Unduh PDF Unduh PDF

Ibid adalah akronim kata Latin ibidem yang berarti “di tempat yang sama”. Secara praktis, sitasi yang ada dalam referensi, catatan akhir, atau catatan kaki berasal dari sumber yang sama dengan sitasi yang digunakan persis sebelumnya. Dengan menggunakan terminologi sederhana ini, pembaca akan lebih mudah memahami sumber apa yang disitasi berulang kali dalam artikel akademis atau esai Anda. Penggunaannya sebenarnya relatif mudah, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengutip halaman yang sama atau berbeda dari karya yang sama. [1]

Metode 1
Metode 1 dari 2:

Menggunakan Ibid untuk Sitasi Berulang Berurutan

Unduh PDF
  1. jika sumber yang persis sama dikutip secara berurutan. Tiap kali satu sumber yang sama dikutip berulang secara berurutan di dalam satu atau dua sitasi, Anda dapat mengganti sitasi kedua dengan “Ibid.” [2]
    • Contoh, “Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1991), 8.” dan sitasi tepat setelahnya identik. Anda dapat mengganti sitasi kedua buku Koentjaraningrat dengan kata “Ibid.”
  2. jika hanya nomor halaman yang berubah. Perhatikan ketika hanya nomor halaman yang berubah di antara sitasi identik yang berulang secara berurutan, ganti sitasi kedua dan seterusnya menggunakan “Ibid., [nomor halaman].” [3]
    • Contoh, “Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia (Jakarta: Hasta Mitra, 1980), 9.” Jika sitasi setelahnya mengutip halaman 10 dari buku yang sama, Anda dapat mengubah sitasi kedua menjadi “Ibid., 10.”
  3. jika satu sumber yang sama terus berulang. Tulis “Ibid.” jika sumber kutipan yang mengikuti sitasi “Ibid.” atau “Ibid., [nomor halaman].” menggunakan halaman yang sama dari karya yang sama.
    • Contoh, “Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1991), 8.” Terdapat tiga sitasi yang menggunakan halaman 8 karya tersebut. Seluruh sitasi setelah yang pertama dapat diubah menjadi “Ibid.”
    • Sama dengan sebelumnya, jika setelah “Ibid, 10.” sitasi buku Pramoedya, ada sitasi lain yang menggunakan halaman 10 tersebut, Anda dapat menggantinya dengan “Ibid.”
  4. Contohnya, jika catatan kaki nomor 21 dan 22 keduanya mengutip buku Pramoedya dan Sugiyono, Anda tidak boleh menulis "Ibid." untuk mengutip keduanya dalam catatan kaki selanjutnya. "Ibid." (dengan atau tanpa nomor halaman) hanya dapat digunakan untuk mengutip satu karya.
    • Namun, jika catatan kaki 21 mengutip Koentjaraningrat dan Pramoedya (dengan urutan persis seperti ini) dan catatan kaki 22 mengutip Pramoedya dan Koentjaraningrat (tepat dengan urutan seperti ini), Anda dapat memulai nomor 22 dengan "Ibid.;" karena buku Pramoedya disitasi secara berurutan.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 2:

Memasukkan Ibid ke Dalam Daftar Pustaka

Unduh PDF
  1. Gunakan gaya sitasi yang diberikan dosen untuk memformat daftar pustaka esai Anda. Daftar pustaka ini biasanya halaman terpisah di bagian belakang esai. Daftar ini memuat seluruh sumber informasi yang Anda kutip atau bahan relevan lain yang Anda gunakan dalam karya Anda. [4]
    • Tergantung pada panduan gaya yang Anda gunakan, sitasi utama untuk buku di daftar pustaka mungkin tampak, seperti ini: “Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1991), 8.”
    • Contoh-contoh gaya sitasi yang umum digunakan, antara lain Chicago, Turabian, dan AMA.
    • Untuk saat ini, samakan perlakuan untuk tiap sitasi. Berkonsentrasilah membuat sitasi yang tepat untuk setiap karya yang Anda kutip.
  2. Baca daftar dan perhatikan sumber informasi apa yang terus-menerus digunakan. Gunakan penanda warna untuk menandai kapan sitasi kali pertama muncul dalam daftar Anda. [5]
    • Jika sumber informasi hanya muncul dalam daftar Anda satu kali, tidak perlu memikirkan penggunaan ibid karena tidak ada kutipan yang berulang secara berurutan.
  3. atau “Ibid., [nomor halaman].” untuk sitasi utama yang berulang secara berurutan. Lihat sitasi tepat setelah sitasi utama Anda. Jika sama, atau satu karya yang sama, tetapi berbeda halaman, gunakan versi ibid yang tepat untuk sitasi tersebut.
    • Jadi, jika Anda mengutip “Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1991), 8.” dan sitasi tepat setelahnya sama, Anda dapat mengubah sitasi kedua buku Koentjaraningrat menjadi “Ibid.”
    • Jika sitasi buku Koentjaraningrat tepat setelahnya mengutip halaman 9, bukan 8, ubah sitasi kedua menjadi "Ibid., 9.”
  4. Perhatikan ketika satu sumber informasi dikutip berulang kali, tetapi tidak tepat berurutan. Dalam kasus ini, buat sitasi sekunder untuk kutipan kedua dan setelahnya. Tergantung gaya sitasi yang Anda pilih, Anda mungkin harus menulis sitasi menggunakan komponen-komponen, seperti nama penulis, koma, nomor halaman, dan titik. [6]
    • Misal, satu sitasi yang berbeda muncul di antara sitasi pertama dan kedua buku Koentjaraningrat halaman 8. Sitasi kedua akan ditulis menjadi, “Koentjaraningrat, 8.”
    • Jika sitasi kedua buku Koentjaraningrat mengutip halaman 9, bukan 8, sitasi seharusnya, “Koentjaraningrat, 9.”
    • Gunakan proses yang sama untuk membuat sitasi sekunder walaupun ada satu atau lebih sitasi yang berbeda di antara dua sitasi yang identik.
  5. saat sitasi sekunder berulang secara berurutan. Baca daftar sitasi untuk melihat apakah sitasi sekunder berulang secara berurutan. Ubah sitasi sekunder yang berulang menjadi “Ibid.” agar jelas. Jadi, contoh, daftar Anda mungkin tampak seperti di bawah ini:
    • [Sitasi utama buku Pramoedya]
    • Ibid. [untuk sitasi utama buku Pramoedya]
    • [Sitasi utama buku Koentjaraningrat]
    • [Sitasi sekunder buku Pramoedya]
    • Ibid. [untuk sitasi sekunder buku Pramoedya]
    • Ibid., 23. [untuk sitasi sekunder buku Pramoedya dengan halaman yang berbeda]
    Iklan

Peringatan

  • Jangan menggunakan ibid sama sekali apabila sitasi utama mengutip beberapa sumber sekaligus. [7]
  • Ibid dapat digunakan untuk mengutip situs web dan artikel daring.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 35.485 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan