berkeluarga, melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 mengharuskan mereka untuk pindah rumah, keluar dari pekerjaan terdahulu, membuat anggaran baru, menyusun jadwal pengasuhan anak yang baru, dan mengevaluasi kembali pembagian tanggung jawab rumah tangga. Jadi pastikan Anda telah mendiskusikannya terlebih dahulu bersama pasangan.
    • Jika pasangan Anda bukan berasal dari kalangan akademisi, kemungkinan besar dia tidak akan benar-benar memahami komitmen baru Anda. Setelah Anda mengetahui berbagai komitmen dan tanggung jawab baru yang muncul, sampaikan informasi tersebut kepada pasangan. Ini juga akan membantu meminimalkan potensi kesalahpahaman yang ada. Misalnya, beri tahu pasangan bahwa nantinya ada kemungkinan Anda harus bekerja di akhir pekan atau bepergian untuk melakukan penelitian.
  4. Jika anak-anak Anda sudah cukup dewasa untuk memahami keputusan Anda, pastikan Anda juga mendiskusikan rencana tersebut dengan mereka. Ingat, keputusan Anda juga akan mengubah kehidupan mereka. Kemungkinan besar, mereka juga perlu menyesuaikan diri dengan agenda pengasuhan dan jadwal kegiatan yang baru, serta membiasakan diri untuk menghabiskan waktu lebih sedikit dengan Anda. Sampaikan rencana Anda sejelas-jelasnya dengan bahasa yang mudah mereka pahami. Jelaskan pula alasan di balik keputusan Anda tersebut.
  5. Pendidikan S2 membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan oleh karenanya perlu dipertimbangkan dengan penuh kehati-hatian. Idealnya, sebaiknya Anda tidak menempuh pendidikan S2 – terutama di bidang humaniora dan ilmu kemasyarakatan – jika tidak disokong oleh beasiswa. Secara umum, beasiswa penuh berarti biaya kuliah dan akomodasi sehari-hari Anda akan ditanggung oleh universitas. Sebagai gantinya, Anda harus bekerja paruh atau purnawaktu sebagai asisten dosen atau asisten laboratorium. Jika Anda sudah berkeluarga, biasanya beasiswa penuh tidak akan terlalu berarti; terutama karena biaya perawatan dan pendidikan anak biasanya tidak akan turut ditanggung.
    • Jangan lupa mencari informasi mengenai biaya perawatan anak-anak Anda. [1] Sadarilah bahwa biaya pengasuhan anak tidaklah murah. Anda mungkin tidak mengetahuinya, terutama jika selama ini Anda mengurus mereka sendiri. Jika Anda memutuskan untuk keluar dari pekerjaan demi meraih gelar S2, pahamilah bahwa “biaya akomodasi” yang ditanggung oleh universitas sering kali tidak cukup untuk dialokasikan ke biaya perawatan anak. Ketahuilah konsekuensinya.
    • Pastikan Anda sudah menghitung pajak atau biaya tambahan lain yang menyertai biaya perawatan anak Anda. [2]
    • Jika Anda sudah menikah, pendapatan pasangan juga perlu Anda pertimbangkan. Apakah keluarga Anda harus pindah rumah setelahnya? Jika iya, berarti pasangan harus mencari pekerjaan baru. Sembari menunggu pekerjaan tersebut, bagaimana kalian akan memenuhi kebutuhan keluarga? Apakah keputusan Anda untuk menempuh pendidikan S2 juga memengaruhi jadwal kerja pasangan? Apakah pasangan harus bekerja lebih keras setelahnya? Pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut.
  6. Anda mungkin akan tergoda untuk meminjam uang dari bank demi menutupi kebutuhan Anda dan keluarga. Namun pahamilah bahwa keputusan ini sesungguhnya tidak bijak untuk jangka panjang. Program pascasarjana biasanya harus ditempuh dalam waktu 2 tahun. Selama itu, utang-utang Anda akan terus menumpuk. Apalagi ada kemungkinan Anda akan berhadapan dengan prospek kerja yang buruk. Lantas bagaimana cara Anda membayar utang-utang tersebut?
