PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah saat ini Anda sedang mengencani seseorang yang ternyata sudah memiliki anak dari pernikahan terdahulunya? Meski situasi tersebut tidak lagi langka di era modern seperti sekarang, kemungkinan besar Anda masih merasa kebingungan ketika menghadapinya. Lantas, apa saja sih, langkah yang perlu Anda tempuh ketika sejatinya Anda pun belum pernah memiliki anak?

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Mengenali Situasinya

PDF download Unduh PDF
  1. Sejak awal, pahami kebutuhan dan ekspektasi Anda di dalam hubungan. Pikirkan apakah Anda benar-benar ingin menjalani hubungan jangka panjang yang serius dengan pasangan, atau justru ingin sekadar menjalin hubungan yang kasual.
  2. Apa pun status pernikahan terdahulu pasangan, pahamilah bahwa kemungkinan besar, dia pasti akan mengalami kedukaan akibat kegagalan hubungan terdahulunya. [1] [2] Selain itu, pahamilah pula bahwa pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyembunyikan perasaannya daripada wanita. [3] Itulah mengapa, jangan berasumsi bahwa situasinya baik-baik saja hanya karena pasangan berkata demikian. Jika Anda tertarik untuk menjalani hubungan jangka panjang dengan pasangan, cobalah mengajaknya mendiskusikan “kehilangan” dan kegagalan yang terjadi. Manfaatkan percakapan tersebut untuk mengevaluasi caranya menyikapi kehilangan. [4]
  3. Hargai kenyataan bahwa anak pasangan harus menjadi prioritasnya! Dengan kata lain, bersedialah bersikap fleksibel saat menjadwalkan waktu kencan dengannya. [5] Hargai kenyataan bahwa pihak utama yang harus menerima curahan pendapatan pasangan adalah anaknya. [6]
    • Meski terasa menyebalkan, pandang situasi ini sebagai cara untuk menilai karakter pasangan. Apa pun status pernikahan terdahulu pasangan, cobalah menempatkan diri Anda di kaki mantan istrinya. Pikirkan apakah pasangan telah memperlakukan anaknya sebaik dia memperlakukan pasangannya, yaitu Anda. Jika dia terus-menerus memberikan waktu, uang, dan perhatian kepada Anda ketika pada saat yang bersamaan mengabaikan anaknya, waspadalah!
    • Ingat, situasi ini hanya bersifat sementara. Posisi Anda pasti akan lebih setara di dalam keluarga seiring meningkatnya keterlibatan Anda dalam kehidupan mereka.
  4. Jika merasa hubungan Anda dan pasangan akan terjalin permanen, bersiaplah pula untuk menerima anak pasangan dan mantan istrinya! [7] Meski mantan istri pasangan sudah meninggal atau jarang melibatkan diri dalam kehidupan Anda, pahamilah bahwa dia tetap akan memegang peranan yang besar dalam hidup pasangan dan anaknya. [8] [9]
    • Cari informasi mengenai riwayat keluarga pasangan. Pelajari berbagai informasi (seperti karakter, ketertarikan, kekuatan, kelemahan, dsb.) mengenai anak pasangan dan mantan istrinya sebelum Anda bertemu dengan mereka.
    • Gunakan jawaban tersebut untuk memahami karakter pasangan secara lebih mendalam. Misalnya, meski pasangan boleh mengkritik mantan istrinya, waspadalah jika dia meletakkan seluruh kesalahan di bahu mantan istrinya. Cobalah menilai cara pasangan menyikapi perceraiannya dengan objektif, dan amati kesediaan pasangan untuk mempertanggungjawabkan porsi kesalahannya.
    KIAT PAKAR

    "Ingat, Anda harus bisa bekerja sama dengan mantan istri pasangan. Oleh karena itu, jangan menyelami situasi ini dengan ekspektasi atau asumsi yang subjektif."

    Lauren Urban, LCSW

    Psikoterapis Berlisensi
    Lauren Urban adalah pakar psikoterapi di Brooklyn, New York, dengan lebih dari 13 tahun pengalaman terapi bersama anak-anak, keluarga, pasangan, dan individu. Dia meraih gelar Master dalam Kerja Sosial dari Hunter College pada 2006, dan bekerja dengan memberdayakan klien-kliennya untuk mengubah keadaan dan hidup mereka.
    Lauren Urban, LCSW
    Psikoterapis Berlisensi
  5. Pahamilah bahwa hubungan dengan seseorang yang sudah memiliki anak pasti akan terasa lebih bervariasi. Pahami pula kenyataan bahwa hubungan pasangan dengan mantan istrinya pasti akan berubah seiring berjalannya waktu, baik ke arah yang lebih baik maupun buruk. Hargai kenyataan bahwa pemikiran dan perasaan anak pasangan juga mungkin akan berubah seiring pertambahan usianya dan peningkatan peran Anda di dalam hidupnya. Bersiaplah pula untuk menghadapi stres dan tantangan yang lebih besar karena ini adalah pengalaman yang tergolong baru untuk Anda. [10]
    • Berpikirlah positif! Meski Anda harus menyikapi situasi yang akan dihadapi dengan realistis, jangan biarkan tantangan dan stres yang menyerang mencegah Anda untuk merajut masa depan dengan pasangan yang tepat. Ingat, seluruh tantangan tersebut pasti akan menjadi pengalaman yang berharga bagi Anda pun bagi pasangan.
  6. Jika Anda ingin menikahi pasangan dan/atau memiliki anak sendiri dengannya, terimalah kenyataan bahwa pasangan sudah pernah meraih kedua pencapaian tersebut. Oleh karena itu, cobalah memikirkan seberapa pentingnya berbagi “momen pertama” dengan pasangan bagi Anda. [11]
    • Pada saat yang bersamaan, pertimbangkan fakta bahwa bahwa Anda akan memiliki pasangan yang sudah memiliki pengalaman dalam hal-hal yang, sejauh ini, masih merupakan situasi yang hipotesis untuk Anda. Baik mengenai hubungan jangka panjang maupun pengalaman memiliki anak, keduanya sudah pernah dialami oleh pasangan. Alhasil, pasangan pun akan mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan, serta memiliki pengetahuan mengenai kapabilitasnya dalam situasi tersebut.
  7. Setelah memahami situasi yang akan Anda hadapi saat mengencani orang tua tunggal, cobalah kembali mengevaluasi kebutuhan Anda di dalam hubungan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, pikirkan apakah kebutuhan tersebut bisa terpenuhi dalam situasi tersebut. Setelah itu, barulah Anda bisa membuat keputusan untuk terus berkencan atau meninggalkan pasangan.
    • Jika Anda hanya ingin menjalin hubungan yang kasual dengan pasangan, jangan lupa mengatakannya. Jika pasangan pun tidak keberatan melakukannya, teruslah mengencaninya tanpa melibatkan diri sedikit pun dalam kehidupan anaknya.
    • Jika Anda ingin status hubungan tetap kasual tetapi pasangan menginginkan sebaliknya, atau jika Anda juga ingin menjalin hubungan yang serius dengan pasangan tetapi merasa belum siap dengan tantangan yang ada di depan mata, jelaskan kekhawatiran tersebut kepada pasangan. Tegaskan bahwa perasaan Anda kepadanya sangatlah kuat, tetapi situasi yang ada terasa terlalu rumit untuk Anda hadapi. Ingat, jangan pernah melibatkan diri dalam situasi yang tidak bisa Anda atasi, ya!
    • Jika Anda bersedia menjalin komitmen jangka panjang dan melibatkan diri dalam hidup anak, pahami terlebih dahulu situasi yang nantinya akan Anda selami. Caranya, cobalah menanyakan pengalaman orang-orang yang sedang atau pernah berada pada situasi serupa. Jika perlu, berkonsultasilah kepada tenaga ahli untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu Anda siapkan. Cari pula informasi sebanyak-banyaknya mengenai anak pasangan dan ibunya, baik dari sudut pandang pasangan maupun dari mulut orang lain yang mengenal mereka agar pemahaman Anda dapat lebih menyeluruh. Oleh karena setiap situasi pasti berbeda, kenali situasi yang nantinya akan Anda selami semaksimal mungkin sebelum membuat keputusan.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

Mengomunikasikan Situasinya Sejak Awal Berkencan

PDF download Unduh PDF
  1. Diskusikan kebutuhan pasangan. Cari tahu pula ekspektasi pasangan terhadap hubungan Anda berdua, pun terhadap hubungan Anda dengan anaknya di masa depan. [12]
  2. Hindari dorongan untuk menyenangkan pihak lain dengan mengambil tanggung jawab yang melebihi kenyamanan atau kemampuan Anda. Tegaskan peran Anda sebagai sumber daya untuk mendukung pasangan sebagai orang tua, bukan untuk menjadi orang tua baru dari sang anak. [13]
    • Merujuk kepada teori mengenai peran gender, seorang pria yang sudah bercerai kerap merasa tidak memiliki “sentuhan wanita” yang diperlukan dalam mengasuh anak. [14] Alhasil, pasangan mungkin akan meminta Anda untuk mengisi peran tersebut, dengan atau tanpa dia sadari. Jika situasinya demikian, tegaskan kepada pasangan bahwa kemampuan tersebut harus dia pelajari sendiri, karena Anda tidak akan menggantikan peran ibu kandungnya. [15]
  3. Seserius apa pun tingkat hubungan Anda dan pasangan, jangan pernah terburu-buru dalam melangkah ke tahap selanjutnya. Hargai fakta bahwa status Anda berdua sebagai pasangan pasti akan menimbulkan pergolakan dalam hidup anaknya. Oleh karena itu, jangan semakin membuatnya kesal dengan melangkah terlalu cepat ke dalam hidupnya.
  4. Selain secara rutin, komunikasi juga harus dilakukan dengan jujur demi kebaikan anak pasangan. Terimalah kenyataan bahwa hubungan Anda dan pasangan setelah ini mungkin akan diwarnai oleh stres dan perasaan yang negatif. Ekspresikan keraguan dan kekhawatiran yang Anda atau pasangan miliki. Ketahui pula posisi Anda dan pasangan saat ini di dalam hubungan, terutama sebelum mengambil keputusan yang lebih besar, yaitu melibatkan anak di dalamnya. [16]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

Menyikapi Mantan Istri Pasangan

PDF download Unduh PDF
  1. Pahami situasi hubungan mereka saat ini, dan cari tahu apakah perpisahan mereka dilakukan secara baik-baik, tidak baik-baik, atau di antara keduanya. [17]
    • Jika hubungan mereka saat ini kurang baik, bersiaplah menghadapi drama dan stres tambahan yang pasti akan mewarnai hubungan Anda dengan pasangan serta anaknya. [18]
    • Jika hubungan mereka saat ini cukup bersahabat, cobalah menegaskan identitas Anda sebagai pasangan baru mantan suaminya dengan sopan. Hargai kenyataan bahwa mereka pernah menjalin hubungan yang intim, tetapi jangan takut bersuara jika merasa salah satu pihak mulai melanggar batasan yang ada. [19]
  2. Ingat, dia adalah orang tua kandung dari anak pasangan. Artinya, dia akan selalu memiliki tempat di dalam kehidupan anak, begitu pula sebaliknya. Terimalah kenyataan bahwa, sampai pada titik tertentu, Anda mungkin mengemban tanggung jawab terhadap mantan istri pasangan sebagai sosok yang baru dalam kehidupan anaknya. [20]
    • Meski dia merupakan sosok orang tua yang kurang baik pun bertanggung jawab, selalu ingat bahwa statusnya sebagai ibu kandung tidak akan pernah berubah. Tidak perlu merasa wajib menghormatinya, tetapi tetaplah menghargai fakta bahwa dia tetap akan memegang peranan dalam kehidupan pasangan dan anaknya.
  3. Meski Anda benar-benar membenci mantan istri pasangan, tetaplah menunjukkan perilaku yang beradab di hadapannya. Tunjukkan kelayakan Anda untuk dihargai dengan menunjukkan penghargaan kepada orang lain terlebih dahulu, seperti dengan memastikan atmosfer di dalam hidup pasangan selalu positif, terutama di hadapan anaknya. [21]
    • Pahami pula bahwa anak pasti akan merasa lebih setia dan sayang kepada ibu kandungnya. [22] Perlakukan ibunya dengan baik agar dia dapat lebih menghargai Anda.
  4. Jika pasangan Anda berstatus cerai mati, terimalah kenyataan bahwa mendiang istrinya pasti tetap akan membayangi kehidupan pasangan dan anaknya. Izinkan mereka menceritakan mendiang dengan bebas untuk menghormati kenangan yang ditinggalkannya. Dengan melakukannya, Anda pun akan terbantu untuk mengevaluasi cara bersikap yang terbaik, lho . Meski kecemburuan sesekali akan muncul, jangan pernah meracuni hubungan tersebut dengan memaksa pasangan dan/atau anaknya untuk mengubur ingatan mengenai sosok yang pernah sangat mereka cintai. [23]
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

Melibatkan Diri dalam Kehidupan Anak

PDF download Unduh PDF
  1. Sebelum menemui anak pasangan, yakini keseriusan hubungan Anda dan pasangan terlebih dahulu. Jika salah satu pihak masih merasa ada pada fase hubungan yang kasual, tunda keinginan untuk menemui anak pasangan. Ingat, jangan pernah melibatkan diri dalam kehidupan anak jika Anda belum benar-benar siap menyeriusinya. [24]
  2. Jika Anda dan pasangan sudah siap untuk menemui si anak, berikan jeda sesaat sebelum benar-benar melakukannya. [25] Pada jeda tersebut, luangkan waktu untuk merefleksikan keinginan Anda. Jika keraguan mulai muncul, pikirkan apakah keraguan itu merupakan bentuk kegugupan atau sebuah sinyal nyata bahwa Anda memang belum siap melakukannya.
  3. Melangkahlah sedikit demi sedikit untuk memasuki kehidupannya. Pada perkenalan pertama, cukup sapa dia dan perkenalkan diri Anda sebagai salah satu teman ayahnya. [26]
    • Pilih lokasi pertemuan yang santai dan kasual. [27] Hindari lokasi formal yang secara terang-terangan menyuarakan identitas Anda sebagai “teman kencan” ayahnya.
    • Sesuaikan waktu dan tempat dengan aktivitas pasangan dan anaknya, alih-alih menentukan waktu yang paling cocok untuk Anda.
    • Datanglah sebentar ke tempat yang telah ditentukan, lalu pulanglah terlebih dahulu agar mereka tetap memiliki waktu untuk beraktivitas berdua. Dengan melakukannya, kedatangan Anda akan terkesan tidak disengaja. Alhasil, anak pun tidak akan mencurigai Anda sebagai sosok yang akan “mengambil” ayahnya.
  4. Tingkatkan waktu yang Anda habiskan bersama anak secara bertahap. Di awal perkenalan, muncullah beberapa kali dan jangan lupa menyapanya untuk menunjukkan keberadaan Anda dalam hidup ayahnya. Namun, batasi kemunculan Anda agar sebagian besar waktu yang dimiliki oleh pasangan tetap dihabiskan bersama anaknya. [28]
  5. Selagi menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, tetaplah berusaha memahami “ancaman” yang dirasakannya dari kehadiran Anda. Oleh karena itu, selalu utamakan hubungan anak dengan pasangan, dan jangan menampilkan diri sebagai sosok yang berkompetisi dengannya untuk meraih perhatian pasangan. [29]
  6. Setelah anak menyadari hubungan Anda dan pasangan, miliki asumsi bahwa peran Anda saat ini adalah sebagai pasangan baru orang tuanya. Tegaskan kepada anak bahwa Anda tidak akan menggantikan sosok orang tua aslinya. Alih-alih, setarakan diri Anda dengan peran Tante, Om, atau figur dewasa lain yang dia hargai dan bersedia menginvestasikan waktu untuk memastikan kesejahteraannya, seperti guru. [30]
  7. Biarkan anak menerima peran baru Anda dalam hidupnya secara bertahap. Pahamilah pula bahwa penerimaan yang mungkin diberikannya, tidak serta-merta membuatnya merasa terikat secara emosional dengan Anda. Terimalah kenyataan tersebut dan jangan memaksakan ikatan emosional yang terjalin di antara Anda berdua. [31] Untuk saat ini, berfokuslah untuk selalu ada di hidupnya, dan wujudkan diri sebagai sumber daya tambahan yang bisa dia pakai kapan pun menginginkannya.
  8. Sebaik dan sepatuh apa pun anak pasangan, jangan menafikan kenyataan bahwa pada satu titik, dia tetap akan berperilaku sebagaimana anak-anak seusianya. [32] Oleh karena itu, siapkan diri Anda untuk menghadapi kenakalan atau penolakan yang tak terduga. Ketika mengonfrontasi anak, bersiaplah mendengar pernyataan bahwa Anda bukanlah ibu kandungnya. Jangan takut membenarkan pernyataan tersebut, [33] tetapi tetaplah menegaskan diri sebagai figur yang lebih dewasa dan harus dia hargai pada saat yang bersamaan.
    • Mintalah dukungan dari ayahnya. Ingatkan pasangan bahwa peran untuk menjadi orang tua tetap berada di pundaknya. Jangan biarkan dia menempatkan Anda sebagai sosok utama yang harus mendisiplinkan anak, ketika seharusnya peran Anda sebatas mendukungnya sebagai orang tua yang sejati.
  9. Terimalah kenyataan bahwa kemungkinan besar, dia tetap akan lebih sayang dan setia kepada ibu kandungnya. [34] Seperti apa pun perasaannya, tetaplah berhati-hati saat membicarakan ibu kandungnya. Jangan sampai dia berhenti menghargai Anda karena Anda tidak bisa menghargai ibunya!
  10. Terimalah kenyataan bahwa peran Anda di dalam kehidupan anak pasangan adalah ujian yang berkelanjutan untuknya. Oleh karena itu, berikan dia waktu untuk menerima keberadaan Anda. Pahami pula bahwa dia mungkin akan merasa kurang nyaman dengan setiap pencapaian yang Anda dan pasangan raih dalam hubungan. Misalnya, meski sudah bersedia menerima peran Anda sebagai pasangan baru ayahnya, dia mungkin tetap akan terkejut dan merasa tidak nyaman ketika Anda dan pasangan memutuskan untuk tinggal bersama atau menikah. [35]
    Iklan

Tips

  • Bersikaplah realistis. Semakin cepat Anda mampu memahami realitas dan tantangan dalam mengencani sosok orang tua tunggal, semakin besar pula persentase kesuksesan hubungan Anda dengannya. [36]
Iklan

Peringatan

  • Sebagian besar hubungan pernikahan dengan pasangan yang sudah memiliki anak gagal akibat tantangan dan tekanan yang terus-menerus muncul. [37]
  • Sejatinya, ibu tiri dilaporkan lebih sering mengalami depresi daripada ibu kandung. [38]
Iklan
  1. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  2. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  3. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  4. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  5. https://www.psychologytoday.com/blog/raising-grieving-children/201007/remembering-fathers-are-also-widowed
  6. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  7. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  8. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  9. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  10. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  11. http://www.meetmindful.com/date-someone-with-children/#
  12. http://www.meetmindful.com/date-someone-with-children/#
  13. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  14. http://www.selfgrowth.com/articles/how-to-datemarry-a-widow-or-widower
  15. http://www.eharmony.com/blog/should-you-introduce-your-kids-to-someone-you-recently-started-dating/# .VyC12mOc-qA
  16. https://blackandmarriedwithkids.com/2013/07/the-single-life-6-things-every-woman-should-know-when-dating-a-man-with-children/
  17. http://www.eharmony.com/blog/should-you-introduce-your-kids-to-someone-you-recently-started-dating/# .VyC12mOc-qA
  18. https://blackandmarriedwithkids.com/2013/07/the-single-life-6-things-every-woman-should-know-when-dating-a-man-with-children/
  19. http://www.eharmony.com/blog/should-you-introduce-your-kids-to-someone-you-recently-started-dating/# .VyC12mOc-qA
  20. http://www.eharmony.com/blog/should-you-introduce-your-kids-to-someone-you-recently-started-dating/# .VyC12mOc-qA
  21. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  22. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  23. http://www.eharmony.com/blog/should-you-introduce-your-kids-to-someone-you-recently-started-dating/# .VyC12mOc-qA
  24. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  25. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  26. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  27. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  28. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html
  29. http://www.huffingtonpost.com/mary-t-kelly-ma/dating-a-guy-with-kids-6-things-you-must-find-out_b_6624868.html

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 3.142 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan