Unduh PDF
Unduh PDF
Skizofrenia adalah diagnosis klinis kompleks dengan sejarah yang sangat kontroversial. Anda tidak dapat menyimpulkan sendiri bahwa Anda menderita skizofrenia atau tidak. Anda harus berkonsultasi dengan ahlinya, seperti psikiater atau psikolog klinis. Hanya spesialis kesehatan mental profesional yang dapat membuat diagnosis skizofrenia secara akurat. Akan tetapi, jika ada kekhawatiran bahwa Anda menderita skizofrenia, silakan mempelajari beberapa kriteria yang dapat membantu Anda memahami seperti apa skizofrenia itu dan apakah Anda memiliki risikonya.
Langkah
-
Kenali gejala-gejala karakteristik skizofrenia (Kriteria A). Untuk mendiagnosis skizofrenia, spesialis kesehatan mental pertama-tama akan mencari gejala dalam lima “domain”, yaitu delusi, halusinasi, pikiran dan bicara kacau, perilaku motorik abnormal atau tidak wajar (termasuk katatonia), dan gejala-gejala negatif (gejala yang menunjukkan perubahan perilaku ke arah negatif). [1] X Teliti sumber [2] X Teliti sumber
- Untuk menyimpulkan skizofrenia, paling tidak Anda harus merasakan 2 (atau lebih) dari gejala-gejala tersebut. Tiap gejala semestinya dirasakan selama waktu yang signifikan dalam periode 1 bulan (atau kurang jika gejala telah dirawat). Paling tidak, salah satu dari minimal 2 gejala harus merupakan delusi, halusinasi, atau bicara kacau. [3] X Teliti sumber
-
Pikirkan apakah Anda mungkin mengalami delusi. Delusi adalah keyakinan tidak rasional yang sering timbul sebagai respons pada anggapan adanya ancaman yang sepenuhnya tidak berdasar atau tidak dikonfirmasi oleh orang lain. Delusi tetap dirasakan walaupun ada bukti bahwa itu tidak benar. [4] X Teliti sumber Miyazono, K. (2015). Delusions as harmful malfunctioning beliefs. Consciousness and Cognition, 33, 561–573.
- Ada perbedaan antara delusi dan rasa curiga. Banyak orang yang merasakan kecurigaan tidak rasional dari waktu ke waktu, seperti yakin bahwa rekan kerja mengincar untuk menjatuhkan mereka atau bahwa mereka selalu ditimpa kesialan. Perbedaannya terletak pada apakah keyakinan itu menyebabkan Anda cemas atau tidak bisa berfungsi.
- Misalnya, jika Anda sangat yakin bahwa pemerintah memata-matai Anda sehingga Anda tidak mau keluar rumah untuk bekerja atau sekolah, itu adalah tanda bahwa keyakinan Anda menyebabkan disfungsi dalam hidup. [5] X Teliti sumber Seeman, M. V. (2015). On Delusion Formation. Canadian Journal of Psychiatry, 60(2), 87–90.
- Delusi terkadang bersifat ajaib, seperti percaya bahwa Anda adalah seekor hewan atau makhluk supernatural. Jika Anda meyakini sesuatu yang berada di luar kewajaran, itu mungkin tanda delusi (tetapi tentu bukan satu-satunya kemungkinan).
-
Pertimbangkan apakah Anda mengalami halusinasi. Halusinasi adalah pengalaman sensoris yang tampak nyata, tetapi sebenarnya tercipta di pikiran Anda. [6] X Teliti sumber Teeple, R. C., Caplan, J. P., & Stern, T. A. (2009). Visual Hallucinations: Differential Diagnosis and Treatment. Primary Care Companion to The Journal of Clinical Psychiatry, 11(1), 26–32. Beberapa halusinasi yang umum berhubungan dengan audio (mendengar suara-suara), visual (melihat sesuatu), olfaktori (mencium bau-bauan), atau taktil (merasakan sesuatu, seperti ada yang merayap di kulit). Halusinasi dapat memengaruhi indra apa saja. [7] X Teliti sumber
- Misalnya, pikirkan apakah Anda sering mengalami sensasi seperti ada yang merayap di tubuh Anda. Apakah Anda mendengar suara-suara ketika tidak ada orang lain? Apakah Anda melihat sesuatu yang “seharusnya” tidak ada di sana, atau yang tidak dilihat orang lain?
-
Pertimbangkan keimanan dan norma budaya Anda. Memiliki keyakinan yang dianggap “aneh” oleh orang lain bukan penentu bahwa Anda mengalami delusi. Demikian pula, melihat hal-hal yang tidak dilihat orang lain tidak selalu berarti halusinasi berbahaya. Keyakinan hanya dapat dianggap “delusif” atau berbahaya menurut budaya lokal dan norma agama. Keyakinan dan visi biasanya hanya dianggap sebagai tanda psikosis atau skizofrenia jika menimbulkan halangan tidak diinginkan atau disfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
- Misalnya, keyakinan bahwa perbuatan jahat akan dihukum oleh “takdir” atau “karma” mungkin tampak seperti delusi bagi beberapa budaya, tetapi budaya lain tidak menganggapnya demikian. [8] X Teliti sumber Bhugra, D., & Kalra, G. (2010, July). Cross Cultural Psychiatry: Context and Issues. Journal of Pakistan Psychiatric Society, pp. 51–54.
- Apa yang dianggap halusinasi juga berkaitan dengan norma budaya. Misalnya, dalam beberapa budaya, anak kecil yang mengalami halusinasi audio atau visual dianggap wajar, seperti mendengar suara kerabat yang telah meninggal, tanpa dianggap psikotik dan tidak mengalami psikosis di kemudian hari. [9] X Teliti sumber [10] X Teliti sumber Liester, M. B. (1998). Toward a new definition of hallucination. American Journal of Orthopsychiatry, 68(2), 305–312. [11] X Teliti sumber Mertin, P., Niamh. (2013). High emotional arousal and failures in reality monitoring: Pathways to auditory hallucinations in non-psychotic children? Scandinavian Journal of Psychology, 54(2), 102–106.
- Penganut agama yang sangat taat juga mungkin bisa melihat atau mendengar sesuatu, seperti mendengar suara dewa atau melihat malaikat. Banyak kepercayaan atau agama yang menganggap pengalaman ini nyata dan produktif, bahkan dicari. Visi ini umumnya tidak mengakibatkan masalah, kecuali jika orang tersebut mengalami kesulitan atau membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. [12] X Teliti sumber Reed, P., & Clarke, N. (2014). Effect of religious context on the content of visual hallucinations in individuals high in religiosity. Psychiatry Research, 215, 594–598
-
Pertimbangkan apakah cara bicara dan pikiran Anda kacau. Tidak ada istilah teknis untuk gejala ini, kecuali cara berbicara dan berpikir yang kacau. Mungkin Anda sulit menjawab pertanyaan secara efektif atau lengkap. Jawaban Anda mungkin tidak berkaitan dengan pertanyaan, terpotong-potong, atau tidak lengkap. Dalam banyak kasus, bicara kacau disertai dengan ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk melakukan kontak mata atau menggunakan komunikasi nonverbal, seperti gerakan atau bahasa tubuh lain. [13] X Teliti sumber Bergman, H. F., Preisler, G., & Werbart, A. (2006). Communicating with patients with schizophrenia: characteristics of well functioning and poorly functioning communication. Qualitative Research in Psychology, 3(2), 121–146. Anda mungkin membutuhkan bantuan orang lain untuk mengetahui apakah Anda mengalami gejala ini.
- Dalam kasus-kasus yang paling parah, penderita kadang “meracau”, mengeluarkan rangkaian kata atau ide yang tidak berhubungan dan tidak masuk akal bagi pendengar. [14] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
- Seperti gejala-gejala lain dalam bagian ini, Anda juga harus mempertimbangkan cara bicara dan pikiran “kacau” ini dalam konteks sosial dan budaya. [15] X Teliti sumber Scull, A. (2014). Cultural Sociology of Mental Illness: An A-to-Z Guide. SAGE Publications Misalnya, beberapa agama percaya bahwa seseorang dapat berbicara dalam bahasa aneh atau tidak dapat dipahami ketika berhubungan dengan makhluk gaib. Selain itu, penyusunan cerita sangat berbeda di setiap budaya sehingga cerita yang dikisahkan oleh orang dari satu budaya mungkin tampak “aneh” atau “kacau” bagi orang luar yang tidak familier dengan norma budaya dan tradisi itu. [16] X Teliti sumber American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. American Psychiatric Association, p. 103.
- Bahasa Anda dianggap “kacau” hanya jika orang lain yang familier dengan norma agama dan budaya Anda tidak dapat memahami atau menafsirkannya (atau terjadi dalam situasi yang “seharusnya” memahami bahasa Anda).
-
Identifikasilah perilaku bercirikan katatonia atau tidak wajar. Perilaku katatonia atau tidak wajar terwujud dalam berbagai cara. Anda mungkin merasa tidak bisa berfokus sehingga sulit melakukan hal paling sederhana sekalipun, seperti mencuci tangan. Mungkin Anda merasa gelisah, tolol, atau bersemangat dengan cara yang tidak terduga. Perilaku motorik “abnormal” mungkin terwujud dalam perilaku tidak pantas, tidak fokus, berlebihan, atau tanpa tujuan. Misalnya, melambaikan tangan ketakutan atau memasang postur aneh. [17] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber [18] X Teliti sumber Strauss, G. P., Morra, L. F., Sullivan, S. K., & Gold, J. M. (2015). The role of low cognitive effort and negative symptoms in neuropsychological impairment in schizophrenia. Neuropsychology, 29(2), 282–291.
- Katatonia adalah tanda lain perilaku motorik abnormal. Dalam kasus-kasus skizofrenia berat, Anda bisa tetap diam dan membisu selama berhari-hari. Orang yang mengalami katatonia tidak akan merespons rangsangan dari luar, seperti percakapan atau bahkan gerakan fisik, seperti sentuhan atau colekan. [19] X Teliti sumber Sixt, B., van Aaken, C., Hennighausen, K., Fleischhaker, C., & Schulz, E. (2013). Severe catatonic schizophrenia in a 17-year-old adolescent female. In N. Boutros & N. (Ed) Boutros (Eds.), The international psychiatry and behavioral neurosciences yearbook - 2012, Vol 2. (pp. 55–63). Hauppauge, NY, US: Nova Biomedical Books.
-
Pikirkan apakah Anda mengalami disfungsi. Gejala negatif adalah gejala-gejala yang menunjukkan perubahan perilaku yang kurang dari “normal”. Misalnya, menurunnya tingkat emosional atau ekspresi bisa dianggap sebagai “gejala negatif”. Demikian juga hilangnya minat dalam hal-hal yang biasa dinikmati atau kurangnya motivasi untuk melakukannya. [20] X Teliti sumber
- Gejala negatif juga bisa bersifat kognitif, seperti sulit berkonsentrasi. Gejala kognitif ini biasanya lebih merugikan diri sendiri dan jelas terlihat oleh orang lain daripada ketidaktertarikan atau kesulitan berkonsentrasi yang biasanya tampak pada orang yang didiagnosis menderita Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). [21] X Teliti sumber Freedman, J. L. Z. (2012). Pseudo-ADHD in a Case of First-Episode Schizophrenia: Diagnostic and Treatment. Harvard Review of Psychiatry (Taylor & Francis Ltd), 20(6), 309–317.
- Tidak seperti GPP atau GPPH, kesulitan kognitif akan terjadi hampir dalam semua situasi yang Anda hadapi dan menyebabkan masalah signifikan untuk Anda dalam banyak aspek kehidupan.
Iklan
-
Pertimbangkan apakah kehidupan sosial dan okupasional Anda berfungsi (Kriteria B). Kriteria kedua untuk diagnosis skizofrenia adalah “disfungsi sosial/okupasional”. Disfungsi ini harus ada selama waktu yang signifikan sejak pertama Anda menunjukkan gejala. Banyak kondisi yang dapat menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sosial dan pekerjaan, jadi walaupun Anda mengalami kesulitan dalam satu atau beberapa area ini, belum tentu Anda menderita skizofrenia. Gangguan semestinya tampak dalam satu atau beberapa dari fungsi di bawah ini: [22] X Teliti sumber
- Pekerjaan/akademik
- Hubungan antarpersonal
- Perawatan diri
-
Pikirkan cara Anda menangani pekerjaan. Salah satu kriteria “disfungsi” adalah ketidakmampuan menunaikan pekerjaan. Jika Anda seorang pelajar, kemampuan untuk belajar di sekolah harus dipertimbangkan. Pikirkan beberapa hal berikut:
- Apakah secara psikologis Anda merasa mampu meninggalkan rumah untuk bekerja atau sekolah?
- Apakah Anda pernah merasa kesulitan berangkat tepat waktu atau hadir secara teratur?
- Apakah ada bagian tertentu dari pekerjaan yang sekarang takut Anda lakukan?
- Jika Anda seorang pelajar, apakah prestasi akademik Anda menurun?
-
Renungkan hubungan Anda dengan orang lain. Ini harus dipertimbangkan dengan mengingat apa yang normal bagi Anda. Jika Anda memang orang yang suka menyendiri, keengganan bersosialisasi belum tentu merupakan tanda disfungsi. Akan tetapi, jika Anda memperhatikan bahwa perilaku dan motivasi Anda berubah menjadi tidak “normal”, Anda mungkin harus membicarakannya dengan spesialis kesehatan mental profesional.
- Apakah Anda tetap menikmati hubungan yang sama seperti biasanya?
- Apalah Anda menikmati bersosialiasi seperti biasanya?
- Apakah sekarang Anda mengobrol dengan orang lain tidak sesering biasanya?
- Apakah Anda merasa takut atau sangat khawatir bila berinteraksi dengan orang lain?
- Apakah Anda merasa dizalimi orang lain, atau bahwa orang lain memiliki motif tersembunyi pada Anda?
-
Pikirkan bagaimana Anda merawat diri sendiri. “Perawatan diri” merujuk pada kemampuan Anda untuk memperhatikan diri sendiri, menjaga kesehatan dan tetap berfungsi. Ini harus dinilai dalam konteks “normal” bagi Anda. Sebagai contoh, jika biasanya Anda berolahraga 2–3 kali per minggu namun tidak berminat melakukannya lagi selama 3 bulan terakhir, ini mungkin tanda gangguan. Perilaku berikut ini juga merupakan tanda-tanda menurunnya kemampuan merawat diri: [23] X Teliti sumber
- Anda mulai atau semakin sering menggunakan zat-zat terlarang seperti alkohol atau narkoba
- Anda tidak tidur dengan nyenyak, atau siklus tidur Anda sangat bervariasi (misalnya 2 jam pada satu malam, 14 jam pada malam berikutnya, dsb.)
- Anda tidak “merasa” berenergi, atau Anda merasa “datar”
- Kebersihan tubuh Anda tidak memadai
- Anda tidak mengurus tempat tinggal
Iklan
-
Pertimbangkan sudah berapa lama gejala Anda muncul (Kriteria C). Untuk mendiagnosis skizofrenia, spesialis kesehatan mental profesional akan menanyakan sudah berapa lama Anda merasakan gangguan dan gejala. Pada orang yang menderita skizofrenia, gangguan tersebut harus sudah dirasakan selama sedikitnya 6 bulan. [24] X Teliti sumber
- Periode ini harus mencakup paling tidak 1 bulan gejala “fase aktif” dari Metode 1 (Kriteria A), walaupun 1 bulan tersebut boleh kurang jika gejala telah dirawat.
- Periode 6 bulan ini juga bisa mencakup periode gejala “prodromal” atau “endapan”. Selama periode ini, gejala yang Anda rasakan mungkin tidak terlalu ekstrem (melemah) atau Anda hanya mengalami “gejala negatif” seperti tidak banyak merasakan emosi atau tidak ingin melakukan apa-apa.
-
Pastikan tidak ada penyakit lain yang menyebabkan gejala (Kriteria D). Gangguan schizoaffective dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri psikotik dapat menyebabkan gejala yang sangat mirip dengan beberapa gejala skizofrenia. Penyakit lain atau trauma fisik, seperti strok dan tumor, juga dapat menyebabkan gejala psikotik. [25] X Teliti sumber Inilah mengapa Anda harus mencari bantuan dokter atau spesialis kesehatan mental. Anda tidak dapat mengenali perbedaan ini sendirian. [26] X Teliti sumber
- Dokter akan menanyakan apakah Anda pernah mengalami episode depresif mayor atau mania pada saat yang sama dengan gejala “fase aktif”.
- Selama periode minimal 2 minggu, episode depresif mayor melibatkan suasana hati tertekan atau kehilangan minat dan kesenangan dalam melakukan sesuatu yang biasa Anda sukai. Mungkin ada juga gejala biasa atau hampir konstan dalam kerangka waktu tersebut, seperti perubahan berat badan yang signifikan, gangguan dalam pola tidur, kelelahan, bersemangat atau lemas, merasa bersalah atau tidak berharga, sulit berkonsentrasi dan berpikir, atau terus memikirkan kematian. [27] X Teliti sumber Spesialis kesehatan mental akan membantu menentukan apakah Anda mengalami episode depresif mayor.
- Episode mania adalah periode waktu berbeda (biasanya minimal 1 minggu) ketika Anda mengalami suasana hati yang secara tidak normal meningkat, terganggu, atau meluap-luap. Anda juga akan menunjukkan sedikitnya tiga gejala lain, seperti berkurangnya kebutuhan untuk tidur, meningkatnya gagasan tentang diri sendiri, pikiran melayang-layang atau tidak beraturan, perhatian mudah teralihkan, meningkatnya keterlibatan dalam aktivitas yang mengarah ke tujuan, atau partisipasi berlebihan dalam aktivitas bersenang-senang, khususnya aktivitas yang berisiko tinggi atau mengundang konsekuensi negatif. [28] X Teliti sumber Spesialis kesehatan mental akan membantu menentukan apakah Anda mengalami episode depresif mania.
- Anda juga akan ditanyai tentang berapa lama episode suasana hati berlangsung dalam gejala “fase aktif”. Jika episode ini terbilang singkat jika dibandingkan dengan periode aktif dan endapan, mungkin itu merupakan tanda skizofrenia.
-
Pastikan tidak ada penggunaan zat-zat terlarang (Kriteria B). Penggunaan zat-zat terlarang, seperti narkoba atau alkohol, dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia. Ketika mendiagnosis Anda, dokter akan memastikan bahwa gangguan dan gejala yang Anda alami tidak disebabkan oleh “efek psikologis langsung” dari zat-zat seperti narkoba atau obat-obatan terlarang. [29] X Teliti sumber
- Obat resep yang legal pun dapat menimbulkan efek samping seperti halusinasi. Anda harus meminta diagnosis dari dokter atau spesialis terlatih supaya ia dapat membedakan antara efek samping zat tertentu dan gejala penyakit.
- Gangguan karena penggunaan zat-zat terlarang (umumnya disebut “penyalahgunaan zat-zat terlarang”) umumnya terjadi bersamaan dengan skizofrenia. Banyak orang yang menderita skizofrenia berusaha “mengobati” gejala mereka sendiri dengan obat-obatan, alkohol, dan narkoba. Spesialis kesehatan mental profesional akan membantu menentukan apakah Anda mengalami gangguan karena penggunaan zat-zat tersebut. [30] X Teliti sumber Gouzoulis-Mayfrank, E., & Walter, M. (2015). Schizophrenia and addiction. In G. Dom, F. Moggi, G. (Ed) Dom, & F. (Ed) Moggi (Eds.), Co-occurring addictive and psychiatric disorders: A practice-based handbook from a European perspective. (pp. 75–86). New York, NY, US: Springer-Verlag Publishing.
-
Pertimbangkan hubungannya dengan keterlambatan perkembangan umum atau gangguan spektrum autisme. Ini adalah elemen lain yang harus ditangani oleh dokter spesialis. Keterlambatan perkembangan umum atau gangguan spektrum autisme dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan skizofrenia. [31] X Teliti sumber
- Jika ada riwayat gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi lain yang mulai pada masa kanak-kanak, diagnosis skizofrenia hanya akan disimpulkan jika ada delusi atau halusinasi mencolok .
-
Pahami bahwa kriteria ini tidak “menjamin” bahwa Anda menderita skizofrenia. Kriteria skizofrenia dan banyak diagnosis psikiatri lain disebut polythetic . Artinya, ada banyak cara menafsirkan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkombinasi dan terlihat oleh orang lain. Mendiagnosis skizofrenia sangat sulit bahkan untuk profesional terlatih. [32] X Teliti sumber Olbert, C. M., Gala, G. J., & Tupler, L. A. (2014). Quantifying heterogeneity attributable to polythetic diagnostic criteria: Theoretical framework and empirical application. Journal of Abnormal Psychology, 123(2), 452–462.
- Ada juga kemungkinan, seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa gejala Anda adalah akibat dari trauma, penyakit, atau gangguan lain. Anda harus mencari dokter atau spesialis medis dan kesehatan mental profesional untuk mendiagnosis gangguan atau penyakit dengan benar.
- Norma budaya dan idiosinkrasi lokal dan personal dalam pikiran dan cara bicara dapat memengaruhi apakah perilaku Anda tampak “normal” bagi orang lain. [33] X Teliti sumber Rashed, M. A. (2013). Psychiatric Judgments Across Cultural Contexts: Relativist, Clinical-Ethnographic, and Universalist-Scientific Perspectives. Journal of Medicine & Philosophy, 38(2), 128–148.
Iklan
-
Mintalah bantuan kepada teman-teman dan keluarga. Sulit mengidentifikasi beberapa kondisi seperti delusi pada diri sendiri. Mintalah bantuan keluarga dan teman untuk mengetahui apakah Anda menunjukkan gejala-gejala ini.
-
Buatlah jurnal. Tulislah saat Anda merasa mengalami halusinasi atau gejala lain. Catat apa yang terjadi tepat sebelum atau selama episode tersebut. Ini akan membantu Anda mengetahui apakah semua itu umum terjadi. Ini juga akan membantu Anda ketika berkonsultasi dengan spesialis.
-
Perhatikan perilaku tidak biasa. Skizofrenia, khususnya pada remaja, muncul perlahan selama periode 6–9 bulan. Jika Anda merasa berperilaku lain dan tidak tahu alasannya, bicarakan dengan spesialis kesehatan mental. Jangan hanya “mengenyahkan” perilaku tersebut dari pikiran, khususnya jika perilaku itu sangat tidak biasa untuk Anda atau mengakibatkan kesulitan atau disfungsi. Perubahan ini adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah. Sesuatu itu mungkin bukan skizofrenia, tetapi penting untuk dipertimbangkan.
-
Jalani tes. Tes di internet tidak dapat menentukan apakah Anda menderita skizofrenia. Hanya spesialis yang dapat membuat diagnosis akurat setelah melakukan tes, pemeriksaan, dan wawancara dengan Anda. Akan tetapi, kuis pemeriksaan tepercaya dapat membantu Anda mengenali gejala yang dialami dan apakah gejala tersebut merujuk pada skizofrenia. Saat ini di Indonesia tidak ada situs web untuk mengetahui kemungkinan skizofrenia, tetapi Anda dapat mencoba situs web dari: [34] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
-
Berkonsultasilah dengan profesional. Jika Anda mengkhawatirkan kemungkinan menderita skizofrenia, bicaralah dengan dokter atau terapis. Walaupun biasanya tidak memiliki sumber daya untuk mendiagnosis skizofrenia, dokter umum atau terapis dapat membantu Anda untuk lebih memahami tentang skizofrenia dan apakah Anda harus mengunjungi psikiater atau tidak. [37] X Teliti sumber
- Dokter juga dapat membantu Anda memastikan bahwa tidak ada penyebab gejala lain, seperti cedera atau penyakit.
Iklan
-
Pahami bahwa penyebab skizofrenia masih terus diteliti. Walaupun peneliti telah mengidentifikasi beberapa korelasi antara faktor-faktor tertentu dan perkembangan atau pemicu skizofrenia, penyebab pastinya masih belum diketahui. [38] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
- Diskusikan riwayat keluarga dan latar belakang medis Anda kepada dokter atau spesialis kesehatan mental.
-
Pertimbangkan apakah Anda memiliki kerabat yang menderita skizofrenia atau gangguan sejenis. Sedikitnya, skizofrenia bersifat separuh genetik. Risiko Anda mungkin sekitar 10% lebih tinggi jika ada sedikitnya satu anggota keluarga “tingkat pertama” (misalnya orang tua, saudara kandung) yang menderita skizofrenia. [39] X Teliti sumber [40] X Sumber Tepercaya PubMed Central Kunjungi sumber
- Jika Anda kembar identik dengan penderita skizofrenia, atau jika kedua orang tua Anda pernah didiagnosis skizofrenia, risiko Anda lebih tinggi, sekitar 40–65%.
- Akan tetapi, sekitar 60% orang yang didiagnosis skizofrenia tidak memiliki kerabat dekat yang menderita skizofrenia.
- Jika anggota keluarga lain—atau Anda—memiliki gangguan lain yang mirip dengan skizofrenia, seperti gangguan delusif, mungkin risiko Anda lebih tinggi. [41] X Teliti sumber
-
Pastikan apakah Anda pernah terekspos pada hal-hal tertentu sewaktu dalam kandungan. Bayi yang terekspos dengan virus, toksin, atau malnutrisi saat masih dalam kandungan mungkin memiliki kecenderungan lebih untuk menderita skizofrenia. Ini khususnya berlaku jika ekspos tersebut terjadi dalam trimester pertama dan kedua. [42] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber
- Bayi yang mengalami kekurangan oksigen saat dilahirkan juga memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita skizofrenia. [43] X Teliti sumber
- Bayi yang lahir dalam masa kelaparan dua kali lebih besar kemungkinannya menderita skizofrenia. Ini terjadi karena ibu yang kurang gizi tidak bisa mendapatkan cukup nutrisi saat hamil. [44] X Teliti sumber
-
Pikirkan usia ayah Anda. Beberapa studi menunjukkan korelasi antara usia ayah dan risiko skizofrenia pada anak. Ada satu studi yang menunjukkan bahwa anak yang ayahnya berusia 50 tahun atau lebih saat dia lahir tiga kali lebih mungkin menderita skizofrenia daripada anak yang ayahnya berusia 25 tahun atau kurang saat ia lahir. [45] X Teliti sumber
- Diperkirakan ini terjadi karena semakin tua usia ayah, semakin besar kemungkinan spermanya mengembangkan mutasi genetik. [46] X Teliti sumber
Iklan
Tips
- Tulis semua gejala Anda. Tanyakan pada teman dan keluarga apakah mereka melihat perubahan dalam perilaku Anda.
- Sampaikan gejala Anda kepada dokter dengan jujur sepenuhnya. Anda harus menceritakan semua gejala dan pengalaman Anda. Dokter atau spesialis kesehatan mental tidak akan menghakimi, tetapi membantu Anda.
- Ingatlah bahwa ada banyak faktor sosial dan budaya yang berkontribusi pada cara orang memandang dan mengidentifikasi skizofrenia. Sebelum bertemu dengan psikiater, sebaiknya Anda melakukan sedikit riset tentang diagnosis psikiatri dan perawatan skizofrenia.
Iklan
Peringatan
- Jangan mengobati gejala Anda sendiri dengan obat, alkohol, atau narkoba. Ini akan memperparah kondisi dan berpotensi membahayakan atau membunuh Anda.
- Artikel ini hanyalah informasi medis, bukan diagnosis atau perawatan. Anda tidak dapat mendiagnosis skizofrenia sendiri. Skizofrenia adalah masalah medis dan psikologis serius dan harus didiagnosis serta dirawat oleh spesialis profesional
- Seperti penyakit lain, semakin cepat Anda mendapatkan diagnosis dan perawatan, semakin besar kemungkinan untuk mengatasinya dan menjalani kehidupan yang baik.
- Tidak ada “obat” yang cocok untuk semua orang. Waspadalah pada perawatan atau orang yang berusaha memberi tahu bahwa mereka dapat “menyembuhkan” Anda, terutama jika mereka berjanji prosesnya akan cepat dan mudah. [47] X Teliti sumber Luhrmann, T. M. (2012). Beyond the brain: in the 1990s, scientists declared that schizophrenia and other psychiatric illnesses were pure brain disorders that would eventually yield to drugs. now they are recognizing that social factors are among the causes, and must be part of the cure. The Wilson Quarterly, (3).
Iklan
Referensi
- ↑ http://dsm.psychiatryonline.org/doi/full/10.1176/appi.books.9780890425596.dsm02
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in therel DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ Miyazono, K. (2015). Delusions as harmful malfunctioning beliefs. Consciousness and Cognition, 33, 561–573.
- ↑ Seeman, M. V. (2015). On Delusion Formation. Canadian Journal of Psychiatry, 60(2), 87–90.
- ↑ Teeple, R. C., Caplan, J. P., & Stern, T. A. (2009). Visual Hallucinations: Differential Diagnosis and Treatment. Primary Care Companion to The Journal of Clinical Psychiatry, 11(1), 26–32.
- ↑ http://www.healthline.com/symptom/hallucinations
- ↑ Bhugra, D., & Kalra, G. (2010, July). Cross Cultural Psychiatry: Context and Issues. Journal of Pakistan Psychiatric Society, pp. 51–54.
- ↑ http://www.currentpsychiatry.com/home/article/hallucinations-in-children-diagnostic-and-treatment-strategies/f73eb1888adb367a84ba634abf0ce0a5.html
- ↑ Liester, M. B. (1998). Toward a new definition of hallucination. American Journal of Orthopsychiatry, 68(2), 305–312.
- ↑ Mertin, P., Niamh. (2013). High emotional arousal and failures in reality monitoring: Pathways to auditory hallucinations in non-psychotic children? Scandinavian Journal of Psychology, 54(2), 102–106.
- ↑ Reed, P., & Clarke, N. (2014). Effect of religious context on the content of visual hallucinations in individuals high in religiosity. Psychiatry Research, 215, 594–598
- ↑ Bergman, H. F., Preisler, G., & Werbart, A. (2006). Communicating with patients with schizophrenia: characteristics of well functioning and poorly functioning communication. Qualitative Research in Psychology, 3(2), 121–146.
- ↑ http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/symptoms/con-20021077
- ↑ Scull, A. (2014). Cultural Sociology of Mental Illness: An A-to-Z Guide. SAGE Publications
- ↑ American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. American Psychiatric Association, p. 103.
- ↑ http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/symptoms/con-20021077
- ↑ Strauss, G. P., Morra, L. F., Sullivan, S. K., & Gold, J. M. (2015). The role of low cognitive effort and negative symptoms in neuropsychological impairment in schizophrenia. Neuropsychology, 29(2), 282–291.
- ↑ Sixt, B., van Aaken, C., Hennighausen, K., Fleischhaker, C., & Schulz, E. (2013). Severe catatonic schizophrenia in a 17-year-old adolescent female. In N. Boutros & N. (Ed) Boutros (Eds.), The international psychiatry and behavioral neurosciences yearbook - 2012, Vol 2. (pp. 55–63). Hauppauge, NY, US: Nova Biomedical Books.
- ↑ http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview
- ↑ Freedman, J. L. Z. (2012). Pseudo-ADHD in a Case of First-Episode Schizophrenia: Diagnostic and Treatment. Harvard Review of Psychiatry (Taylor & Francis Ltd), 20(6), 309–317.
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ http://teenmentalhealth.org/learn/mental-disorders/schizophrenia/
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ http://www.health.am/psy/more/misdiagnosis-or-other-disorders-that-may-look-like-schizophrenia/
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ http://www2.nami.org/Content/NavigationMenu/Intranet/Homefront/Criteria_Major_D_Episode.pdf
- ↑ http://psychcentral.com/lib/what-is-a-manic-episode/000629
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ Gouzoulis-Mayfrank, E., & Walter, M. (2015). Schizophrenia and addiction. In G. Dom, F. Moggi, G. (Ed) Dom, & F. (Ed) Moggi (Eds.), Co-occurring addictive and psychiatric disorders: A practice-based handbook from a European perspective. (pp. 75–86). New York, NY, US: Springer-Verlag Publishing.
- ↑ Tandon, R., Gaebel, W., Barch, D. M., Bustillo, J., Gur, R. E., Heckers, S., … Carpenter, W. (2013). Definition and description of schizophrenia in the DSM-5. Schizophrenia Research, 150(1), 3–10 http://ccpweb.wustl.edu/pdfs/2013_defdes.pdf
- ↑ Olbert, C. M., Gala, G. J., & Tupler, L. A. (2014). Quantifying heterogeneity attributable to polythetic diagnostic criteria: Theoretical framework and empirical application. Journal of Abnormal Psychology, 123(2), 452–462.
- ↑ Rashed, M. A. (2013). Psychiatric Judgments Across Cultural Contexts: Relativist, Clinical-Ethnographic, and Universalist-Scientific Perspectives. Journal of Medicine & Philosophy, 38(2), 128–148.
- ↑ http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/tests-diagnosis/con-20021077
- ↑ http://counsellingresource.com/lib/quizzes/misc-tests/schizophrenia-test/
- ↑ http://psychcentral.com/quizzes/schizophrenia.htm
- ↑ http://teenmentalhealth.org/learn/mental-disorders/schizophrenia/
- ↑ http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/risk-factors/con-20021077
- ↑ http://umm.edu/health/medical/reports/articles/schizophrenia
- ↑ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10719141
- ↑ http://www.webmd.com/schizophrenia/tc/schizophrenia-what-increases-your-risk
- ↑ http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/basics/risk-factors/con-20021077
- ↑ http://umm.edu/health/medical/reports/articles/schizophrenia
- ↑ http://www.nytimes.com/health/guides/disease/schizophrenia/risk-factors.html
- ↑ http://www.nytimes.com/health/guides/disease/schizophrenia/risk-factors.html
- ↑ http://umm.edu/health/medical/reports/articles/schizophrenia
- ↑ Luhrmann, T. M. (2012). Beyond the brain: in the 1990s, scientists declared that schizophrenia and other psychiatric illnesses were pure brain disorders that would eventually yield to drugs. now they are recognizing that social factors are among the causes, and must be part of the cure. The Wilson Quarterly, (3).
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 19.396 kali.
Iklan