Teman sejati seperti sebuah ceri di atas es krim sundae : buah kecil ini membuat hidup terasa lebih manis. Namun, teman palsu bisa “menyerap” energimu dan membuatmu merasa negatif dan lelah setelah ia pergi. Jika kamu menduga ada seorang teman palsu di dalam lingkaran persahabatanmu, cari tahu kebenarannya dengan memperhatikan beberapa perilaku kunci dan kebiasaan komunikasinya. Setelah itu, lakukan yang terbaik untuk menjaga jarak darinya agar kamu memiliki lebih banyak ruang untuk persahabatan sejati yang lebih membahagiakan dalam hidup.
Langkah
-
Pikirkan apakah ia selalu mengecewakanmu. Teman palsu mungkin sering berbohong, mengingkari janjinya, atau “menghilang” saat kamu membutuhkannya. Bercerminlah kepada persahabatanmu dengannya dalam beberapa minggu atau bulan terakhir. Apakah ia sering membuatmu merasa kecewa atau sedih? Jika ya, mungkin kamu selama ini berhubungan dengan teman palsu. [1] X Teliti sumber
- Jika ia sering mengecewakanmu, kamu perlu menentukan langkah terbaik— menurunkan ekspektasimu atau mengakhiri persahabatanmu secara mutlak.
KIAT PAKARPekerja Sosial KlinisKlare Heston adalah pekerja sosial klinis independen berlisensi. Dia mendapatkan gelar Master dalam bidang pekerjaan sosial dari Virginia Commonwealth University pada 1983.Mengetahui siapa teman sejatimu juga penting. Klare Heston, pekerja sosial klinis berlisensi, menjelaskan, "Teman sejati adalah seseorang yang tetap berteman denganmu di saat senang maupun susah. Merekalah orang yang mau menerimamu, memotivasimu, dan percaya denganmu. Mereka seharusnya juga memberikan saran dengan jujur, tetapi tetap menghormati keputusanmu. Mereka juga seharusnya menerima teman-temanmu yang lain dan keluargamu.”
-
Perhatikan perilaku egoistis yang ia tunjukkan. Bercerminlah kepada perasaanmu selama atau setelah meluangkan waktu dengannya. Apakah kamu merasa sering diabaikan atau diacuhkan karena ia ingin selalu dikedepankan pada setiap percakapan atau keputusan? Jika ya, ia mungkin tidak pernah memikirkan atau memedulikanmu. [2] X Teliti sumber
- Kamu harus merasa lebih baik/nyaman setelah meluangkan waktu dengannya, bukan merasa sangat lelah atau kesal.
- Jika ia tampaknya tidak bisa memikirkan orang lain kecuali dirinya sendiri, ia hanya menginginkan “audiens”, bukan seorang teman.
- Namun, perlu diingat bahwa ia mungkin membutuhkan waktu untuk menjadi sosok yang dewasa. Mungkin ia bisa menanggapi atau mempertimbangkan kritik membangun yang disampaikan dengan baik. Sebagai contoh, cobalah katakan “Terkadang aku merasa kesal ketika kita meluangkan waktu bersama karena kita terlalu sering berbicara mengenai kehidupanmu. Aku merasa kamu tidak mau mencoba mendengarkanku.”
-
Perhatikan tanda-tanda ketidakpedulian. Keramahtamahan dan kasih sayang merupakan dasar dari persahabatan yang baik. Jika ia menunjukkan perilaku tidak perhatian, mungkin kamu perlu memikirkan kembali tentang persahabatanmu dengannya. [3] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, ia mungkin bertengkar denganmu dan selalu berharap bahwa kamu akan meminta maaf terlebih dahulu. Ini bukanlah persahabatan yang sehat dan seimbang.
- Ia juga mungkin meninggalkanmu ketika kamu benar-benar membutuhkannya. Sebagai contoh, kamu mungkin baru saja melewati putus hubungan dengan seseorang, dan temanmu meninggalkanmu demi menikmati pesta.
-
Perhatikan apakah ia mendukungmu dan hal-hal yang kamu minati. Apakah ia peduli kepadamu sebagai seorang individu? Jika ya, ia seharusnya mau datang ke penampilan orkestramu dan menanyakan tentang ujian pemandu sorak yang kamu lewati. Ia juga seharusnya mengingat tanggal ulang tahunmu dan kejadian-kejadian penting lainnya. [4] X Teliti sumber
- Jika ia menyepelekanmu atau menertawakan hal yang kamu minati (atau tidak pernah menghadiri hal-hal penting lainnya), ia mungkin tidak mau mendukungmu.
-
Pikirkan apakah ia mau menerima kekuranganmu atau langsung menunjukkannya di hadapanmu. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Teman yang baik seharusnya mau memberimu “waktu” dan tidak terus menerus mengingatkanmu akan kesalahanmu. Jika kekurangan atau kesalahanmu selalu dibahas dalam percakapan, kamu mungkin perlu menjaga jarak darinya. [5] X Teliti sumber
- Jika kamu melukainya, kamu memang tidak bisa begitu saja berharap ia mau memaafkanmu dengan mudah. Namun, ia juga tidak boleh memendam atau mengingat kesalahanmu terus menerus. Jika tidak, kamu akan terus merasa tak nyaman setiap kali bertemu atau meluangkan waktu dengannya.
-
Kenali tanda-tanda jebakan perasaan bersalah. Sahabat sejati mau memahami bahwa terkadang kamu sibuk dan tidak bisa meluangkan waktu untuk mereka. Jika ia mencoba membuatmu merasa bersalah karena menolak atau tidak bisa meluangkan waktu bersamanya, ia mungkin bukanlah teman sejati. [6] X Teliti sumber
- Setiap orang pasti memiliki kesibukan sehingga kamu layak mendapatkan “hukuman” ketika kamu tidak selalu bisa hadir untuknya.
- Berhati-hatilah terutama jika ia mengharapkanmu untuk selalu ada untuknya, sementara ia tidak memberikan “standar” atau hal yang sama untukmu (dalam hal ini, kehadirannya untukmu).
Iklan
-
Perhatikan apakah ia mau mendengarkanmu atau hanya ingin didengarkan. Mendengarkan secara aktif merupakan hal yang penting dalam membangun hubungan yang kuat, terlepas dari apa pun hubungan yang dijalani. Jika mau berusaha mendengarkannya, tetapi ia tidak melakukan hal yang sama untukmu, ia mungkin bukanlah teman sejati. [7] X Teliti sumber
- Perhatikan ketika kamu berbicara kepadanya. Apakah ia sering memotong ucapanmu? Apakah ia menyepelekan ucapanmu dan mengalihkan topik pembicaraan?
- Sebagai contoh, kamu mungkin ingin menceritakan hal besar kepadanya. Teman palsu tidak ingin mendengarkan cerita tersebut. Ia lebih senang bercerita tentang dirinya sendiri.
-
Tetapkan batasan dan perhatikan apakah ia mau menghormatinya. Untuk menguji ketulusannya, tetapkan beberapa batasan mengenai persahabatan dan perhatikan reaksinya. Teman sejati mau menerima dan menghormati batasan pribadimu. [8] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan, “Hei! Kurasa aku tidak bisa meluangkan waktuku pada hari Kamis. Aku harus meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar kimia.” Atau “Bisakah kita tidak membicarakan tentang seks? Hal itu membuatku merasa tak nyaman.”
- Jika ia tetap “melewati” batas yang sudah ditentukan atau tidak mengacuhkannya sama sekali, ia bukanlah teman sejatimu.
-
Perhatikan tanda-tanda iri atau kecemburuan. Beberapa teman menunjukkan sikap yang baik selama setiap orang di sekitarnya berada dalam “posisi” yang setara. Namun ketika kamu lebih baik dalam suatu hal, ia mulai menampilkan “taring”-nya. Jika ia mengomel, menyindir, atau menyepelekan kesuksesanmu, mungkin ia bukanlah teman sejatimu. [9] X Teliti sumber
- Tanda-tanda iri lainnya adalah perasaan bahwa temanmu selalu ingin bersaing denganmu, tidak adanya dukungan darinya, dan keinginannya untuk selalu disertakan dalam setiap hal yang kamu kerjakan agar ia tidak “tertinggal”.
- Teman yang cemburu mungkin bersikap posesif jika kamu meluangkan waktu dengan orang lain. Teman sejati tidak pernah mencoba menjauhkanmu dari teman lain atau orang-orang yang kamu sayangi.
-
Waspadalah terhadap kecenderungan perilaku pasif agresif . Apakah ia sering berkata “ya” ketika kamu meminta bantuan darinya, tetapi pada akhirnya tidak membantumu? Apakah kamu pernah merasa bahwa ia mencoba “menyabotase” kehidupanmu secara halus? Jika ia menunjukkan hal-hal seperti itu, mungkin ia bersikap pasif agresif, perilaku yang benar-benar dapat merusak persahabatan. [10] X Teliti sumber
- Kamu tidak bisa mengubah kecenderungan perilaku pasif agresifnya sehingga jangan pernah mencobanya. Sebagai gantinya, cobalah jaga jarak dari orang-orang seperti itu dan bicaralah secara tegas ketika kamu harus berinteraksi dengannya.
-
Cari tahu apakah rahasia-rahasiamu menjadi hal yang diketahui umum. Pikirkan kembali apakah pakaian-pakaian kotormu selalu menjadi bahan perbincangan umum. Jika ya, mungkin kamu memiliki teman palsu dalam lingkaran persahabatanmu. [11] X Teliti sumber
- Kamu bisa menguji kesetiaannya dengan menceritakan “rahasia” kecil dan memintanya untuk menjaganya. Jika kamu mendengar rahasia tersebut dari orang lain, kamu bisa mengetahui dengan pasti siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas “kebocoran” rahasia tersebut.
- Selain itu, jika ia bergunjing tentang “temannya” yang lain kepadamu, ada kemungkinan kamu pun pernah dibicarakan olehnya.
-
Perhatikan apakah kamu sering mendengar kabar darinya. Apakah ia tetap berkomunikasi denganmu? Intensitas komunikasi memang berbeda untuk setiap hubungan, tetapi yang terpenting adalah sahabat baik akan tetap berhubungan denganmu. Selain itu, ketika ia menghubungimu, ia memang ingin mengetahui kabarmu, bukan sekadar meminta bantuan darimu. [12] X Teliti sumber
- Jika kamu hanya dihubungi saat ia membutuhkan sesuatu, ia mungkin bukanlah teman sejatimu.
Iklan
-
Evaluasi kembali hubunganmu dengan teman palsumu. Tanyakan kepada diri sendiri apakah kamu tetap ingin meluangkan waktu dengannya. Pikirkan dengan matang mengenai perasaan saat sedang bersamanya. Pertimbangkan apakah ia memberikan hal-hal positif dalam hidupmu. Jika tidak, mungkin ada baiknya kamu tidak berteman lagi dengannya. [13] X Teliti sumber
- Kamu juga bisa berbicara dengan orang-orang yang dipercaya. Tanyakan kepada orang tua, kakak, atau sahabat tepercaya apakah kamu perlu memutuskan persahabatanmu dengannya.
-
Ajaklah ia bicara. Beri tahu ia mengenai perilakunya yang telah kamu amati. Ceritakan dengan jelas tampak tindakannya terhadapmu. Setelah itu, perhatikan reaksinya untuk membantumu menentukan keputusan. [14] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, jika ia tampak menyesal dan ingin berubah, kamu bisa memberinya kesempatan. Namun, jika ia mengelak dan bersikap tidak ramah, ada baiknya kamu memutuskan persahabatanmu dengannya.
-
Turunkan harapanmu agar kamu tidak terluka. Agar kamu tidak meluangkan terlalu banyak waktu dan energi untuk persahabatan “palsu”, ubahlah harapanmu terhadap beberapa orang. Dengan menurunkan standar, kamu tidak akan terus-menerus merasa kecewa atau diabaikan. Kamu bisa tetap berhubungan dengannya, tetapi tidak perlu sampai meluangkan terlalu banyak waktu dan usaha dalam hububgan tersebut. [15] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, kamu bisa menempatkannya dalam “kategori” baru, seperti “kenalan”. Jika kamu mulai menganggapnya sebagai kenalan saja, kamu tidak akan merasa sedih atau kecewa jika ia tidak menghubungimu di hari ulang tahunmu.
-
Cobalah berhubungan dengan orang-orang yang memiliki minat dan nilai yang sama. Temui orang-orang baru yang memiliki minat yang sama dengan menjalani kegiatan sukarela, mengikuti kelas baru, atau bergabung di klub. Ketika meluangkan waktu dengan orang-orang baru, perhatikan cara mereka berinteraksi untuk mencari tahu apakah mereka memegang nilai-nilai yang sama denganmu. [16] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Sebagai contoh, jika kamu menganggap berteman sebagai prioritas, perhatikan apakah orang yang bersangkutan menekankan interaksi secara langsung daripada interaksi virtual (mis. perhatiannya tidak selalu teralihkan oleh ponselnya).
- Jika kamu menghargai kejujuran, perhatikan apakah teman barumu berbohong atau menyembunyikan informasi tertentu.
-
Berhati-hatilah saat berbagi informasi pribadi dengan teman-teman baru. Ubah kenalan menjadi teman yang lebih dekat dengan membuka diri. Namun, lakukan langkah ini secara hati-hati dan bertahap. Jangan sampai kamu membagikan hal yang terlalu pribadi kepada seseorang yang tidak bisa menjadi sahabat sejatimu. [17] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Sebagai contoh, kamu bisa menceritakan tentang tujuan kariermu jika ia menanggapimu dengan baik. Setelah itu, seiring berkembangnya kepercayaan, kamu bisa berbagi informasi yang lebih pribadi, seperti kondisi kesehatan yang dimiliki.
- Selain melindungi kepentingan/tujuan pribadimu, membuka diri secara bertahap juga merupakan cara yang paling sehat untuk membentuk hubungan baru. Bukan hal yang aneh ketika kamu mengetahui rahasia terdalam dan tergelap seseorang dalam satu minggu pertama setelah mengenalnya.
Iklan
Referensi
- ↑ https://psychcentral.com/lib/are-you-always-disappointed/
- ↑ https://www.hercampus.com/school/vcu/12-signs-you-have-real-friend
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/now-is-everything/200910/are-your-friends-really-there-you
- ↑ https://www.hercampus.com/school/vcu/12-signs-you-have-real-friend
- ↑ https://www.powerofpositivity.com/11-ways-to-spot-an-authentic-friendship/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/the-squeaky-wheel/201305/7-ways-get-out-guilt-trips
- ↑ https://au.reachout.com/articles/what-makes-a-good-friend
- ↑ https://psychcentral.com/lib/10-way-to-build-and-preserve-better-boundaries/
- ↑ https://www.hercampus.com/life/family-friends/4-signs-your-friend-jealous-you
- ↑ https://greatist.com/grow/respond-to-passive-aggressive-behavior
- ↑ http://www.lifehack.org/articles/communication/11-differences-between-real-friends-and-fake-friends.html
- ↑ http://www.lifehack.org/articles/communication/11-differences-between-real-friends-and-fake-friends.html
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/lifetime-connections/201601/5-reasons-its-so-hard-end-friendship?collection=1087184
- ↑ https://www.nbcnews.com/better/health/how-know-when-it-s-time-break-friend-ncna824491
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/the-pragmatic-aspie/201109/fake-friend-real-friend
- ↑ https://www.helpguide.org/articles/relationships-communication/making-good-friends.htm
- ↑ https://www.helpguide.org/articles/relationships-communication/making-good-friends.htm