PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah Anda terganggu dengan bunyi berdering, berdengung, atau berdenging di dalam telinga Anda? Jika ya, Anda mengalami kondisi yang disebut dengan tinitus. Tinitus merupakan masalah umum yang memengaruhi kira-kira 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat (belum ada data pasti mengenai jumlah kasus tinitus di Indonesia). Bagi kebanyakan orang, tinitus hanya sekedar menjengkelkan tetapi bagi sebagian orang yang lain dapat mengganggu waktu tidur dan pada akhirnya menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi dan bekerja. Tinitus dapat menyebabkan stres psikologis yang dapat memberi pengaruh negatif bagi hubungan kerja dan pribadi jika tidak berhasil diobati. Berita baiknya, tinitus dapat diobati dalam banyak kasus. Bagaimanapun, penyebab tinitus harus ditemukan terlebih dahulu untuk dapat mengobatinya.

Metode 1
Metode 1 dari 2:

Menemukan Penyebab Tinitus

PDF download Unduh PDF
  1. Faktor lingkungan memengaruhi pengalaman Anda dengan dunia sekitar. Paparan terhadap suara keras yang berkepanjangan merupakan penyebab tinitus yang paling utama. [1] Paparan terhadap suara keras berulang kali, misalnya musik dengan volume keras, suara tembakan, pesawat terbang, dan alat berat dapat merusak rambut kecil di dalam koklea yang berfungsi mengirimkan impuls elektrik kepada saraf pendengaran ketika gelombang suara terdeteksi. Jika bengkok atau rusak, rambut-rambut tersebut akan mengirimkan impuls elektrik kepada saraf pendengaran walaupun tidak ada gelombang suara yang terdeteksi. Kemudian, otak menafsirkannya sebagai suara, yang dikenal sebagai tinitus.
    • Individu yang memiliki risiko pekerjaan terbesar terkait dengan timbulnya tinitus antara lain tukang kayu, pekerja perbaikan jalan, pilot, pemusik, dan arsitek lanskap. Individu yang bekerja dengan peralatan bersuara keras atau yang berada di sekitar musik bervolume kencang berulang kali memiliki risiko yang lebih tinggi terkena tinitus.
    • Paparan tunggal terhadap suara yang teramat keras secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya, tinitus merupakan salah satu jenis kecacatan yang paling umum di antara individu yang mengabdi pada angkatan bersenjata dan terpapar oleh ledakan bom.
  2. Terdapat beberapa penyebab tinitus yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu penuaan, kebiasaan gaya hidup yang buruk, dan perubahan hormon. [2] [3]
    • Proses penuaan alami dapat memengaruhi perkembangan tinitus. Proses penuaan tersebut menyebabkan kemunduran fungsi koklea, yang dapat diperburuk dengan paparan terhadap suara keras di sekitar lingkungan dari waktu ke waktu.
    • Merokok atau meminum minuman beralkohol atau berkafeina dapat memicu tinitus. Sebagai tambahan, ketegangan dan kelelahan dapat menumpuk jika tidak ditangani dengan benar sehingga menyebabkan tinitus.
    • Walaupun tidak ditemukan hubungan sebab-akibat secara langsung, bukti anekdot menunjukkan bahwa perubahan kadar hormon pada wanita dapat dan telah memicu terjadinya tinitus. Perubahan hormon tersebut terjadi pada masa kehamilan, menopause, dan selama menggunakan terapi penggantian hormon. [4]
  3. Sumbatan pada saluran telinga dapat mengubah cara bunyi mencapai sel-sel sensitif suara di dalam koklea, dan oleh karenanya memicu tinitus. [5] Sumbatan tersebut kemungkinan merupakan akibat dari kotoran telinga, infeksi telinga, infeksi sinus, dan mastoiditis (infeksi pada tulang mastoid di bagian belakang telinga). Kondisi kesehatan tersebut mengubah kemampuan suara dalam melewati telinga tengah dan telinga dalam, yang memicu terjadinya tinitus.
    • Penyakit meniere dapat memicu tinitus atau pendengaran teredam. Penyakit ini merupakan kelainan yang tidak diketahui penyebabnya namun memengaruhi telinga dalam dan memicu kepeningan hebat, telinga berdering, kehilangan pendengaran, dan perasaan penuh sesak di dalam telinga. Penyakit meniere pada umumnya hanya memengaruhi satu telinga dan dapat memicu serangan tinitus setelah jangka waktu yang lama atau hanya setelah beberapa hari. Penyakit meniere dapat menyerang pada semua usia namun cenderung terjadi pada individu dengan usia di antara 20 hingga 60 tahun. [6]
    • Otosclerosis merupakan kelainan turunan yang mengakibatkan pertumbuhan tulang berlebih di dalam telinga tengah dan dapat menyebabkan ketulian. Kondisi tersebut membuat suara kesulitan mencapai telinga dalam. Wanita paruh baya berkulit putih memiliki risiko lebih besar terkena otosclerosis . [7]
    • Tinitus dapat disebabkan oleh tumor jinak pada saraf pendengaran, yaitu saraf yang memungkinkan suara untuk disampaikan ke otak dan ditafsirkan, namun kasus ini jarang ditemukan. Tumor tersebut disebut dengan acoustic neuroma dan berkembang pada saraf otak (saraf cranial ) yang membentang dari otak menuju telinga dalam, yang sering kali menyebabkan tinitus terjadi pada satu sisi telinga saja. Tumor tersebut pada umumnya tidak akan berkembang menjadi kanker, namun dapat tumbuh hingga berukuran cukup besar — sebaiknya atasi tumor ketika masih berukuran kecil. [8]
  4. Penyakit terkait sistem peredaran darah, misalnya tekanan darah tinggi, malformasi kapiler, diabetes, penyakit jantung, anemia, atherosclerosis , dan penyakit arteri koroner juga memengaruhi sirkulasi ke bagian tubuh yang lain, termasuk suplai oksigen ke sel-sel pada telinga tengah dan dalam. Hilangnya suplai darah dan oksigen dapat merusak sel-sel tersebut dan meningkatkan risiko potensial berkembangnya tinitus. [9]
    • Individu dengan temporomandibular joint syndrome/TMJ (sindrom sendi rahang) berisiko lebih tinggi terkena tinitus. Terdapat beberapa teori berbeda mengenai hal yang mendasari pengaruh TMJ terhadap tinitus. Otot pengunyah berada sangat dekat dengan otot-otot pada telinga tengah sehingga dapat memengaruhi pendengaran. Terdapat potensi hubungan langsung antara ligamen yang menempel pada rahang dan tulang telinga tengah. Secara bergantian, suplai saraf dari TMJ terkait kepada bagian otak yang bersangkutan dengan pendengaran. [10] [11]
    • Trauma pada kepala atau leher juga dapat merusak telinga dalam, saraf yang memengaruhi pendengaran, atau fungsi otak yang berhubungan dengan pendengaran. Cedera tersebut umumnya menyebabkan tinitus hanya pada satu telinga saja. [12]
    • Tumor otak dapat merusak bagian otak yang menafsirkan suara. Penderita dapat mengalami tinitus pada satu atau kedua telinga dalam kasus tersebut. [13]
  5. Obat-obatan merupakan faktor lain yang dapat memicu tinitus. Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan medication-induced ototoxicity , atau “keracunan telinga”. Jika Anda tengah mengonsumsi obat-obatan, lihatlah pada keterangan yang disisipkan di dalam kemasannya atau tanyakan kepada dokter untuk mengetahui apakah tinitus tercantum sebagai efek samping obat tersebut. Pada umumnya terdapat obat lain sejenis yang dapat diresepkan oleh dokter untuk mengobati kondisi Anda tanpa menimbulkan potensi tinitus. [14] [15]
    • Ada sekitar 200 obat berbeda yang mencantumkan tinitus sebagai efek sampingnya, antara lain aspirin, antibiotik tertentu, obat antiinflamasi, obat penenang, antidepresan, dan obat kina. Obat kanker dan diuretik juga tercantum sebagai obat-obatan yang berkaitan dengan tinitus.
    • Antibitoik yang sering kali dihubungkan dengan tinitus antara lain vancomycin, doxycycline, gentamycin, erythromycin, tetracycline, dan tobramycin.
    • Pada umumnya, semakin tinggi dosis obat yang digunakan, semakin buruk pula gejala tinitus yang ditimbulkan. Tinitus biasanya akan sembuh ketika penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan.
  6. Bahkan dengan seluruh kondisi dan pemicu terkait, sebagian orang dapat terkena tinitus tanpa sebab yang jelas. Kondisi tersebut umumnya tidak terlalu serius, namun dapat memicu kelelahan, depresi, kegelisahan, dan masalah terhadap ingatan jika tidak diatasi. [16]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 2:

Mendiagnosis Tinitus

PDF download Unduh PDF
  1. Tinitus sebenarnya bukanlah suatu kondisi, namun merupakan suatu gejala dari permasalahan atau kondisi lainnya yang berkisar antara kehilangan pendengaran terkait usia hingga kelainan pada sistem peredaran darah. Pengobatan tinitus didasarkan pada penyebab utamanya, yang menjadi alasan menemukan penyebab penyakit tersebut menjadi sangat penting. Tinitus dapat terjadi secara primer maupun sekunder. Tinitus primer terjadi ketika tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi selain pendengaran, dan tinitus sekunder terjadi sebagai gejala dari kondisi medis lainnya. Menentukan jenis tinitus yang dialami dapat meningkatkan potensi tingkat keberhasilan pengobatan. [17]
    • Tinitus dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu tinitus objektif, disebut juga dengan pulsatile tinnitus , yang hanya terjadi sebanyak 5% dari keseluruhan kasus tinitus dan dapat didengar oleh pengamat yang mendengarkan melalui stetoskop atau berdiri dekat dengan penderita. Jenis tinitus tersebut dikaitkan dengan gangguan vaskular atau otot pada kepala atau leher, misalnya tumor otak atau kelainan struktur otak, dan secara umum tersinkronisasi dengan denyut jantung penderita. Kategori kedua yaitu tinitus subjektif, yang hanya dapat didengar oleh penderita dan lebih umum terjadi, yakni dengan jumlah 95% dari keseluruhan kasus tinitus. Tinitus subjektif merupakan gejala dari berbagai gangguan telinga berbeda dan dilaporkan dialami oleh lebih dari 80% orang yang menderita sensorineural hearing loss . [18]
    • Tinitus dapat memengaruhi setiap individu secara berbeda, walaupun semua penderita mendengar bunyi bising dan suara nyaring yang identik. Tingkat keseriusan tinitus dapat terlihat dari fungsi reaksi individual terhadap kondisi tersebut.
  2. Tinitus pada umumnya digambarkan sebagai bunyi mendenging di dalam telinga, namun juga dapat terdengar seperti dengungan, desisan, gemuruh, atau bunyi klik. Tinggi dan tekanan bunyi dapat berubah-ubah dan bervariasi pada tiap individu. Selain itu, penderita juga dapat mendengar suara bising pada satu ataupun kedua telinganya, yang merupakan pembeda penting dan perlu diketahui oleh dokter guna kepentingan diagnosis. [19] Di samping dengingan di dalam telinga, penderita juga dapat merasakan gejala misalnya kepeningan atau kepusingan, sakit kepala, dan/atau nyeri leher, telinga, atau rahang (atau gejala TMJ lainnya).
    • Sebagian orang akan mengalami kehilangan pendengaran sedangkan sebagian lainnya tidak mengalami kesulitan mendengar sama sekali. Sekali lagi, faktor pembeda tersebut sangat penting dalam menetapkan diagnosis. [20]
    • Sebagian orang juga menjadi sangat sensitif terhadap kisaran frekuensi dan volume suara tertentu, kondisi ini disebut dengan hyperacusis . Hyperacusis sangat erat kaitannya dengan tinitus dan seseorang dapat menderita kedua kondisi tersebut dalam waktu bersamaan. [21]
    • Efek sekunder tinitus antara lain kesulitan untuk tidur, depresi, kegelisahan, bermasalah di tempat kerja dan rumah, kemunduran keaadan emosi individu. [22]
  3. Pikirkan mengenai apa yang telah terjadi pada kehidupan Anda baru-baru ini dan carilah situasi dan keadaan yang dapat menjadi penyebab tinitus. Catatlah gejala dan informasi lain yang sekiranya relevan terhadap perkembangan gejala yang dialami untuk menyiapkan diri Anda terhadap kunjungan dokter guna mendapatkan diagnosis dan pengobatan tinitus. Misalnya, catatlah jika Anda:
    • Pernah terpapar oleh suara yang amat keras
    • Pernah atau tengah menderita infeksi sinus, telinga, atau mastoid kronis
    • Belum lama ini atau sedang mengonsumsi obat-obatan yang dicantumkan di atas
    • Telah didiagnosis dengan masalah sistem peredaran darah
    • Menderita diabetes
    • Menderita TMJ
    • Menderita cedera kepala atau leher
    • Menderita gangguan osteosclerosis turunan
    • Berjenis kelamin wanita dan mengalami perubahan pada kadar hormon belum lama ini, misalnya kehamilan, menopause, atau memulai/menghentikan terapi penggantian hormon
  4. Dokter akan melakukan penelusuran riwayat secara menyeluruh untuk menentukan paparan lingkungan atau kondisi kesehatan pada masa lampau yang dapat memicu tinitus. Pengobatan tinitus akan bergantung pada penyebab medis yang mendasari kondisi tersebut.
    • Konsultasikan penggantian obat-obatan kepada dokter jika Anda mengonsumsi obat yang dapat memicu terjadinya tinitus.
    • Pelatihan kembali saraf pendengaran mungkin diperlukan bagi penderita hyperacusis .
    Iklan

Tips

  • Walaupun dikaitkan dengan kehilangan pendengaran, tinitus tidak berarti akan menyebabkan penderitanya kehilangan pendengaran dan kehilangan pendengaran juga tidak selalu menjadi penyebab tinitus. [23]
Iklan

Peringatan

  • Beberapa penyebab tinitus tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, dan efek terapeutik dalam sebagian obat-obatan penyebab tinitus dapat mengimbangi efek samping penyakit tersebut: dalam hal ini, penderita biasanya mempelajari cara mengatasi telinga berdenging atau berdengung.
  • Jangan abaikan serangan tinitus. Layaknya gejala yang lain, telinga berdenging atau berdengung merupakan tanda peringatan. Tubuh tengah memberitahu Anda bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 3.441 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan