PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah Anda pernah melihat kutipan berbahasa Latin dan bertanya-tanya bagaimana cara mengucapkannya? Ada banyak kutipan atau moto yang diambil dari bahasa Latin di dalam beberapa bidang seperti obat-obatan dan botani. Pengucapan bahasa Latin cenderung mudah jika dibandingkan dengan bahasa Inggris yang tidak beraturan. Namun, Anda masih memerlukan dedikasi untuk mempelajarinya karena tidak ada penutur jati bahasa ini yang bisa membantu Anda. Panduan pengucapan yang ada di dalam artikel ini berfokus pada bahasa Latin Gerejawi karena para ahli menganggap penulis Romawi kuno seperti Virgil merupakan penutur bahasa Latin. Selain itu, artikel ini juga memasukkan perbedaan yang paling sering muncul untuk membantu Anda membedakan cara berbicara atau bernyanyi dalam bahasa Latin.

Bagian 1
Bagian 1 dari 4:

Mempelajari Huruf Konsonan

PDF download Unduh PDF
  1. Huruf "v" diucapkan seperti "w" di dalam kata "warna". Jadi, kata via (jalan), diucapkan sebagai "wi-a."
    • Teks asli berbahasa Latin menggunakan huruf konsonan "v" untuk menggantikan huruf vokal "u" juga karena huruf "u" tidak ada di dalam bahasa ini. Sementara itu, buku cetak berbahasa Latin modern biasanya akan menggunakan huruf "u" untuk huruf vokal dan "v" hanya digunakan sebagai huruf konsonan saja.
  2. Bahasa Latin sebenarnya tidak memiliki huruf "j", tetapi beberapa penulis modern menggunakannya untuk menghindari kesalahpahaman. Jadi, jika ada huruf "j", bacalah huruf ini seperti "y" pada kata “yang”. Jika Anda membaca bahasa Latin dengan ejaan aslinya, huruf "i" biasanya akan ditulis dengan huruf konsonan "y". Kadang-kadang, bisa juga huruf itu diganti dengan huruf vokal.
    • Contohnya, nama Latin Iulius atau Julius akan dibaca seperti ‘’Yulius’’.
  3. Bahasa ini tidak seperti bahasa Inggris. Setiap hurufnya hampir selalu dibaca dengan cara yang konsisten: [1]
    • C selalu dibaca dengan jelas seperti huruf “k” pada kata “kera”. Sehingga kata cum (dengan) dibaca "kum".
    • G selalu diucapkan dengan jelas seperti huruf “g” di dalam kata “garasi”. Jadi, kata ago (saya mengemudi) dibaca "ago".
    • S selalu diucapkan dengan lembut seperti huruf “s” pada kata “sri”. Oleh karenanya, kata spuma (buih) diucapkan "spuma".
    • Huruf “r” selalu bergetar . Cara pengucapan huruf "r" pada bahasa Latin sama seperti bahasa Indonesia.
  4. Satu-satunya hal yang menantang soal bahasa Latin adalah aturan pembacaan huruf "h" yang biasanya tidak dibaca. Jangan tertipu dengan kombinasi huruf seperti “th” atau “ch” karena biasanya kombinasi ini tidak memiliki arti apa-apa di dalam bahasa Latin. Jadi, ucapkanlah huruf konsonan pertama yang Anda lihat saja.
    • Jika Anda mau menyempurnakan pengucapan bahasa ini, cobalah untuk mengucapkan huruf vokal yang ditulis setelah huruf “h” dengan lebih ringan dan lembut. Contohnya ‘’h-ai’’ atau ‘’h-aus’’. [2]
  5. Selain pengecualian yang ada di atas, Anda boleh mengucapkan konsonan lain sebagaimana Anda biasanya mengucapkannya di dalam bahasa Indonesia. Biasanya, pengucapannya akan sama karena diajarkan di sekolah.
    • Lafalkan setiap bunyi huruf dengan jelas. Contohnya, huruf “t” di dalam bahasa Latin klasik selalu diucapkan dengan jelas dan tidak pernah terdengar lembut. [3]
    • Ada beberapa hal kecil yang tidak terlalu penting untuk pemelajar tingkat dasar. Jika Anda mau menjadi ahli bahasa Latin, peraturan ini ada di bagian tambahan nanti.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 4:

Pengucapan Huruf Vokal

PDF download Unduh PDF
  1. Cara termudah untuk mempelajari cara mengucapkan huruf vokal Latin adalah dengan membaca teks yang ditulis khusus untuk pemelajar bahasanya. Setiap huruf vokal Latin memiliki vokal panjang dan pendek. Biasanya, buku pemelajar pemula memiliki tanda “makron” (tanda horizontal di atas huruf vokal) yang menandai huruf vokal panjang. Jadi, jika Anda menemukan huruf “a” di dalam buku, artinya huruf itu dibaca pendek, sedangkan huruf “ā” dibaca panjang.
    • Jika tujuan utama Anda untuk berbicara bahasa Latin Gerejawi, sekarang adalah saatnya untuk melewati bagian di bawah ini karena pengucapan huruf vokalnya berbeda.
    • Jika Anda tidak bisa menemukan teks seperti ini, mintalah bantuan pemelajar mahir bahasa Latin untuk membantu Anda mengenal pengucapan huruf vokal bahasa Latin. Kebanyakan siswa mempelajari cara pengucapan bahasa klasik ini dari latihan dan mengingat-ingat cara pelafalannya. Namun, Anda bisa juga mencari tahu aturan kompleks dari cara mengidentifikasi huruf vokal panjang dan pendek jika Anda lebih menyukai cara ini. [4]
  2. Buku paket untuk pemula biasanya tidak akan menandai huruf vokal pendek atau menandainya dengan tanda sirkumfleks (˘). Jika huruf tersebut termasuk huruf vokal pendek, lafalkan huruf-huruf tersebut seperti berikut:
    • lafalkan A seperti “a” pada kata ayam
    • lafalkan E seperti “e” pada kata enak
    • lafalkan I seperti “i” pada kata lihat
    • lafalkan O seperti “o” pada kata orang
    • lafalkan U seperti “u” pada kata uang
  3. Bahasa Indonesia tidak mengenal huruf vokal panjang dan pendek sehingga membedakan dan belajar untuk melafalkan huruf-huruf vokal Latin bisa sedikit sulit untuk orang Indonesia. Namun untuk tujuan belajar, buku paket biasanya menandai vokal panjang dengan tanda “makron” (garis horizontal). Huruf vokal panjang biasanya diucapkan sebagai berikut, namun dengan pelafalan yang lebih panjang:
    • Ā seperti huruf “a” pada kata ayah (diucapkan lebih panjang)
    • Ē seperti huruf “e” pada kata sate
    • Ī seperti huruf “i” pada kata ikan
    • Ō seperti huruf “o” pada kata orang
    • Ū seperti huruf “u” pada kata suap
  4. Diftong merupakan kombinasi dua huruf vokal yang dilafalkan sebagai satu suku kata. Pelafalan bahasa Latin lebih konsisten dibandingkan bahasa Inggris sehingga Anda tidak perlu menebak-nebak bagaimana bunyi huruf vokal ketika diucapkan. Kombinasi ini selalu diucapkan sebagai diftong: [5]
    • AE seperti diftong ai pada kata pai. Jadi, kata saepe (sering) dilafalkan sebagai “sai-pe”
    • AU seperti diftong au pada kata kerbau. Jadi, kata laudat (dia memuji) diucapkan sebagai “lau-dat”
    • EI seperti diftong ei pada kata survei. Jadi, kata eicio (Saya mencapai) diucapkan “ei-ki-o”
    • OE seperti diftong “oi” pada kata amboi.
    • Dari semua kombinasi huruf vokal yang ada, ucapkanlah setiap huruf vokal di dalam suku kata yang berbeda. Jadi, kata tuus (milikmu) diucapkan seperti “tu-us”
    • Kombinasi huruf vokal panjang dan pendek tidak menjadi diftong. Contohnya, kata "poēta" (penyair) dilafalkan “po-e-ta”.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 4:

Mempelajari Penekanan Kata dan Aturan Tambahan

PDF download Unduh PDF
  1. Contohnya, kata Caesar diucapkan “KAI-sar”. Aturan ini berlaku bagi semua kata dengan dua suku kata. [6]
  2. Penyair Latin bergantung pada klasifikasi ini untuk membangun irama puisinya. Kebanyakan pemelajar bahasa Latin akan belajar untuk membaca puisi juga. Pembelajaran ini sejak awal masa belajar akan membantu untuk menyempurnakan cara pelafalan Anda juga: [7]
    • Ucapkan suku kata dengan kuat jika suku kata memiliki huruf vokal panjang atau diftong.
    • Ucapkan suku kata dengan kuat juga jika diikuti dengan konsonan ganda. Huruf konsonan “x” termasuk ke dalam daftar konsonan yang dibaca seperti “ks”.
    • Jika suku kata tersebut tidak memiliki aturan seperti di atas, maka ucapkan suku katanya dengan lembut.
    • Beberapa guru akan menyebutnya suku kata “panjang” dan “pendek”. Namun, jangan campur adukkan suku kata seperti ini dengan huruf vokal panjang dan pendek.
  3. Suku kata yang berada di nomor dua dari belakang disebut suku kata praakhir. Jika suku katanya diucapkan dengan kuat, berikan penekanan di sini.
    • Kata Abutor (Saya mengembara) diucapkan seperti “a-BU-tor” karena suku kata praakhirnya merupakan huruf vokal panjang.
    • Kata Occaeco (Saya membuat buta) dilafalkan “ok-KAI-ko” karena suku kata praakhirnya merupakan diftong (ae).
    • Kata Recusandus (hal yang harus ditolak) diucapkan “re-ku-SAN-dus” karena suku kata praakhirnya merupakan konsonan ganda (nd).
  4. Jika suku kata praakhirnya merupakan suku kata ringan (artinya, huruf vokalnya pendek dan tidak diikuti konsonan ganda), maka suku kata ini tidak berpenekanan. Namun, berikan penekanan pada suku kata ketiga dari belakang yang disebut “ antepenult ”.
    • Kata Praesidium (penjaga) diucapkan “prai-SI-di-um”. Suku kata praakhirnya ringan sehingga penekanannya ada di suku kata ketiga dari belakang.
  5. Ada beberapa kasus khusus yang jarang dipelajari banyak pemelajar bahasa Latin. Jika Anda berencana untuk berjalan-jalan menjelajahi waktu ke masa Romawi kuno, Anda bisa mengesankan kaisar dengan menunjukkan aksen yang sempurna seperti berikut:
    • Konsonan ganda diucapkan dua kali. Contohnya kata reddit (dia memberikan kembali) diucapkan seperti "red-dit," bukan "re-dit".
    • konsonan "bt" dan "bs" diucapkan seperti "pt" dan "ps." [8]
    • Kombinasi konsonan "gn" diucapkan seperti "ngn" di dalam frasa "yang nari." [9]
    • Beberapa ahli bahasa berpikir bahwa huruf "m" pada akhir kata bersifat seperti huruf vokal nasal, seperti di dalam bahasa Prancis modern. Selain itu, kombinasi konsonan "ns" dan "nf" juga nasal. [10]
    • Kombinasi huruf "br", "pl", dan konsonan ganda yang semacamnya yang terdengar “bergabung” dengan huruf “l” dan “r” tidak dianggap sebagai konsonan ganda yang memerlukan penekanan suku kata. [11]
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 4:

Berbicara Bahasa Latin Gerejawi

PDF download Unduh PDF
  1. Bahasa Latin Gerejawi juga dikenal sebagai bahasa Latin Liturgi sudah lama dipakai di dalam lagu, ritual, dan pemberian keterangan gereja sejak berabad-abad lalu. Pengucapannya telah berubah untuk menyamai pengucapan bahasa Italia modern yang juga merupakan sejenis bahasa Latin yang sudah berevolusi. Salah satu perbedaan mencolok bahasa Latin Gerejawi dan bahasa Latin klasik adalah cara pengucapan bunyi-bunyi berikut: [12]
    • Jika ada huruf “c” sebelum “ae”, “e”, “oe”, dan “i”, lafalkan hurufnya seperti c di dalam kata “cuma” (bukan seperti huruf “k” pada kata “kera”).
    • Pada beberapa kesempatan, huruf “g” bisa diucapkan seperti huruf “j” pada kata “jam”.
    • Konsonan “sc” akan terdengar seperti “sy” pada kata “syiar”.
    • Konsonan “cc” diucapkan seperti “tch” di dalam kata berbahasa Inggris " catchy ".
    • Konsonan “xc” menjadi “ksh”, bukan “ksk”.
  2. Huruf-huruf vokal bahasa Latin Gerejawi biasanya memiliki lebih sedikit perbedaan antara bentuk vokal panjang dan pendeknya jika dibandingkan dengan bahasa Latin klasik. Cara pengucapannya yang pasti bisa berbeda-beda tergantung pada jemaat gerejanya. Jadi, pada akhirnya Anda boleh mengikuti contoh dari seseorang atau mengikuti naluri sendiri. Penyanyi gereja biasanya menyanyikan nada atau bunyi yang sama dengan lebih panjang atau pendek daripada mengganti cara pengucapan huruf vokalnya. Jika Anda tidak yakin, gunakan sistem berikut: [13]
    • Ucapkan "A" seperti pada kata “ayah”
    • Ucapkan "E" seperti pada kata “enak”
    • Ucapkan "I" atau Y seperti “I” pada kata “lihat”
    • Ucapkan "O" seperti pada kata “orang”
    • Ucapkan "U" seperti pada kata “uang”
  3. Bahasa Latin Gerejawi berbeda dengan bahasa Latin klasik dalam hal pengucapan huruf "v". Di dalam bahasa Latin Gerejawi, huruf "v" akan tetap diucapkan seperti huruf "v".
  4. Di dalam bahasa Latin Gerejawi, bunyi-bunyi ini terdengar mirip dengan cara pengucapan bahasa Roman modern. Contohnya: [14]
    • Kombinasi huruf “gn” selalu diucapkan seperti “ny” pada kata “banyak”
    • Kombinasi huruf “ti” yang diikuti huruf vokal apa saja diucapkan seperti bunyi "tsy" di dalam kata berbahasa Inggris “ patsy ”.
    • Pengecualian: “ti” akan tetap dilafalkan seperti “ti” jika letaknya ada di awal kata atau jika diikuti huruf “s”, “x”, atau “t”.
  5. Huruf "h" di dalam kedua kata ini diucapkan seperti "k". Jadi, kedua kata tersebut diucapkan seperti “nikil” dan “miki”. Namun, huruf “h” di dalam kata tersebut tidak dibaca. [15]
  6. Bahasa Latin Gerejawi masih menggunakan kombinasi huruf “ae” dan “oe” seperti di dalam bahasa Latin klasik. Sementara untuk diftong “au”, “ei”, “au”, dan “eu” akan membuat kedua bunyi huruf vokal terdengar berbeda. Jika diftongnya diberikan penekanan di dalam lagu, tahan nada pada huruf vokal pertama lalu ucapkan huruf vokal kedua sebentar saja pada akhir kata. [16]
    • Kombinasi huruf “ei” diucapkan sebagai diftong (satu suara). Sehingga pengucapannya mirip seperti “ei” pada kata “hei”.
    Iklan

Tips

  • Cara pengucapan, kosa kata, dan tata bahasa Latin sudah berubah secara drastis sejak kali pertamanya digunakan (kira-kira dari tahun 900 SM hingga 1600 M). Selain itu, ada juga variasi regional yang sangat berbeda. Cara pengucapan “klasik” yang diajarkan di artikel ini diambil dari cara bahasa ini diajarkan di sekolah-sekolah nonreligius di Amerika berdasarkan interpretasi cendekiawan Italia Latin dari abad 1 SM hingga 3 M. Ada juga negara-negara lain yang mengajarkan cara pengucapan yang berbeda.
  • Ingat, bahasa Latin dulu digunakan oleh bangsa Romawi secara alami. Jangan mengucapkan kata-katanya dengan kaku agar tidak terdengar seperti robot. Latihlah cara pengucapan Anda hingga lancar.
Iklan

Peringatan

  • Jangan memaksakan cara pengucapan setiap kata yang diambil dari bahasa Latin berdasarkan aturan di atas. Jika kata tersebut sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dan digunakan sehari-hari, gunakanlah cara pengucapan yang sesuai dengan bahasa Indonesia.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 15.770 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan