Unduh PDF Unduh PDF

Semua orang tua ingin anaknya bersikap disiplin dan baik. Akan tetapi, terkadang orang tua kesulitan menahan diri atau justru kehilangan kendali atas anaknya. Hal ini terjadi ketika pola asuh yang ditunjukkan orang tua melewati batas dan menjadi kekerasan emosional. Akan tetapi, apa yang dimaksud dengan kekerasan emosional? Kekerasan emosional (dikenal juga sebagai kekerasan psikologis) merupakan kekerasan emosional atau mental, atau pengabaian yang dilakukan terhadap anak. Kekerasan ini merupakan masalah yang cukup serius dan berlanjut, serta dapat memicu isolasi, depresi, kesepian, perilaku melukai diri sendiri, dan (dalam beberapa situasi yang ekstrem) bunuh diri jika kekerasan seperti ini tetap dibiarkan. Artikel ini akan membantumu menghadapi kekerasan emosional.

Langkah

Unduh PDF
  1. Orang tua mungkin melakukan kekerasan emosional karena pernah mengalami kekerasan (secara emosional) dan pengabaian (biasanya di masa kanak-kanak karena kekerasan di masa tersebut memiliki dampak terbesar pada pola pikir atau pandangan seseorang mengenai pola asuh). Kekerasan juga dapat dilakukan ketika orang tua merasa jengkel, marah atau kesal dan, walhasil, melampiaskan emosinya kepada anak-anaknya. Orang tua mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kekerasan karena sebelumnya mereka dibesarkan atau diasuh dengan cara yang sama atau mereka enggan menyadari kekerasan yang dilakukan sebagai orang tua. Akan tetapi, apa pun penyebabnya, tidak ada seorang pun yang berhak melukaimu , baik secara fisik maupun emosional. Kekerasan emosional sama bahayanya dengan kekerasan lain, dan kamu berhak mencari dan mendapatkan bantuan . Ingatlah bahwa kamu tidak bertanggung jawab atas kekerasan yang dialami. Lagi pula, kekerasan yang terjadi merupakan keputusan yang dilakukan oleh pelaku (dalam hal ini, orang tua).
  2. Dengan begini, kamu bisa menjelaskannya kepada orang lain (atau setidaknya memahami sendiri kekerasan yang dialami), serta mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi yang ada. Kekerasan emosional tidak selalu ditunjukkan dalah satu bentuk saja; ada banyak jenis kekerasan emosional yang bisa terjadi, tergantung pada pelaku dan situasi yang ada. Jenis-jenis umum kekerasan emosional yang bisa terjadi, di antaranya, adalah:
  3. Apakah hanya orang tuamu saja yang melakukan kekerasan? Jika orang tuamu telah bercerai , salah satu pihak (dalam hal ini, orang tua) mungkin tidak menyadari kekerasan yang dilakukan oleh pihak lain. Terkadang, salah satu pihak memberikan kekerasan emosional, sementara pihak lainnya memberikan kekerasan fisik. Atau, sebagai alternatif, kedua pihak melakukan kekerasan emosional, tetapi salah satu pihak lebih sering melakukannya. Perilaku yang ditunjukkan salah satu pihak dapat dipengaruhi oleh perilaku pihak lain. Bisa saja, salah satu pihak melakukan kekerasan karena pihak lain pun melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, kenali siapa pelaku utama kekerasan dan bentuk atau cara kekerasan yang kamu terima. Ini membantumu ketika kamu perlu memberi tahu orang lain mengenai kekerasan yang menimpamu, atau ketika kamu ingin memperbaiki situasi.
  4. Ketahuilah bahwa kekerasan dapat terjadi secara selektif; orang tua bisa memperlakukan salah satu anak dengan lebih buruk daripada anak yang lain sehingga memicu rasa dongkol, persaingan, dan rasa iri di antara saudara. Kekerasan seperti ini merupakan permainan kekuasaan yang dimaksudkan untuk mengendalikan kedua anak. Anak yang “diakui” atau banyak mendapatkan pujian terus-menerus berusaha agar ia tetap diakui oleh orang tuanya, meskipun di sisi lain ia merasa bersalah atas pengabaian atau ketidakadilan yang dialami oleh saudaranya. Di sisi lain, anak yang menjadi “korban” terus-menerus berusaha untuk “mendapatkan” pengakuan atau penerimaan, tetapi selalu gagal. Meskipun demikian, ia merasa senang karena saudaranya mendapatkan pujian atau pandangan positif dari orang tuanya. Kedua saudara tersebut memendam rahasia: anak yang “dipuji” diam-diam bersyukur karena tidak menjadi “korban” dan merasa bangga atas pujian-pujian yang ia dapatkan, sementara anak yang menjadi “korban” diam-diam merasa dongkol dan iri. Keduanya saling menyayangi dan bergantung kepada satu sama lain, tetapi tersiksa oleh perasaan negatif mengenai satu sama lain dan orang tuanya. Situasi seperti ini membangun dinamika keluarga yang begitu kompleks dan sangat sulit untuk diperbaiki.
  5. Meskipun pelaku mencoba memengaruhimu untuk secara pribadi bertanggung jawab atas perasaan-perasaan yang dirasakan (mis. dengan mengatakan “Kamu sering membuat kami sedih!”) dan cara mereka memperlakukanmu (mis. “Jika kamu bersikap lebih baik, kami tidak perlu sering menghukummu”), pada akhirnya orang tualah yang “memilih” untuk melakukan kekerasan. Jika orang tuamu mengalami masalah kesehatan mental atau kondisi emosional tertentu, seperti gangguan mental atau banyaknya perasaan negatif mengenai masa lalu, ingatlah bahwa hal-hal tersebut bukanlah kesalahanmu, dan kekerasan yang kamu alami tidak bisa diterima.
  6. Melawan balik tidak selalu menjadi pilihan terbaik. Jika orang tua ingin mengendalikan, mendominasi dan melukai anaknya, mereka akan semakin marah jika anaknya berteriak atau membalas sikap mereka dengan makian. Akan tetapi, jika orang tua tampak sadar atau merasa bersalah dengan kekerasan yang mereka lakukan, cobalah bicara dengan mereka mengenai dampak negatif dan luka batin yang kamu rasakan agar mereka bisa kembali menghadapi realita. Orang tua yang lebih agresif dan senang mengatur sebaiknya tidak dilawan. Sebaliknya, cobalah untuk tidak menanggapi mereka sama sekali, dan tunggulah hingga kekerasan telah berlalu sebelum mengambil langkah apa pun. Setelah kamu menemukan cara terbaik untuk menanggapi kekerasan yang terjadi secara langsung (mis. menerima dan menahan kekerasan tanpa mengeluh, meminta maaf, menerima tanggung jawab dan menanyakan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan), kamu bisa lebih mengendalikan situasi dan memiliki waktu untuk menjalankan rencana.
  7. Jika salah satu orang tuamu lebih sering melakukan kekerasan, atau hanya salah satu pihak saja yang melakukan kekerasan padamu, ada baiknya kamu memberi tahu orang tua yang lain mengenai kekerasan yang kamu alami. Jika salah satu orang tua tidak menyadari kekerasan yang ia lakukan, dapatkan bantuan dari orang tua yang lain dengan memberitahunya tentang situasi yang ada agar kekerasan bisa dihentikan. Jika salah satu orang tua tidak banyak melakukan kekerasan namun tampak terpaksa untuk melakukannya, atau sering merasa bersalah setelah melakukan kekerasan, berbicara dengannya dapat memperluas pandangannya terhadap situasi yang ada dan menciptakan situasi lebih baik untuk kamu berdua. Akan tetapi, jika kamu banyak mendapatkan kekerasan dari kedua orang tua dan merasa bahwa berbicara kepada mereka bukanlah langkah yang aman atau berguna, tidak perlu berbicara kepada mereka mengenai kekerasan yang kamu alami. Carilah orang lain (mis. konselor sekolah yang bisa dipercaya, orang tua teman, bibi atau paman) untuk membicarakan situasimu.
  8. Carilah seseorang untuk diajak berbicara . Ada orang-orang di sekitarmu yang bisa membantumu. Meskipun teman-temanmu tidak dapat mengubah situasi yang kamu hadapi, setidaknya mereka ada untukmu dan bisa memberimu dukungan untuk menghadapi situasi. Bicaralah pada sahabat dekat yang sudah kamu percayai. Atau, kamu juga bisa memberi tahu anggota keluarga lain karena ia mungkin bisa membantu mengubah situasi atau (setidaknya) memberimu dukungan untuk menghadapi situasi yang ada. Jika tidak, cobalah berbicara kepada guru yang dapat dipercaya, konselor sekolah atau pemimpin agama. Jika kamu merasa tidak mampu berbicara empat mata dengan seseorang, ada banyak nomor telepon bantuan anonim yang bisa kamu cari tahu dari internet atau buku telepon, atau dari sekolah. Jangan biarkan dirimu percaya bahwa tidak ada seorang pun yang peduli kepadamu karena hal itu tidaklah benar. Ada orang-orang yang belajar dan berlatih untuk membantu orang-orang yang mengalami situasi sepertimu, seperti guru dan konselor. Teman-temanmu juga ada untukmu. Selain itu anggota-anggota keluarga lain yang pernah menjadi korban kekerasan pun bisa memahami situasimu.
  9. Penting bagimu untuk mengetahui hal-hal yang membantumu mengungkapkan emosi , melepaskan kemarahan , rasa dongkol dan kesedihan, atau menjauhkan pikiran dari luka batin. Membendung dan membiarkan emosi hanya akan memperburuk keadaan. Mungkin ada sesuatu yang bisa membuatmu merasa lebih tenang, atau membantumu mengeluarkan semua perasaan negatif seperti menulis diari, atau menulis cerita, puisi , atau lagu . Kamu juga bisa menggambar untuk membuat tafsiran situasi yang dihadapi secara visual, memainkan alat musik, atau bahkan bernyanyi . Selain itu, mendengarkan musik dan berbicara kepada seseorang yang kamu percayai juga dapat menjadi cara yang tepat untuk mengeluarkan emosi yang dirasakan.
  10. Susunlah rencana . Kamu tidak layak mengalami kekerasan dalam situasi apa pun. Kekerasan emosional sama berbahayanya dengan kekerasan lainnya. Oleh karena itu, kekerasan yang terjadi harus (setidaknya) dihentikan atau, jika tidak bisa dihentikan sepenuhnya, dikurangi kemunculannya, ditangani, dan diketahui. Mungkin kamu merasa kesulitan, malu atau takut untuk angkat bicara dan memberi tahu seseorang yang bisa mengubah situasi yang ada. Akan tetapi, sekadar mencari cara untuk menghadapi situasi dan mencurahkan perasaan kepada seorang teman saja tidak dapat membantu mengubah situasi. Bicaralah dengan konselor sekolah mengenai hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengubah situasi dan mengurangi kekerasan yang dialami, atau beritahu orang lain (mis. anggota keluarga yang lain) agar ia bisa membantumu.
  11. Langkah ini mungkin langkah yang paling mengerikan dibandingkan dengan langkah-langkah lainnya karena kamu akan “melangkah keluar” dari rutinitas yang biasa dijalani untuk menghadapi luka batin dan (mau tidak mau) memberi tahu orang lain mengenai situasimu. Meskipun demikian, hal ini penting untuk dipertimbangkan. Konselor atau orang yang kamu beri tahu mungkin perlu menghubungi agen atau pihak berwajib jika kekerasan yang kamu alami sangat parah. Hal ini tentunya sangat mengerikan dan bisa mengubah banyak hal dalam hidupmu, tetapi ingatlah bahwa setidaknya hal ini membantumu menghentikan atau menjauhkan diri dari pelaku kekerasan (dalam hal ini, orang tuamu).
  12. Kekerasan yang dialami dapat meninggalkan luka yang membekas seumur hidup dan tidak akan pernah sembuh tanpa adanya bantuan. Jika kamu tidak mampu membayar biaya terapi, ada organisasi-organisasi sukarela yang bisa membantumu secara gratis.
  13. Berusahalah untuk menerima, mencintai dan peduli terhadap diri sendiri . Hal yang menghancurkan diri korban dan memperburuk kekerasan yang terjadi adalah pandangan atau kepercayaan bahwa korban kekerasan berhak mendapatkan kekerasan itu sendiri. Korban bisa jadi melukai dirinya sendiri, seperti halnya pelaku kekerasan yang sebenarnya. Belajarlah untuk mengingat bahwa kekerasan yang terjadi bukanlah kesalahanmu, dan kamu adalah aset yang paling berharga untuk dirimu sendiri . Kamu layak mendapatkan cinta , kepedulian, penghargaan dan penerimaan. Belajarlah untuk mencintai diri sendiri. Cobalah pikirkan bahwa kamu adalah sosok yang benar-benar unik. Tidak ada seorang pun yang benar-benar sama denganmu. Kamu memiliki kelebihan, keunikan, kekurangan dan bakatmu sendiri. Setiap orang memiliki “keindahan”-nya tersendiri. Tidak ada seorang pun yang memiliki karakter yang benar-benar sama denganmu, bahkan jika kamu memiliki saudara kembar identik! Kepribadianmu dimiliki oleh dirimu sendiri dan tidak ada orang lain yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama denganmu. Selalu ingat bahwa kekerasan yang terjadi bukanlah kesalahanmu, terlepas dari apa yang orang tuamu katakan atau lakukan.
    Iklan

Tips

  • Hargai hal paling berharga yang bisa kamu gunakan untuk bertahan hidup: pikiranmu. Tidak ada seorang pun yang bisa memengaruhi pikiranmu jika kamu tidak memberi mereka kesempatan. Kekerasan emosional bisa membuatmu merasa tidak nyaman terhadap diri sendiri, tetapi dengan mengembangkan sikap untuk bertahan dan melawan kekerasan yang dialami, kamu bisa menjadi salah satu orang yang berhasil bertahan, belajar, dan keluar dari situasi yang penuh dengan kekerasan. Hanya karena orang lain menentukan apa yang “layak” kamu rasakan dan menyepelekanmu, tidak berarti bahwa orang tersebut benar. Percayakan nalurimu, bahkan ketika orang-orang di sekitarmu berkata bahwa tindakan yang kamu ambil salah.
  • Selalu miliki nomor kontak dan tempat yang bisa kamu hubungi atau datangi dalam keadaan darurat, seperti rumah teman, rumah kerabat atau orang dewasa lainnya yang kamu percayai. Dengan begini, jika situasi sangat memanas atau memburuk, setidaknya kamu memiliki tempat untuk didatangi atau seseorang yang bisa membantumu.
  • Sebisa mungkin cobalah untuk menghindari orang tuamu. Jika mereka memiliki jadwal harian, cari tahu mengenai jadwal tersebut dan sebisa mungkin cobalah untuk tidak berada di ruangan yang sama dengan mereka.
  • Sebisa mungkin cobalah untuk belajar. Meskipun kekerasan yang dialami merupakan situasi yang tentunya tidak diinginkan oleh siapa pun, jika kamu melihatnya sebagai sesuatu yang bisa menguatkan diri dan mempelajari lebih banyak mengenai dirimu sendiri , hubungan, dan kehidupan , kamu tidak akan merasa terlalu terpuruk. Banyak orang yang selamat dari kekerasan mengatakan bahwa meskipun kekerasan yang mereka alami meninggalkan luka, kekerasan tersebut juga mendorong mereka untuk menjadi sosok yang lebih kuat dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Terlepas dari betapa sulitnya situasi yang ada, kamu bisa mendapatkan sesuatu yang nantinya bisa digunakan dalam kehidupanmu. Ambil pelajaran dari pengalamanmu agar kamu menjadi sosok yang lebih kuat dan lebih mampu untuk menghadapi berbagai hal dalam hidup.
  • Jangan terburu-buru. Ada banyak korban kekerasan emosional, terutama remaja , yang mencerminkan rasa dongkol dan kemarahannya melalui pemberontakan untuk menunjukkan kepada orang tuanya bahwa mereka tidak mau menghargai aturan yang dibuat. Akan tetapi, prestasi buruk di sekolah, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau adanya perilaku yang membahayakan diri sendiri justru tidak akan memberikan manfaat apa pun untukmu. Jika kamu memperlakukan diri sendiri dengan baik dan melakukan apa yang terbaik untukmu, kamu bisa membuat dirimu merasa lebih bahagia . Pada akhirnya, kamu menunjukkan kepada pelaku kekerasan (dalam hal ini, orang tuamu) bahwa kamu tidak bisa menghargai dan menerima kekerasan yang mereka lakukan.
  • Jangan pernah melukai diri sendiri agar kamu merasa lebih baik. Menyayat , memukul, dan dengan sengaja melukai diri sendiri hanya akan menambah luka yang kamu rasakan (terutama luka-luka yang tidak akan pernah menghilang). Ada banyak cara lain yang bisa kamu lakukan sebagai bentuk ungkapan emosi dan “pelampiasan” produktif , tanpa harus melukai diri sendiri.
  • Jika kamu perlu menghubungi hotline atau mengirim pesan melalui situs web perlindungan antikekerasan, ingatlah untuk menjelaskan secara spesifik tentang pelaku kekerasan dan bentuk kekerasan yang ia lakukan.
Iklan

Peringatan

  • Ada banyak orang yang kurang berpengalaman dan tidak memiliki wawasan yang luas mengenai kekerasan emosional. Ada pula orang yang memang cenderung berkomentar “pedas” mengenai apa yang terjadi dalam kehidupan. Kamu perlu berhati-hati karena orang-orang tersebut tidak selalu tepat untuk dijadikan tempat berkeluh kesah. Pastikan kamu memberi tahu seseorang yang kamu percaya. Jika tidak, orang lain mungkin menganggapmu berbohong, bersikap berlebihan, atau bertingkah konyol. Jika hal tersebut terjadi, penting bagimu untuk tidak mempercayai orang-orang tersebut . Jika kamu mengalami kekerasan, percayalah bahwa kamu berada dalam situasi yang salah dan jangan hanya diam hingga kamu bisa menemukan seseorang yang bisa membantumu.
  • Jika kamu menjalani pengobatan, jangan pernah mengganti dosis atau berhenti menjalani pengobatan tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan dokter. Jalani pengobatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dokter.
  • Dalam banyak situasi, kekerasan emosional dapat memburuk dan berubah menjadi kekerasan fisik atau seksual. Jika situasi memburuk, selalu beritahu orang lain yang dapat dipercaya mengenai situasimu. Jika kamu hanya diam, kamu justru menutup kemungkinan adanya bantuan yang bisa didapatkan. Oleh karena itu, jangan lupa untuk memberi tahu seseorang. Kekerasan hanya bisa dihentikan jika kamu memberikan kesempatan bagi seseorang atau sesuatu untuk menghentikannya.
  • Jangan pernah berpikir untuk melakukan bunuh diri . Ingatlah bahwa selalu ada langkah alternatif yang bisa kamu ambil. Bunuh diri merupakan solusi permanen untuk masalah yang sebenarnya bersifat sementara, meskipun masalah tersebut tampaknya bersifat permanen ketika kamu menghadapinya. Mungkin kamu merasa bahwa tidak ada gunanya menahan luka batin yang ada. Akan tetapi, sebenarnya kamu bisa mendapatkan manfaatnya. Hanya karena kamu tidak bisa melihat manfaatnya sekarang, tidak berarti manfaat itu tidak ada. Perasaan atau pikiran untuk bunuh diri mungkin saja disebabkan oleh efek samping pengobatan (atau muncul ketika kamu tiba-tiba berhenti menjalaninya). Bicaralah dengan teman-teman, konselor, atau dokter jika kamu mulai berpikir untuk melakukan bunuh diri.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 2.237 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan