PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Anda tentu sepakat bahwa ada hal-hal menyangkut kehidupan pribadi yang tidak perlu dibahas di kantor. Menjaga privasi adalah salah satu cara untuk menampilkan citra profesional sembari tetap menjaga relasi positif Anda dengan rekan kerja. Selain itu, mencampuradukkan kehidupan pribadi dan kehidupan profesional juga berisiko merusak persepsi rekan kerja mengenai Anda. Dengan menentukan batasan yang masuk akal, melatih kemampuan mengontrol diri, serta memisahkan urusan pribadi dan profesional, niscaya Anda mampu menjaga privasi tanpa harus dipandang tidak bersahabat oleh rekan-rekan di kantor.

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Memisahkan Kehidupan Pribadi dan Profesional

PDF download Unduh PDF
  1. Untuk menjaga privasi di kantor, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah menentukan batasan yang masuk akal. Batasan tersebut tentu saja sangat bervariasi bagi setiap orang; tergantung kepada situasi di kantor dan keseimbangan seperti apa yang ingin diwujudkan oleh orang tersebut. [1] Apa pun norma yang diterapkan oleh kantor Anda, tidak ada yang melarang Anda untuk membuat batasan. Mulailah dengan menyusun daftar hal-hal yang tidak ingin Anda bicarakan dengan rekan kerja.
    • Hal-hal tersebut bisa meliputi kehidupan percintaan, kondisi kesehatan, serta pandangan politik dan agama Anda. [2]
    • Pikirkan topik-topik apa yang tidak ingin – atau tidak nyaman – Anda diskusikan dengan rekan kerja.
    • Jangan menceritakan isi daftar tersebut kepada siapa pun. Cukup jadikan daftar tersebut pengingat bagi Anda dalam berinteraksi di kantor.
  2. Ada beberapa jenis pertanyaan yang, berdasarkan hukum, tidak boleh ditanyakan oleh rekan kerja kepada Anda. Pertanyaan-pertanyaan tersebut melingkupi latar belakang identitas yang jika ditanyakan berisiko menimbulkan diskriminasi. Misalnya, rekan kerja tidak boleh bertanya berapa umur Anda, apakah Anda memiliki kekurangan secara jasmaniah, atau apakah Anda sudah menikah. Jika ada yang menanyakannya, Anda memiliki hak penuh untuk tidak menjawabnya. Beberapa pertanyaan lain yang berhak tidak Anda jawab adalah:
    • Apakah kau warga negara Indonesia?
    • Apakah kau minum, merokok, atau memakai obat-obatan tertentu?
    • Apa agamamu?
    • Kau hamil?
    • Apa rasmu? [3]
  3. Jika Anda ingin memisahkan kehidupan pribadi dan profesional, hindari membawa persoalan pribadi – apa pun itu – ke kantor. Ini berarti Anda perlu membatasi segala bentuk komunikasi yang bersifat pribadi. Sesekali menelepon untuk mengatur janji dengan dokter gigi tentu saja bukan masalah. Namun jika Anda terus-menerus terlihat membicarakan urusan pribadi di telepon, rekan-rekan Anda pasti akan mendengarnya dan terpancing untuk menanyakan isi pembicaraan Anda setelahnya. [4]
    • Telepon pribadi yang berlebihan juga dapat menganggu bos dan rekan kerja Anda; kemungkinan mereka akan menganggap Anda kurang serius bekerja.
    • Jika Anda tidak ingin menerima telepon dari kantor ketika sudah pulang ke rumah, jangan pula terbiasa menerima telepon pribadi di kantor.
  4. Mungkin saran ini terasa lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan, namun Anda harus mencobanya. Ketika tiba di kantor, bergantilah peran sebagai pekerja kantoran yang profesional, bukan lagi sebagai ayah, ibu, suami, atau istri. Jika kesulitan menerapkannya, cobalah menentukan satu rutinitas yang dianalogikan sebagai “proses transisi” antara kehidupan pribadi dan profesional Anda. Misalnya, Anda bisa mencoba berjalan kaki sejenak sebelum dan sesudah jam kantor. “Jalan kaki” dianalogikan sebagai proses peralihan mental Anda dari satu bagian hidup ke bagian hidup yang lainnya. [5]
    • Proses perpindahan dari rumah ke kantor (dan sebaliknya) dapat dijadikan proses peralihan yang sempurna.
    • Selayaknya membatasi telepon pribadi di kantor, berjalan kaki setiap pagi juga berfungsi untuk menjernihkan pikiran dari persoalan-persoalan rumah tangga. Begitu tiba di kantor, niscaya Anda tidak akan “mengundang” rekan kerja untuk menanyakan hal-hal yang bersifat pibadi.
    • Jika Anda terlihat stres, marah, atau memasuki kantor sambil menerima telepon dari pasangan, jangan kaget jika rekan kerja akan sibuk menanyai Anda setelahnya.
    • Pikirkan ini sebagai upaya untuk menjaga hubungan Anda dengan semua pihak, baik di kantor maupun di rumah. [6]
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Menjaga Relasi Positif dan Profesional dengan Rekan Kerja

PDF download Unduh PDF
  1. Sekalipun enggan mendiskusikan masalah pribadi dengan rekan kerja, Anda tetap bisa menjaga relasi positif dengan mereka sehingga kehidupan kantor tetap terasa produktif dan menyenangkan. Tenang saja, mencari topik pembicaraan yang ringan dan tidak menyinggung kehidupan pribadi Anda tidaklah sesulit itu.
    • Jika ada rekan kerja Anda yang gemar menceritakan kehidupan pribadinya, atau jika dia mulai membahas topik yang ingin Anda hindari, tinggalkan percakapan tersebut dengan sopan. [7]
    • Membicaran topik-topik umum seperti olahraga, acara televisi, dan film terbaru sangat ampuh untuk menjaga kepositifan alur komunikasi tanpa harus melibatkan cerita mengenai kehidupan pribadi Anda.
  2. Jika pembicaraan mulai mengarah ke kehidupan pribadi Anda, atau jika ada rekan kerja yang menanyakan masalah pribadi Anda, cobalah membelokkan topiknya. Jangan berkata, “Maaf, tapi itu bukan urusanmu”. Alih-alih, tanggapi pertanyaannya dengan santai dan katakan, “Oh, kau tidak ingin mengetahuinya. Hidupku membosankan”, lalu segera ubah pembicaraan ke topik yang lebih nyaman untuk Anda bicarakan. [8]
    • Kemampuan membelokkan topik mampu menghindarkan Anda dari topik pembicaraan tertentu tanpa harus merusak relasi Anda dengan lawan bicara.
    • Jika Anda mengubah topik – bukan langsung mengakhiri – pembicaraan, rekan kerja Anda tidak akan merasa aneh atau curiga.
    • Selain itu, melakukannya dapat membantu Anda menghindari pertanyaan rekan kerja tanpa harus terlihat ketus atau tidak tertarik.
    • Anda bisa berkata, “Tidak ada yang menarik dalam hidupku, kalau kalian?". [9]
    • Jika rekan kerja terus-menerus menanyakan kehidupan pribadi Anda, beri tahu mereka bahwa ada hal-hal yang tidak ingin Anda ceritakan. Anda bisa berkata, “Aku tahu kalian sangat memedulikan hidupku dan aku menghargainya. Namun ada beberapa hal pribadi yang tidak ingin kubawa ke kantor”.
  3. Membangun batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan profesional memang penting, namun berusahalah untuk tetap fleksibel ketika melakukannya. “Membangun batasan” bukan berarti Anda harus selalu menghindari interaksi dengan – atau mengasingkan diri dari – rekan kerja. [10]
    • Jika Anda diajak makan malam bersama oleh rekan kerja, terima ajakan mereka. Namun pastikan Anda hanya merespons topik-topik pembicaraan yang membuat Anda nyaman.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menjaga Privasi Daring

PDF download Unduh PDF
  1. Seiring berkembangnya globalisasi dan meningkatnya kebutuhan manusia terhadap internet, inovasi di bidang media sosial pun turut berkembang. Akibatnya, manusia cenderung kesulitan menjaga privasi dan membangun tembok pembatas antara kehidupan pribadi dan profesionalnya. Anda tentu tahu bahwa dewasa ini, orang-orang merekam seluruh aspek kehidupannya di media sosial tanpa benar-benar memahami betapa mudahnya informasi-informasi tersebut diakses oleh orang lain. Langkah pertama untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kesadaran diri Anda mengenai situasi tersebut. Sadarilah bagaimana aktivitas di media sosial Anda dapat membeberkan privasi yang ingin Anda tutup rapat-rapat dari para kolega di kantor.
    • Jika Anda ingin menjaga citra diri yang profesional di dunia maya dan enggan kehidupan pribadi Anda diganggu, berpandai-pandailah memilah hal-hal yang perlu – dan tidak perlu – dibagi di laman media sosial Anda. [11]
    • Ini meliputi memilah status, komentar, dan foto. Jika Anda ingin tetap memisahkan kedua bagian kehidupan tersebut, lakukan ini baik di dalam maupun di luar kantor.
    • Jangan mengirimkan cuitan atau komentar mengenai kehidupan kantor atau rekan kerja di akun media sosial Anda.
    • Anda bisa memiliki beberapa akun media sosial untuk menjaga kehidupan pribadi dan profesional tetap terpisah. [12]
    • Pertimbangkan untuk berhubungan dengan rekan kerja hanya melalui situs profesional seperti LinkedIn. Sementara itu, manfaatkan media seperti Facebook hanya untuk berhubungan dengan sahabat dan kerabat dekat. Ini akan membantu Anda untuk menjaga privasi di masing-masing arena.
  2. Anda tetap bisa aktif di media sosial tanpa harus memblokir – atau tidak menerima permintaan pertemanan – dari rekan kerja. Pikirkan cara untuk menyesuaikan aturan privasi di laman media sosial, sehingga Anda bisa membatasi informasi yang dibagikan kepada rekan kerja.
    • Anda dapat mengontrol informasi yang ditampilkan di akun Anda, pun siapa saja yang bisa mengakses informasi tersebut.
    • Hati-hati, sesuatu yang sudah ada di internet tidak akan semudah itu menghilang (atau dihilangkan). [13]
  3. Dewasa ini, sebagian besar proses komunikasi (di kantor dan di luar kantor) dilakukan melalui surel. Memang terasa lebih mudah jika surel kantor dan pribadi Anda disatukan; namun jika memungkinkan, pastikan Anda memisahkan surel kantor dan surel pribadi. Selalu gunakan surel kantor hanya untuk keperluan kantor, dan surel pribadi untuk keperluan lainnya.
    • Tentukan kapan waktunya Anda berhenti mengecek surel kantor (misalnya, pukul 8 malam ketika Anda sudah pulang ke rumah); berpeganglah kepada aturan tersebut.
    • Membuat batasan terkait surel mencegah Anda untuk terus-menerus membawa keperluan kantor ke mana pun Anda pergi.
    • Jika memungkinkan, hindari seluruh pembicaraan terkait pekerjaan jika Anda sudah di rumah. [14]
    • Dalam banyak kasus, Anda tidak memiliki keleluasaan penuh terhadap surel kantor Anda. Biasanya, bos Anda juga memiliki wewenang untuk membaca pesan apa pun yang dikirimkan oleh – dan untuk – Anda. Simpan urusan pribadi Anda di surel personal dan jangan berbagi informasi pribadi di surel kantor. [15]
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 4.608 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan