Unduh PDF
Unduh PDF
Kekerasan terhadap anak adalah situasi serius yang sayangnya hingga kini masih mewarnai hidup jutaan anak di seluruh dunia. Ironisnya, kekerasan terhadap anak justru lebih rentan terjadi kepada balita, terutama karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk melawan, meminta pertolongan, pun menceritakan situasinya secara mendetail; ketidakberdayaan mereka adalah lahan basah bagi pelaku kekerasan. Jika Anda mencurigai adanya kekerasan terhadap balita di sekitar Anda, pastikan Anda benar-benar mengidentifikasi tanda-tandanya sebelum melaporkannya ke pihak yang berwajib.
Langkah
-
Waspadalah jika mereka terlihat takut dengan penampilan tertentu. Balita korban kekerasan biasanya akan menunjukkan ketakutan yang tiba-tiba terhadap lokasi, gender, atau penampilan fisik tertentu (misalnya, wanita berambut cokelat, laki-laki berjenggot, dsb.). Mereka mungkin akan menangis ketika diantar ke tempat penitipan anak atau menunjukkan gelagat tidak nyaman di sekitar orang dewasa tertentu. Selain itu, mereka juga akan menunjukkan ketakutan yang luar biasa jika ditinggal oleh orang tuanya ketika ada sang pelaku di sana.
-
Amati ketidaknyamanan mereka ketika sedang berganti pakaian. Korban kekerasan seksual biasanya merasa takut saat harus membuka pakaian sebelum mandi, atau menunjukkan gelagat tidak nyaman yang aneh saat harus ke dokter. Mereka juga mungkin akan menunjukkan gejala kemunduran, misalnya masih mengompol padahal sudah diajarkan untuk buang air kecil di toilet, mengisap jempol, atau mengalami kelambatan berbicara.
-
Waspadai terjadinya gangguan tidur. Balita korban kekerasan biasanya sering mengalami gangguan tidur atau bermimpi buruk.
-
Waspadai meningkatnya ketertarikan atau pengetahuan seksual pada anak di bawah umur.
-
Waspadai kesenjangan perilaku mereka dengan teman-teman sebayanya. Balita korban kekerasan biasanya kesulitan bermain dan berinteraksi secara normal dengan teman-teman sebayanya.Iklan
-
Amati perubahan perilaku yang drastis dan mendadak. Jika seorang anak yang tadinya sangat aktif tiba-tiba menjadi pasif dan pendiam (begitu pula sebaliknya), tandanya Anda patut waspada. Gejala lain yang patut diwaspadai adalah ketika anak tersebut mengalami gangguan bicara (seperti gagap) yang tiba-tiba.
-
Waspadai sikap agresif dan mudah marah. Balita korban kekerasan rentan melampiaskan traumanya dengan bertindak agresif kepada teman sebaya, orang dewasa, atau bahkan binatang di sekitarnya.Iklan
-
Amati gejala eksternal kekerasan jasmaniah seperti luka bakar, memar, lebam, goresan, dan luka fisik lainnya. Jika luka-luka tersebut ada di lutut, siku, dan dahi mereka, kemungkinan besar luka-luka tersebut mereka dapatkan ketika sedang bermain atau terpapar lingkungan fisik. Namun jika luka-luka tersebut muncul di lokasi yang tidak biasa seperti wajah, kepala, dada, punggung, lengan, atau alat kelaminnya, tandanya Anda patut waspada.
-
Amati luka yang dihasilkan oleh kekerasan seksual. Korban kekerasan seksual kemungkinan akan mengalami luka, pendarahan, atau merasa gatal-gatal di sekitar alat kelaminnya. Kemungkinan besar, mereka juga akan kesulitan berjalan dan berdiri, serta mengalami infeksi saluran kencing.
-
Waspadalah jika mereka mulai menolak makanan. Balita korban kekerasan kerap mengalami penurunan nafsu makan, kehilangan ketertarikan terhadap makanan, sering muntah atau tersedak tanpa alasan, dan menunjukkan gejala-gejala lain yang berhubungan dengan gangguan emosional mereka.Iklan
-
Cobalah berbicara kepada pengasuh (atau orang tua) korban. Cari tahu apakah mereka sedang merasa frustrasi terhadap korban dan/atau tanyakan mengapa anak tersebut bertindak berbeda dari biasanya. Waspadai ketegangan yang mungkin akan terjadi setelahnya.
-
Hubungi polisi atau pihak berwenang lainnya. Dalam banyak kasus, melaporkan dugaan kekerasan tidak perlu disertai bukti yang lengkap. Biasanya pihak yang berwenang akan menanggapi laporan Anda dengan melakukan proses investigasi yang relevan. Ingat, menentukan situasi yang sesungguhnya bukanlah tugas Anda, melainkan tugas mereka. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan karena anak-anak (terutama yang masih berusia balita) tidak memiliki kemampuan untuk memperjuangkan dirinya sendiri dan sangat bergantung pada bantuan orang lain.Iklan
Tips
- Menentukan penyebab lambatnya proses perkembangan anak sangatlah sulit, terutama karena proses perkembangan setiap anak memang bervariasi secara alamiah. Oleh karena itu jika seorang anak yang Anda kenal mengalami proses perkembangan yang lambat, Anda tidak boleh langsung menyimpulkannya sebagai akibat dari kekerasan.
- Shaken Baby Syndrome (SBS) adalah salah satu bentuk kekerasan yang kerap menimpa balita. SBS merupakan salah satu tipe trauma yang dialami oleh bayi karena terlalu sering diguncang dengan keras atau kasar. Hati-hati, trauma tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecacatan jangka panjang atau bahkan kematian. Meski sangat bergantung pada durasi dan intensitasnya, secara umum gejala SBS meliputi kerusakan retina, tremor, muntah, sikap mudah terganggu, kejang-kejang, penurunan nafsu makan, kesulitan mengangkat kepala, dan kesulitan bernapas. [1] X Teliti sumber
Iklan
Peringatan
- Anda memutuskan untuk mengonfrontasi seseorang yang diduga melakukan tindak kekerasan terhadap balita? Pertama-tama, pahamilah bahwa itu adalah tuduhan yang sensitif; tidak seorang pun bersedia dituding sebagai pelaku kekerasan. Kapan pun merasa keamanan dan keselamatan Anda terancam, jangan ragu untuk segera melapor kepada polisi. Ini sangat penting, terutama karena nyawa korban juga bisa semakin terancam setelah upaya konfrontasi yang Anda lakukan.
Iklan
Referensi
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 1.350 kali.
Iklan