Unduh PDF Unduh PDF

Ketika seseorang sudah dianggap berkompeten oleh orang lain, apakah menurut Anda tugas mereka sudah selesai begitu saja? Tentu saja tidak. Kompetensi, kewenangan, kekuasaan, atau kekuatan adalah sesuatu yang harus dipupuk seumur hidup. Jika ingin meningkatkan kompetensi diri, setidaknya Anda harus mampu bertindak dan bersikap sebagaimana sosok yang berkompeten dan berpengaruh. Salah satunya, kemungkinan Anda perlu memenangkan hati orang-orang terdekat sebelum mencoba memengaruhi orang lain.

Bagian 1
Bagian 1 dari 2:

Membangun Pribadi yang Berkompeten

Unduh PDF
  1. Sejatinya, Anda dapat lebih mudah membangun kompetensi jika berada di bidang atau posisi yang tepat. Oleh karena itu, lakukan sesuatu yang nyaman untuk Anda, lalu cobalah memasuki bidang tersebut dan berupaya meraih kompetensi dari sana. [1]
    • Secara khusus, posisikan diri pada peran yang nyaman untuk Anda kerjakan, meski peran tersebut tidak berhubungan langsung dengan bidang yang sedang Anda incar. Misalnya, Anda bisa terlebih dahulu memimpin organisasi gereja meski tujuan Anda yang sesungguhnya adalah memiliki kewenangan yang lebih besar di kantor.
    • Memosisikan diri sebagai pihak yang memiliki otoritas ampuh membangun kepribadian yang lebih berkompeten dalam diri Anda. Kepribadian itulah yang nantinya dapat diaplikasikan dalam area kehidupan Anda yang lain.
  2. Kemungkinan besar, Anda pernah merasa berkuasa atau berkompeten di masa lalu, meski intensitasnya lebih rendah daripada kompetensi yang Anda cari sekarang. Ketika keteguhan diri Anda mulai goyah, berusahalah mengembalikan kejayaan di masa lalu tersebut dengan bermeditasi.
    • Sejatinya, momen yang sedang Anda ingat mampu mengatasi seluruh aspek negatif dalam hidup Anda secara virtual. Misalnya, Anda bisa memilih untuk mengingat pencapaian akademis (seperti lulus dengan predikat cum laude), atau pencapaian personal (seperti berhenti merokok). Apa pun momen yang dipilih, cobalah untuk berfokus pada sensasi “kuat dan berkuasa” yang muncul alih-alih peristiwa yang terjadi.
  3. Meski tidak selalu benar, sosok yang berkompetensi cenderung menunjukkan gestur yang ekspansif. Gestur semacam itulah yang akan menegaskan kepercayaan diri seseorang dan membuatnya terlihat lebih berkompeten daripada orang lain di sekitarnya.
    • Gestur yang ekspansif meliputi melipat lengan di depan dada, menyilangkan kaki sampai tulang lutut Anda terlihat menonjol, meluruskan kaki hingga melampaui sudut kursi, atau berkacak pinggang.
    • Sebaliknya, jangan menunjukkan gestur yang sempit dan terbatas seperti melipat kaki di bawah kursi, memerosotkan bahu, atau meletakkan tangan di kedua sisi tubuh.
  4. Latih keberanian dan kepercayaan diri Anda sampai kewenangan dan kuasa datang dengan sendirinya. Percayalah, Anda tidak akan bergerak ke mana-mana jika hanya menunggu dan bersikap pasif. [2]
    • Jangan takut melakukan perubahan atau mengambil risiko. Sekalipun ketakutan menghantui, setidaknya jangan menunjukkannya! Ingat, kekuatan dan kompetensi adalah sebuah siklus. Jika orang lain memandang Anda sebagai sosok yang berkompeten, secara otomatis mereka akan memperlakukan Anda sebagaimana mestinya. Alhasil, mungkin saja setelahnya Anda akan menerima kuasa yang belum pernah dimiliki sebelumnya!
  5. Pahami keinginan Anda dan berusahalah mewujudkannya tanpa perlu meminta persetujuan orang lain. Pada saat yang bersamaan, jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena tindakan tersebut dianggap populer.
    • Ketika sedang berusaha mengejar mimpi, jangan terus-menerus memamerkannya kepada orang lain. Dengan melakukannya, Anda terkesan seperti sedang mencari persetujuan orang lain dan akibatnya, akan terlihat kurang berkompeten.
  6. Jangan takut berpikir di luar pakem dan melanggar beberapa aturan atau kesepakatan sosial minor. Percayalah, dibutuhkan lompatan keyakinan untuk menciptakan inovasi yang istimewa! Selain itu, hanya orang berkompeten yang mampu melanggar aturan dengan taktis dan penuh pertimbangan.
    • Kuncinya adalah memahami aturan yang harus diikuti dan boleh dilanggar. Oleh karena setiap peristiwa memiliki dinamika yang bervariasi, tidak ada pakem khusus yang bisa Anda pelajari. Namun, secara umum, pastikan Anda hanya melanggar aturan jika benar-benar perlu. Misalnya, Anda boleh memodifikasi aturan atau mematahkan berbagai batasan yang kaku untuk memperbaiki sebuah situasi.
  7. Ketika terjadi masalah, jangan sibuk menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Alih-alih, berfokuslah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan dan berusahalah semaksimal mungkin untuk memperbaiki kesalahan yang telanjur terjadi. [3]
    • Ingat, kegagalan terjadi kepada semua orang, dan sosok yang berkompeten tidak akan takut mengakui fakta tersebut. Kuncinya adalah menerima kesalahan dan segera bertindak untuk memperbaikinya. Alih-alih sibuk mendiskusikan siapa yang bersalah, tunjukkan kompetensi Anda dengan berkata, “Akan segera saya atasi."
  8. Dengan kata lain, jangan pernah menomorduakan kesehatan fisik dan mental Anda. Percayalah, Anda tidak akan bisa memberikan performa yang maksimal jika kondisi Anda sedang kurang prima.
    • Umumnya, menjaga kesehatan fisik tidaklah sulit. Anda hanya perlu makan dengan teratur, berolahraga secara rutin, dan tidur secukupnya untuk memastikan tubuh selalu berfungsi dengan baik.
    • Namun, dibutuhkan trik khusus untuk menjaga kesehatan mental dan emosional. Secara umum, pastikan Anda selalu meluangkan waktu untuk bersantai dan terhubung dengan segala hal yang penting bagi Anda. Artinya, jangan terlalu terfokus untuk mengejar kompetensi dan kekuasaan sehingga tidak memiliki waktu untuk memanjakan diri.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 2:

Memperbaiki Kemampuan Bersosialisasi

Unduh PDF
  1. Alih-alih menunggu orang lain, tentukan keputusan secara mandiri! Singkirkan seluruh keraguan dan pahami seluruh kebutuhan serta keinginan Anda. Hanya dengan melakukannya, Anda bisa mengontrol pola setiap interaksi yang terjadi. [4]
    • Alih-alih meminta izin orang lain untuk melakukan sesuatu, tentukan rencana Anda tanpa meminta konfirmasi dari siapa pun. Meski hasilnya tidak berbeda, menentukan ekspektasi secara mandiri akan membuat Anda memiliki posisi yang lebih tinggi dan berkuasa di dalam proses interaksi.
  2. Hargai orang lain agar orang lain mampu melakukan hal yang sama kepada Anda. Ingat, waktu orang lain juga tidak kalah berharganya dengan waktu Anda. Tunjukkan bahwa Anda memahami itu!
    • Berpeganglah pada aturan: perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Jika tidak suka menunggu orang lain tanpa kejelasan atau merasa kesal tidak mendengar seseorang mengucapkan “terima kasih” setelah menerima bantuan Anda, jangan melakukan hal yang sama! Jika Anda kesulitan menghargai orang semacam itu, kemungkinan besar orang lain pun akan kesulitan menghargai Anda jika menerima perlakuan serupa.
  3. Ingat, kemampuan berkomunikasi yang baik wajib dimiliki oleh sosok yang berkompeten. Oleh karena itu, berusahalah menempatkan diri pada posisi orang lain. Tentunya Anda tidak ingin diabaikan dalam ketidaktahuan, bukan? Dengan kata lain, berikan seluruh informasi yang ingin Anda ketahui jika Anda ada di posisi mereka.
    • Misalnya, jika Anda sedang mencari informasi untuk seseorang dan berjanji akan menyerahkan hasilnya pada hari Selasa sore, hubungi orang tersebut sebelum tenggat tersebut. Meski pada saat itu Anda belum memiliki jawaban, tetaplah menghubunginya untuk menunjukkan bahwa Anda tidak melupakan tugas tersebut dan masih berusaha mencari jawabannya.
  4. Ingat, komunikasi yang baik tidak akan menyisakan terlalu banyak ruang untuk kesalahpahaman. Ketika menjelaskan sesuatu, setidaknya berusahalah mengomunikasikannya dengan tutur yang lugas, jelas, dan tidak membingungkan. Pastikan seluruh informasi sudah dipahami oleh lawan bicara sebelum proses komunikasi diakhiri.
    • Diperlukan proses komunikasi yang mendetail untuk menghindari konflik dan/atau kesalahpahaman. Dengan kata lain, baik komunikan maupun komunikator harus memiliki perspektif yang sama! Meski nantinya terjadi masalah, setidaknya komunikasi yang jelas mampu mengurangi potensi bertambahnya konflik karena ada pihak-pihak yang mengaku “tidak tahu-menahu” akan situasi yang sedang terjadi.
    • Dalam berbisnis, merekam setiap jejak komunikasi dalam bentuk tulisan sangat penting untuk dilakukan, terutama karena berbagai detail umumnya perlu dirujuk kembali di kemudian hari.
  5. Jangan menunggu perintah untuk mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu! Jika Anda mampu mengantisipasi kebutuhan dan/atau tuntutan yang akan datang sebelum urgensinya meningkat, niscaya kapabilitas Anda di mata orang lain pun akan meningkat dengan pesat.
    • Namun, tentu saja adakalanya Anda harus menunggu instruksi sebelum bertindak. Misalnya, jika Anda memiliki pekerjaan baru, kemungkinan besar dibutuhkan waktu dan proses yang cukup lama untuk membiasakan diri sebelum bertindak atau mengambil keputusan secara mandiri.
    • Hal terpenting yang harus Anda hindari adalah membuat orang lain meminta hal yang sama berulang kali. Sebaik apa pun hasilnya nanti, orang tersebut telanjur merasa frustrasi karena harus mengingatkan Anda berkali-kali.
  6. Siapa bilang orang yang selalu terlihat sibuk dan sulit berfokus terlihat berkompeten? Oleh karena itu, berusahalah untuk selalu berfokus pada lawan bicara Anda, siapa pun itu, dan pastikan perhatian Anda tidak terbagi ke hal-hal lain.
    • Secara khusus, jangan sibuk mengecek pesan teks, telepon, dan surel ketika sedang berbicara dengan orang lain. Meski teknologi sangat memudahkan proses komunikasi jarak jauh dan tentunya membawa dampak yang positif, berusahalah untuk tidak terlalu tergantung kepadanya.
    • Ketika berhadapan dengan orang lain, berikan respons yang utuh, baik secara mental maupun emosional. Itulah mengapa, Anda perlu belajar memfokuskan pikiran kepada lawan bicara dan mendengarkan mereka dengan tulus.
  7. Ingat, orang-orang yang enggan bekerja bersama Anda, kemungkinan besar juga tidak akan mau bekerja untuk Anda. Oleh karena itu, belajarlah menerima ide dan pendapat orang lain, serta bersedialah menerima ilmu baru dari mereka. Ketika konflik muncul, berusalah menyikapinya dengan adil dan bijaksana alih-alih sekadar marah-marah tanpa dasar.
    • Alih-alih hanya berfokus pada kesalahan yang mereka lakukan, berusahalah membantu mereka mengatasinya. Sejalan dengan konsep tersebut, jika seseorang menunjuk kesalahan Anda, terima kritik tersebut dan berusahalah memperbaiki diri setelahnya.
  8. Meski harus memiliki reputasi yang baik di mata semua orang, sejatinya Anda perlu lebih berfokus untuk membangun relasi yang baik dengan orang-orang yang sudah juga berkompeten.
    • Artinya, Anda harus aktif mencari orang-orang yang memiliki kuasa dan kompetensi. Ingat, menjalin relasi dengan orang yang tepat akan memudahkan Anda untuk melangkah di jalur yang tepat.
  9. Anda tentu sepakat bahwa tidak ada gunanya melarikan diri dari masalah karena konflik adalah hambatan yang tidak bisa dihindari dalam setiap relasi. Oleh karena itu, berusahalah menyikapi segala hal dengan tenang dan rasional, tetapi jangan takut mengekspresikan kemarahan jika benar-benar perlu. Untuk menjadi orang yang berkompeten, melampiaskan kemarahan sejatinya jauh lebih baik daripada menyimpan kekecewaan atau kesedihan.
    • Akan selalu ada waktu yang tepat untuk memahami dan memaafkan. Artinya, orang-orang di sekitar Anda tidak akan menyadari kesalahannya jika Anda terus-menerus menjadi sosok yang menyesal dan meminta maaf. Ingat, mengekspresikan kemarahan berbeda dengan tidak mau memaafkan. Dengan kata lain, tentu saja Anda tetap harus memaafkan orang lain pada saat yang tepat. Namun sebelumnya, tunjukkan bahwa Anda bukanlah sosok yang bisa diintimidasi!
  10. Meski sejatinya Anda harus menjalin relasi yang baik dengan semua orang, pahamilah bahwa pada saat yang bersamaan, Anda juga tidak bisa menyenangkan semua orang. Oleh karena itu, jangan takut melawan arus jika merasa benar, meski itu artinya Anda harus dibenci. Percayalah, mencoba memenuhi ekspektasi orang lain hanya akan melemahkan kompetensi dan kemandirian Anda.
    • Ingat, sosok yang berani bersikap apa adanya demi memperjuangkan kebenaran akan selalu dipandang negatif oleh beberapa pihak. Namun, jangan biarkan fakta tersebut menghalangi Anda untuk bertindak semestinya! Jadilah sosok yang bijaksana, berpikiran terbuka, dan mau berkompromi sesuai dengan porsinya. Selain itu, jangan takut memperjuangkan hal-hal yang menurut Anda benar dan/atau perlu diperbaiki.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 11.534 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan