Unduh PDF Unduh PDF

Merasa takut sebelum menikah adalah hal yang normal karena pernikahan adalah suatu keputusan penting yang akan sangat berpengaruh terhadap sisa hidup seseorang. Anda perlu memikirkan keputusan ini matang-matang agar Anda merasa pasti bahwa waktu, orang, serta tempatnya sudah tepat. Anda juga dapat merasionalisasikan pernikahan ini agar tidak merasa begitu ketakutan. Kalau Anda sulit menemukan asal-usul ketakutan Anda, ada beberapa taktik yang dapat Anda gunakan untuk mengatasi ketakutan tersebut.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Memikirkan Alasan Ketakutan Anda

Unduh PDF
  1. Di mana letak kegagalan hubungan-hubungan tersebut? Ingat-ingat dengan baik apakah Anda pernah melakukan sesuatu yang menyakiti pasangan Anda saat itu, atau sebaliknya. Mungkin Anda tidak ingin terlalu banyak berkorban. [1] Dalam hubungan Anda yang sekarang, buatlah beberapa perubahan demi hubungan yang lebih penuh kasih sayang, tetapi perhitungkan juga hal-hal yang perlu Anda korbankan.
    • Misalnya, apabila Anda pernah kehilangan pasangan karena tidak ada perasaan sayang, kurangilah waktu Anda di pekerjaan dan habiskan lebih banyak waktu dengan pasangan Anda tersebut.
    • Atau, pertimbangkanlah fakta bahwa pasangan Anda yang sekarang tidak melakukan hal yang membuat Anda mengakhiri suatu hubungan di masa lalu.
  2. Anda dapat menentukan ini berdasarkan tingkat rasa hormat Anda terhadap orang itu. Pikirkanlah dengan serius seberapa jauh rasa respek Anda terhadap orang itu akan bertahan ketika banyak aspek hidup yang berubah. Anda juga dapat menentukan ini berdasarkan harapan dan cita-cita pasangan Anda.
    • Apa saja yang dapat menyebabkan Anda kehilangan respek terhadap pasangan? Misalnya, kebiasaan minum, manajemen keuangan, atau kelakuan terhadap teman? Apakah Anda punya masalah dengan pasangan Anda di ranah-ranah tersebut?
    • Pikirkanlah sejarah hubungan Anda dengan pasangan tersebut. Bagaimana cara pasangan Anda berhadapan dengan konflik atau isu lainnya? Apa petunjuk yang dapat Anda ambil dari pasangan Anda mengenai rasa hormat, penyesuaian diri, serta pengorbanan yang perlu Anda lakukan di masa lalu, masa kini, dan masa depan?
  3. Apakah Anda sedang berada dalam jalur karir yang akan berkembang dalam beberapa tahun atau dekade ke depan? Apakah Anda sedang kredit mobil yang harus dilunasi dalam beberapa tahun? Apakah Anda punya rumah, atau menyewa apartemen per bulan, atau mengontrak rumah selama beberapa tahun? Umumnya, salah satu alasan orang merasa takut akan pernikahan adalah takut menambahkan komitmen jangka panjang yang harus dihadapi. Kalau Anda ingin menikah, Anda perlu menambahkan komitmen jangka panjang lain, misalnya salah satu yang dituliskan di atas. Ini agar Anda terbiasa berkomitmen jangka panjang terhadap sesuatu.
  4. Ada dua jenis komitmen: dedikasi dan pembatasan. [2] Kalau Anda berkomitmen dengan berdasar pada dedikasi personal, Anda akan dapat membayangkan masa tua Anda bersama pasangan, bekerja bersama dengan pasangan (seperti sebuah tim), dan Anda tak dapat melihat masa depan Anda dengan orang lain. [3] Apabila Anda berkomitmen berdasar pada pembatasan diri, Anda akan merasa terpaksa berada dalam hubungan tersebut karena tekanan internal maupun eksternal (seperti anak-anak, berbagi kepemilikan barang, keluarga, rasa perlu). Anda sebenarnya ingin meninggalkan hubungan tersebut, namun rasanya terlalu sulit atau "sudah terlalu jauh", hingga Anda merasa tak mampu memulai kembali. [4]
    • Catatan: seluruh hubungan pada akhirnya akan berujung pada pembatasan diri. Pikirkanlah apakah pembatasan diri ini lebih berat ketimbang dedikasi personal Anda pada hubungan. [5]
    • Kalau Anda merasa bahwa pembatasan diri Anda semakin ketat, tetapi dedikasi personal Anda justru melemah, pertimbangkan berbagai cara lain untuk mengurangi rasa terbatas ini dan meningkatkan dedikasi personal Anda. [6]
  5. Walaupun Anda sudah merasa berkomitmen sepenuhnya terhadap hubungan ini, mungkin Anda tetap berpikir mengenai cara untuk menjaga dedikasi tersebut atau khawatir bahwa komitmen ini akan lepas seiring jalannya waktu. Atau, mungkin Anda justru merasa bahwa komitmen ini sudah mulai lepas. Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan komitmen Anda terhadap pasangan: [7]
    • Berinvestasilah pada pasangan Anda. Ingatlah bahwa masa-masa sulit itu hanya sementara. Lewatilah masa-masa tersebut dengan pasangan Anda, dan kalian berdua akan menjadi pasangan yang lebih erat. Di masa depan, masa-masa yang baik akan kembali. [8]
    • Hindari menghitung pengorbanan Anda. Anda mungkin merasa bahwa Anda melakukan lebih banyak hal untuk menjaga suatu hubungan. Ini karena Anda tidak mengetahui apa saja yang pasangan Anda lakukan sehari-hari; Anda hanya tahu apa yang sudah Anda lakukan. Alih-alih menghitung pengorbanan ini untuk menentukan siapa yang lebih cinta, berfokuslah pada hal-hal baik yang pasangan Anda lakukan. Pusatkanlah pikiran Anda pada hal-hal yang dapat membuat pasangan Anda merasa bahagia. [9]
    • Jangan menutupi berbagai hal dari pasangan Anda karena Anda takut akhirnya akan buruk. Kalau Anda melakukannya, hubungan Anda akan terganggu. Bayangkan saja bahwa hubungan Anda akan tetap berjalan dengan baik. Bersikaplah terbuka dan jujur dengan pasangan Anda, kemudian usahakanlah hubungan yang lebih kuat. [10]
  6. Mungkin fobia Anda sesungguhnya lebih spesifik daripada semua ini. Anda mungkin akan malah takut berbicara dengan pasangan Anda. Namun, Anda tetap perlu berkomunikasi dengan pasangan Anda.
    • Kalau Anda takut kehilangan individualitas atau mengubah beberapa aspek kehidupan Anda, ingatkanlah diri Anda bahwa semua orang terus-menerus berubah secara konstan. Bumi takkan berhenti berputar hanya karena Anda menolak menikah. Anda juga takkan kehilangan seluruh diri Anda setelah menikah. [11]
    • Jika Anda takut bahwa pada akhirnya Anda akan bercerai, pikirkanlah stigma yang berhubungan dengan perceraian. Apakah cap-cap tersebut penting? Pun kalau jawabannya "ya", ingatlah bahwa masa depan Anda tidak ditentukan oleh statistika pernikahan atau perceraian. Anda dapat bertahan pada suatu pernikahan kalau Anda mengusahakannya agar terus hidup.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Mengatasi Ketakutan akan Komitmen

Unduh PDF
  1. Fobia terhadap komitmen bukanlah fobia yang sama dengan kepada ular atau badut. Fobia ini umumnya adalah ketakutan yang berdasar pada tidak adanya rasa percaya, yang mungkin hadir sebagai akibat dari suatu pengkhianatan di masa lalu. [12]
    • Kalau Anda pernah dikhianati oleh seseorang yang Anda cintai atau percayai, mungkin Anda belum sembuh sepenuhnya. [13]
    • Pengkhianatan ini dapat berbentuk apapun: kekerasan, perselingkuhan, atau bentuk pemanfaatan lain terhadap rasa percaya Anda, yang mungkin bersifat traumatis. [14]
    • Selain itu, Anda mungkin juga takut merasa bertanggung jawab terhadap pasangan, takut kehilangan kemerdekaan individual, atau takut kehilangan pasangan. Semua hal ini berhubungan dengan perasaan sulit percaya terhadap orang lain. [15]
  2. Anda mungkin merasa bahwa Anda melindungi diri sendiri dengan tak bersikap terbuka dengan pasangan Anda. Akan tetapi, pertimbangkanlah alasan Anda, dan apakah alasan-alasan tersebut lebih penting ketimbang kesempatan untuk menjalani hubungan yang kaya dan memuaskan dengan orang yang mencintai Anda. [16]
  3. Pastikan Anda dan pasangan saling mengenal dengan baik, baik sifat baik maupun yang buruk. Dalam berhubungan, orang memang sering mencoba mengabaikan kualitas yang tidak positif dalam pasangan mereka, seperti masalah kemarahan, kecemburuan, egoisme, atau merasa perlu bebas atau berkuasa. [17] Namun, sifat-sifat tersebut adalah sifat yang menjadikan Anda sebagai Anda dan pasangan Anda sebagai dirinya, dan sifat-sifat tersebut mungkin sewaktu-waktu akan muncul. Pelajari, diskusikan, dan bersikaplah terbuka terhadap sisi "gelap" dari diri Anda dan pasangan secara sadar. [18]
    • Setelah Anda mengenali sifat-sifat tersebut, Anda dan pasangan akan membangun rasa percaya yang bukan berdasar pada rasa tidak ingin menyakiti satu sama lain, tetapi pada pemahaman yang jelas mengenai sifat masing-masing. [19]
    • Ketimbang berjanji agar Anda tidak menunjukkan sifat "gelap" tersebut, berjanjilah bahwa Anda akan selalu menyadari dan meluapkan perasaan ketika merasa sedih atau disakiti. Buatlah komitmen agar Anda menyelesaikan masalah, dan gunakanlah komitmen tersebut untuk memperkuat hubungan Anda. [20]
  4. Kalau ketidakmampuan Anda membangun kepercayaan berakar dari sebuah trauma, Anda perlu bantuan seorang ahli terapi untuk menyelesaikannya. [21] Kunjungilah seorang konselor, terapi kelompok, atau program yang didesain untuk menyelesaikan permasalahan Anda. [22]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Mengurangi Kegelisahan Mengenai Masa Depan

Unduh PDF
  1. Kalau ketakutan Anda akan pernikahan menyebabkan stres, carilah cara untuk menenangkan diri. Ini mungkin akan membantu Anda merasa lebih tenang. Ketika Anda merasa khawatir mengenai pernikahan, cobalah beberapa metode untuk mengatasi kegelisahan yang mungkin hadir dalam bagian hidup yang lain. [23]
    • Coba yoga atau meditasi. Latihan-latihan tersebut dirancang untuk menghentikan kegelisahan.
    • Kurangi kopi dan alkohol. Kedua zat tersebut dapat memengaruhi perasaan dan keseimbangan kimia dalam otak Anda. Kalau Anda merasa gelisah karena pernikahan, kurangi konsumsi kopi dan alkohol Anda.
    • Tidur yang cukup dan berolahragalah. Kedua hal ini penting bagi kesehatan jiwa dan raga Anda, dan akan mengurangi perasaan gelisah.
  2. Dengan menuliskan kegelisahan Anda di secarik kertas, Anda akan dapat menentukan dengan pasti perasaan apa yang menakutkan mengenai pernikahan. Selain itu, catatan ini juga bersifat terapeutik. Ketika Anda menulis mengenai ketakutan Anda ini, pikirkan juga solusi yang mungkin muncul. Tuliskanlah alasan Anda ingin menikah dan bagaimana pasangan Anda dapat membantu Anda mencapai berbagai sasaran yang sudah ditentukan.
  3. Tuliskanlah berbagai sifatnya yang stabil dan tak berubah. Tuliskan berbagai perjuangan dan konflik yang Anda hadapi di masa lalu serta penyelesaiannya. Jangan sampai ketakutan atau kegelisahan Anda membuat Anda lupa terhadap bagaimana pasangan Anda adalah seorang yang hebat serta alasan Anda selalu ingin bersamanya.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Melanjutkan Hubungan

Unduh PDF
  1. Ini adalah kesempatan yang baik untuk melakukan latihan komunikasi yang penting demi terciptanya hubungan yang sehat dan bertahan lama. Bagi banyak orang, beberapa sasaran hidup tertentu dicapai melalui pernikahan. Meskipun setiap orang akan mengubah pikiran mereka mengenai berbagai hal seiring jalannya waktu, akan tetapi setiap orang tentu punya opini dan harapan yang berbeda-beda. Omongkanlah mengenai anak-anak, karier, uang, serta hal-hal yang membuat Anda kehilangan rasa hormat. [24] Semua hal menyeramkan akan berkurang rasa ngerinya ketika diucapkan dengan lantang. Keluarkanlah.
  2. Anda, pasangan Anda, dan orang lain di muka Bumi ini, tidak ada yang sempurna. Baik menikah atau pun tidak, akan selalu ada masa-masa sulit yang perlu Anda hadapi. Anda pasti akan mengalami masa-masa tidak bahagia dan sulit. Pikirkanlah apakah Anda akan lebih mudah mengatasi masa-masa tersebut dengan seorang pasangan hidup.
    • Bangunlah sebuah pernikahan yang membantu Anda mengatasi berbagai sumber stres dan rasa gelisah. Dengan demikian, Anda juga membangun sebuah mekanisme perlawanan terhadap hal-hal tersebut dalam pernikahan Anda.
  3. Di dunia barat, pernikahan yang sukses umumnya bergantung pada monogami. Sebelum menikah, pastikan bahwa kalian berdua akan saling setia dengan satu sama lain. Percakapan ini memang tidak nyaman, namun penting, dan mungkin akan mendekatkan satu sama lain.
  4. Rencana-rencana Anda memang akan berubah, tetapi secara umum, apakah Anda membayangkan bahwa diri Anda sudah menikah? Meskipun jadwal yang ideal bagi setiap orang tentu berbeda dan akan berubah seiring jalannya waktu, tetapi kalau Anda tahu apa yang Anda inginkan, Anda akan lebih merasa positif mengenai perencanaan masa depan Anda. Tentu tidak apa-apa kalau Anda tidak ingin hidup Anda berubah secara drastis, akan tetapi pastikanlah bahwa pasangan Anda punya cita-cita dan aspirasi yang sama.
  5. Tidak semua budaya membolehkan ini, tetapi cara ini sudah terbukti dapat menentukan apakah seseorang dapat hidup dengan baik dengan pasangannya. Pandanglah kohabitasi sebagai suatu cara untuk mengetahui kebiasaan hidup pasangan sebelum menikah. Tentu Anda harus berharap bahwa hal ini akan sukses. Pasangan Anda akan menampilkan beberapa keanehan yang akan Anda lihat untuk pertama kalinya, akan tetapi Anda juga akan demikian.
  6. Kalau orang tua Anda masih dalam hubungan pernikahan, mereka pasti akan mengatakan kepada Anda bahwa sebenarnya mereka tidak selalu yakin mengenai pernikahan mereka sendiri. Mereka juga pasti punya tips untuk mengatasi ketakutan pernikahan yang mereka ketahui setelah lama menikah. Anda juga akan mendapat contoh hidup nyata orang-orang yang sukses dalam pernikahan.
  7. Meskipun tentunya tidak nyaman kalau Anda menghubungi seorang ahli terapi sebelum ada masalah, akan tetapi Anda mungkin akan dapat menyelesaikan kegelisahan Anda terhadap pernikahan. Seorang ahli terapi juga dapat membantu Anda mengidentifikasi berbagai tanda-tanda bahaya atas berbagai konflik yang mungkin dapat terjadi di masa depan. [25]
    • Mintalah referensi konselor prapernikahan dari teman, keluarga, atau dokter. Anda juga bisa mencari di internet. Tempat ibadah Anda juga mungkin menyediakan, atau mungkin malah mewajibkan, konseling atau kursus pramarital. [26]
    Iklan
  1. http://www3.nd.edu/~pmtrc/Handouts/Commitment.pdf
  2. http://www.womansday.com/relationships/dating-marriage/advice/g1049/marriage-concerns/?slide=5
  3. https://www.psychologytoday.com/blog/emotional-fitness/201304/understanding-and-dealing-commitment-phobia
  4. https://www.psychologytoday.com/blog/emotional-fitness/201304/understanding-and-dealing-commitment-phobia
  5. https://www.psychologytoday.com/blog/is-psychology-making-us-sick/201310/building-repairing-trust-keys-sustainable-relationship
  6. https://www.psychologytoday.com/blog/emotional-fitness/201304/understanding-and-dealing-commitment-phobia
  7. https://www.psychologytoday.com/blog/emotional-fitness/201304/understanding-and-dealing-commitment-phobia
  8. https://www.psychologytoday.com/blog/is-psychology-making-us-sick/201310/building-repairing-trust-keys-sustainable-relationship
  9. https://www.psychologytoday.com/blog/is-psychology-making-us-sick/201310/building-repairing-trust-keys-sustainable-relationship
  10. https://www.psychologytoday.com/blog/is-psychology-making-us-sick/201310/building-repairing-trust-keys-sustainable-relationship
  11. https://www.psychologytoday.com/blog/is-psychology-making-us-sick/201310/building-repairing-trust-keys-sustainable-relationship
  12. https://www.unh.edu/counseling-center/dealing-effects-trauma-%E2%80%93-self-help-guide
  13. https://www.unh.edu/counseling-center/dealing-effects-trauma-%E2%80%93-self-help-guide
  14. http://www.adaa.org/tips-manage-anxiety-and-stress
  15. https://www.theknot.com/content/things-to-talk-about-before-marriage
  16. http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/premarital-counseling/basics/definition/prc-20013242
  17. http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/premarital-counseling/basics/definition/prc-20013242

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 6.952 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan