“Pokoknya, kamu harus pulang paling lambat jam 9 malam!”. Sering mendengar kalimat tersebut keluar dari bibir orang tuamu? Sebagai remaja yang sedang gemar-gemarnya bersosialisasi, wajar jika kamu memandang larangan tersebut sebagai “upaya untuk mengendalikan”, bukan “bentuk kepedulian orang tua”. Umumnya, ada dua alasan yang membuat seorang anak merasa hidupnya terlalu dikekang oleh orang tuanya. Pertama, ada kemungkinan anak tersebut mendewasa lebih cepat dari yang dipikirkan orang tuanya; dan oleh karenanya dia membentuk batasan-batasan personalnya sendiri. Kedua, ada kemungkinan orang tuanya memang sedang berusaha untuk mengendalikan hidupnya; kemungkinan karena mereka adalah sosok yang perfeksionis atau terlalu takut anak-anaknya mengulangi kesalahan yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Sayangnya, mereka tidak sadar bahwa sering kali sikap semacam ini bukannya melindungi, tetapi justru semakin menyakiti anak-anak mereka.
Langkah
-
Identifikasi perilaku mengontrol atau mengendalikan . Beberapa orang tua memang penuntut, namun belum tentu mereka sedang berusaha mengendalikan anak-anaknya. Seseorang yang memang bertujuan mengendalikan hidup orang lain biasanya menggunakan taktik-taktik tertentu secara lugas maupun implisit. Perilaku mengendalikan pun memiliki berbagai wujud, dimulai dari kegemaran mengkritik hingga melontarkan ancaman. Beberapa ciri orang tua dengan perilaku mengendalikan meliputi: [1] X Teliti sumber
- Mengasingkanmu dari sahabat dan/atau kerabatmu; misalnya, mereka jarang atau tidak pernah mengizinkanmu menghabiskan waktu dengan sahabat atau kerabatmu.
- Terus-menerus mengkritik hal-hal yang kurang penting seperti penampilan, sikap, atau pilihan hidupmu.
- Mengancam akan menyakitimu atau melukai diri mereka sendiri dengan berkata, “Ibu akan bunuh diri kalau kamu tidak mau pulang ke rumah sekarang!”.
- Memberikan cinta dan penerimaan yang bersyarat seperti berkata, “Ibu hanya menyayangimu kalau kamu mau membersihkan kamar.”
- Mengungkit-ungkit kesalahanmu di masa lalu hanya untuk membuatmu merasa bersalah atau membuatmu bersedia melakukan keinginan mereka.
- Memanfaatkan rasa bersalahmu untuk memenuhi keinginan mereka seperti berkata, “Ibu sudah menghabiskan 18 jam untuk melahirkanmu ke dunia ini dan kamu bahkan tidak mau menghabiskan waktu beberapa jam saja bersama Ibu?”
- Memata-mataimu atau tidak bersedia menghargai privasimu; misalnya, mereka selalu menginspeksi isi kamarmu atau membaca isi ponselmu di luar sepengetahuanmu.
-
Pertanggungjawabkan responsmu. Orang tuamu boleh mengendalikanmu; namun respons yang kamu berikan sepenuhnya merupakan tanggung jawabmu. Kamu boleh menegaskan keinginanmu atau membiarkan mereka mendikte keinginan mereka. Kamu juga boleh merespons kata-kata mereka dengan sopan atau justru dengan kemarahan. [2] X Teliti sumber
- Bicaralah dengan pantulan dirimu di kaca. Mainkan beberapa skenario yang kemungkinan akan terjadi dan latih caramu merespons masing-masing skenario. Dengan cara ini, kamu akan lebih mudah mengontrol diri jika waktunya tiba.
-
Jangan terobsesi untuk menyenangkan orang tuamu. Tugas orang tua adalah memastikan kamu bertumbuh menjadi anak yang bahagia, sehat, dan positif. Sedangkan tugasmu adalah untuk menjadi anak yang bahagia, sehat, dan positif. Jika apa yang membuatmu bahagia tidak sesuai dengan keinginan orang tuamu, jangan malah berbalik melupakan kebahagiaanmu. Ingat, ini hidupmu, bukan hidup mereka. [3] X Teliti sumber
-
Buat rencana yang objektif. Melepaskan diri dari kontrol orang tua tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setidaknya, kamu membutuhkan rencana yang jelas dan realistis untuk mewujudkannya. Awali rencanamu dengan membangun kepercayaan dirimu ; setiap hari, sampaikan kepada dirimu bahwa kamu mampu memegang kendali. Idealnya, kepercayaan diri yang meningkat akan meningkatkan kemampuanmu untuk membuat keputusan bagi dirimu sendiri. [4] X Teliti sumber
-
Terimalah kenyataan bahwa kamu tidak bisa mengubah sikap orang tuamu. Selayaknya orang tuamu yang tidak bisa mengendalikan perasaan dan pemikiranmu, kamu pun tidak akan bisa mengubah perasaan dan pemikiran mereka. Kamu hanya bisa mengontrol caramu merespons mereka; sering kali, responsmulah yang akan mengubah cara mereka memperlakukanmu. Satu-satunya orang yang bisa mengubah kepribadian mereka adalah diri mereka sendiri. [5] X Teliti sumber
- Jika kamu bertekad memaksa orang tuamu untuk berubah, lantas apa bedanya kamu dengan mereka? Ingat-ingat pertanyaan ini; niscaya kamu akan lebih mudah menerima kenyataan bahwa keputusan mereka hanyalah berada di tangan mereka.
Iklan
-
Jauhkan diri secara fisik dengan orang tuamu. Sering kali, orang-orang menggunakan emosi untuk mengendalikan orang lain, misalnya dengan marah-marah, membuat orang tersebut merasa bersalah, atau tidak memberikan izin yang diminta orang tersebut. Kalau kamu ingin melepaskan diri dari jeratan kontrol orang tuamu, salah satu metode yang bisa kamu lakukan adalah menjauhkan diri secara fisik diri mereka; habiskan waktu lebih sedikit dengan mereka dan tidak perlu terlalu sering menelepon mereka.
- Kalau kamu masih tinggal di rumah mereka (terutama kalau usiamu belum dewasa), mungkin kamu akan kesulitan membuat jarak. Namun jangan khawatir, kamu tetap bisa menetapkan batasan-batasan personal yang wajar; untuk melakukannya, cobalah meminta bantuan kepada guru atau konselor di sekolahmu.
-
Cobalah untuk tidak bersikap defensif. Mengurangi waktu yang dihabiskan bersama orang tuamu mungkin akan membuat mereka marah. Jika orang tuamu memprotes sikapmu tersebut (atau menuduhmu tidak menyayangi mereka), cobalah untuk tidak memberikan respons yang defensif. [6] X Teliti sumber
- Cobalah berkata, “Aku mengerti mengapa Ayah dan Ibu marah. Maaf, ya.”.
- Ingat, situasi bisa saja telanjur memburuk bahkan sebelum ada perkembangan yang terlihat. Meski demikian, berusahalah sebisa mungkin untuk tetap menjaga jarak dan tidak menyerah kepada ancaman. Misalnya, jika ibumu mengancam akan bunuh diri jika kamu tidak pulang, katakan bahwa kamu akan menghubungi polisi lalu tutup teleponnya. Jangan terbiasa mengabulkan keinginannya dengan mudah.
-
Putuskan hubungan finansial dengan orang tuamu. Uang adalah salah satu objek pengontrol yang ampuh. Oleh karena itu, jika kamu sudah memiliki pendapatan sendiri, segeralah memisahkan urusan finansialmu dengan orang tuamu. Melakukannya memang tidak mudah, terutama karena ini artinya kamu harus mampu membiayai hidupmu sendiri. Namun jika kamu mau melakukannya, niscaya kontrol mereka sebagai orang tua akan mengendur; selain itu, kamu juga bisa belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri. [7] X Teliti sumber
- Bagi kamu yang masih duduk di bangku sekolah, prosesnya pasti akan lebih sulit dan panjang, namun tidak mustahil untuk dilakukan. Berproseslah secara bertahap; jika kamu belum sanggup membeli rumah sendiri, setidaknya cobalah membayar kebutuhan-kebutuhan sekundermu sendiri. Setidaknya, kemampuan membayar tiket bioskop sendiri telah mengeliminasi satu dinding pembatas yang dibuat oleh orang tuamu yaitu uang. Meski belum tentu mendapatkan izin untuk menonton di bioskop, setidaknya kamu sudah berusaha untuk menunjukkan kemandirianmu.
-
Sebisa mungkin, jangan meminta bantuan kepada orang tuamu. Dengan meminta bantuan, kamu telah memberikan posisi tawar untuk mereka; artinya, mereka akan mengabulkan permintaanmu asalkan kamu juga mau melakukan sesuatu untuk mereka. Negosiasi semacam ini memang tidak selalu buruk, namun kemungkinanmu untuk mempertahankan keputusan pasti akan berkurang. Jangan ragu meminta bantuan sahabat atau kerabat terdekat jika kamu membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. [8] X Teliti sumber
-
Kenali ciri-ciri kekerasan. Jika kamu merasa mengalami kekerasan di dalam rumah, segeralah mengajukan laporan ke polisi atau layanan darurat setempat; kamu juga bisa melaporkannya ke pihak sekolah yang berwenang seperti konselor sekolah. Ingat, kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Jika kamu tidak memahami bentuk kekerasan yang sedang kamu alami, pastikan kamu menanyakannya ke konselor sekolah. Beberapa bentuk kekerasan yang lazim terjadi:
- Kekerasan fisik meliputi menampar, meninju, mengekang dengan alat (seperti tali atau borgol), membakar, atau melakukan tindakan lain yang mampu melukaimu secara fisik.
- Kekerasan emosional meliputi mengejek, mempermalukan di depan umum, menyalahkan, dan memberikan tuntutan yang tidak masuk akal.
- Kekerasan seksual meliputi membelai, menyentuh bagian tubuh yang privat, bersanggama, dan melakukan aktivitas seksual lainnya.
Iklan
-
Maafkan hal-hal yang terjadi di masa lalu. Menyimpan dendam masa lalu kepada orang tua atau dirimu sendiri tidaklah bijak. Cobalah memaafkan segala kesalahan yang pernah dilakukan orang tuamu di masa lalu; maafkan pula caramu merespons kesalahan-kesalahan tersebut.
- Ingat, maaf yang kamu berikan bukan hanya bermanfaat bagi orang yang kamu maafkan, melainkan juga bagi kesehatan emosionalmu. [9] X Teliti sumber Memaafkan bukan berarti kamu membenarkan kata-kata atau tindakan mereka yang menyakitkan di masa lalu; memaafkan berarti kamu telah mengizinkan diri untuk melepaskan kemarahan dan kekecewaan yang selama ini menghantui hidupmu. [10] X Teliti sumber
- Untuk memaafkan seseorang, kamu perlu terlebih dahulu mengizinkan diri untuk melepaskan kemarahan dengan cara yang positif. Salah satu cara ampuh untuk melepaskan kemarahan adalah dengan menulis surat yang ditujukan kepada orang tuamu namun tidak benar-benar dikirimkan. Dalam surat tersebut, jelaskan perasaanmu sejujur-jujurnya, ceritakan apa yang membuatmu marah, dan sampaikan pendapatmu mengenai alasan di balik sikap mereka. [11] X Teliti sumber Setelah itu, akhiri suratmu dengan menulis kalimat yang bermakna “Aku tidak membenarkan situasi yang pernah terjadi, namun aku memilih untuk melupakan kemarahanku”. Selain menuliskannya, kamu juga bisa mengucapkannya keras-keras.
-
Hadapi orang tuamu dengan sopan. Pertama-tama, kamu perlu terlebih dahulu menyampaikan perasaanmu dan alasanmu menjauhkan diri dari mereka. Ingat, mereka tidak akan bisa menyelesaikan persoalan yang bahkan tidak mereka sadari. Jangan menuduh atau melontarkan kata-kata yang tidak sopan! Sampaikan apa yang kamu rasakan, bukan apa yang mereka lakukan.
- Alih-alih berkata, “Ayah dan Ibu sudah mengambil hakku!”, cobalah memilih kalimat yang lebih konstruktif seperti “Aku merasa seakan-akan tidak lagi punya hak pribadi di depan kalian”.
-
Tentukan batasan yang jelas untukmu dan orang tuamu. Berusahalah semaksimal mungkin agar hubungan yang sudah membaik tidak kembali jatuh ke lubang yang sama. Pikirkan dari jauh-jauh hari mengenai hal-hal yang boleh – dan tidak boleh – dilakukan orang tuamu. Setelah itu, tentukan batasan mengenai hal-hal yang boleh – dan tidak boleh – kamu lakukan dan/atau kamu minta dari mereka. [12] X Teliti sumber
- Misalnya, kamu memutuskan untuk mengonsultasikan pilihan karier dan pendidikan kepada orang tuamu. Namun di sisi lain, kamu ingin mereka tidak ikut campur dalam urusan personalmu, seperti perihal wanita yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak.
- Kamu juga bisa menolak untuk merespons hal-hal spesifik yang diangkat oleh orang tuamu (misalnya, jika mereka mulai membahas kehidupan percintaanmu). Namun, kamu bersedia memberikan dukungan semaksimal mungkin jika mereka mengalami masalah kesehatan yang serius seperti kanker atau penyakit jantung.
Iklan
-
Hargai batasan-batasan yang sudah disepakati. Ingat, kamu tidak bisa meminta mereka menghargai batasan jika kamu sendiri enggan melakukannya. Jika ada batasan yang tidak sesuai dengan keinginanmu (atau sulit kamu patuhi), diskusikan secara terbuka dengan orang tuamu untuk mencari solusi yang terbaik. [13] X Teliti sumber
- Jika ada masalah yang muncul di antara kamu dan orang tuamu, cobalah membayangkan diri kalian sebagai sebuah tim yang harmonis. [14] X Teliti sumber Misalnya, cobalah berkata “Aku sudah berusaha menghargai batasan-batasan Ayah dan Ibu, tapi aku merasa Ayah dan Ibu tidak melakukan hal yang sama kepadaku. Apa yang bisa dilakukan agar kebutuhan kita bisa sama-sama terpenuhi tanpa ada yang dikorbankan?”
-
Sampaikan segala “pelanggaran” yang sudah mereka lakukan. Jika orang tuamu melanggar batasan-batasan yang sudah kamu buat (dengan atau tanpa sengaja), sampaikan kepada mereka. Namun ingat, kamu tetap harus menghargai dan menghormati mereka sebagai orang yang lebih tua; sampaikan segala keluhanmu dengan tenang dan mintalah mereka berhenti melakukannya. Jika mereka menghargaimu, memberikan jarak yang kamu butuhkan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. [15] X Teliti sumber
- Menyampaikan keluhan dengan lelucon juga bisa menjadi cara yang efektif untuk menyikapi sikap orang tuamu. [16] X Teliti sumber Misalnya, jika orang tuamu terus-menerus mengkritik pilihan kariermu, cobalah meresponsnya dengan lelucon seperti “Siap, laksanakan. Karierku tidak membuat Nyonya Besar senang. Ada lagi?”
-
Jaga jarak jika masalahnya terlalu berlanjut. Jika situasinya tidak berangsur membaik, kamu boleh kembali menjaga jarak dengan orang tuamu. Bukan berarti kamu harus memutuskan segala bentuk komunikasi dengan mereka; yang terpenting, tunjukkan kepada mereka bahwa kamu (dan mereka) perlu belajar untuk menghargai batasan-batasan yang sudah disepakati kedua belah pihak. Habiskan waktu secara terpisah untuk sementara, dan kembalilah kapan pun kamu dan mereka siap. [17] X Teliti sumber
-
Pertimbangkan untuk mengikuti proses terapi jika situasinya tidak berangsur membaik. Dalam beberapa kasus, adakalanya meminta bantuan konselor atau psikolog profesional adalah jalan terbaik, terutama jika segala bentuk diskusi yang kamu lakukan dengan orang tuamu tidak membuahkan hasil. Jika batasan-batasan yang kamu buat tidak dihargai oleh orang tuamu, cobalah mengajak orang tuamu untuk mengikuti proses terapi keluarga.
- Katakan kepada mereka, “Hubungan kita sangat penting untukku. Itulah mengapa aku merasa kita membutuhkan bantuan dari pihak ketiga untuk memperbaikinya. Maukah Ayah dan Ibu mengikuti proses terapi bersamaku?”
Iklan
Tips
- Ceritakan masalahmu kepada sahabat atau kerabat terdekat; kemungkinan mereka bisa membantumu mencari jalan keluar yang terbaik.
- Sebelum benar-benar menjaga jarak dengan orang tuamu, cobalah terlebih dahulu mendiskusikan segala sesuatunya secara kekeluargaan. Mungkin kamu tidak perlu menempuh jalan seekstrem itu untuk mencapai solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Peringatan
- Kalau kamu mengalami kekerasan dan membutuhkan pertolongan secepatnya, segeralah menghubungi polisi atau layanan bantuan darurat setempat.
- Jangan mengasumsikan setiap nasihat sebagai “ upaya mereka untuk mengontrol atau mengendalikanmu ”. Umumnya, setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Selain itu, akuilah bahwa mereka memang memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak darimu.
Referensi
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/friendship-20/201506/20-signs-your-partner-is-controlling
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://savannahnow.com/column-accent/2013-02-01/family-relationships-find-ways-cope-controlling-parents
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://bpdfamily.com/content/emotional-blackmail-fear-obligation-and-guilt-fog
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://psychcentral.com/blog/archives/2014/12/10/4-reasons-to-forgive-but-not-forget/
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/mindful-anger/201409/how-do-you-forgive-even-when-it-feels-impossible-part-1
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/mindful-anger/201409/how-do-you-forgive-even-when-it-feels-impossible-part-1
- ↑ http://savannahnow.com/column-accent/2013-02-01/family-relationships-find-ways-cope-controlling-parents
- ↑ http://theadventurouswriter.com/blog/coping-with-controlling-parents-ways-to-take-your-life-back/
- ↑ http://bpdfamily.com/content/emotional-blackmail-fear-obligation-and-guilt-fog
- ↑ http://www.angeresources.com/parentgrip.html
- ↑ http://bpdfamily.com/content/emotional-blackmail-fear-obligation-and-guilt-fog
- ↑ http://savannahnow.com/column-accent/2013-02-01/family-relationships-find-ways-cope-controlling-parents