Paragraf narasi menceritakan kisah, nyata maupun fiktif, dengan memperkenalkan suatu topik, menambahkan lebih banyak detail, kemudian diakhiri dengan suatu refleksi atau transisi ke paragraf lain. Mampu menulis paragraf narasi dengan tepat merupakan keahlian penting bagi siapa pun yang ingin menulis atau menceritakan kisah, dari pengarang, jurnalis, hingga pemasang iklan. Mempelajari elemen-elemen esensial (pendahuluan, detail-detail penting, dan kesimpulan) dan bagaimana menggabungkan semuanya dengan ringkas akan memampukan Anda menciptakan kisah singkat nan lengkap untuk para pembaca. Selain itu, Anda juga akan menjadi penulis yang lebih baik dan lebih percaya diri! [1] X Teliti sumber
Langkah
-
Rencanakan untuk menceritakan paragraf narasi dari sudut pandang orang pertama atau orang ketiga. Gunakan "saya", "aku". "dia", "ini", atau "mereka" sebagai subjek penutur kisah. Meskipun paragraf narasi paling sering diceritakan dari sudut pandang orang pertama—berkaitan dengan kisah yang terjadi pada diri pencerita—itu juga bisa diceritakan dari sudut pandang orang ketiga.
- Anda bisa menghubungkan sesuatu yang terjadi kepada orang lain, bahkan tokoh fiktif.
-
Gunakan bentuk waktu yang konsisten. Perhatikan panduan tulisan, jika ada, untuk menentukan bentuk waktu mana yang harus digunakan. Jika tidak ada perintah khusus, Anda bisa memilih untuk menggunakan past tense (masa lampau) atau present tense (masa kini). Pastikan Anda hanya menggunakan 1 bentuk tense secara konsisten sepanjang paragraf, dan hindari berganti-ganti tense .
- Pengecualian bisa berlaku jika Anda beralih dari percakapan (menggunakan present tense ) dan narasi kejadian-kejadian yang ada ( past tense ).
-
Buatlah kalimat topik yang menarik. Tarik perhatian pembaca ke paragraf narasi Anda dengan menciptakan kalimat pembuka yang menghadirkan kegembiraan atau ketegangan. Kalimat ini harus memperkenalkan tujuan paragraf tersebut—kisah—dan membuat pembaca ingin terus membaca lebih lanjut.
- Kalimat topik sudut pandang orang pertama yang bagus misalnya, “Aku tak akan pernah melupakan momen saat aku menjemput anak anjing baruku.” Jika Anda menggunakan sudut pandang orang ketiga, kalimat topik yang sama bisa ditulis seperti, “Dia tak akan pernah melupakan momen saat dia menjemput anak anjing barunya.”
-
Tampilkan karakter utama yang terlibat dalam kisah. Perkenalkan semua tokoh yang akan berperan penting dalam kisah tersebut sehingga para pembaca memahami siapa yang menjadi bagian dari narasi itu. Anda tidak perlu memperkenalkan semua karakter yang akan diceritakan, tetapi memperkenalkan orang-orang yang akan terlibat dalam kisah itu akan sangat membantu. [2] X Sumber Tepercaya University of North Carolina Writing Center Kunjungi sumber
- Untuk contoh sudut pandang orang pertama tentang membeli anak anjing baru, kisah Anda bisa dilanjutkan dengan, “Ibuku mengantarkanku ke peternak, sejauh 45 menit berkendara dengan mobil.”
-
Atur suasana kisah. Sediakan latar untuk kisah Anda dan arahkan para pembaca ke waktu terjadinya kisah. Ini membantu mereka menempatkan diri sebagai penutur kisah dan memahami pemikirannya untuk setiap adegan dalam kisah tersebut.
- Anda bisa menuliskan, “Umurku 11, jadi bepergian dengan mobil sepertinya lama sekali. Kami tinggal di Wisconsin, dan peternak itu tinggal di Chicago.”
- Semua informasi latar setelah kalimat topik, seperti tokoh-tokoh lain dan tempat berlangsungnya kisah, harus sepanjang 1-4 kalimat.
-
Rencanakan untuk menulis paragraf narasi berisi minimal 9 kalimat. Tulis 1 kalimat topik, 1-4 kalimat informasi latar, 2-4 kalimat pembuka kisah, 3-5 kalimat untuk menghadirkan konflik, 1-3 kalimat untuk menyelesaikan konflik, dan 1-2 kalimat untuk memaparkan kesimpulan.
- Meski panjang paragraf bisa bervariasi berdasarkan konten yang ada, paragraf standar yang hanya terdiri dari lima kalimat kemungkinan besar tidak akan menyediakan cukup detail untuk menceritakan narasi selengkapnya.
Iklan
-
Sampaikan kisah secara kronologis dari awal. Mulailah kisah dengan mendeskripsikan masalah atau ide yang melatarbelakangi tindakan tokoh-tokoh yang ada di kisah itu. Misalnya, panggilan telepon atau keinginan untuk mendapatkan susu. Awalan untuk kisah ini harus sepanjang 1-4 kalimat. [3] X Teliti sumber
- Misalnya, ”Saat aku tiba di peternak, aku merasa kecewa. Aku sama sekali tak melihat anak anjing.”
-
Hubungkan konflik inti kisah. Tambahkan detail naratif untuk menjelaskan kejadian-kejadian selanjutnya di kisah tersebut. Dengan 3-5 kalimat, detail yang ditulis harus mengarah ke poin inti drama atau konflik. [4] X Teliti sumber
- Anda kemudian bisa melanjutkan, ”Peternak itu bersiul. Aku pun merasa lega ketika anak-anak anjing itu berbelok di sudut dan berlarian dari pintu masuk. Aku melihat anak anjing dengan warna favoritku—putih—dengan dua bintik hitam. ‘Ibu, bisakah kita pelihara dia?’ tanyaku penuh harap. Dia berhenti sejenak, terlihat mempertimbangkan ulang untuk memelihara anak anjing.”
-
Berikan penyelesaian konflik untuk kisah itu. Berikan detail untuk para pembaca tentang akhir kisah tersebut. Di kisah yang bagus, bagian akhir sering kali menjadi kejutan atau sekadar momen bahagia. Jika penutur kisah mendapatkan konsekuensi istimewa, hubungkan itu juga dengan kisah Anda. [5] X Teliti sumber
- Anda bisa mengakhiri dengan, “Kemudian, Ibu tersenyum. ‘Hanya jika kita menamainya Oreo.’ Aku memeluk Ibu, dan Oreo menjilatku, menandakan persetujuannya.”
- Penyelesaian konflik bisa sesingkat 1 kalimat atau sepanjang 3 kalimat.
Iklan
-
Akhiri kisah dengan kesimpulan yang merefleksikan kejadian dalam cerita. Gunakan kesimpulan untuk memberikan opini Anda terkait kisah itu. Misalnya, berikan pemahaman tentang bagaimana kejadian itu memengaruhi penutur kisah (mungkin Anda sendiri) saat ini atau bagaimana itu memengaruhi pilihan yang dibuat pencerita sejak kejadian tersebut. Biasanya, kesimpulan ditulis sepanjang 1-2 kalimat. [6] X Teliti sumber
- Terkait kisah anak anjing, Anda bisa menuliskan, ”Ini hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.”
- Kesimpulan yang Anda buat sangat bergantung pada nada, isi cerita, dan sudut pandang pencerita.
-
Periksa paragraf untuk mencari kesalahan ejaan dan struktur. Teliti paragraf Anda untuk memastikan semuanya bisa dibaca dan tidak ada kesalahan eja atau struktur. Cetak paragraf di selembar kertas daripada berusaha menyuntingnya di komputer. [7] X Teliti sumber
- Membaca cerita Anda dengan lantang adalah cara yang hebat untuk mendengarkan masalah struktur dan bagian cerita yang kurang mengalir.
- Jangan bergantung kepada alat pemeriksa ejaan, karena itu tidak bisa menangkap semua kesalahan!
-
Baca ulang paragraf untuk memastikan cerita itu kuat. Bacalah paragraf Anda untuk kali terakhir untuk memastikan kisah tersebut masuk akal. Jika seseorang mendatangi Anda dan menceritakan kisah tersebut, apakah Anda akan butuh informasi tambahan? Jika demikian, berikan detail tambahan yang diperlukan untuk membuat kisah tersebut lebih mudah dipahami. [8] X Teliti sumberIklan
Tips
- Untuk membuat paragraf narasi Anda menarik, lontarkan ide-ide kisah tersebut ke seorang teman sebelum Anda mulai menulis. Memfokuskan kisah pada momen-momen istimewa dan transformatif bagi Anda dan penutur kisah lebih baik daripada menghubungkan kisah kepada peristiwa sehari-hari. [9] X Teliti sumber
- Parameter kalimat yang diuraikan di sini hanyalah pedoman, bukan aturan baku. Bila diperlukan, paragraf narasi dapat ditulis lebih pendek atau lebih panjang agar sesuai dengan konten.
Referensi
- ↑ https://www.webucator.com/how-to/how-use-paragraphs-correctly-business-writing.cfm
- ↑ http://writingcenter.unc.edu/tips-and-tools/paragraphs/paragraph-development-examples/
- ↑ https://penandthepad.com/write-narrative-paragraph-2046960.html
- ↑ https://penandthepad.com/write-narrative-paragraph-2046960.html
- ↑ https://penandthepad.com/write-narrative-paragraph-2046960.html
- ↑ https://penandthepad.com/write-narrative-paragraph-2046960.html
- ↑ https://writing.wisc.edu/Handbook/Proofreading.html
- ↑ https://www.poynter.org/news/use-paragraph-mortar-sentences-building-block
- ↑ https://penandthepad.com/set-up-narrative-paragraph-3735.html