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menempuh Pendidikan S2 jika Sudah Berkeluarga

PDF download Unduh PDF
  1. Setelah Anda mulai aktif sebagai mahasiswa S2, perhatikan hal-hal yang ada di sekitar Anda. Adakah mahasiswa di kelas Anda yang juga sudah berkeluarga? Apakah dewan fakultas terlihat mendukung mahasiswanya yang memiliki tanggungan lain seperti keluarga? Berapa banyak waktu yang perlu dihabiskan oleh mahasiswa S2 di kampus? Apakah mereka juga akan belajar pada malam hari dan akhir pekan? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu Anda mengidentifikasi masalah potensial yang akan muncul, sekaligus lebih cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan akademis yang ada.
  2. Di Amerika, banyak universitas memiliki family resource center (pusat layanan untuk mahasiswa yang sudah berkeluarga) atau fasilitas serupa yang ditujukan untuk mahasiswa S2. [3]
    • Cari informasi apakah universitas Anda juga memiliki fasilitas tersebut. Jika iya, datangi fasilitas tersebut sebelum Anda mendaftarkan diri. Melalui layanan tersebut, Anda akan tahu apakah universitas yang Anda pilih ramah bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga.
    • Beberapa universitas bahkan menawarkan peluang kerja untuk suami/istri mahasiswa pascasarjana. [4]
  3. Sebagian besar mahasiswa S2 dirujuk pada penasihat atau mentor akademis ketika mendaftarkan diri. Beri tahu mereka bahwa Anda sudah berkeluarga dan memiliki anak. Biasanya mereka akan memberikan nasihat yang spesifik mengenai cara menyeimbangkan tanggung jawab akademis dan komitmen terhadap keluarga. [5]
    • Jika penasihat akademis yang dirujuk tidak mampu berempati terhadap situasi Anda, cobalah mencari mentor lain yang mampu memahami perspektif Anda.
    • Selalu jaga nada bicara dan sikap Anda. Jangan terus-menerus mengeluhkan sulitnya menyeimbangkan tanggung jawab kepada penasihat akademis Anda. Jangan pula menuntut perlakukan khusus hanya karena Anda sudah memiliki anak. Jenjang S2 menuntut Anda untuk berperilaku profesional; belajarlah untuk memenuhi tuntutan tersebut. Tunjukkan sikap percaya diri, namun terbukalah terhadap segala nasihat dan kritik yang membangun dari penasihat akademis Anda.
  4. Kemampuan pertama yang wajib dikembangkan mahasiswa S2 yang sudah berkeluarga adalah manajemen waktu. Perhitungkan berapa lama waktu yang Anda habiskan dalam seminggu untuk belajar, membaca materi, dan meneliti. Jika memungkinkan, perhitungkan pula berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mengajar atau berkutat di laboratorium. Catat pula berbagai tanggung jawab Anda di dalam keluarga, lalu susun jadwal yang berisi seluruh tanggung jawab tersebut. Setelahnya, berusahalah semaksimal mungkin untuk mengikuti jadwal tersebut sembari tetap meningkatkan produktivitas Anda.
    • Di awal perkuliahan, Anda mungkin akan kesulitan memperhitungkan waktunya dengan benar. Pertimbangkan untuk meminta bantuan kepada mahasiswa senior, setidaknya sampai Anda benar-benar memahami tanggung jawab Anda. Mahasiswa senior juga dapat membantu mengidentifikasi “tanggung jawab akademis tersembunyi” yang mungkin tidak Anda sadari, seperti mengikuti konferensi, simposium akademis, dan kegiatan sejenisnya.
    • Pasang alat penghitung waktu. Jika Anda memiliki waktu tiga jam untuk menyelesaikan tugas tertentu, pasang alarm, dan berhentilah bekerja tepat ketika alarm berbunyi (kecuali jika situasinya benar-benar tidak memungkinkan). Jika ternyata waktu tersebut terbukti tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas Anda, tandanya Anda perlu merevisi jadwal.
    • Batasi kegiatan-kegiatan yang tidak penting dan terlalu menyita waktu, seperti bermain Facebook atau media sosial lainnya. Percayalah, menutup akun Facebook (atau membatasi waktu bermain Facebook) dapat meningkatkan produktivitas Anda secara signifikan. [6]
    • Bersikaplah fleksibel. Sadarilah bahwa tuntutan akademis Anda akan berubah seiring berjalannya waktu; Anda akan menerima materi kuliah, tanggung jawab mengajar, tugas laboratorium, atau proyek-proyek akademis yang berbeda di setiap semester. Kewajiban Anda di dalam keluarga pun akan terus berganti, seiring dengan bertambahnya usia anak-anak Anda. Apa yang berfungsi dengan baik di bulan ini, belum tentu akan berfungsi sama baiknya di bulan berikutnya. Pastikan Anda terus-menerus merevisi jadwal sesuai kebutuhan.
  5. Belajar menyeimbangkan tanggung jawab akademis dan keluarga memang sulit. Biasanya, bulan-bulan pertama adalah masa-masa yang paling menyulitkan. Untuk itu, jangan ragu meminta bantuan dari orang lain. Mintalah bantuan pasangan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga yang biasanya menjadi tanggung jawab Anda, termasuk menyiapkan sarapan, mencuci baju, atau membersihkan rumah, setidaknya sampai tanggung jawab akademis Anda selesai. Jika Anda memiliki sahabat, tetangga, atau kerabat yang menawarkan bantuannya, jangan ragu menerima tawaran mereka! Mereka mungkin dapat membantu mengasuh anak-anak Anda, membawakan makan siang untuk mereka, atau menemani mereka bermain.
  6. Jangan terlampau berfokus pada tanggung jawab akademis sampai-sampai Anda mengabaikan keluarga. Tunjukkan bahwa Anda menghargai usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan kewajiban baru Anda. Jika mereka merasa diabaikan atau semakin menjauh dari Anda, sampaikan permintaan maaf Anda. Sampaikan pula bahwa Anda akan berupaya mengelola segala sesuatunya dengan lebih baik lagi di kemudian hari.
  7. Bulan-bulan pertama perkuliahan dapat benar-benar menyulitkan dan melelahkan, bahkan untuk mereka yang belum berkeluarga! Berikan waktu kepada diri Anda untuk menyesuaikan diri; jangan pula merasa gagal jika Anda kesulitan menyesuaikan diri. Ingat, penyesuaian melibatkan proses yang tidak sebentar. Disertai niat dan usaha, cepat atau lambat Anda pasti mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menyelesaikan Pendidikan dengan Baik

PDF download Unduh PDF
  1. [7] Ada beberapa hal yang tidak membutuhkan waktu, perhatian, dan tenaga Anda. Jika Anda berkomitmen untuk menempuh pendidikan S2 sambil mengurus keluarga, pastikan Anda tahu kapan saatnya berkata “tidak”. Tentu saja respons tersebut sangat bergantung pada situasi Anda, namun secara umum:
    • Anda harus mampu sesekali berkata “tidak” kepada pasangan. Suami/istri Anda mungkin ingin mengajak Anda menonton bioskop di akhir pekan. Namun jika Anda memiliki tugas yang harus diselesaikan secepatnya, belajarlah menolak ajakan tersebut. Jawaban Anda mungkin akan menimbulkan perselisihan, jadi pastikan Anda mendiskusikannya secara baik-baik dengan pasangan.
    • Anda harus mampu sesekali berkata “tidak” kepada anak-anak Anda. Jika Anda ingin menyelesaikan pendidikan dengan baik, kemungkinan besar Anda harus sesekali melarang anak-anak Anda menghadiri beberapa kegiatan. Jelaskan situasinya sebaik mungkin kepada anak-anak Anda.
    • Anda harus mampu membatasi tanggung jawab tambahan dari sekolah atau tempat pengasuhan anak-anak Anda. Misalnya, jika Anda sudah tergabung dalam perkumpulan orang tua murid di sekolah anak Anda, katakan “tidak” jika ada yang meminta Anda untuk bergabung dengan perkumpulan lain. Tahan pula dorongan untuk bergabung sebagai relawan di acara-acara amal yang terlalu menyita waktu.
    • Anda harus belajar berkata “tidak” pada kegiatan akademis tertentu. Saran ini mungkin akan sulit Anda terapkan, terutama karena Anda tidak ingin mengacaukan pendidikan, mengecewakan penasihat akademis, atau mengabaikan kesempatan menarik. Namun pahamilah, Anda tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk melakukan segalanya. Anda perlu – dan boleh – sesekali menolak berpartisipasi dalam seminar, menjadi pembicara konferensi, atau aktif dalam organisasi tertentu.
  2. Jika Anda terlalu sering berkata “tidak” (atau berkata “tidak” pada waktu yang tidak tepat), kemungkinan besar Anda justru akan gagal di keduanya (kuliah dan keluarga). Beberapa komitmen pada dasarnya tidak bisa dinegosiasikan. Meski kondisinya sangat bergantung pada situasi Anda, namun secara umum:
    • Belajarlah membedakan “kebutuhan” dan “keinginan” keluarga. [8] Jika Anda terlalu sering berkata “tidak” kepada pasangan, kemungkinan dia akan merasa marah, terabaikan, tidak diperlakukan dengan adil, atau tidak dicintai oleh Anda. Oleh karena itu, pastikan Anda tahu kapan saatnya menghabiskan waktu dengan pasangan atau membebaskannya sejenak dari pekerjaan rumah tangga. Saran yang sama juga berlaku untuk anak-anak Anda: jangan mengabaikan kebutuhan mereka demi mengejar karier akademis. Pastikan Anda tetap sering menghabiskan waktu bersama mereka dan mengizinkan mereka melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan.
    • Sadarilah apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan S2 dengan baik. Ketahuilah bahwa sekadar lulus dengan nilai minimum tidaklah cukup; dalam beberapa situasi – namun tidak selalu – Anda juga perlu mengungguli pencapaian mahasiswa lain dan membuat orang lain terkesan! Katakan “iya” untuk tanggung jawab akademis, acara-acara program studi, konferensi, dan kesempatan untuk meneliti yang menurut Anda penting untuk diikuti.
  3. Secara umum, ini adalah strategi yang baik untuk memiliki performa yang cemerlang di kampus. Jika tenggat pengumpulan makalah untuk tugas akhir Anda adalah dua minggu lagi, cobalah menyelesaikannya minggu depan. Dengan demikian, Anda tidak perlu kerepotan jika tiba-tiba harus disibukkan dengan masalah atau tanggung jawab tak terduga. Jika Anda sudah berkeluarga, masalah atau tanggung jawab tak terduga dapat muncul kapan saja! Bisa saja anak Anda tiba-tiba sakit. Mungkin juga Anda tiba-tiba diminta datang ke pertemuan orang tua murid karena pasangan Anda sedang kerepotan di kantor. Berpandai-pandailah mengatur waktu agar tidak berakhir merepotkan diri sendiri.
  4. Sebagian besar mahasiswa S2 adalah sosok-sosok yang perfeksionis; mereka rela melakukan apa pun demi mendapatkan nilai A+ di segala kesempatan. Sayangnya, sifat perfeksionis justru akan mengacaukan performa Anda – di kampus dan di rumah – serta mencegah Anda menyelesaikan segala sesuatunya dengan baik sembari tetap menikmati hidup. [9] Percayalah, Anda tetap bisa menyelesaikan segala sesuatunya dengan baik tanpa membebani diri sendiri dengan keinginan untuk menjadi yang terbaik di segala situasi.
    • Sadarilah bahwa sebagian besar tugas akademis hanyalah batu kerikil yang perlu dilangkahi, bukan penentu kejeniusan atau kesempurnaan Anda sebagai individu. Jangan terlalu membebani diri Anda.
    • Alangkah baiknya jika Anda selalu mengumpulkan tugas tepat pada waktunya dan memastikan kualitasnya memadai. Sebisa mungkin, jangan meminta perpanjangan tenggat. Kumpulkan tugas-tugas Anda segera (sekalipun Anda yakin bisa mengerjakannya dengan lebih baik lagi jika memiliki waktu tambahan); jangan membiarkan diri Anda terjebak dalam utang akademis yang terus menumpuk.
    • Lupakan obsesi Anda untuk menjadi orang tua yang sempurna atau memiliki rumah yang tidak dihiasi sejumput debu pun. Itu tidak akan terjadi. Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mewujudkannya justru akan membuat Anda kelelahan dan rentan terserang frustrasi.
  5. [10] Anda mungkin merasa sudah cukup disibukkan dengan tugas-tugas akademis, tanggung jawab sebagai orang tua, dan kewajiban sebagai suami/istri, sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk bersosialisasi. Namun sesibuk apa pun Anda, cobalah tetap meluangkan waktu untuk menghadiri undangan makan malam sahabat, bersosialisasi di pesta teman lama Anda, dan sebagainya. Ini akan menyadarkan Anda bahwa di luar peran sebagai mahasiswa dan orang tua, Anda tetaplah seorang individu yang perlu menikmati hidup.
    • Cobalah bersosialisasi baik dengan teman-teman di kampus, pun dengan teman-teman lama Anda. Kedua kelompok tersebut sama-sama merupakan teman yang bernilai bagi Anda. Teman-teman Anda di kampus akan berperan sebagai teman seperjuangan yang selalu mengingatkan Anda mengenai tanggung jawab akademis, sementara teman-teman di luar kampus akan selalu mengingatkan Anda mengenai dunia di luar lingkaran akademis Anda.
  6. Jika memungkinkan, tentukan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari bebas kerja dan bebas belajar. Strategi ini membuat Anda mampu meluangkan waktu secara rutin bagi keluarga. Selain itu – Anda boleh percaya, boleh juga tidak – strategi ini justru akan meningkatkan performa Anda sebagai mahasiswa sekembalinya Anda nanti.
  7. Jika Anda merasa sedih karena tidak memiliki cukup waktu dengan keluarga, selalu ingat bahwa Anda adalah panutan bagi anak-anak Anda. Mereka dapat bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik jika melihat orang tuanya bekerja sangat keras untuk mencapai tujuannya. Ketika bertumbuh dewasa, mereka akan mengingat kerja keras Anda tersebut, dan mungkin akan terinspirasi untuk bekerja sama kerasnya demi meraih tujuan mereka.
  8. Pendidikan S2 adalah perjalanan panjang yang melelahkan. Jangan menunggu gelar resmi untuk merayakan pencapaian Anda. Sebaliknya, berbanggalah dengan berbagai pencapaian sederhana yang menyertai perjalanan Anda! Ketika Anda berhasil menyelesaikan makalah, mempresentasikan karya ilmiah di konferensi, menjalani ujian dengan baik, memublikasikan artikel di jurnal ilmiah, atau sukses dalam mengajar, nikmati dan rayakan pencapaian tersebut bersama keluarga Anda.
    Iklan


Tips

  • Bagi orang yang sudah berkeluarga, menempuh pendidikan S2 adalah proses panjang yang sangat melelahkan. Jika Anda merasa terlampau cemas dan depresi, cobalah menemui konselor atau psikolog yang dapat membantu Anda mengelola perasaan-perasaan negatif tersebut. Sebagian besar universitas menyediakan layanan konseling gratis yang bisa Anda ikuti.
  • Pastikan Anda memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia. Beberapa universitas menawarkan bantuan untuk mengurus dan/atau membayar biaya perawatan anak-anak mahasiswanya. Tidak jarang pula ada universitas yang memiliki organisasi untuk mengakomodasi mahasiswa yang sudah memiliki anak, atau menawarkan beasiswa bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga. Gali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang tersedia.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 7.666 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan