PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Menulis cerita cinta dapat menjadi pelampiasan emosi yang cerdas, emosional, dan kreatif. Namun, menulis romansa yang menarik tidak hanya membutuhkan emosi. Untuk menceritakan kisah yang baik, Anda perlu menciptakan karakter-karakter multidimensi kuat yang harus menghadapi tantangan dalam perjalanan cintanya. Gunakan cerita cinta Anda untuk menelusuri beragam topik dan tema, serta membantu membangun sendiri “suara” Anda sebagai seorang penulis.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Membentuk Karakter

PDF download Unduh PDF
  1. Karakter-karakter terbaik dalam cerita cinta adalah karakter yang mendalam. Pikirkan sifat atau watak yang ingin dilihat pada karakter Anda, serta signifikansinya pada cerita. Setelah itu, buatlah daftar untuk setiap karakter dan catat 5-6 watak tertentu yang ingin diberikan. Gunakan daftar ini sebagai panduan saat Anda menulis cerita.
    • Sebagai contoh, daftar watak protagonis cerita Anda mencakup “keras kepala”, “cerdas, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di jalanan”, “sulit percaya kepada orang lain, tetapi sangat setia setelah kepercayaannya didapatkan”, “pernah melalui masa lalu yang keras”, dan “terus terang”. Gunakan watak atau sifat ini untuk merancang dialog dan tindakan karakter pada adegan atau kejadian yang Anda tulis.
    • Pikirkan watak atau sifat yang membantu mengembangkan cerita, bukan hanya kisah cinta karakter. Protagonis cerita Anda mungkin adalah seorang wanita kuat yang sedang melewati luka batin, tetapi jangan sekadar membuatnya mampu bangkit dari luka tersebut agar ia bisa “membuka diri” untuk hubungan baru. Manfaatkan masa lalu emosionalnya untuk mengembangkan karakter yang holistis. [1]
    • Pikirkan tentang kisah presiden ketiga Republik Indonesia, B. J. Habibie dan istrinya, Ainun. Kisah cinta mereka ditulis dalam memoar dan bahkan difilmkan. Dalam filmnya, Ibu Ainun digambarkan sebagai seorang ibu negara yang tidak hanya memberikan cinta yang besar kepada suaminya, tetapi juga memiliki ambisi dan bakat. Kisah cinta tersebut sangat menarik, sama seperti karakternya.
  2. Sifat-sifat pada karakter harus bisa saling “bertentangan” satu sama lain. Jangan kemas cerita dengan dua orang yang saling cocok bertemu, menjalin hubungan yang bahagia, dan tidak pernah berkembang atau berubah. Alur semacam ini merupakan bentuk kesalahan umum yang membuat cerita terkesan hambar. [2]
    • Sebagai contoh, kedua karakter Anda adalah ahli bedah saraf yang sedang mencapai puncak kesuksesannya. Namun, salah satu karakter memiliki sifat yang mudah marah dan serius, sementara karakter lainnya memiliki watak yang lebih tenang dan mampu melihat segala situasi dari sudut pandang humor.
    • Marie dan Pierre Curie, misalnya, memiliki ketertarikan yang sama dalam proyek ilmiahnya. Akibat kondisi politik pada saat itu, Marie harus bekerja lebih keras agar mendapatkan pengakuan dan dukungan untuk pekerjaannya. Kisah cinta dan proyek ilmiah mereka dikenang atas apa yang mereka berdua lewati dan perjuangkan bersama.
  3. Setelah membingkai karakter-karakter utama, rancang sketsa karakter untuk menambahkan detail-detail. Sketsa ini dapat berupa garis luar, halaman “spesifikasi”, gambar, atau bahkan cerita pendek untuk mendeskripsikan perkembangan karakter. [3]
    • Sketsa karakter harus memuat dasar-dasar deskripsi fisik, kepribadian, informasi mengenai latar belakang dan kejadian hidup yang bersifat transformatif, dan detail perkembangan atau perubahan setiap karakter dalam cerita.
    • Sketsa karakter merupakan petunjuk. Anda tidak harus mencantumkan semua hal pada sketsa dalam cerita. Anda juga bisa mengubah karakter jika sketsa awal tidak sesuai dengan perkembangan cerita.
  4. Anda perlu menciptakan protagonis yang memikat dan mudah “terhubung” dengan pembaca. Sosok pujaan hati pun perlu diciptakan untuk protagonis tersebut. Merancang sosok pujaan hati yang dapat menjadi fantasi untuk memenuhi keinginan pembaca memang mudah, tetapi karakter-karakter seperti itu biasanya tidak memberikan “tantangan” bagi protagonis atau mendorong pengembangan cerita. [4]
    • Pikirkan tentang hubungan sehari-hari. Hal-hal yang mau atau tidak ingin diterima dari pasangan mungkin berbeda dari pendapat teman atau tetangga Anda. Oleh karena itu, buatlah sosok pujaan hati yang memang cocok untuk protagonis Anda, bukan untuk semua pembaca.
    • Rancang pasangan yang tepat untuk tokoh utama, tetapi jangan sampai membuat konflik yang ada terkesan dipaksakan. Pertimbangkan hubungan-hubungan yang ada di kehidupan nyata. Orang-orang yang menjalani hubungan asmara terkadang berseteru, bertengkar, atau mempertanyakan hubungan mereka. Oleh karena itu, ciptakan pasangan yang tepat, bukan yang sempurna.
  5. Dibandingkan jenis fiksi lainnya, cerita cinta lebih “rentan” terhadap penggunaan jenis karakter yang sama secara berulang. Hindari karakter-karakter klise yang sudah pernah Anda baca sebelumnya di cerita cinta lain. Jika ingin menggunakan arketipe, berikan kejutan dengan mengubah satu atau beberapa watak utamanya. Beberapa arketipe karakter yang cukup umum dalam cerita cinta adalah: [5]
    • Protagonis yang sulit dihadapi dan hanya mau membuka diri saat ia membutuhkan bantuan seorang pahlawan akibat musuhnya.
    • Wanita lain yang jahat (mis. mantan kekasih atau pasangan) dan ingin menghancurkan kesempatan protagonis dalam mencari cinta sejatinya.
    • Protagonis “tak peka” yang tidak menyadari bahwa cinta sejatinya masuk ke kehidupannya.
    • Sosok yang tidak percaya akan arti cinta dan hatinya telah membatu hingga protagonis masuk ke kehidupannya.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menentukan Alur

PDF download Unduh PDF
  1. Kisah cinta dapat menjadi fokus utama atau bagian dari cerita yang lebih besar. Tentukan apakah Anda ingin menjadikan cerita cinta tersebut sebagai fokus utama penulisan, atau memanfaatkannya untuk memperkaya cerita utama. [6]
    • Penggunaan cerita cinta sebagai bagian dari sebuah cerita yang besar dapat menciptakan perasaan yang lebih realistis dan mudah dirasakan oleh pembaca pada tulisan Anda. Sementara itu dengan berfokus kepada romansa, dapat membentuk cerita hebat yang membawa pembaca dalam alurnya, atau bahkan menjadi semacam “pelarian dari kenyataan”. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dari kedua pilihan tersebut. Keduanya hanyalah gaya penulisan yang berbeda.
    • Sebagai contoh, film Di Balik 98 diwarnai oleh kisah cinta dua protagonisnya. Namun, film ini juga menampilkan tema perselisihan sosial, rasial, politik, dan keluarga. Alur ceritanya juga tidak hanya ditegaskan oleh kisah cinta yang ada, tetapi juga oleh gambaran situasi politik dan kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998.
  2. Cerita cinta tidak harus “hadir” dalam bentuk novel romansa. Kisah seperti ini menampilkan kehidupan sehari-hari karakter dan dapat ditulis dalam genre apa pun. Tentukan apakah Anda ingin menulis romansa yang lebih “klasik” atau membingkai kisah yang digarap dalam genre lain. [7]
    • Untuk mendapatkan gambaran mengenai pembingkaian cerita cinta dalam berbagai genre, bacalah buku-buku dan cerita pendek dari genre-genre yang Anda minati.
    • Noir , fiksi ilmiah, fantasi, fiksi sejarah, dan komedi merupakan beberapa jenis genre yang cocok untuk ditelusuri. Perhatikan cara penulis-penulis dari genre tersebut mengembangkan beragam aturan untuk cerita cinta yang digarap.
  3. Apakah Anda ingin karakter-karakter yang ada mendapatkan akhir cerita yang bahagia? Apakah mereka akan belajar bahwa cinta saja belum cukup? Apakah Anda ingin membuat akhir cerita yang “kabur” atau membuka beragam opini? Dengan menentukan resolusi emosional di akhir cerita, Anda bisa merancang alur dan narasi. [8]
    • Anda bisa mengubah resolusi sambil melanjutkan penulisan jika Anda merasa bahwa ada akhir berbeda yang lebih cocok dengan alur dan perkembangan karakter. Langkah ini bisa Anda jadikan sebagai petunjuk, tetapi tidak harus dianggap sebagai sebuah aturan wajib.
  4. Romansa yang ditulis untuk menggambarkan kisah cinta saja sudah bisa menjadi karya yang indah jika Anda ingin menggarapnya. Namun, banyak penulis romansa modern mulai memasukkan konteks-konteks sosial seperti ras, gender, dan kelas sosial dalam karya mereka. Tentukan apakah Anda ingin memasukkan pesan yang lebih besar ke dalam cerita. [9]
    • Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk hal ini, tetapi penting bagi Anda untuk mempertimbangkan pesan yang ingin disampaikan.
    • Kisah cinta biasanya membahas topik-topik seperti kesenjangan sosial, gambaran tubuh, kesetaraan gender, orientasi seksual, perbedaan kelas, dan identitas etnis.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mengemas Cerita

PDF download Unduh PDF
  1. Tidak semua penulis senang membuat kerangka alur, dan tidak masalah jika Anda pun tidak menyukai. Namun, dalam cerita cinta, kerangka membantu Anda agar tetap mengikuti alur, tanpa terbawa oleh romansa yang ditulis. Buatlah kerangka cerita sebelum Anda mulai menulis dan catat kejadian dan titik alur penting dalam urutan yang ingin ditampilkan pada cerita. [10]
    • Anda bisa membuat kerangka “minimalis” atau yang lebih terperinci. Bermainlah dengan beragam detail pada karakter atau cerita untuk mengetahui jenis kerangka yang tepat saat Anda membuatnya.
    • Seperti halnya sketsa karakter, kerangka berfungsi sebagai petunjuk, dan bukan aturan. Cerita Anda bisa berkembang di luar kerangka jika memang terasa natural bagi alur dan karakter yang ada.
  2. Hal yang membuat pertemuan kedua karakter semakin “memuaskan” bagi para pembaca adalah ketegangan emosional yang ada sebelum momen pertemuan tersebut. Buatlah semacam antisipasi dengan menambahkan rintangan alami bagi pasangan utama agar romansa mereka menjadi akhir yang memuaskan dari perjalanan emosional yang panjang. [11]
    • Anda tidak harus secepat mungkin mempertemukan kedua karakter utama, membuat mereka jatuh cinta, dan menjadikan kehidupannya sangat bahagia.
    • Ada baiknya kisah cinta Anda menelusuri beragam emosi. Berikan rintangan yang dapat membuat kedua karakter Anda bahagia, marah, sedih, gundah, cemburu, dan lainnya.
  3. Kedua orang yang saling mencari satu sama lain, langsung menjalin hubungan, dan bisa tetap bersama tidak akan membangun cerita yang menarik. Setelah Anda mempertemukan mereka pertama kali, carilah alasan untuk memisahkannya. Hal ini tidak hanya menciptakan drama, tetapi juga memberikan ruang bagi kedua karakter untuk saling merindukan satu sama lain dan memikirkan dinamika hubungan mereka. [12]
    • Jika Anda adalah seorang penggemar drama Korea, pikirkan alur cerita drama Sassy Girl Chun-Hyang . Karakter Soon Chun-Hyang dan Lee Mong Ryeong dipertemukan dan dipisahkan beberapa kali. Setiap kali mereka bertemu, perasaan mereka berubah dan keduanya semakin sering memikirkan satu sama lain.
  4. Adegan klimaks yang muncul akibat kesalahpahaman yang sebelumnya terjadi pada kedua karakter sebenarnya merupakan “jebakan” umum dalam penulisan cerita cinta. Anda mungkin sering melihat klimaks seperti ini di serial televisi dan film. Namun, memperburuk konflik akibat kesalahpahaman hanya akan membuat karakter-karakter yang ada terkesan irasional dan terlalu emosional. Daripada mengambil langkah seperti itu, ciptakan rintangan nyata yang membuat pembaca mempertanyakan masa depan atau hubungan kedua karakter, kemudian pertemukan kembali kedua karakter tersebut di akhir cerita. [13]
    • Salah satu kesalahpahaman yang cukup umum dan terlalu sering ditampilkan adalah seorang karakter yang merasa kesal saat melihat mantan pujaan hatinya mencium kekasih barunya. Protagonis yang merasa marah terhadap tindakan yang tidak dapat dikendalikan oleh kekasihnya merupakan hal yang dramatis dan irasional.
    • Sebagai gantinya, pikirkan rintangan lain yang harus dihadapi kedua karakter, seperti salah satu protagonis harus bekerja di luar negeri, atau salah satu karakter ingin memiliki anak, sementara pasangannya tidak ingin memiliki anak sama sekali. Rintangan-rintangan seperti itu pun memang sering ditampilkan dalam cerita, tetapi dapat menciptakan konflik emosional yang lebih nyata.
  5. Cerita cinta sering kali dikaitkan dengan prosa panjang dan gaya penulisan yang berbunga-bunga. Jangan ragu untuk menggunakan gaya penulisan yang emosional. Namun, cerita akan terasa terlalu panjang dan sulit diikuti jika Anda mencantumkan terlalu banyak metafora, simbol, dan majas lain. Gunakan majas jika dapat memperkaya pemahaman pembaca terkait emosi atau kejadian dalam cerita. Namun, jangan merasa tertekan untuk mencantumkannya hanya karena Anda ingin tulisan terkesan lebih romantis. Penting bagi Anda untuk memastikan konten cerita tetap masuk akal. [14]
    • Sebagai contoh, “Ia merindukannya seperti pasir pantai yang merindukan belaian buih ombak saat laut surut” mencerminkan penggunaan majas simile yang romantis, tetapi kalimat tersebut tidak memberikan kejelasan. Sementara itu, kalimat “Rasa sakit menghunjam jantungnya saat bayang-bayang kekasihnya hilang bersama matahari terbenam” terkesan lebih familier bagi para pembaca karena sebagian besar orang memahami rasa sakit seperti itu pada dada. Dalam hal ini, pilihan kalimat kedua dirasa lebih mudah dipahami.
    • Jika ragu, tanyakan kepada diri sendiri, “Apakah majas ini membantu para pembaca memahami apa yang terjadi?”
  6. Terlepas dari apakah kedua karakter pada akhirnya bisa bersama atau tidak, berikan resolusi kepada para pembaca di akhir cerita Anda. Karakter-karakter yang ada harus berkembang dan tumbuh seiring berjalannya alur, dan mampu bangkit dan kembali menjalani hidup di akhir cerita, baik bersama pasangannya atau sendiri. [15]
    • Sebagai contoh, kalimat seperti “Saat Jessica pergi, keputusasaan dan ketakutan merajai Jordan hingga ia tidak pernah meninggalkan rumah atau melakukan apa pun lagi” merupakan akhir ceritanya yang tidak memuaskan.
    • Sebagai gantinya, berikan akhir cerita yang manis meskipun apa yang dialami karakter cukup pahit. “Saat Jessica pergi, Jordan memang merasa terluka dan takut. Namun, ia harus melihat kesempatan baru yang ada di depannya secara optimis.
  7. Setelah menyelesaikan cerita, baca kembali draf secara menyeluruh untuk mencari dan menyunting deskripsi dan detail berlebihan yang tidak diperlukan dan tidak menyokong cerita Anda. [16]
    • Jangan menggunakan gaya bahasa yang berbunga-bunga hanya karena Anda ingin menciptakan kisah cinta yang romantis. Pangkas kalimat yang terlalu panjang dan berlebihan, kecuali jika kata sifat atau adverbia yang digunakan secara langsung membantu para pembaca memahami kejadian atau emosi dan tujuan di balik tindakan karakter.
    • Jangan gunakan kata-kata tanpa memahami konotasinya. Sebagai contoh, jika karakter Anda memiliki seekor kambing berbulu hitam, ada baiknya Anda tidak menyebut kambing tersebut dengan frasa “kambing hitam”. Secara denotatif, frasa tersebut memang bermakna “kambing yang berwarna hitam”, tetapi secara konotatif “kambing hitam” biasanya digunakan untuk mengacu kepada sosok yang sering disalahkan. Sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan frasa “kambing berbulu hitam”.
    Iklan

Tips

  • Cobalah bayangkan diri sendiri sebagai salah satu dari karakter yang ada. Apa yang akan Anda rasakan? Apa reaksi Anda terhadap kejadian yang ada dalam cerita?
  • Bacalah cerita-cerita cinta yang ditulis oleh beragam penulis, serta adegan-adegan romansa dari berbagai genre untuk mengetahui cara merancang dan menulis romansa.
  • Tidak semua cerita cinta harus memiliki tokoh antagonis. Terkadang, kejadian hidup atau keinginan dan kebutuhan yang berbeda sudah cukup untuk menciptakan konflik dalam cerita. Cari tahu apakah cerita Anda memang membutuhkan karakter antagonis, atau kejadian yang ada sudah dapat menciptakan drama.
Iklan

Peringatan

  • Plagiarisme tidak bisa diterima dalam komunitas menulis dan dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak cipta (yang juga merupakan tindak kriminal). Jangan pernah menyontek karya orang lain tanpa mendapatkan izin dan mencantumkan identitas pemilik aslinya.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 8.540 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan