PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Sepanjang sejarah, wanita telah mengalami prasangka, diskriminasi, dan kerugian. Para pria masih bisa menikmati hak-hak istimewa yang kesetaraannya masih diperjuangkan oleh para wanita, seperti keuntungan ekonomi, karier, dan sosial. [1] Selain itu, ada pula tekanan sosial, budaya, dan personal yang kuat dan membentuk peran ideal wanita yang (biasanya) ditentukan oleh orang lain, bukan diri sendiri. Sayangnya, karena banyaknya tradisi dan struktur kuasa seperti ini yang tertanam di masyarakat, Anda mungkin akan terus menghadapi tekanan dari masyarakat untuk mengikuti standar-standar tertentu. Meskipun demikian, untuk menjadi sosok wanita yang lebih kuat, Anda perlu menjadi diri sendiri dan diri yang Anda inginkan, serta mengembangkan cara untuk menghadapi dunia yang tidak selalu “ramah” pada wanita.

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Menentukan Diri Sendiri

PDF download Unduh PDF
  1. Terlepas dari mitos umum yang beredar, sebenarnya tidak banyak perbedaan “bawaan” antara pria dan wanita. Sebagai contoh, otak pria dan otak wanita ternyata identik. [2] Meskipun tekanan sosial dan budaya sering memberikan standar kaku terkait apa yang bisa dianggap sebagai hal feminin, salah satu faktor untuk menjadi wanita yang lebih kuat adalah mampu menentukan apa arti “wanita” bagi “hidup Anda”. Tolak standar-standar atau pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan sosok wanita yang ingin Anda tunjukkan.
    • Masyarakat mungkin memiliki standar yang kaku atau opresif terhadap kelompok-kelompok marjinal, seperti wanita dengan etnis/ras yang berbeda (terutama selain wanita kulit putih), kelompok agama minoritas, atau wanita transgender. Terkadang sulit untuk menyeimbangkan antara pengembangan identitas sebagai sosok wanita yang ingin Anda tunjukkan dengan keamanan pribadi. Anda perlu menentukan apa yang membuat Anda merasa nyaman, dan apa yang aman bagi Anda pada situasi-situasi tertentu.
    • Bahkan, beberapa wanita (sayangnya) membatasi aspek-aspek yang dianggap tepat atau layak untuk wanita. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa Anda tidak bisa menjadi wanita feminis dan ibu rumah tangga, sementara yang lainnya beranggapan bahwa memiliki karier tidak cocok dengan kodrat wanita yang “sesungguhnya”. Ingatlah bahwa apa pun yang Anda pilih, baik menjadi seorang suster atau binaragawati, adalah hal yang bisa dilakukan oleh wanita karena Anda adalah wanita.
    • Perlu diingat bahwa perilaku yang bertentangan dengan norma-norma yang sudah diterima bisa mendapatkan perlawanan. Sebagai contoh, wanita yang mengenakan pakaian yang dianggap “seksi”, seperti rok pendek dan stiletto , mungkin dipandang secara negatif, terutama di tempat kerja. Sebaliknya, wanita yang mengenakan pakaian yang dianggap “sederhana”, seperti rok panjang atau sepatu hak datar, sering kali dipandang lebih positif di tempat kerja. [3] Biasanya sulit untuk mengarahkan antara apa yang berterima di masyarakat dengan apa yang ingin Anda tunjukkan. Untuk menjadi wanita yang lebih kuat, Anda perlu belajar untuk menyeimbangkan keduanya.
  2. Setiap orang memiliki nilai-nilai “utama” yang dijunjung. Nilai-nilai tersebut adalah keyakinan, pendapat, dan apa yang dianggap paling penting dalam hidup. Nilai-nilai tersebut membimbing Anda dalam membuat keputusan hidup. Dengan meluangkan waktu untuk bercermin pada kepribadian dan hidup, Anda bisa mengenali nilai-nilai tersebut. [4] [5]
    • “Kongruensi nilai” terjadi ketika pilihan yang Anda buat dan kehidupan sejalan dengan nilai-nilai yang Anda junjung. [6] Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika Anda membuat pilihan dan menentukan tujuan yang, secara pribadi, bermakna, Anda akan merasa lebih baik dan mendapatkan lebih banyak kesuksesan setelahnya. [7]
  3. Untuk mengetahui nilai-nilai yang Anda junjung, luangkan waktu untuk bercermin pada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan atau langkah-langkah di bawah ini dapat membantu Anda menentukan hal-hal yang Anda nilai atau junjung tinggi. [8]
    • Pikirkan beberapa momen kebahagiaan Anda. Apa yang pada saat itu Anda lakukan? Dengan siapa Anda melakukannya? Seperti apa situasinya? Tuliskan hal-hal tersebut.
    • Pikirkan beberapa momen ketika Anda merasa bangga pada diri sendiri. Mengapa Anda merasa bangga? Siapa orang lain yang ikut merasa bangga terhadap Anda? Hal-hal apa saja yang berkontribusi pada situasi tersebut? Tuliskan hal-hal tersebut.
    • Pikirkan momen-momen ketika Anda merasa puas atau lega. Menurut Anda, apa yang menyebabkan munculnya kepuasaan atau perasaan lega tersebut? Kebutuhan apa yang sudah terpenuhi? Apa yang bermakna dari situasi tersebut? Tuliskan hal-hal tersebut.
    • Jika Anda mengalami kebakaran, apa tiga hal yang ingin Anda selamatkan, dan mengapa? (Dengan anggapan bahwa manusia dan hewan peliharaan sudah aman) [9]
    • Jika Anda bisa mengubah satu hal mengenai masyarakat/lingkungan/tempat kerja/dunia, apa yang ingin Anda ubah dan mengapa?
    • Hal apa yang Anda minati atau sukai?
  4. Setelah Anda mengumpulkan tanggapan-tanggapan untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, pikirkan apa yang mencolok dari jawaban Anda. Hal apa yang paling dominan dalam memberikan kebahagiaan? Hal apa yang ternyata tidak memuaskan seperti yang Anda duga?
    • Sebagai contoh, mungkin Anda ingin menyelamatkan album foto keluarga ketika terjadi kebakaran, dan merasa bahwa biasanya Anda merasa sangat bahagia ketika sedang bersama teman-teman atau keluarga. Hal tersebut mencerminkan atau menandakan bahwa nilai-nilai sosial, seperti orientasi pada masyarakat, persahabatan, dan keluarga, merupakan nilai yang paling kuat bagi Anda. [10]
    • Serupa dengan contoh di atas, mungkin Anda merasa bangga pada diri sendiri ketika Anda meraih tujuan atau pencapaian. Bisa jadi, status atau keahlian adalah hal yang membuat Anda merasa puas. Hal-hal tersebut mencerminkan bahwa nilai-nilai seperti sifat kompetitif, pencapaian, dan keunggulan merupakan nilai-nilai yang penting bagi Anda.
    • Ingatlah bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai Anda , dan tidak harus memenuhi standar orang lain. Nilai-nilai tersebut bukan bersifat “benar” atau “salah”. Untuk memahami lebih mendalam, cobalah kunjungi halaman web Mind Tools, “ What Are Your Values ”, yang memberikan daftar nilai-nilai pribadi yang mungkin Anda junjung. [11]
  5. Hanya karena kita memiliki nilai-nilai utama, tidak berarti kita harus selalu bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Ada banyak alasan mengapa kita membuat pilihan yang tidak sesuai dengan nilai yang dijunjung. Karena wanita sering kali mendapatkan banyak tekanan sosial dan budaya, Anda mungkin kesulitan untuk memilih pilihan yang tidak selaras dengan ekspektasi tradisi.
    • Banyak wanita yang mengalami semacam “keharusan” yang sangat besar. Yang lebih buruk lagi, beberapa “keharusan” tersebut benar-benar bersifat bertentangan. Sebagai contoh, ada tekanan sosial umum yang mengharuskan wanita untuk tampil atraktif secara seksual, sambil tetap menunjukkan “kesederhanaan”. [12] Ketika Anda menerima “keharusan” seperti itu, Anda bisa terdorong untuk membuat keputusan yang tidak sesuai dengan hal-hal yang benar-benar Anda junjung. [13]
    • Pikirkan momen ketika Anda harus membuat keputusan yang sulit. Sebagai contoh, mungkin Anda memutuskan untuk menitipkan bayi atau anak Anda di tempat penitipan anak agar Anda bisa kembali bekerja. Apakah keputusan untuk menitipkan anak didorong oleh tekanan untuk kembali ke tempat kerja? Jika ya, hal tersebut merupakan contoh dari “keharusan”, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Jika keputusan Anda untuk menitipkan anak didorong oleh pemenuhan kebutuhan pribadi di tempat kerja yang sempat terlewatkan, keputusan tersebut merupakan contoh dari pilihan yang sejalan dengan nilai yang dijunjung.
    • Terkadang, adanya kebutuhan mengharuskan Anda untuk membuat pilihan yang tidak ideal. Oleh karena itu, sebisa mungkin buatlah pilihan dalam hidup yang sejalan dengan nilai yang dijunjung. Dengan cara ini, Anda bisa berkompromi dengan lebih mudah.
  6. Di Amerika Serikat, dari 10 orang ibu, ada lebih dari tujuh orang ibu yang sudah memiliki anak dan tetap bekerja. Selain itu, lebih dari setengah pasangan yang sudah menikah saling memiliki pekerjaan masing-masing. Dengan perbandingan seperti itu, pada situasi tertentu Anda harus menentukan bagaimana Anda menyeimbangkan kehidupan keluarga dengan karier. [14]
    • Sayangnya, masyarakat Amerika masih memiliki stigma yang kuat terhadap para ibu yang bekerja di luar rumah; hanya sekitar 21% orang Amerika yang memandangnya secara positif.
    • Sadarilah bahwa wanita “yang bisa melakukan segalanya” hanyalah mitos. Dengan menentukan nilai-nilai utama yang dijunjung, Anda bisa menentukan apa yang perlu diprioritaskan karena terkadang, Anda perlu memprioritaskan satu hal dibandingkan dengan hal lainnya. Pilihlah apa yang paling sesuai atau memenuhi nilai-nilai yang Anda junjung. [15]
  7. Banyak wanita yang memerankan banyak peran dalam kehidupannya: anak, kakak/adik, pasangan, ibu, dan lain-lain. Peran-peran tersebut biasanya ditentukan secara sosial, dan masyarakat dapat mendorong wanita untuk menentukan identitasnya hanya berdasarkan hubungannya dengan orang lain (mis. istri dari suami, anak dari ibu, ibu dari anak, kakak/adik dari saudara, dan lain-lain). [16] Karena di banyak budaya wanita diajarkan untuk memahami dirinya berdasarkan hubungannya dengan orang lain, banyak wanita yang harus berjuang untuk menemukan identitas yang terpisah dari keluarganya. [17] [18]
    • Selain hubungan dengan orang lain, pikirkan pula peran lain yang Anda mainkan. Apakah Anda seorang musisi, koki, atau pecinta buku komik? Mungkin Anda adalah seorang penerjun payung, peselancar, atau pemain catur. Dengan memikirkan peran-peran yang Anda mainkan, selain dari peran-peran berdasarkan hubungan Anda dengan orang lain, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai diri sendiri.
    • Wanita yang tidak mengikuti pernikahan dan proses menjadi seorang ibu secara tradisional sering kali mendapatkan stigma tertentu. Selain itu, wanita yang belum memiliki anak mungkin mengalami tekanan untuk segera memiliki anak, atau mendapatkan banyak pertanyaan terkait alasannya untuk tidak memiliki anak. [19] Dengan menentukan apa yang Anda junjung, Anda bisa menghadapi tekanan-tekanan sosial dan budaya tersebut.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

Membangun Kepercayaan Diri

PDF download Unduh PDF
  1. Catat kekuatan-kekuatan diri . Salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan membuat daftar kekuatan diri yang Anda miliki. Meskipun Anda ingin menjadi wanita yang lebih kuat, Anda sebenarnya sudah memiliki beberapa kekuatan utama yang gunakan..
    • Ingatlah bahwa beberapa orang sering kali menebak atau mengira kekuatan dan kelemahan dirinya secara tidak akurat. [20] Oleh karena itu, ada baiknya Anda meminta bantuan dari orang lain untuk mengetahui kekuatan diri.
  2. [21] Latihan ini berdasarkan kepada penelitian yang dilakukan oleh psikolog-psikolog organisasi. Anda bisa merasakan manfaat dari latihan ini, terutama jika Anda kesulitan untuk mencatat sendiri kekuatan-kekuatan diri. Latihan ini bisa membantu Anda membiasakan diri untuk mendengar umpan balik atau tanggapan positif mengenai diri sendiri karena sejauh ini, banyak wanita yang diajarkan untuk mengacuhkan atau memandang diri sendiri dengan prasangka/kecurigaan.
    • Kenali orang-orang yang bisa membantu Anda dan mintalah tanggapan dari mereka. Mintalah 10-20 orang yang Anda kenal baik untuk menulis momen-momen ketika Anda menjadi “sosok terbaik”. Mintalah mereka untuk memberikan contoh spesifik.
    • Perhatikan pola pada cerita-cerita yang mereka berikan. Catat hal-hal yang menonjol atau berulang.
    • Gabungkan pola-pola tersebut. Buatlah profil sosok “terbaik” Anda menggunakan daftar.
    • Gunakan gambaran sosok terbaik tersebut untuk membantu kemajuan perkembangan Anda. Fokuskan diri untuk memantapkan keahlian-keahlian yang sudah dimiliki dan mengembangkan keahlian-keahlian baru untuk menghadapi berbagai aspek dalam hidup, baik pengembangan cara menangani emosi dan stres, atau hal-hal kecil lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Wanita sering kali diajarkan untuk menjadi pemuas orang lain. Masyarakat menetapkan semacam peran gender tradisional yang mengajarkan para wanita untuk menentramkan, menjaga kedamaian, dan melayani orang lain. [22] Para wanita juga sering kali diajarkan untuk “bersikap baik” dan memikirkan perasaan orang lain, sampai sering kali mereka tidak memikirkan perasaannya sendiri. [23] Anda mungkin kesulitan untuk belajar berkata “tidak”, tetapi hal tersebut merupakan bagian penting dalam menjadi sosok wanita yang lebih kuat. [24]
    • Perlu diingat bahwa penetapan batasan dan penerapannya, terutama di tempat kerja, terkadang mendapatkan perlawanan. Karena wanita biasanya dianggap sebagai “pembantu”, perilaku-perilaku yang tampak menentang persepsi tersebut dapat dipandang secara negatif.
    • Salah satu cara untuk berkata “tidak” secara produktif di lingkungan tempat kerja adalah dengan mengingatkan orang yang membuat permintaan mengenai hal/aktivitas lain yang sedang Anda kerjakan. Sebagai contoh, Anda bisa duduk bersama atasan dan mengatakan: “Tugas tersebut memang penting. Sebenarnya, saya sedang mengerjakan banyak hal saat ini, jadi mari kita mengobrol selama beberapa menit agar Anda bisa membantu saya menemukan cara untuk memprioritaskan proyek yang saya kerjakan. Saya ingin memastikan saya berfokus kepada hal-hal yang paling penting terlebih dahulu.” [25]
    • Tunggulah selama 24 jam untuk membuat keputusan sebelum Anda menyetujui sesuatu. Anda selalu bisa mengatakan, “Biarkan kupikirkan tentang hal ini. Setelah itu, aku akan memberi tahumu jawabannya.” Dengan cara ini, Anda bisa memikirkan apakah permintaan orang lain dapat menjadi kesempatan yang baik, dan apakah Anda benar-benar memiliki waktu untuk melakukannya. [26]
    • Anda juga bisa berkata tidak pada teman-teman. Anda bisa mengatakan, misalnya, “Aku sebenarnya ingin membantumu pada proses pindahan minggu ini, tetapi aku sudah memiliki janji lain” atau “Aku sebenarnya ingin datang ke pestamu, tetapi aku mengalami minggu yang berat dan perlu waktu untuk beristirahat sejenak akhir pekan ini.” Anda tidak perlu merasa bersalah untuk merawat diri sendiri, dan orang-orang yang Anda sayangi pun akan mengerti keputusan Anda. Jika mereka tidak mau mengerti, Anda perlu memikirkan kembali hubungan Anda dengan mereka. [27]
  4. Penulisan jurnal dapat memberikan manfaat yang baik. Dengan menulis jurnal, Anda bisa merasa bersyukur dan lebih baik tentang diri sendiri. [28] Penulisan jurnal juga membantu Anda mengembangkan kepedulian dan kasih sayang pada diri sendiri. [29] Tidak semua orang merasa nyaman atau cocok menulis jurnal, tetapi aktivitas tersebut tetap disarankan karena dapat menjadi cara yang tepat untuk bercermin pada diri sendiri dengan kebaikan. [30]
    • Berfokuslah kepada orang-orang dan pengalaman-pengalaman yang Anda syukuri. Tuliskan hal-hal kecil yang mereka lakukan yang membuat Anda bahagia. Memupuk rasa syukur terbukti dapat mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, dan mendorong perasaan puas atau bangga terhadap diri sendiri. [31]
    • Psikolog Dr. Kristin Neff menyarankan untuk menulis jurnal “kepedulian diri”. Tuliskan momen-momen ketika Anda merasa kesal, menghakimi diri sendiri, atau merasa terluka. Setelah itu, gunakan kesadaran, rasa kemanusiaan, dan kebaikan diri untuk memproses perasaan-perasaan yang lahir dari pengalaman-pengalaman tersebut.
    • Sebagai contoh, bayangkan ada seseorang yang mengatakan hal menyakitkan tentang penampilan Anda. Tuliskan perasaan dan reaksi Anda, dan apa yang Anda lakukan setelahnya. Cobalah untuk tidak menghakimi diri sendiri atau pengalaman tersebut: “Seseorang di bis mengomentari tubuhku. Aku merasa terluka dan malu.” Setelah itu, sadar bahwa pengalaman tersebut merupakan bagian dalam perjalanan hidup Anda sebagai manusia: “Wajar saja jika aku merasa terluka ketika seseorang bersikap tidak baik.” Terakhir, tenangkan diri Anda: “Orang tersebut tidak mengenalku, dan ia menghakimi atau menilaiku atas hal yang tidak bisa kukendalikan. Itu masalahnya sendiri. Aku cantik, dan aku bisa bersikap baik pada orang lain.”
  5. Percakapan dengan diri sendiri yang bersifat negatif dari benar-benar merusak diri. Sayangnya, banyak dari kita yang sering mengulang pikiran-pikiran negatif, tanpa benar-benar memikirkan baik-baik tentang pikiran-pikiran tersebut. Luangkan waktu untuk melawan pikiran-pikiran negatif mengenai diri sendiri dengan pernyataan-pernyataan positif. Pengungkapan pernyataan-pernyataan tersebut secara lantang juga mungkin berguna. [32]
    • Sebagai contoh, bayangkan Anda sedang berada di toko swalayan dan anak Anda berperilaku buruk. Anda membentaknya, tetapi segera menyesali tindakan tersebut. Pikiran negatif yang mungkin muncul, di antaranya, adalah “Aku adalah ibu yang buruk.” Pikiran seperti itu merupakan generalisasi yang tidak adil tentang Anda yang diambil dari satu situasi saja.
    • Daripada membiarkan pikiran seperti tersebut muncul, ingatkan diri sendiri bahwa Anda hanyalah manusia biasa dan bisa mengakui kesalahan diri: “Aku membentak anakku, dan hal tersebut salah. Aku harus bersikap lebih baik lagi di kemudian hari.”
    • Ketika Anda melawan pikiran-pikiran negatif, tidak berarti bahwa Anda tidak bertanggung jawab atas kesalahan diri sendiri. Sebagai contoh, Anda tetap harus meminta maaf kepada anak Anda setelah membentaknya, bahkan ketika Anda sudah menolak pikiran-pikiran negatif mengenai insiden tersebut. Perbedaannya adalah, di situasi pertama, Anda membuat generalisasi diri sebagai sebuah “kegagalan”, sementara di situasi kedua, Anda mengenali dan mengakui kesalahan. Pola pikir yang tercermin dari situasi kedua dapat mendorong perkembangan dan kekuatan diri.
  6. Personalisasi merupakan distorsi persepsi yang umum terjadi dan mendorong kita untuk (secara otomatis) menyalahkan diri sendiri atas hal buruk yang terjadi. Karena tekanan sosial dan budaya sering kali mendorong wanita untuk bertanggung jawab atas kondisi setiap orang, personalisasi dapat menjadi hal yang sulit untuk Anda atasi. Dengan menyadari bahwa Anda tidak harus bertanggung jawab atas orang lain, Anda bisa menjadi sosok yang lebih kuat. [33]
    • Sebagai contoh, jika pasangan Anda akhir-akhir ini tidak begitu tertarik dengan seks, pendekatan personalisasi dapat membuat Anda menyalahkan diri sendiri: “Pasanganku tidak ingin melakukan seks denganku karena ada sesuatu yang kulakukan.”
    • Salah satu cara untuk melawan distorsi seperti itu adalah dengan menyadari bahwa orang lain memiliki kehidupannya dan pikirannya sendiri yang tidak selalu Anda ketahui. Pasangan Anda mungkin mengalami banyak tekanan di tempat kerja, terjangkit demam, tidak merasa atraktif dengan dirinya sendiri, atau menghadapi masalah lain yang (sebenarnya) bukan kesalahan Anda.
    • Komunikasi langsung dapat menjadi cara yang baik untuk melawan personalisasi. Sebagai contoh, Anda bisa bicara dengan pasangan mengenai penyebab menurunnya gairah seksnya. Lakukan pendekatan terhadap masalah tanpa menghakimi diri sendiri; cukup tanyakan kepadanya apa yang terjadi dan ajaklah ia untuk mau berbagi cerita kepada Anda: “Kuperhatikan akhir-akhir ini kita tidak melakukan seks. Aku rindu melakukannya denganmu. Apa kamu ingin menceritakan apa yang terjadi?”
  7. Wainta sering kali mendapatkan banyak tekanan untuk melakukan setiap hal dan memainkan setiap peran. Wanita diajarkan untuk menjadi sempurna karena kesempurnaan sering kali disalahpahami sebagai keunggulan. Wanita juga diajarkan bahwa ketidaksempurnaan dapat berarti kegagalan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perfeksionisme justru menghambat perkembangan diri, dan orang-orang yang paling sukses adalah orang-orang yang menerima kesalahannya sebagai pengalaman pembelajaran untuk masa mendatang. [34] Ingatkan diri sendiri bahwa keunggulan bukanlah hasil dari kesempurnaan. Keunggulan dapat diraih dengan menetapkan tujuan yang bermakna dan bekerja keras untuk meraih tujuan tersebut. Cara produktif untuk menjadi sosok yang unggul adalah dengan memperlakukan diri sendiri, sebagaimana seorang penasihat memperlakukan Anda: dengan rasa hormat, kepercayaan, pemahaman, kasih sayang, empati, dan kebaikan.
    • Cobalah lakukan pendekatan kepada diri sendiri sebagaimana Anda ingin teman atau anggota keluarga mendekati Anda. Kemungkinan Anda tidak akan menghakimi teman-teman dengan kasar atas kekurangannya. Tunjukanlah kasih sayang atau perlakuan yang sama pada diri sendiri.
    • Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perfeksionisme dapat merusak prestasi dan pencapaian. [35] Perfeksionisme juga dapat mendorong penundaan sehingga Anda tidak akan pernah mulai berusaha meraih tujuan karena Anda percaya Anda tidak akan bisa mencapainya dengan cara yang diinginkan. [36]
  8. Penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat “terjangkit” emosi, seperti halnya ketika terjangkit demam atau pilek, jika ia meluangkan waktunya bersama orang-orang lain yang merasakan emosi yang bersangkutan. Fenomena ini dikenal sebagai “penularan emosional”. Sebagai contoh, ketika Anda meluangkan waktu bersama orang-orang yang berbahagia, ada kemungkinan Anda juga akan merasa bahagia. [37] Pastikan Anda dikelilingi oleh orang-orang yang menghormati dan peduli kepada Anda. Luangkan waktu dengan orang-orang yang menerima dan mencintai Anda sebagai sosok wanita kuat yang Anda tunjukkan.
    • Meluangkan waktu bersama orang-orang yang bersikap positif dapat membantu Anda mengembangkan bidang-bidang lain dalam hidup. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekelompok mahasiswa jurusan bisnis yang “mendapatkan” emosi positif dari “aktor” yang bergabung dengan kelompoknya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mampu bekerja sama, menunjukkan konflik yang lebih sedikit, dan merasa lebih baik dengan pencapaian yang mereka miliki. [38]
  9. Kesendirian dapat menjadi hal yang membuat banyak wanita merasa tidak nyaman. Tekanan sosial dan budaya sering kali mendorong wanita untuk “membutuhkan” seseorang—pasangan pria, anak, atasan—agar kehidupan wanita terasa lebih “lengkap”. Meskipun demikian, meluangkan waktu positif yang menyenangkan untuk diri sendiri dapat menjadi cara yang tepat untuk memperkuat kemandirian. [39]
    • Berjalan-jalanlah sendiri. Cobalah untuk tidak terpaku pada apa yang ada di daftar hal yang harus dilakukan atau apa yang orang lain butuhkan dari Anda. Gunakan indra yang Anda miliki untuk memperhatikan (dengan sadar) keindahan di sekitar Anda, seperti bunga-bunga yang bermekaran di pinggir jalan atau suara rinai hujan. Dengan mengembangkan penghargaan atas hal-hal kecil, Anda bisa merasa lebih tenang dan bijaksana. [40]
    • Pergilah makan malam di luar atau menonton film sendiri. Terkadang, budaya melakukan berbagai hal atau pengalaman “berdua dengan orang lain” tertanam begitu kuat sampai Anda sulit untuk membayangkan diri sendiri melakukan hal tersebut sendiri. Akan tetapi, tidak ada alasan Anda tidak bisa melakukan hal-hal menyenangkan sendiri. Pergilah sendiri untuk makan malam di luar. Tontolah film dan pesan minuman dan berondong jagung untuk diri sendiri. Bawalah buku ke bar favorit Anda dan nikmati minuman. Sesekali “berkencan” dengan diri sendiri membantu Anda untuk tetap ingat bahwa Anda layak meluangkan waktu dan merawat diri sendiri. [41]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

Mencintai Tubuh Sendiri

PDF download Unduh PDF
  1. Salah satu aspek paling berbahaya pada tekanan sosial terhadap wanita adalah desakan bagi wanita untuk memiliki penampilan tertentu. Berdasarkan beberapa survei, 91% wanita merasa tidak bahagian dengan penampilannya. [42] Hal tersebut tidak begitu mengejutkan, mengingat berbagai media yang diekspos kepada kita setiap hari (mis. majalah, film, acara televisi, dan iklan) dijejali dengan gambaran penampilan yang “layak”, namun dengan variasi yang sempit. Penampilan wanita yang “ideal” biasanya mencakup kulit yang putih, tubuh yang tinggi, payudara besar, dan berat badan yang sehat. [43] Tentu saja, kebanyakan wanita tidak memiliki penampilan seperti itu. Belajar mencintai tubuh Anda apa adanya dapat membantu Anda untuk tampil percaya diri apa adanya.
    • Bombardir media seperti ini tidak terbatas hanya pada Amerika Serikat dan negara-negara Barat saja. Sebagai contoh, ketika media barat mulai membentuk standar kecantikan di Jepang, kasus gangguan makan pun mulai meningkat di Jepang. [44]
    • Tempelkan stiker atau tanda yang memuat pernyataan-pernyataan positif di semua cermin, seperti “Aku memiliki kecantikan luar dan dalam.”
    • Luangkan waktu untuk melihat diri sendiri di depan cermin. Jangan berfokus kepada aspek-aspek yang tidak Anda sukai. Tantang diri untuk mencari (setidaknya) 5 hal yang Anda anggap cantik pada tubuh. Setelah itu, keesokan harinya tantanglah diri untuk mencari 5 hal lainnya yang Anda anggap cantik atau menarik.
    • Karena identitas gender para wanita transgender tidak sesuai dengan jenis kelamin atau keadaan fisik bawaan lahirnya, mereka sering kali menghadapi situasi-situasi “unik” mengenai kondisi fisiknya. [45] Menyesuaikan tubuh dengan identitas gender bukanlah bentuk “mutilasi” atau kegagalan untuk mencintai diri sendiri; hal tersebut justru merupakan cara untuk menunjukkan karakter atau ciri khas diri yang merupakan salah satu faktor untuk menjadi sosok wanita yang lebih kuat.
  2. Apa yang dikenakan dapet memengaruhi perasaan Anda terhadap diri sendiri. Sebagai contoh, salah satu penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang diminta untuk mengenakan jas laboratorium ketika melakukan tugas ilmiah sederhana menunjukkan perhatian yang lebih besar dan merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan mereka yang tidak mengenakan jas laboratorium. [46] Carilah pakaian yang membuat Anda merasa nyaman dengan diri sendiri dan bisa mencerminkan kepribadian Anda.
    • Abaikan label. Bagi banyak wanita, ukuran pada label pakaian secara terbalik berkaitan dengan harga diri: semakin besar ukuran pakaian, semakin buruk pandangan kita mengenai diri sendiri. Label ukuran “hanyalah” sebatas huruf, dan juga benar-benar bersifat dapat berubah-ubah. [47] Pakaian dengan label ukuran S di satu toko bisa jadi memiliki ukuran L di toko lain. [48] Jangan biarkan huruf-huruf tersebut menentukan harga diri Anda!
    • Pahami bahwa banyak tempat kerja yang mengharuskan wanita untuk berpakaian secara konservatif. Hal tersebut memang tidak adil, tetapi sayangnya, wanita-wanita yang mengenakan pakaian yang terlalu “menggugah”, seperti blus potongan pendek, rok pendek, atau perhiasan yang berkilau, terkadang tidak dianggap serius di lingkungan tempat kerja. Cobalah seimbangkan antara hal yang membuat Anda dihargai dan hal-hal yang bisa mencerminkan kepribadian atau karakter Anda.
  3. Seksualitas wanita biasanya merupakan topik yang tabu, terutama pemuasan kebutuhan seksual yang dilakukan diri sendiri. Masturbasi sering kali dibayang-bayangi dengan mitos, kesalahan informasi, dan perasaan bersalah. [49] Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa masturbasi secara teratur dapat memberikan beragam manfaat kesehatan bagi wanita. Melakukan interaksi fisik dengan tubuh dapat membuat Anda merasa lebih kuat, lebih sehat, dan lebih bahagia. [50] [51]
    • Tidak ada cara yang “benar” atau “salah” untuk bermasturbasi. Jelajahi tubuh Anda dan pelajari apa yang membuat Anda merasa nyaman. Jika Anda menggunakan alat bantu seks atau semacamnya, pastikan Anda membaca petunjuk penggunaan dan menjaganya agar tetap bersih dan aman. [52]
    • Meskipun pada awalnya terkesan konyol, cobalah perhatikan organ intim Anda untuk mengetahui bentuk tubuh Anda dan bagian yang bisa Anda fokuskan. [53] [54]
    • Masturbasi membantu melepaskan endorfin, hormon alami peningkat suasana hati yang dapat meredakan stres dan kecemasan. Anda bisa merasakan peningkatan tersebut, bahkan ketika Anda tidak mengalami orgasme. [55]
    • Masturbasi dapat meredakan masalah yang berkaitan dengan menopause dan momen pascamenopause, seperti penyempitan atau pengeringan saluran vagina. [56]
    • Masturbasi membuat Anda tidur lebih baik. Ketika mendekati klimaks, tubuh akan mengeluarkan dopamin, hormon yang membuat Anda merasa nyaman. Setelah orgasme, tubuh akan mengeluarkan endorfin dan oksitoksin yang membantu Anda tidur lebih nyaman dan tenang. [57]
    • Manfaat tambahan lainnya dari bermasturbasi adalah Anda bisa mempelajari apa yang bisa memberikan kenikmatan seksual dan apa yang tidak. Anda bisa berbagi informasi tersebut dengan pasangan agar ia mengerti apa yang bisa membuat Anda terangsang. Wanita yang biasa bermasturbasi kemungkinan besar bisa menjalani kehidupan seksual yang bahagia bersama pasangannya. Mereka juga dikatakan lebih menikmati seks daripada wanita yang tidak bermasturbasi. [58] [59] [60]
    • Beberapa buku mengenai masturbasi dan orgasme wanita yang berguna, di antaranya, adalah The Elusive Orgasm: A Woman’s Guide to Why She Can’t and How She Can Orgasm karya Dr. Vivienne Cass dan Tickle Your Fancy: A Woman’s Guide to Sexual Self-Pleasure karya Dr. Sadie Allison.
  4. Dengan mencoba beragam jenis novel erotis dan pornografi, Anda bisa mencari tahu apa yang bisa merangsang Anda. [61]
    • Membaca novel erotis bersama pasangan juga dapat menjadi pengalaman yang memuaskan. [62]
    • Apa yang Anda sukai dan tidak sukai tentunya akan bergantung pada diri sendiri. Jangan merasa bahwa Anda harus mengikuti standar orang lain, dan bukan standar Anda sendiri.
  5. Setiap wanita memiliki tubuh yang unik, dan hal-hal yang bisa membuat Anda terangsang pun berbeda dengan orang lain. Sayangnya, ada kesalahpahaman yang beredar di masyarakat. Selain itu, terdapat pula kecenderungan yang mengatakan bahwa berbicara mengenai seksualitas wanita adalah hal yang memalukan atau kotor. Sebenarnya, hal tersebut tidak seperti itu. Mitos-mitos dan kesalahan informasi seperti itu berbahaya bagi kesehatan dan kebahagiaan Anda. Dengan menjaga dan memelihara kesehatan kehidupan seksual, Anda akan merasa lebih kuat dan kebutuhan Anda bisa lebih terpenuhi. [63] [64]
    • Sebagai contoh, mitos yang paling umum beredar adalah pria lebih sering memikirkan tentang seks daripada wanita. Anda mungkin pernah mendengar mitos seperti itu (mis. mitos bahwa “Pria selalu berpikir tentang seks” atau “Pria memikirkan tentang seks setiap 2 detik”). Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pria dan wanita dewasa memikirkan tentang seks dalam frekuensi yang sama. [65]
    • Mitos umum lainnya adalah wanita tidak menyukai kegiatan seks kasual. Hal ini juga tidak benar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, wania sama tertariknya dengan seks kasual, seperti halnya pria. Akan tetapi, ada dua faktor yang mengurangi ketertarikan tersebut: keselamatan dan persepsi sosial. Wanita akan lebih peduli terhadap keselamatan fisiknya ketika menghadapi seks kasual (sebagai alasan yang tepat, data statistik menunjukkan bahwa 1 dari 5 wanita mengalami pemerkosaan dalam hidupnya. [66] Karena masyarakat memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengkarakterisasi wanita yang melakukan seks kasual sebagai wanita yang “tidak bermoral” atau berperilaku negatif, wanita juga cenderung mempertimbangkan kembali apakah perilakunya akan mendapatkan stigma sebelum menerima atau melakukan seks kasual. [67]
    • Mitos umum yang ketiga adalah wanita tidak ingin dan tidak perlu bermasturbasi. Akan tetapi, lebih dari setengah wanita yang berusia antara 18-49 tahun mengatakan bahwa mereka bermasturbasi setidaknya dalam 90 hari terakhir. Wanita dengan usia antara 18-49 tahun sebenarnya cenderung lebih sering bermasturbasi daripada pria dalam rentang usia yang sama. [68]
  6. Wanita sering kali diajarkan untuk tidak menceritakan kebutuhannya. Akan tetapi, dengan berbagi keinginan dan kebutuhan dengan pasangan, Anda bisa merasakan atau membentuk keakraban yang menyenangkan. [69]
    • Tentukan waktu yang tepat untuk berbicara. Sebelum tidur, ketika melakukan pekerjaan rumah, atau ketika menonton acara televisi, ada baiknya Anda tidak membuka perbincangan mengenai kehidupan seksual. Pilihlah waktu yang tepat yang memungkinkan Anda berdua untuk saling berfokus kepada satu sama lain, tanpa adanya pengalih perhatian. [70]
    • Gunakan istilah atau bahasa yang terbuka dan terus terang. Jangan merasa malu untuk menggunakan kata-kata yang tepat untuk mengutarakan keinginan Anda. Pasangan Anda mungkin tidak memahami gaya bahasa eufimisme (dalam hal ini, kata-kata yang sengaja Anda “haluskan”). Oleh karena itu, sebisa mungkin bicaralah dengan spesifik. [71]
    • Cobalah untuk tidak terdengar menyalahkan atau menghakimi pasangan ketika Anda mengutarakan keinginan atau kebutuhan. Jika ia merasa disalahkan, ada kemungkinan ia enggan melanjutkan percakapan, atau merasa bersalah atau terluka. Sebagai contoh, ucapan seperti “Kamu tidak bisa memberikan apa yang kubutuhkan” dirasa kurang produktif. Sebaliknya, cobalah bicarakan tentang perasaan atau apa yang Anda alami, seperti, “Akhir-akhir ini, aku merasa terburu-buru ketika melakukan seks. Aku bisa lebih menikmatinya jika kita melakukannya dengan perlahan dan tidak terburu-buru.” [72]
    • Ajaklah pasangan untuk berbagi perasaan dan apa yang ia alami. Ingatlah bahwa seks merupakan pengalaman bersama. Pastikan Anda juga mengetahui dan menerima kebutuhan dan pengalaman pasangan Anda.
  7. Seperti aspek-aspek kepercayaan diri lainnya, kepercayaan diri dalam aspek seksual juga muncul dengan mengetahui dan menerima keinginan dan kebutuhan. Pengetahuan dan penerimaan ini membantu Anda untuk bersikap terbuka dalam berbagi keinginan dan kebutuhan dengan pasangan ketika Anda menginginkannya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa seksualitas tersebut dimiliki oleh Anda sendiri dan berkaitan dengan apa yang Anda inginkan. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk menekan atau membuat Anda merasa bersalah karena seks. [73]
    • Siklus tanggapan seksual wanita umumnya lebih kompleks daripada siklus pria. Tidak seperti alur hasrat, gairah, dan orgasme yang bersifat linear, wanita mungkin mengalami alur atau siklus tersebut dalam urutan ang berbeda, dan mungkin tidak mengalami satu atau beberapa fase. [74] [75] Wanita mungkin lebih tertarik kepada seks sebagai cara untuk mengungkapkan emosinya dibandingkan pria. [76] Wanita juga bisa merasakan kepuasan dalam seks, meskipun ia tidak mencapai orgasme. [77] Pelajari apa yang terasanya nyaman atau tepat bagi Anda, dan ingatlah bahwa tidak ada hal yang “normal” selain apa yang tubuh Anda berikan atau lakukan pada Anda.
    • For Yourself: The Fulfillment of Female Sexuality karya Dr. Lonnie Barbach dapat menjadi panduan yang tepat untuk mengembangkan dan menelusuri seksualitas Anda.
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

Menunjukkan Kekuatan kepada Orang Lain

PDF download Unduh PDF
  1. Wanita sering kali diajarkan untuk menjadi “pengasuh” sehingga wanita yang berkomunikasi secara tegas mungkin dipandang terlalu “berisik”, “pemarah”, atau “pemaksa”. [78] [79] [80] Meskipun demikian, dengan belajar untuk mengutarakan kebutuhan dan pendapat secara tegas, Anda bisa merasa lebih kuat dan lebih percaya diri. Ada beberapa cara yang bisa diikuti untuk berkomunikasi secara tegas: [81] [82]
    • Gunakan pernyataan yang berfokus kepada diri sendiri untuk menyampaikan reaksi dan perasaan. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan “Aku tidak suka ketika kamu lupa membuang sampah. Hal itu membuatku merasa bahwa kau tidak mau berbagi tanggung jawab rumah tangga bersamaku.”
    • Berikan kritik membangun tanpa menghakimi. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan “Aku merasa kesal ketika kamu membuatku terburu-buru ketika bersiap-siap. Itu membuatku cemas dan kesulitan untuk menikmati waktu bersama. Aku akan lebih senang jika kamu menunggu di luar kamar ketika aku bersiap-siap.”
    • Gunakan frasa-frasa kooperatif, seperti “Apa pendapatmu tentang hal ini?” atau “Apa yang akan kau lakukan dalam situasi ini?”
    • Buatlah pernyataan yang tegas mengenai apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Sebagai contoh, pernyataan seperti “Aku ingin mengikuti kelas tari” merupakan pernyataan yang jelas/tegas, sementara “Kurasa akan menyenangkan jika kita mengambil kelas tari” merupakan pernyataan yang tidak tegas.
    • Bicaralah dengan suara yang jelas dan nada yang tenang. Jangan berteriak atau bersungut. Jaga agar nada suara Anda tetap tenang dan tidak berubah-ubah.
    • Jangan mengelak atau menggunakan teknik-teknik pengalihan perhatian seperti sarkasme, lelucon palsu, atau perendahan- diri. Hal-hal seperti itu hanya akan menyulitkan pihak lain untuk membedakan apakah Anda sedang bicara serius atau “bercanda”.
  2. Terkadang Anda kesulitan untuk membuat orang menanggapi Anda secara serius. Meskipun Anda tidak bisa mengubah pikiran atau keyakinan orang lain, dan beberapa orang akan tetap memiliki prasangka terhadap wanita, Anda bisa mengubah cara Anda menyampaikan pendapat untuk menunjukkan kekuatan dan kepercayaan diri. [83]
    • Tunjukkan “kekuasaan” Anda. Sebenarnya, Anda memang tidak bisa mengambil kekuasaan secara berlebihan, tetapi para wanita terkadang secara tidak sadar membuat diri mereka tampak lebih “kecil” dengan memasukkan kakinya ke bawah kursi, melipat tangan di atas pangkuannya, atau duduk dengan menyilangkan kaki atau pergelangan kakinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa postur-postur tubuh yang mencerminkan rasa malu seperti itu sebenarnya membuat Anda merasa lebih cemas dan tidak percaya diri. [84] Oleh karena itu, tunjukkan “kekuasaan” Anda dengan duduk sambil menapakkan kaki ke lantai. Berdirilah dengan kaki yang direnggangkan. Bersandarlah pada sandaran kursi dan letakkan lengan Anda di lengan kursi. [85]
    • Berdirilah dengan kedua bahu yang tegak dan dada yang terbusung. Postur yang membungkuk mencerminkan kelemahan dan rasa malu.
    • Jangan menyilangkan kedua langan. Lengan yang disilangkan menunjukkan bahwa Anda tertutup untuk berkomunikasi, atau mencoba membela diri.
    • Tunjukkan kontak mata. Cobalah jaga kontak mata (setidaknya) selama 50% dari kesempatan bicara, dan (setidaknya) selama 70% dari kesempatan untuk mendengarkan ucapan pihak lain. [86]
    • Gunakan gestur yang tenang dan halus. Jangan menunjuk menggunakan telunjuk pada lawan bicara; bukalah telapak tangan ketika Anda perlu menunjuk pada lawan bicara.
    • Jangan memiringkan tubuh Anda ke depan dan ke belakang. Seimbangkan beban tubuh Anda.
  3. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang bersikap tegas bisa menghadapi reaksi atau serangan balik karena adanya prasangka sosial. Akan tetapi, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa wanita yang bersikap tegas untuk mendukung atau membela orang lain kemungkinan besar dipandang secara positif. [87] Arahkan ketegasan Anda untuk memberikan kebaikan pada kelompok, bukan untuk diri sendiri saja. Dengan cara ini, orang-orang akan lebih senang mendengarkan Anda.
    • Hal ini mungkin disebabkan karena advokasi terhadap orang lain yang sejalan dengan norma stereotipe gender yang mengatakan bahwa wanita adalah “pengasuh” atau “pembantu” masyarakat. Penting bagi Anda untuk mengetahui bahwa norma ini tidak sepenuhnya benar, meskipun umumnya diterima. Terkadang, Anda perlu bekerja atau berusaha dalam kerangka sosial yang penuh dengan batasan sambil mencoba mengubah kerangka atau norma yang berlaku.
    • Sebagai contoh, Anda bisa membentuk permohonan untuk memiliki kantor atau ruang kerja yang lebih besar dengan mengatakan, misalnya, “Kami sedang mengerjakan proyek besar dan saya benar-benar membutuhkan ruang kerja yang lebih besar untuk menampung berkas-berkas tambahan dan anggota tim. Jika saya memiliki ruang kerja yang besar untuk bekerja, kami akan lebih mudah memajukan proyek ini.”
  4. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cenderung mencampur adukkan gender dan status sedemikian rupa sehingga, jika status seorang wanita tidak diberikan dari pihak luar atau diakui oleh orang lain, secara otomatis orang-orang akan menganggap wanita tersebut memiliki status yang lebih rendah daripada pria yang bekerja di posisi yang sama. Akan tetapi, dengan mendukung dan membela wanita-wanita lain yang ada di tempat kerja, Anda bisa membantu mereka mendapatkan pengakuan atas statusnya dan memperbaiki cara orang lain memperlakukan mereka. [88]
    • Sebagai contoh, bayangkan Anda memiliki posisi di manajemen yang lebih tinggi, dan Anda membawahi dua asisten manajer: satu orang asisten pria dan satu orang asisten perempuan. Jika ada seseorang yang berinteraksi dengan kedua asisten manajer Anda dan salah beranggapan bahwa asisten pria Anda memiliki posisi yang lebih tinggi daripada asisten wanita, perbaiki anggapannya dengan halus: “Sebenarnya, Meli menjabat posisi yang sama dengan Tanu. Meli bisa membantu menyelsaikan keperluan Anda.”
  5. Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mampu bersikap tegas, membuat permohonan, dan mencari sumber/referensi ketika ada banyak referensi atau sumber yang tersedia. Ketika bisnis berjalan lancar, larangan-larangan perilaku gender normatif biasanya dapat sedikit merenggang. [89]
    • Sebagai contoh, meminta kenaikan pangkat atau gaji setelah perusahaan mengalami kerugian dirasa tidak efektif bagi siapa pun, terutama bagi wanita. Akan tetapi, jika perusahaan tempat Anda bekerja baru saja mendapatkan persetujuan besar atau mendapatkan klien besar, mungkin Anda bisa membuat permohonan kenaikan gaji atau pangkat pada momen tersebut.
    • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang bisa bersikap lebih fleksibel dan lebih tegas, tergantung pada situasi yang ada, lebih sering mendapatkan kenaikan pangkat daripada pria atau wanita lain. [90]
  6. Wanita mungkin diajarkan untuk merendahkan nilai-nilai usahanya. Wania sering diingatkan untuk bersikap “sederhana” dan menolak pujian-pujian yang diberikan. [91] Akan tetapi, dengan belajar untuk menerima pujian ketika mendapatkannya, Anda bisa menyadari nilai usaha yang ditunjukkan. [92]
    • Sebagai contoh, jika atasan Anda memuji presentasi yang Anda lakukan, jangan merasa terdorong untuk mengatakan, misalnya, “Ah, itu bukan apa-apa.” Sebaliknya, terima dan akui pencapaian yang dilakukan, dan sebutkan orang lain yang telah membantu jika perlu: “Terima kasih banyak! Saya meluangkan banyak waktu untuk mempersiapkan presentasi tersebut dan saya senang karena presentasi tersebut berjalan lancar. Saya juga mendapatkan bantuan dari Endah.”
    • Hal ini berbeda dengan penerimaan kekerasan seksual yang ditopengi oleh “pujian”. Anda tidak memiliki kewajiban untuk mengakui atau menghargai cemoohan, komentar tak diinginkan mengenai penampilan tubuh, dan pernyataan buruk lainnya yang diungkapkan sebagai “pujian”.
  7. Banyak pasangan yang sama-sama bekerja untuk menafkahi keluarga, tetapi norma gender yang kuat di masyarakat mengharuskan wanita untuk tetap memegang tanggung jawab rumah tangga secara penuh, seperti menyiapkan dan mengantar anak ke sekolah, menjaga rumah, memasak, dan lain-lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang terlibat dalam hubungan heteroseksual mengemban sekitar 67% tugas rumah tangga dan memasak sebanyak 91% hidangan makan malam di hari kerja. [93] Jika Anda berada dalam situasi tersebut, dapatkan keseimbangan tugas yang lebih baik dengan meminta bantuan dari pasangan Anda. [94]
    • Penelitian menunjukkan bahwa pasangan-pasangan yang menciptakan sistem untuk berbagi tanggung jawab rumah tangga memiliki kehidupan yang (secara signifikan) lebih bahagia daripada pasangan-pasangan yang tidak berbagi tanggung jawab. [95]
    • Pandanglah pembagian tugas sebagai kerjasama, bukan pelemparan kesalahan. Sebagai contoh, duduklah dengan pasangan dan bicarakan mengenai tugas-tugas rumah yang paling cocok dikerjakan oleh satu sama lain. Tentukan jadwal atau pergantian tugas. Dengan cara ini, baik Anda dan pasangan tidak akan merasa harus terus-menerus mengingatkan satu sama lain (atau, setidaknya, merasa seperti pelayan). [96]
    • Mengutarakan kebutuhan adalah hal yang penting; Anda tidak bisa merawat orang lain jika Anda tidak merawat diri sendiri terlebih dahulu.
    Iklan

Tips

  • Terkadang diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan diri, terutama jika Anda harus menghadapi tekanan sosial dan budaya. Jangan bersikap keras pada diri sendiri. Bersabarlah dan tetap berusaha.
  • Anda tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi atau menyesuaikan diri dengan definisi “wanita” yang ditetapkan oleh siapa pun atau berbeda dengan definisi yang Anda percayai.
Iklan
  1. http://www.mindtools.com/pages/article/newTED_85.htm
  2. http://www.mindtools.com/pages/article/newTED_85.htm
  3. http://www.theguardian.com/fashion/2015/apr/06/guide-how-keep-your-man-womens-magazines
  4. https://www.psychologytoday.com/blog/inviting-monkey-tea/201304/stop-shoulding-yourself-death-0
  5. http://www.cnn.com/2013/03/11/living/sandberg-advice-working-mothers/
  6. http://www.forbes.com/sites/forbesleadershipforum/2012/07/24/how-to-balance-motherhood-and-career-if-youre-not-marissa-mayer/
  7. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277539512001379
  8. http://www.jbmti.org/Our-Work/the-development-of-relational-cultural-theory
  9. http://www.osisa.org/buwa/regional/fashion-feminists-how-fashion-and-dress-shape-women%E2%80%99s-identities
  10. http://www.jeannesaferphd.com/book/beyond-motherhood/
  11. http://psi.sagepub.com/content/5/3/69.abstract
  12. https://hbr.org/2005/01/how-to-play-to-your-strengths/
  13. http://www.businessinsider.com/why-hard-for-women-to-say-no-at-work-2014-12
  14. https://www.psychologytoday.com/blog/smart-relationships/201311/why-women-have-hard-time-saying-no
  15. http://www.harleytherapy.co.uk/counselling/7-ways-stronger-sense.htm
  16. http://www.businessinsider.com/how-to-say-no-to-your-boss-2014-3
  17. http://fortune.com/2014/08/19/why-saying-no-gets-you-ahead/
  18. http://www.huffingtonpost.com/irene-s-levine/7-tips-for-saying-no-to-a_b_828759.html
  19. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/tips_for_keeping_a_gratitude_journal/
  20. http://self-compassion.org/exercise-6-self-compassion-journal/
  21. Jongsma, A. J., Bruce, T. J., & Peterson, L. M. (2006). The complete adult psychotherapy treatment planner. Hoboken, N.J. : John Wiley & Son’s, Inc.
  22. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/tips_for_keeping_a_gratitude_journal/
  23. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/positive-thinking/art-20043950
  24. http://www.apsu.edu/sites/apsu.edu/files/counseling/COGNITIVE_0.pdf
  25. http://nymag.com/scienceofus/2014/09/alarming-new-research-on-perfectionism.html
  26. http://www.psychologicalscience.org/index.php/publications/observer/2012/march-12/the-price-of-perfectionism.html
  27. https://www.psychologytoday.com/blog/science-and-sensibility/201003/break-perfectionism-procrastination-connection
  28. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/positive-thinking/art-20043950?pg=2
  29. https://www.psychologytoday.com/blog/the-science-work/201410/faster-speeding-text-emotional-contagion-work
  30. http://www.harleytherapy.co.uk/counselling/7-ways-stronger-sense.htm
  31. http://greatergood.berkeley.edu/article/item/10_steps_to_savoring_the_good_things_in_life
  32. http://www.bustle.com/articles/40670-7-ways-to-spend-time-alone-with-yourself-romantically-because-you-are-one-hot-date
  33. https://www.dosomething.org/facts/11-facts-about-body-image
  34. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2792687/
  35. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15847052
  36. http://www.glaad.org/transgender/transfaq
  37. http://www.nytimes.com/2012/04/03/science/clothes-and-self-perception.html?_r=0
  38. http://time.com/3532014/women-clothing-sizes-history/
  39. http://www.nytimes.com/2011/04/25/business/25sizing.html
  40. http://www.plannedparenthood.org/learn/sexuality/masturbation
  41. http://www.everydayhealth.com/sexual-health/female-masturbation-health-benefits.aspx
  42. http://www.webmd.com/women/features/female-masturbation-5-things-know
  43. http://www.plannedparenthood.org/learn/sexuality/masturbation
  44. https://www.psychologytoday.com/blog/save-your-sex-life/201206/women-only-guide-coming-out-your-sexual-shell
  45. http://www.plannedparenthood.org/learn/sexuality/masturbation
  46. http://www.webmd.com/women/features/female-masturbation-5-things-know
  47. http://www.everydayhealth.com/sexual-health/female-masturbation-health-benefits.aspx
  48. http://www.womenshealthnetwork.com/sexandfertility/healthbenefitsofmasturbation.aspx
  49. http://www.womenshealthnetwork.com/sexandfertility/healthbenefitsofmasturbation.aspx
  50. http://www.webmd.com/women/features/female-masturbation-5-things-know
  51. http://www.oprah.com/omagazine/Sexual-Confidence-How-To-Find-Yours
  52. https://www.psychologytoday.com/blog/save-your-sex-life/201206/women-only-guide-coming-out-your-sexual-shell
  53. http://www.sextherapistcincinnati.com/female-sexuality.html
  54. https://www.psychologytoday.com/blog/fulfillment-any-age/201207/6-myths-about-female-sexuality-and-why-theyre-wrong
  55. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/sexual-health/in-depth/womens-sexual-health/art-20047771
  56. https://www.psychologytoday.com/blog/fulfillment-any-age/201207/6-myths-about-female-sexuality-and-why-theyre-wrong
  57. http://www.cdc.gov/ViolencePrevention/pdf/SV-DataSheet-a.pdf
  58. http://www.psmag.com/books-and-culture/casual-sex-men-women-not-so-different-after-all-28451
  59. http://www.kinseyinstitute.org/resources/FAQ.html#masturbation
  60. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/sexual-health/in-depth/womens-sexual-health/art-20047771
  61. http://www.stanleyducharme.com/resources/talkingaboutsexualmatters.htm
  62. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/sexual-health/in-depth/womens-sexual-health/art-20047771?pg=2
  63. http://www.stanleyducharme.com/resources/talkingaboutsexualmatters.htm
  64. https://www.psychologytoday.com/blog/save-your-sex-life/201206/women-only-guide-coming-out-your-sexual-shell
  65. https://www.arhp.org/publications-and-resources/clinical-fact-sheets/female-sexual-response
  66. http://www.webmd.com/sex-relationships/guide/sexual-health-your-guide-to-sexual-response-cycle
  67. http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/sexual-health/in-depth/womens-sexual-health/art-20047771
  68. https://www.arhp.org/publications-and-resources/clinical-fact-sheets/female-sexual-response
  69. http://www.npr.org/blogs/ed/2015/02/23/386001328/how-we-talk-about-our-teachers
  70. http://www.cnn.com/2013/06/19/living/women-cheerful-leaders/
  71. http://www.thebusinesswomanmedia.com/angry-shrill-and-pushy-the-female-leader/
  72. http://www.cci.health.wa.gov.au/docs/Assertmodule%202.pdf
  73. Varenhorst, B. (2003). An Asset Builder's Guide to Training Peer Helpers : Fifteen Sessions on Communication, Assertiveness, and Decision-making Skills. Minneapolis, MN: Independent Publishers Group.
  74. http://www.forbes.com/sites/yec/2013/05/21/3-tips-for-women-to-improve-their-body-language-at-work/
  75. http://www.ted.com/talks/amy_cuddy_your_body_language_shapes_who_you_are/transcript?language=en
  76. http://www.forbes.com/sites/yec/2013/05/21/3-tips-for-women-to-improve-their-body-language-at-work/
  77. http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_dont_make_these_mistakes
  78. http://www.forbes.com/sites/forbeswomanfiles/2013/08/08/female-leaders-3-strategies-for-success-in-the-workplace/
  79. http://www.forbes.com/sites/forbeswomanfiles/2013/08/08/female-leaders-3-strategies-for-success-in-the-workplace/
  80. http://www.forbes.com/sites/forbeswomanfiles/2013/08/08/female-leaders-3-strategies-for-success-in-the-workplace/
  81. https://www.gsb.stanford.edu/insights/researchers-how-women-can-succeed-workplace
  82. http://www.today.com/health/why-women-are-terrible-accepting-compliments-6C10687366
  83. http://www.assertivehumility.com/blog/what-is-assertive-humility
  84. http://www.theatlantic.com/sexes/archive/2013/03/the-difference-between-a-happy-marriage-and-miserable-one-chores/273615/
  85. http://www.entrepreneur.com/article/169510
  86. http://www.theatlantic.com/sexes/archive/2013/03/the-difference-between-a-happy-marriage-and-miserable-one-chores/273615/
  87. http://www.theatlantic.com/sexes/archive/2013/03/the-difference-between-a-happy-marriage-and-miserable-one-chores/273615/

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 4.994 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan