PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah akhir-akhir ini Anda sering dibuat kesal dengan emosi dan perilaku pasangan yang semakin sulit dimengerti? Sebelum membuat berbagai asumsi, tanyakan sebaris kalimat ini pada diri Anda sendiri: apakah pasangan Anda sedang berada pada rentang usia 40-50 tahun? Jika ya, bisa jadi mereka sedang mengalami krisis paruh baya. [1] Artikel ini menjelaskan tiga tanda utama krisis paruh baya pada pria, yaitu terjadinya perubahan emosi (tiba-tiba mudah marah atau gemar menyendiri), perubahan perilaku (melakukan kegiatan-kegiatan ekstrem), dan perubahan penampilan (mengubah gaya berpakaian, gaya rambut, bahkan melakukan operasi plastik). Tidak bisa dimungkiri, krisis paruh baya pada pria tidak hanya memengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga memengaruhi pasangan hidupnya. Demi kewarasan Anda dan kelanggengan hubungan Anda bersama pasangan, artikel ini juga menjelaskan berbagai cara ampuh dan efektif untuk menyikapi krisis paruh baya yang terjadi.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Menyadari Terjadinya Perubahan Emosi

PDF download Unduh PDF
  1. Mereka yang mengalami krisis paruh baya cenderung terus-menerus merasa sedih dan depresi dalam waktu yang lama. Kata kuncinya di sini adalah “dalam waktu yang lama” – perubahan suasana hati adalah hal yang normal terjadi. Namun untuk mereka yang mengalami krisis paruh baya, rasa depresi bukanlah sesuatu yang numpang lewat. Mereka merasakannya setiap hari, dalam jangka waktu yang lama, dan tidak disertai sebab yang jelas.
    • Menurut para ahli di bidang kesehatan mental, gejala di atas belum bisa disimpulkan sebagai krisis paruh baya jika belum berlangsung selama 6 bulan atau lebih. [2] Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sikap semacam ini biasanya muncul tanpa sebab yang jelas. Jadi, gejala di atas tidak bisa diartikan sebagai krisis paruh baya jika pasangan Anda memang mengidap depresi atau suasana hatinya berubah setelah mengalami kejadian yang traumatis.
  2. Seorang pria yang mengalami krisis paruh baya cenderung lebih mudah marah karena hal-hal kecil. Amarah ini muncul secara tiba-tiba, tanpa pertanda apa pun, dan biasanya menimpa orang-orang terdekatnya. Jika pasangan Anda yang biasanya pandai mengontrol emosi tiba-tiba berubah menjadi sangat pemarah, bisa jadi dia memang sedang mengalami krisis paruh baya.
    • Ingat, amarah yang hanya muncul sesekali tidak bisa langsung disimpulkan sebagai gejala krisis paruh baya. Layaknya wanita, emosi laki-laki pun terkadang dipicu oleh pengaruh hormon. Anda baru perlu waspada jika gejala tersebut sudah menguasai pasangan selama berbulan-bulan lamanya.
  3. Mereka yang mengalami krisis paruh baya cenderung menunjukkan gejala-gejala depresi: merasa terasing dari dunia sekitarnya, kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang pernah menjadi hobinya, dan tanpa sadar menarik diri dari orang-orang terdekatnya. Sikap semacam ini bisa terlihat jelas, bisa juga tidak; tahukah Anda bahwa pria juga pandai menyembunyikan konflik batinnya?
    • Jika Anda merasa ragu, diskusikan topik tersebut dengannya. Sampaikan bahwa Anda menyadari perubahan sikapnya. Tanyakan padanya, apakah dia juga menyadarinya? Apakah dia mengetahui alasan di balik perubahan sikap tersebut?
  4. Pria yang mengalami krisis paruh baya kerap memikirkan mengenai makna eksistensinya di dunia. [2] Mereka terus-menerus berpikir mengenai kematian dan menelaah betapa bermakna (atau tidak bermaknanya) hidup yang sedang mereka jalani. Apakah topik semacam ini pernah muncul dalam pembicaraan Anda dengannya? Apakah Anda menyadari munculnya mentalitas “tidak ada lagi yang benar-benar penting” dalam diri pasangan? Jika ya, bisa jadi krisis paruh baya pada pasangan telah memasuki fase terburuknya.
    • Inilah hakikat krisis paruh baya. Anda sampai di titik tengah hidup Anda, menyadari bahwa separuh usia telah usai Anda jalani, dan mengamati kembali apa saja yang sudah dan belum Anda capai. Krisis paruh baya biasanya terjadi ketika seseorang merasa belum menjalani hidup dengan maksimal dan masih minim pencapaian di usia yang tidak lagi muda. Ketidakpuasan dan penyesalan itulah yang memicu terjadinya konflik batin dalam diri mereka.
  5. Para pria yang tadinya sangat religius bisa berubah drastis ketika mengalami krisis paruh baya. Mereka akan mulai mempertanyakan banyak hal, termasuk keyakinan yang sebelumnya tak tergoyahkan oleh apa pun.
    • Bisa jadi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka yang tadinya tidak terlalu peduli dengan dunia spiritual akan mulai mendalami ranah tersebut untuk pertama kalinya. Mereka mungkin akan tergerak untuk bergabung dengan kultus beraliran baru atau kembali aktif dalam kelompok agama mereka yang lama.
  6. Apakah dia terlihat benar-benar kecewa? Apakah hubungan Anda dan pasangan jadi tidak dekat, baik secara emosi maupun fisik? Apakah Anda dan pasangan jadi jarang berkomunikasi, jarang bepergian berdua, jarang berhubungan seks, yang tanpa disadari merenggangkan hubungan Anda dan pasangan? Memang dalangnya belum tentu krisis paruh baya. Namun jika tanda-tanda lain juga terlihat, kemungkinan besar Anda memang itulah penyebabnya. Bagaimanapun juga, situasi-situasi tersebut akan berlalu jika Anda bersedia menemani pasangan melewatinya.
    • Jangan masukkan ke hati jika pasangan melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya. Ingat, bukan Anda yang mengubah perilaku atau emosinya! Jika perilaku pasangan berubah, bukan berarti rasa cintanya pada Anda berkurang. Bukan Anda yang membuatnya tidak bahagia; dia hanya sedang mengalami perang batin yang membuatnya mempertanyakan segala hal.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Menyadari Terjadinya Perubahan Penampilan

PDF download Unduh PDF
  1. Berat badan mereka yang mengalami krisis paruh baya cenderung akan bertambah atau berkurang secara drastis. Secara otomatis, perubahan ini akan diikuti dengan perubahan pola makan dan pola olahraga. [2]
    • Beberapa pria secara tiba-tiba akan berubah menjadi pemalas dan gemar mengonsumsi junk food secara berlebihan. Sebaliknya, ada juga yang tiba-tiba tidak bernafsu mengonsumsi apa pun, menjalani diet ketat, atau berolahraga gila-gilaan demi menurunkan berat bedan. Kasus pertama maupun kedua sama-sama berakibat buruk bagi kesehatan.
  2. Tahukah Anda bahwa kemunculan sehelai uban dapat memicu terjadinya krisis paruh baya pada pria? Jika mereka menyadari bahwa usianya bertambah dan merasa terganggu dengan fakta tersebut, langkah-langkah konyol sekalipun rela mereka tempuh demi terlihat awet muda, dimulai dari memakai aneka krim anti penuaan hingga melakukan operasi plastik.
    • Perilaku semacam ini biasanya diikuti oleh perubahan gaya berpakaian. Jangan terkejut jika suatu hari nanti suami Anda muncul di ruang makan dengan mengenakan pakaian anak ketiga Anda. Sangat memalukan, memang. Namun setidaknya ini lebih baik ketimbang melakukan operasi plastik, bukan?
  3. Kebanyakan pria yang mengalami krisis paruh baya tidak mengenali sosok yang mereka lihat di kaca. Dalam benak mereka, sosok mereka masih berusia 25 tahun, dilengkapi dengan rambut hitam lebat dan kulit kencang yang tidak dipenuhi bintik-bintik penuaan. Bayangkan bagaimana perasaan mereka ketika suatu hari terbangun dan menyadari semuanya tidak lagi sama?
    • Bagaimana rasanya jika Anda terbangun di suatu pagi dan merasa 20 tahun lebih tua dari hari sebelumnya? Mengerikan, bukan? Itulah yang dirasakan pasangan Anda. Dia harus mulai menghadapi kenyataan bahwa usianya tidak lagi muda dan separuh hidupnya sudah terlewati.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Menyadari Terjadinya Perubahan Perilaku

PDF download Unduh PDF
  1. Di usianya yang sudah setua itu, pasangan Anda tiba-tiba gemar mengebut, melakukan berbagai kegiatan yang berisiko, dan bahkan rutin mengunjungi klub malam. Perilaku-perilaku impulsif nan kekanak-kanakan semacam ini sejatinya merupakan upayanya untuk membuktikan bahwa dia masih berjiwa muda dan mampu menikmati hidup layaknya remaja kebanyakan. Mungkin juga dia ingin menghindar dari penyesalan akibat waktu yang berjalan terlalu cepat.
    • Terkadang, para pria yang mengalami krisis paruh baya terobsesi dengan kebebasan dan kemandirian layaknya remaja – bedanya, remaja belum membangun keluarga sehingga hanya perlu memikirkan dirinya sendiri. Pria-pria semacam ini kerap ingin bertualang meski tidak tahu harus memulainya dari mana; dan biasanya meraka tidak memperhitungkan dampaknya untuk keluarga masing-masing.
    • Perilaku ceroboh semacam ini bisa menjelma menjadi tindakan tak bertanggung jawab seperti "melarikan diri" sejenak dari kehidupan yang sedang mereka jalani. Pria yang mengalami krisis paruh baya cenderung merasa bosan dengan pola hidupnya, sehingga rela meninggalkan segala tanggung jawab demi merasakan sesuatu yang baru dan mampu meningkatkan adrenalin. [2]
  2. Mereka yang mengalami krisis paruh baya kerap berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya, mengubah profesinya secara drastis, atau bahkan enggan bekerja lagi selamanya. Awas, pengaruh krisis paruh baya sangat luas, dimulai dari terhadap dirinya sendiri, hubungannya dengan pasangan dan keluarga, hingga kelangsungan kariernya.
    • Ada kalanya mereka menganggap orang-orang di sekitarnya dan kariernya saat ini tidak mendukung visi hidupnya di masa mendatang. Ketika menyadari itu, secara otomatis mereka akan melakukan berbagai perubahan, termasuk yang drastis sekalipun seperti mengubah profesinya.
  3. Sayangnya, kebanyakan pria yang mengalami krisis paruh baya justru “melarikan diri” pada wanita selain pasangan sahnya (atau setidaknya, mereka berencana melakukannya). Mereka kerap menunjukkan bahasa tubuh yang menggoda kepada wanita lain – rekan kerja yang lebih muda, pelatih senam anak perempuannya, wanita asing yang mereka temui di kafe – meski tahu sikap semacam itu tidak dibenarkan, mereka tetap melakukannya demi mendapatkan kenikmatan seksual tambahan.
    • Beberapa pria lebih nyaman mencari kenikmatan seksual di balik komputer atau laptop pribadi mereka. Mereka bisa saja menghabiskan waktu berjam-jam (bahkan seharian!) di depan komputer hanya untuk menjalin komunikasi daring dengan orang asing.
  4. Para pria yang mengalami krisis paruh baya cenderung mengahabiskan waktunya untuk menenggak minuman keras. Tiba-tiba mereka berubah menjadi pria yang gemar minum, baik ketika bersama rekan-rekannya maupun sendirian. Kemungkinan lainnya, bisa saja mereka mulai bereksperimen dengan aneka obat-obatan. Keduanya berdampak buruk bagi kesehatan, jadi pastikan Anda menghindarkan pasangan dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
    • Jika dia terlihat mulai membahayakan dirinya sendiri, jangan ragu untuk mengambil tindakan. Sejauh apa pun jarak yang dia bentangkan, hampiri dia. Rangkul pasangan Anda, karena kali ini yang dipertaruhkan adalah kesehatan dan nyawanya. Jika perlu, Anda bisa menghubungi terapis atau psikolog untuk membantu Anda mengatasi masalahnya.
  5. Para pria yang mengalami krisis paruh baya cenderung menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu. Mereka rela menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang sebelumnya tidak membuat mereka tertarik seperti menukarkan mobil keluarga dengan mobil sport , membeli aneka produk yang ditayangkan di televisi, membeli baju baru, bahkan membeli sepeda gunung meski mereka tidak suka bersepeda.
    • Perilaku semacam ini bisa berdampak positif dan negatif. Dampak negatif yang cenderung tidak berguna adalah ketika mereka rela menghabiskan miliaran rupiah untuk mendekorasi interior mobil mereka. Dampak yang lebih positif akan terasa jika mereka menghabiskan sejumlah uang yang sama untuk membeli seperangkat alat olahraga yang bisa dinikmatinya bersama keluarganya.
  6. Sikap ingin memberontak membuat mereka lebih rentan terhadap godaan yang dapat menghancurkan hidup mereka selamanya, seperti: [1]
    • Berselingkuh
    • Meninggalkan keluarganya
    • Mencoba bunuh diri [3]
    • Mencari kegiatan baru yang terlampau ekstrem
    • Mabuk-mabukan, menggunakan obat terlarang, dan berjudi
      • Perilaku-perilaku di atas mengakar dari ketidakpuasan mereka pada hidup yang tengah mereka jalani. Mereka kemudian melakukan hal-hal drastis demi menciptakan hidup yang baru tanpa memikirkan dampaknya bagi diri sendiri dan orang-orang terdekatnya. Dalam banyak kasus, pola pikir orang-orang semacam ini sangat sulit untuk diubah.
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Menyikapi Krisis yang Terjadi

PDF download Unduh PDF
  1. Jadikan ini prioritas utama Anda. Ingat, yang tengah melewati masa-masa sulit bukan hanya pasangan Anda. Sebagai orang terdekatnya, Anda pasti juga merasa hidup tengah berbalik 180° dan tidak lagi mudah dijalani. Oleh karena itu, jagalah diri Anda baik-baik dan nikmatilah hidup Anda. Sungguh, itu adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan di tengah krisis yang menghadang. [4]
    • Tidak perlu terlalu sedih jika pasangan kini lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain poker dengan teman-teman anak Anda. Jika dia mampu bersenang-senang, kenapa Anda tidak? Kejarlah kebahagiaan Anda! Manfaatkan waktu luang yang Anda miliki untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Inilah hal terbaik yang bisa dlakukan untuk diri Anda sendiri dan juga untuk pasangan Anda.
  2. Pasangan Anda ingin melakukan operasi plastik? Atau tiba-tiba berselingkuh? Hal-hal semacam itu bisa saja merupakan gejolak alami yang kerap menghampiri pria paruh baya. Namun jika berbagai perubahan perilaku (yang cenderung tidak layak) menguasai pasangan Anda secara bersamaan dalam waktu yang lama, bisa jadi dia memang tengah mengalami krisis paruh baya. [2]
    • Beberapa tanda-tanda seperti merasa terasing, gemar marah-marah, atau kerap memikirkan arti hidup, juga bisa merupakan gejala penyakit mental. Jika gejala-gejala tersebut terlihat menjangkiti mental pasangan (bukan perilakunya), pertimbangkan untuk menemui konselor, psikolog, atau ahli kesehatan mental.
  3. Pasangan Anda kehilangan ketertarikan terhadap hobinya? Atau amarahnya meledak pada situasi tertentu? Jika sikap-sikap tersebut tidak mengubah kepribadiannya dan hanya terjadi pada saat-saat tertentu, Anda belum bisa mengindikasikannya sebagai gejala krisis paruh baya. Perubahan kecil adalah hal yang wajar dialami oleh orang-orang yang tengah bertumbuh dewasa. Anda patut waspada jika perubahan ini berlangsung secara konstan selama 6 bulan atau lebih. [2]
    • Cobalah mengembalikan diri Anda ke masa-masa awal terjadinya krisis. Pada banyak kasus, selalu ada satu atau dua hal yang menjadi pemicu. Entah itu hal sesederhana menemukan sehelai uban, atau pengalaman traumatis kehilangan orang terkasih. Jika Anda bisa mengingat percakapan atau momen yang berhubungan dengan perubahan perilaku pasangann, bisa jadi memang itulah pemicunya.
  4. Melewati masa-masa krisis sangatlah menyulitkan bagi para pria; mereka tidak lagi tahu siapa diri mereka dan apa yang sesungguhnya mereka inginkan. Jadilah teman bicaranya dan dengarkan keluh kesahnya. Jangan meneriaki, mencaci maki, atau menuduh dan menuntutnya untuk berubah. Cukup tunjukkan pada pasangan bahwa Anda menyadari perubahan yang terjadi dan Anda siap membantunya melewati masa-masa sulit tersebut. Ingat, Anda ada di sana untuk mendukungnya, bukan untuk menghalangi usahanya meraih kembali kebahagiannya.
    • Jika dia mau terbuka kepada Anda, cobalah memahami kinerja mentalnya dan caranya memandang hidupnya pada saat itu. Ini akan membantu Anda mengatur ekspektasi terhadapnya dan terhadap hubungan kalian. Setiap krisis membutuhkan pendekatan yang berbeda. Untuk menemukan solusinya, Anda perlu terlebih dahulu mengetahui pokok masalahnya. Perubahan bisa terjadi pada penampilannya, pekerjaannya, hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya, atau hobinya. Berbicara dengannya dapat membantu Anda memprediksi – atau setidaknya tidak terkejut dengan – perilakunya.
  5. Meski berat, toh pada akhirnya Anda perlu membiarkan pasangan melakukan apa pun yang membuatnya merasa nyaman. Besar kemungkinan Anda tidak akan dilibatkan dalam ketertarikan barunya. Namun tidak perlu khawatir! Berikan ruang dan jarak yang dia butuhkan, niscaya hubungan Anda akan berjalan lebih baik di masa yang akan datang. [4]
    • Selain jarak fisik, kemungkinan pasangan Anda juga membutuhkan jarak emosi. Jika dia tidak mau mendiskusikan apa pun dengan Anda, jangan memaksanya untuk bicara. Meski awalnya Anda akan merasa gelisah karenanya, namun percayalah, pengorbanan Anda akan berguna untuk menekan konflik berkepanjangan di masa yang akan datang.
  6. 26% atau 1 dari 4 orang di dunia ini tengah berjuang menghadapi krisis paruh baya, baik sebagai pelaku maupun sebagai orang terdekat pelaku. [5] Bahkan mungkin Anda mengenal sebagian besar di antaranya. Jika segala sesuatunya mulai terasa berlebihan, tidak perlu ragu memanfaatkan segala bantuan yang tersedia di sekitar Anda.
    • Ada cukup banyak buku dan situs internet yang layak Anda baca. Anda akan disadarkan bahwa setiap hubungan memerlukan jeda. Ada kalanya Anda perlu berhenti menghabiskan waktu dan tenaga untuk hidup orang lain, meski orang itu menghabiskan separuh usianya di sisi Anda. Setelah itu, Anda perlu mengevaluasi langkah terbaik yang bisa Anda tempuh, entah itu mempertahankan atau meninggalkan hubungan Anda. Ingat, bukan hanya pasangan Anda yang menjadi korban dalam situasi semacam ini. Anda juga terkena imbasnya, sehingga tidak ada salahnya mempertimbangkan segala kemungkinan.
    Iklan


Tips

  • Jika pasangan Anda terlihat defensif dan enggan mengakui perubahan yang terjadi, cobalah membicarakannya dengan keluarga atau teman-teman dekatnya.
  • Jika pasangan Anda mulai melakukan aktivitas yang tidak sehat dan berbahaya, konsultasikanlah dengan dokter pribadinya.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 8.178 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan