Unduh PDF Unduh PDF

Perusahaan menerbitkan obligasi untuk meningkatkan modalnya. Namun, suku bunga pasar dan faktor-faktor lain memengaruhi harga penjualan obligasi lebih tinggi (harga premi) atau lebih rendah (harga diskonto) dari nilai nominalnya. Premi dan diskonto obligasi diamortisasi, (atau disebarkan) pada laporan keuangan selama masa jatuh tempo obligasi. Nilai tercatat ( carrying value ) obligasi adalah selisih bersih antara nilai nominal dengan porsi premi atau diskonto yang belum diamortisasi. Akuntan menggunakan perhitungan ini untuk mencatat rugi atau laba yang ditahan perusahaan akibat penerbitan obligasi pada harga premi atau diskonto pada laporan keuangan.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Memahami Dasar-Dasar Obligasi

Unduh PDF
  1. Ada tiga karakteristik penting dari semua jenis obligasi. Pertama-tama adalah nilai nominal ( par value atau face value ) yaitu jumlah total uang yang diwakili obligasi. Kedua adalah suku bunga, dan yang terakhir adalah masa jatuh tempo obligasi dalam tahun. [1]
  2. Perusahaan menjual obligasi kepada investor untuk memperoleh modal. Investor membeli obligasi pada harga tertentu, dan kemudian menerima pembayaran bunga setiap enam bulan dari penerbit obligasi. Pada tanggal jatuh tempo obligasi, investor juga menerima kas sebesar nilai nominal obligasi. [2]
    • Sebagai contoh, katakanlah perusahaan membutuhkan dana untuk menaikkan modal. Oleh karenanya, perusahaan menerbitkan obligasi senilai Rp200.000.000, suku bunga 10%, dan jatuh tempo dalam 5 tahun. Investor membeli obligasi. Perusahaan memperoleh uang dari investor dan memperbaiki modalnya, namun harus dikembalikan beserta bunga. Setelah lewat 5 tahun, obligasi jatuh tempo. Perusahaan kini harus membayar uang sejumlah nilai nominal obligasi ditambah bunga 10% kepada investor.
  3. Jika suku bunga obligasi selisihnya jauh berbeda dengan suku bunga pasar secara keseluruhan untuk obligasi yangsama, obligasi akan dijual pada harga premi atau diskonto. Suku bunga berubah-ubah setiap harinya. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun. Jika suku bunga jatuh, harga obligasi akan naik. Dengan demikian, jika tingkat inflasi naik, harga obligasi juga akan turun, begitu pula sebaliknya. Terakhir, penerbit obligasi dan beberapa obligasi tertentu dinilai oleh agen penilaian kredit. Penerbit dengan nilai kredit tinggi akan memiliki harga obligasi yang tinggi pula. [3]
    • Kembali ke contoh sebelumnya, perusahaan menerbitkan obligasi Rp200.000.000, 10%, 5 tahun. Misalnya investor dapat menerima imbalan investasi lebih baik dari 10% karena suku bunga pasar sedang tinggi. Investor tidak akan membeli obligasi pada harga nominalnya karena lebih menguntungkan berinvestasi di instrumen lain. Maka, perusahaan menjual obligasi Rp2.000.000 di bawah harga nominal. Sekarang, investor dapat membeli obligasi senilai Rp200.000.000 seharga Rp198.000.000. Ketika obligasi jatuh tempo 5 tahun kemudian, investor menerima Rp200.000.000 ditambah bunga 10%.
    • Jika suku bunga pasar lebih kecil dari 10%, obligasi perusahaan memberikan imbalan lebih baik daripada investasi lain. Oleh karenanya, perusahaan menjual obligasi pada harga preium lebih tinggi Rp2.000.000 dari nilai nominalnya. Sekarang, harga beli obligasi bagi investor adalah Rp202.000.000. ketika obligasi jatuh tempo, investor menerima Rp200.000.000 ditambah bunga 10%.
  4. Nilai tercatat dihitung oleh penerbit obligasi, atau perusahaan yang menjual obligasi dengan tujuan mencatat nilai premi atau diskonto obligasi di laporan keuangan secara akurat. Premi atau diskonto obligasi diamortisasi (atau disebarkan) selama masa jatuh tempo. Akuntan menggunakan perhitungan ini untuk menyebarkan dampak dari premi atau diskonto sepanjang masa jatuh tempo obligasi pada laporan keuangan.
    • Nilai tercatat (atau nilai buku) obligasi pada suatu waktu sama dengan nilai nominal dikurangi diskonto atau ditambah premi yang masih tersisa. Sebelum menghitung nilai tercatat obligasi, Anda membutuhkan beberapa informasi dan beberapa langkah kalkulasi sederhana. [4]
  5. Amortosasi adalah metode akuntansi yang mengurangi biaya suatu aset seiring waktu. Amortisasi menyebarkan diskonto atau premi obligasi sepanjang masa jatuh temponya. Pada tanggal jatuh tempo, nilai tercatat obligasi sama dengan nilai nominalnya. [5]
    • Sebagai contoh, katakanlah perusahaan menjual obligasi Rp200.000.000, 10%, dan 5 tahun dengan potongan Rp2.000.000. perusahaan menerima Rp198.000.000 dari investor. Transaksi ini dicatat sebagai liabilitas pada laporan keuangan. Potongan Rp2.000.000 dianggap sebagai aset dan diamortisasi, atau dicatat pada laporan keuangan secara inkremental sepanjang masa jatuh tempo obligasi. Perbedaan antara nilai nominal dengan porsi diskonto atau premi yang belum diamortisasi pada saat ini merupakan nilai tercatatnya.
  6. Nilai pasar obligasi adalah harga yang dibayarkan investor untuk membeli obligasi. Harga ini dipengaruhi pasar misalnya suku bunga, inflasi dan peringkat kredit. Obligasi dapat dijual pada harga diskonto maupun premi, tergantung pada keadaan pasar. Di sisi lain, Nilai tercatat adalah penghitungan akuntan untuk mencatat dampak premi atau diskonto terhadap laporan keuangan penerbit obligasi.
    • Nilai tercatat adalah nilai bersih dari obligasi yang diterbitkan untuk penerbit obligasi. Nilai ini dihitung berdasarkan jumlah premi atau diskonto obligasi, lamanya masa jatuh tempo obligasi, dan jumlah amortisasi yang telah dicatat. [6]
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Perlakuan Akuntansi untuk Premi dan Diskonto

Unduh PDF
  1. Baik premi maupun diskonto, perusahaan harus melakukan pencatatan jurnal awal ketika obligasi dijual dengan mencatat kas diterima dan premi atau diskonto yang diberikan. Utang obligasi akan selalu dicatat pada kredit sebesar nilai nominal obligasi.
    • Pada contoh sebelumnya, perusahaan menerbitkan obligasi Rp200.000.000 sehingga dicatat Utang Obligasi sebesar Rp200.000.000 pada kredit.
    • Jika perusahaan menjual obligasi dengan potongan Rp2.000.000, perusahaan akan mencatat kas diterima di debit sebesar Rp198.000.000 (Rp200.000.000 – Rp2.000.000) dan Utang premi atau Diskonto di debit sebesar Rp2.000.000. [7]
    • Kemudian, jika perusahaan menjual obligasi dengan premi Rp2.000.000, perusahaan akan mencatat kas diterima di debit sebesar Rp202.000.000 (Rp200.000.000 + Rp2.000.000) dan Utang premi atau Diskonto di kredit sebesar Rp2.000.000. [8]
  2. Untuk membuat jurnal berikutnya, perusahaan harus menentukan banyaknya premi atau diskonto yang diamortisasi. Jumlah ini akan mengurangi saldo utang premi atau diskonto. Jika perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus, jumlah akun ini akan sama untuk setiap periode pelaporan. Contoh ini menggunakan metode tersebut, dengan alasan kesederhanaan.
    • Katakanlah pada contoh penerbitan obligasi Rp200.000.000, obligasi membuat pembayaran bunga dua kali dalam setahun. Artinya, perusahaan akan membuat jurnal dua kali yang mencatat beban bunga. Jurnal tambahan harus dibuat pada waktu yang sama sesuai jumlah amortisasi premi atau diskonto. [9]
    • Karena masa jatuh tempo obligasi dan bunga dibayarkan semi-tahunan, amortisasi dilakukan 1/10 dari jumlah premi atau diskonto pada tiap periode (5 tahun x 2 kali setahun). Maka, sesuai dengan contoh sebelumnya, amortisasi premi atau diskonto akan dicatat sebesar Rp200.000 (Rp2.000.000 x 1/10).
  3. Anda membutuhkan jumlah pembayaran bunga kepada investor obligasi pada periode yang sama untuk dapat melaporkan amortisasi secara akurat. Bunga dibayarkan sekali atau dua kali per tahun (periode). Hitunglah beban bunga tahunan dengan mengalikan suku bunga nominal dengan nilai nominal obligasi. Bagikan hasilnya dengan dua untuk memperoleh beban bunga semitahunan.
    • Sebagai contoh, untuk obligasi Rp200.000.000 bunga tahunannya diperoleh dengan mengalikan suku bunga nominal (10%) dengan nilai nominalnya. Rp200.000.000 x 10% hasilnya Rp20.000.000. Dengan demikian, beban bunga paruh tahunan yang dicatat adalah setengahnya, yaitu Rp10.000.000.
  4. Setiap tahunnya, perusahaan harus mencatat beban bunga dibayarkan dari penjualan dan pemeliharaan obligasi. Beban bunga ini termasuk dalam pembayaran bunga kepada investor obligasi ditambah atau dikurangi amortisasi premi/diskonto. Untuk pembayaran bunga paruh tahunan, perusahaan mencatat kedua pembayaran dalam tahun yang sama secara terpisah, beserta amortisasi masing-masing.
    • Pencatatannya adalah beban bunga di debit sejumlah total beban bunga yang terdiri dari pembayaran bunga paruh tahunan ditambah diskonto atau dikurangi premi.
    • Jika ada diskonto, perusahaan mencatat kas di kredit sejumlah beban bunga dan utang diskonto obligasi sejumlah amortisasi. Pada pembayaran bunga semitahunan jumlah pada kedua pencatatan adalah sama.
    • Jika ada premi, dicatat utang premi obligasi di debit sejumlah amortisasi dan kas pada kredit sejumlah beban bunga dibayarkan.
    • Sebagai contoh, mari gunakan obligasi Rp200.000.000 sebelumnya dengan diskonto. Pencatatannya adalah pembayaran bunga semitahunan Rp10.000.000 ditambah amortisasi diskonto di debit dan beban bunga sejumlah Rp10.200.000 di kredit. Perusahaan juga mencatat utang diskonto obligasi di kredit sebesar Rp200.000 dan kas di kredit sebesar Rp10.000.000.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Menghitung Nilai Tercatat

Unduh PDF
  1. Ketahuilah apakah obligasi dijual pada harga nominal, premi atau diskonto. Tentukan waktu yang telah berselang sejak penerbitan obligasi. Untuk menghitung nilai tercatat obligasi, Anda perlu tahu banyaknya premi atau diskonto yang telah diamortisasi, yang jumlahnya tergantung pada lama waktu berselang sejak penerbitan obligasi. [10]
  2. Sebagian besar premi atau diskonto diamortisasi dengan metode garis lurus. Artinya, amortisasi pada tiap periode jumlahnya sama. Sebagai contoh, misalnya obligasi 10 tahun diterbitkan 2 tahun yang lalu. Amortisasi selama dua tahun sudah dicatat, dan tersisa amortisasi 8 tahun lagi. Anda perlu mengetahui jumlah sisa amortisasi yang belum diamortisasi untuk menghitung nilai tercatat obligasi. [11]
    • Sebagai contoh, dua tahun lalu perusahaan menerbitkan obligasi 10 tahun dengan premi Rp80.000. tiap tahun, amortisasi sebesar Rp8.000 dicatat (Rp80.000/10 tahun = Rp8.000 per tahun). Jika dua tahun telah berselang, artinya perusahaan sudah mencatat amortisasi sebanyak Rp16.000 (Rp8.000 x 2 tahun) dan tersisa premi yang belum diamortisasi sebesar Rp64.000 (Rp8.000 x 8 tahun = Rp64.000).
  3. Misalnya perusahaan menjual obligasi Rp1.000.000 10%, 10 tahun sebesar Rp1.080.000 dan dua tahun telah berselang sejak tanggal penerbitan. Hitunglah premi dengan mengurangkan harga jual dengan nilai nominal obligasi (Rp1.080.000-Rp1.000.000=Rp80.000). Premi Rp80.000 akan diamortisasikan selama masa jatuh tempo sebesar Rp8.000 per periode. Karena dua tahun telah berselang, maka perusahaan sudah mencatat amortisasi sebanyak Rp16.000 (Rp8.000 x 2 tahun) dan tersisa premi yang belum diamortisasi sebesar Rp64.000 (Rp8.000 x 8 tahun = Rp64.000). Nilai tercatat obligasi sama dengan nilai nominal obligasi ditambah sisa premi yang belum diamortisasi. Dengan demikian, nilai tercatat oblihgasi adalah nilai nominal Rp1.000.000 + sisa premi belum diamortisasi Rp64.000 = Rp1.064.000.
  4. Kurangi nilai nominal obligasi dengan diskonto yang belum diamortisasi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan menjual Rp1.000.000, 10%, dan 10 tahun dengan harga Rp920.000, atau diskonto sebesar Rp80.000 dan dua tahun telah berselang sejak penerbitan obligasi. Amortisasi diskonto tahunan sebesar Rp8.000. Amortisasi dua tahun telah dicatat sehingga tersisa delapan tahun dengan nilai Rp8.000 x 8 = Rp64.000. Nilai tercatat obligasi adalah Rp1.000.000 – Rp64.000 = Rp936.000.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Memahami Amortisasi Obligasi

Unduh PDF
  1. Metode garis lurus mencatat jumlah amortisasi yang sama pada tiap periode sampai obligasi jatuh tempo. Metode bunga efektif mencatat beban bunga berdasarkan nilai tercatat obligasi dan jumlah bunga dibayarkan. Kedua metode mencatat jumlah pembayaran bunga yang sama ada tiap periode. Perbedaannya adalah banyaknya jumlah dicatat pada tiap periode dan cara penghitungannya. [12]
    • Di Amerika, metode garis lurus diperkenankan oleh peraturan SEC yang bernama Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Di negara lain mungkin metode bunga efektif diharuskan agara sesuai dengan International Financial Reporting Standards (IFRS).
  2. Metode garis lurus mencatat jumlah beban bunga yang sama pada tiap periode pembayaran bunga. Saldo utang diskonto dan obligasi akan berkurang tiap periode pada jumlah yang sama sampai obligasi jatuh tempo dan saldonya nol. Pada metode ini, nilai tercatat obligasi pada tanggal jatuh tempo sama dengan nilai nominalnya. [13]
    • Sebagai contoh, perusahaan menjual obligasi Rp200.000.000, 10% , 5 tahun sebesar Rp198.000.000. diskonto Rp2.000.000 (Rp200.000.000-Rp198.000.000) dan amortisasinya Rp400.000 (Rp2.000.000/5) untuk setiap periode amortisasi.
  3. Caranya mirip dengan amortisasi garis lurus diskonto. Selama masa jatuh tempo obligasi, saldo utang premi dan obligasi terus menurun dalam jumlah yang sama tiap periodenya. Ketika obligasi jatuh tempo, saldo utang premi dan obligasi adalah nol, dan jumlah nilai tercatat sama dengan nilai nominalnya. [14]
    • Sebagai contoh, perusahaan menjual obligasi Rp200.000.000, 10% , 5 tahun sebesar Rp202.000.000. Premi Rp2.000.000 (Rp202.000.000-Rp200.000.000) dan amortisasinya Rp400.000 (Rp2.000.000/5) untuk setiap periode amortisasi.
  4. Suku bunga efektif adalah persentase nilai tercatat obligasi terhadap masa jatuh tempo obligasi. Nilai ini muncul ketika obligasi diterbitkan dan tetap konstan pada tiap periode. Dengan metode ini, beban bunga dicatat sama dengan persentase nilai tercatat obligasi secara konstan. [15]
    • Kalikan nilai tercatat obligasi di awal periode dengan suku bunga efektif untuk menghitung beban bunga obligasi.
    • Kalikan nilai nominal obligasi dengan suku bunga kontraktual untuk menentukan bunga obligasi yang dibayarkan.
    • Turunkan jumlah amortisasi dengan menghitung selisih antara beban bunga obligasi dengan bunga obligasi yang dibayarkan.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 31.510 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan