Unduh PDF Unduh PDF

Tragedi merupakan kategori drama yang mengangkat penderitaan yang dialami manusia sebagai premis utama. Anda dapat menjumpai berbagai jenis tragedi, mulai dari tragedi Yunani, tragedi Elizabeth, sampai fiksi dramatis kontemporer dan teater. Kebanyakan drama tragedi sejati menampilkan kejatuhan sang tokoh utama, entah akibat sepak terjangnya sendiri atau justru kepasifannya atau akibat kekuatan yang berada di luar kekuasaannya. [1] Drama tragedi sengaja ditulis untuk meluruhkan emosi negatif penonton yang terbangun di dalam diri kita melalui pelepasan emosi-emosi yang melegakan tersebut. [2] Mengkaji drama tragedi klasik dan mempelajari petunjuk-petunjuk penting tentang penulisan fiksi dapat membantu Anda menghasilkan sendiri drama atau novel tragis yang hebat.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mempelajari Tragedi

Unduh PDF
  1. Banyak tragedi yang telah ditulis sepanjang sejarah, dan setiap tragedi mencerminkan waktu dan tempat pada saat drama itu dibuat. Banyak cendekiawan menganggap karya-karya epik Homer sebagai salah satu contoh tertua dari tragedi Yunani, dan di dalam drama itu tokoh utama yang hebat seperti Odysseus dihadapkan pada rangkaian kemalangan. Tetapi tragedi yang paling populer mungkin merupakan karya William Shakespeare, seperti Hamlet atau Julius Cesar yang menggambarkan bagaimana tokoh utama menemui ajal di akhir cerita setelah melalui penderitaan dan kesengsaraan yang besar.
    • Tragedi Yunani cenderung mengangkat topik dan plot tunggal, sementara tragedi Inggris (termasuk karya Shakespeare) biasanya memiliki banyak alur cerita yang dipertalikan melalui kehilangan dan penderitaan yang dialami bersama. [3]
    • Untuk melihat koleksi karya tragedi yang lengkap, datanglah ke perpustakaan atau lakukan pencarian di internet. Banyak cendikiawan dan kritikus sastra menerbitkan sendiri daftar karya sastra yang mereka anggap paling penting atau berpengaruh.
  2. Meskipun setiap tragedi memiliki karakter dan plot unik tersendiri, ada beberapa motif dasar tragedi yang cenderung dapat diaplikasikan pada semua karya sastra di dalam genre ini. Tragedi biasanya melibatkan entah seorang tokoh utama yang tragis (sering kali tokoh tersebut adalah orang yang berkedudukan sosial tinggi), yang mengalami kejatuhan dan/atau kematian sebagai akibat tindakan atau kepasifan yang signifikan, atau kambing hitam (orang yang berstatus sosial rendah), yang secara tidak sengaja terjerumus dalam situasi tragis di luar kendalinya. [4] Kebanyakan drama tragedi akan memiliki beberapa atau semua tipe karakter berikut: [5]
    • protagonis – karakter utama, yang hampir selalu merupakan tokoh tragis
    • antagonis – orang atau sesuatu yang membuat protagonis harus berjuang melawannya (sering kali tokoh penjahat, tetapi tidak selalu)
    • foil /rekan – karakter pembantu, sering kali dikaitkan dengan protagonis atau antagonis, yang mengungkap atau memperumit beberapa aspek penting dari karakter utama
    • karakter stereotip ( stock character ) – sering kali digunakan untuk memperumit atau memperluas beberapa karakteristik yang muncul dalam keseluruhan tragedi
    • narator/paduan suara – tidak selalu dihadirkan dalam setiap karya drama tragedi, tetapi menjadi bagian penting dalam beberapa karya, sering kali digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan penonton
  3. Hampir setiap drama tragedi menempatkan tokoh tragis sebagai titik sentralnya. Dalam drama tragedi Yunani awal, tokoh tersebut sering kali adalah dewa, tetapi seiring perkembangan genre ini tokoh tragis mulai menampilkan pahlawan perang dan bahkan bangsawan atau sosok politis. Saat ini, aturan umum untuk tokoh tragis adalah sang karakter harus memiliki moral yang kuat dan sangat dikagumi penonton. [6]
    • Tokoh tragis ini harus mengalami semacam kejatuhan (dikenal sebagai “ hamartia ”, atau “kesalahan tragis”). Penyebab kejatuhan sering kali diakibatkan kesombongan karakter itu sendiri (sering kali dianggap sebagai kebanggaan, walaupun hal itu juga mencakup melangkahi batasan budaya/etika seseorang).
    • Tokoh tragis biasanya mengalami semacam pencerahan atau kesadaran tentang nasib tragisnya (disebut “ anagnorisis ”). Pada titik ini ia tahu bahwa tidak ada jalang untuk kembali, dan ia harus membiarkan nasib tragis itu berkembang dan menimpanya.
    • Di atas segalanya, tokoh tragis harus menimbulkan rasa iba. Hal ini disebabkan karena ia ditakdirkan untuk mengalami kejatuhan, dan penonton akan bersorak atau merasa lega ketika seorang penjahat mengalami kemalangan. Tragedi sesungguhnya dalam karya drama yang tragis adalah siapa pun dapat mengalami penderitaan yang sama seperti yang menimpa tokoh utama, dan kejatuhannya harus membersihkan emosi negatif penonton.
  4. Sama seperti setiap drama tragedi yang menampilkan karakter unik yang bisa dibilang “tipe” standar sehingga setiap plot bisa menjadi unik dan orisinal, tetapi juga bisa dikategorikan ke dalam struktur formula yang biasa. Elemen paling penting dalam drama tragedi meliputi: [7]
    • eksposisi – informasi “latar belakang” penting, yang dapat disampaikan sekaligus pada awal drama atau dibeberkan sepanjang bagian-bagian dramatis melalui dialog dan/atau solilokui
    • konflik – ketegangan yang muncul akibat konflik, biasanya di antara karakter vs dirinya sendiri, karakter vs karakter, karakter vs lingkungan, karakter vs kekuatan alam, atau karakter vs kelompok
    • klimaks – suatu titik di dalam drama ketika ketegangan tidak dapat lagi ditarik mundur atau suatu peristiwa harus terus berkembang sehingga menghasilkan salah satu dari dua penyelesaian akhir
    • resolusi/kesimpulan – pengungkapan atau pelepasan ketegangan, sering kali melalui kematian salah satu karakter dalam drama, atau lebih
  5. Struktur plot dalam drama tragedi biasanya mengandalkan salah satu dari tiga jenis plot. Ketiga plot tersebut adalah: [8]
    • klimatik – ketegangan dibangun menuju satu titik (klimaks) sebelum resolusi, biasanya melalui struktur linier yang terdiri dari aksi-aksi yang biasa
    • episodik – sering kali disusun dari berbagai adegan pendek, terfragmentasi yang melibatkan banyak karakter dan rangkaian berbagai aksi untuk menyoroti berbagai aspek kemanusiaan
    • nonsequitur – peristiwa yang tidak konsisten dan melibatkan karakter eksistensial, sering kali kurang berkembang yang terlibat dalam sesuatu yang terbilang tidak berarti, dan dimaksudkan untuk menyoroti absurditas keberadaan
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mengembangkan Plot

Unduh PDF
  1. Tragedi secara turun-temurun telah ditulis dan dipentaskan sebagai drama. Tradisi ini berawal dari tragedi paling tua, yang menjadi bagian dari upacara Dionysian. Dalam upacara ini para pemain berpakaian sebagai kambing untuk menghidupkan kembali penderitaan atau kematian seorang pahlawan. [9] Namun, tragedi juga dapat ditulis untuk pembaca, bukan untuk penonton. Itu berarti novel/novel pendek dan bahkan fiksi dewasa muda semua dapat digolongkan sebagai karya tragedi. [10]
    • Cara bercerita yang Anda pilih akan tergantung pada bidang yang menjadi kekuatan/kenyamanan Anda sebagai penulis dan sifat cerita yang akan Anda tuturkan.
    • Jika Anda memiliki pengalaman (atau kurang berpengalaman) baik dalam fiksi dan drama, cobalah memilih cara yang sesuai dengan cerita yang Anda inginkan. Mungkin akan lebih mudah untuk merancang alur cerita terlebih dahulu tanpa memaksakan format drama atau novel dalam gagasan Anda.
  2. Setelah Anda memiliki pemahaman yang kuat tentang sifat tragedi dan komponen struktural dasarnya, Anda harus menciptakan kerangka dasar plot. Plot tragedi Anda akan menjadi peristiwa dasar dan kejadian yang akan berlangsung dalam karya Anda. Plot ini seharusnya tentang ide dasar, meski akhirnya ide itu harus disampaikan melalui plot dan karakter, dan bukan sekadar “tentang” ide dasar saja. [11] Dengan kata lain, cerita Anda harus menyampaikan sesuatu tanpa perlu mengatakan atau memberi tahu penonton apa arti cerita itu sesungguhnya.
    • Jika Anda mendasarkan tragedi pada mitos yang ada, Anda akan terikat pada peristiwa dalam mitos itu, dan tidak akan bisa menyimpang terlalu banyak dari poin-poin plot utama dalam mitos itu tanpa membuat penonton kehilangan minat. Namun, Anda mungkin bisa menafsirkan kembali mitos itu secara radikal sehingga menghasilkan penyelesaian akhir yang tidak jelas atau ambigu. [12]
    • Atau, Anda mungkin ingin menciptakan alur cerita sendiri dari nol. Dalam hal ini, Anda tidak akan terikat dengan karakter atau kejadian kanonikal apa pun.
    • Pilihlah plot yang akan membantu Anda menuturkan cerita yang mendorong Anda untuk menulis. Jangan menganggap plot sebagai batasan. Alih-alih, anggaplah plot sebagai lensa dan melalui lensa itu Anda dapat menulis tentang perjuangan atau aspek kemanusiaan.
  3. Setelah Anda memiliki ide cerita dasar, Anda harus membuat kerangka plot untuk cerita tersebut. Cara paling mudah untuk melakukan ini adalah menuliskan beberapa aspek dasar cerita sehingga Anda dapat mengembangkan aspek ini lebih lanjut dan mengaturnya menjadi alur cerita yang berhubungan. Tempat yang baik untuk memulai adalah dengan menguraikan bagian-bagian tragedi berikut: [13]
    • motivasi – mengapa protagonis dan antagonis melakukan apa yang mereka lakukan dalam cerita
    • struktur dasar – keseluruhan peristiwa yang membentuk cerita, dan urutan bagaimana peristiwa-peristiwa itu terjadi dan/atau memicu peristiwa lain yang akan terjadi
    • penyelesaian akhir – apa yang akhirnya terjadi untuk menyelesaikan cerita
    • subplot – sub-alur cerita yang dimaksudkan untuk memperumit cerita atau menantang karakter lebih jauh
  4. Setelah mendapatkan cerita dan memetakan struktur dasar plot, Anda perlu menciptakan karakter yang akan mementaskan tragedi Anda. Anda akan membutuhkan karakter dasar yang ditemukan dalam sebagian besar tragedi, termasuk protagonis, antagonis, karakter foil , dan karakter stereotip. Pada titik ini, Anda belum perlu menulis dialog yang sesungguhnya untuk semua karakter, tetapi Anda harus memikirkan tentang bagaimana mereka akan tampil di atas kertas atau di atas panggung. Anda dapat terus memantau ide-ide ini dengan menuliskan beberapa kalimat atau paragraf berisi catatan tentang setiap karakter utama.
    • Pikirkan jenis karakter apa yang akan memainkan peran yang diciptakan dalam cerita.
    • Pertimbangkan hubungan di antara karakter. Jika mereka akan berinteraksi, atau mengetahui keberadaan satu sama lain, mereka harus memiliki hubungan yang jelas dan tidak ambigu antara satu sama lin. Hubungan yang umum bisa dikategorikan dalam dinamika cinta, orangtua/anak, kakak beradik, teman, agresor/korban, saingan/musuh, bos/karyawan, atau pengasuh/orang yang diasuh. [14]
    • Ingatlah untuk memasukkan tokoh tragis. Pada tahap ini Anda harus memutuskan apa yang akan menjadi kejatuhannya secara umum, dan pilihan apa yang akan ia buat sehingga mengantarkannya ke dalam nasib seperti ini. [15]
    • Pertimbangkan untuk membuat karakter mempertanyakan diri sendiri, karakter lain, atau hubungan mereka satu sama lain. Anda mungkin juga perlu memberi mereka opini yang kuat, dan menggunakan opini tersebut untuk mengembangkan kepribadian dan peran setiap karakter lebih lanjut. [16]
    • Karakter-karakter Anda harus reaslistis dan cukup manusiawi sehingga dapat disukai dan dapat dijangkau, tetapi karena Anda sedang menulis tragedi, Anda mungkin perlu membuat salah satu karakter atau lebih memiliki keunggulan lebih tinggi daripada manusia pada umumnya. Kualitas ini dapat diwujudkan dalam kepahlawanan yang luar biasa, kekayaan/kekuasaan yang sangat besar, atau itu juga berarti salah satu karakter atau lebih benar-benar manusia super (dewa/dewi, penyihir, dan sebagainya). [17]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Menulis Tragedi Anda Sendiri

Unduh PDF
  1. Pada tahap ini Anda seharusnya sudah memiliki premis dasar, kerangka berisi rangkaian peristiwa yang akan menggambarkan cerita, dan menciptakan karakter untuk memerankan peristiwa tersebut. Setelah semua ini selesai, Anda harus mengembangkan plot menjadi cerita penuh dan fungsional. Tergantung keahlian Anda, ini mungkin menjadi bagian yang mudah bagi Anda, atau justru menjadi bagian paling sulit dalam mengembangkan cerita.
    • Berfokuslah pada detail. Detail membuat cerita menjadi hidup, tetapi Anda juga harus berhati-hati agar tidak membebani cerita dengan hal-hal sepele yang tidak berguna. Jika Anda ragu, pikirkan tentang prinsip Pistol Chekhov (Chekhov’s Gun): jika Anda akan memasukkan detail tertentu (seperti menaruh pistol di panggung), harus ada relevansinya (contohnya, pistol tersebut harus digunakan secara signifikan). [18]
    • Buatlah segala sesuatunya menjadi lebih rumit. Ini mungkin berarti Anda hanya perlu menambahkan sejenis plot yang tidak terduga, tetapi cara yang lebih efektif untuk memperumit cerita adalah mengembangkan sesuatu yang benar-benar menarik dan memikat tentang beberapa karakter utama. Dengan demikian, mereka menjadi lebih tiga dimensi dan pada akhirnya menjadi lebih manusiawi. Ingatlah, tidak ada manusia yang sesederhana seperti yang digambarkan dalam deskripsi karakter. [19]
    • Pikirkan bagaimana setiap karakter berubah sepanjang perjalanan drama tragedi Anda. Jika ada karakter utama yang tampil tanpa mengalami perubahan (selain, misalnya, penjahat yang tidak akan pernah menyesali perbuatannya), berarti tragedi Anda bisa dibilang tidak cukup berkembang. [20]
    • Biarkan karakter Anda menjadi emosional. Jangan membuat mereka emosional yang tidak realistis, tetapi pastikan bahwa saat mereka menderita di atas kertas, penderitaan mereka tampak jelas dan diakui oleh penonton.
  2. Anda seharusnya sudah memiliki gambaran umum tentang apa yang akan terjadi pada tokoh tragis itu dan rangkaian peristiwa apa yang akan mengantarnya pada takdirnya itu. Tetapi saat mengerjakan proses menulis karya tragedi tersebut, Anda harus mengembangkan serangkaian peristiwa itu dan merajut elemen-elemen yang menyebabkan kematian tokoh utama sepanjang buku atau drama. Ini merupakan elemen sentral dari sebuah karya tragedi, dan membutuhkan konsistensi sepanjang naskah dan cukup waktu untuk berkembang dan bergulir di atas kertas (atau di atas panggung). [21]
    • Jika tragedi yang dialami tokoh utama melibatkan balas dendam, pembaca/penonton harus memahami alasan di balik balas dendam itu dari beberapa adegan atau bab pertama. Contohnya, dalam drama tragedi besar karya Shakespeare, Hamlet , penonton diperkenalkan dengan hantu Raja Hamlet dalam Babak Satu, Adegan Satu, dan mengetahui bahwa kematiannya akan menjadi aspek signifikan dari drama yang digelar.
    • Semua karakter penting yang relevan dengan tokoh utama dan kejatuhannya harus diperkenalkan cukup awal dalam tragedi. Drama/novel harus dimulai dengan memberikan informasi yang memberikan keterangan atau petunjuk kontekstual untuk menjelaskan situasi tokoh utama, dan harus dimulai dengan menyiapkan kenaikan tokoh utama menuju keangkuhan dan kejatuhannya di akhir cerita sejak awal.
  3. Sejarah menunjukkan bahwa simile dan metafora sangat penting untuk menghasilkan tragedi yang sukses. Keduanya memberikan makna yang lebih jauh kepada kata-kata di atas kertas atau aksi di atas panggung, dan memungkinkan pembaca/penonton merasa terlibat dalam cerita dengan menafsirkan perbandingan yang Anda buat dan membaca “gambaran besar” dari karya Anda. [22]
    • Metafora adalah perbandingan antara dua hal, sementara simile membandingkan dua hal menggunakan kata-kata “seperti” atau “seolah”. Semua simile adalah metafora, tetapi tidak semua metafora merupakan simile. [23]
    • Contoh metafora sebagai berikut: “Matanya bersinar menembus mataku”. Pembaca tahu bahwa mata si karakter tidak benar-benar memancarkan cahaya, dan terlihat jelas bahwa maksud penulis adalah karakter memiliki mata yang cemerlang dan menawan.
    • Contoh simile sebagai berikut: “Saat ia menangis, matanya berkilau seperti bintang”. Sekali lagi, pembaca tahu bahwa mata si karakter tidak benar-benar mirip dengan benda angkasa, tetapi simile dan metafora, keduanya memberikan kualitas puitis kepada bahasa yang digunakan dalam tulisan.
  4. Adegan ibarat roti dan mentega untuk tragedi. Adegan adalah kerangka tempat segala sesuatu terjadi, dan setiap adegan harus memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas, dan ikut berkontribusi kepada alur cerita secara keseluruhan.
    • Setiap adegan harus memiliki akumulasi dasar, aksi, klimaks, dan resolusi/penguraian. [24]
  5. Saat mengembangkan plot, jika Anda bertanya-tanya apakah plot cerita yang ditulis cukup bermakna atau tidak, pikirkan cara untuk memperbesar tantangannya. [25] Contohnya, jika seseorang ketakutan bahwa suaminya akan diculik atau dibunuh, jelaskan kepada pembaca mengapa hal itu tragis. Apakah ia pernah kehilangan seseorang yang penting dalam hidupnya di masa lalu? Dalam dunia yang Anda ciptakan, apakah ia akan mampu bertahan sebagai janda? Semua pertanyaan ini akan membuat perbedaan antara penonton yang berpikir “Sangat disayangkan bahwa suaminya meninggal” dan “Ini peristiwa tragis yang mungkin akan menyebabkan kematian wanita itu sendiri”.
    • Tragedi penuh dengan peristiwa mengerikan dan menimbulkan malapetaka. Perjelas bahwa hal-hal menjengkelkan yang menimpa karakter-karakter Anda menimbulkan dampak mengerikan melampaui syok yang hanya mengguncang permukaan.
  6. Sebagaimana halnya setiap aksi harus memiliki reaksi yang setara, setiap ketegangan dalam tragedi harus memiliki resolusi. Anda tidak boleh membiarkan peristiwa kritis tidak terselesaikan atau mengakhiri tragedi tanpa mengubah kehidupan setiap orang (biasanya pada bagian kejatuhan yang dialami karakter) dengan cara tertentu. Semua bagian yang masih menggantung harus diselesaikan, semua yang digerakkan selama tragedi harus dituntaskan, dan hal-hal mengerikan yang terjadi di dalam drama harus mengerucut menjadi penderitaan/kehilangan/kematian yang memiliki makna. [26]
    • Biarkan penyelesaian ketegangan mengarahkan cerita menuju akhir yang alami. Plot akan “rusak” jika cerita terus berlanjut untuk waktu yang cukup lama setelah ketegangan terpecahkan karena tidak ada lagi tantangan yang menggerakkan cerita atau memengaruhi karakter.
  7. Sama seperti karya tulis lainnya, tragedi harus melalui proses revisi satu atau dua kali sebelum dianggap selesai. Dalam proses revisi Anda mungkin perlu menambahkan detail lebih lanjut untuk mengembangkan karakter, mengisi lubang-lubang plot, dan menambahkan/menghilangkan atau menulis ulang adegan bila diperlukan. Anda dapat merevisi naskah sendiri, atau meminta orang lain yang Anda kenal dan percaya untuk mengevaluasi naskah secara jujur.
    • Berikan jeda waktu dua sampai empat minggu setelah menyelesaikan naskah sebelum Anda mencoba merevisinya. Akan sulit bagi Anda untuk menjauhkan diri dari naskah yang baru Anda tulis setelah beberapa hari saja, dan karena cerita itu masih segar di ingatan, Anda mungkin melewatkan beberapa hal tertentu yang tidak akan dapat dipahami oleh pembaca lain.
    • Cobalah membaca dari awal hingga akhir sebelum Anda mulai melakukan perubahan yang sebenarnya. Cukup membuat catatan tentang bagian yang membingungkan, kurang berkembang, atau tidak perlu/relevan tanpa berhenti untuk melakukan revisi. Kemudian, Anda dapat memutuskan bagaimana mengatasi isu-isu tersebut setelah Anda selesai membaca keseluruhan naskah.
    • Saat Anda membaca dan merevisi, tanyakan kepada diri sendiri apakah cerita itu masuk akan secara keseluruhan, apakah plotnya menarik/memikat, apakah ceritanya mengalir lancar atau tersendat-sendat, dan apakah tantangannya cukup besar untuk karakter yang terlibat sehingga mendapatkan respons emosional dari pembaca/penonton. [27]
    • Pikirkan dampak yang akan ditimbulkan produk final terhadap pembaca/penonton.
    • Ingatlah bahwa tokoh yang bernasib tragis harus memiliki kepribadian yang baik dan menjadi idaman, sementara kematian/kehancurannya terjadi akibat pilihannya sendiri, terlepas apakah pilihan itu berupa tindakan atau kepasifannya. Apakah kejatuhan yang dialami tokoh utama pada akhirnya menyebabkan pembaca/penonton merasa kasihan dan ketakutan? Jika tidak, Anda mungkin harus membuat revisi besar-besaran terhadap naskah Anda. [28]
  8. Begitu Anda memperbaiki masalah yang lebih besar di dalam naskah selama tahap revisi, Anda harus melakukan penyuntingan menyeluruh pada seluruh hasil kerja Anda. Hal ini termasuk memeriksa ejaan, memastikan kaidah subjek-kata kerja, memperbaiki kaidah tata bahasa, dan menghapus bagian yang merupakan “ filler ” (pengisi kekosongan) dari naskah.
    • Pastikan Anda memilih kata-kata dan merangkai kalimat dengan tepat dan teliti. Hapuslah kata-kata yang tidak perlu (“ filler ”), kata-kata/istilah yang membingungkan, dan kalimat yang kurang efektif. [29]
    • Hindari mengulang kata-kata yang sama, tetapi tidak ada gunanya. Ini akan menimbulkan kesan ceroboh atau lemah. Sebagai gantinya, carilah cara yang baru dan menarik untuk mengatakan apa yang ingin Anda katakan. [30]
    • Perbaiki kalimat yang bertele-tele dan kalimat tidak lengkap dalam pekerjaan Anda. Semua itu akan membingungkan pembaca/penonton, dan mungkin sulit untuk diucapkan oleh aktor. [31]
    Iklan

Tips

  • Pertimbangkan penulis pendamping jika Anda tidak yakin bagaimana memulai dan menyelesaikan drama tragedi Anda.
  • Tragedi, sama seperti sebutannya, bersifat tragis. Tragedi yang baik akan membuat penonton menangis, tetapi pada akhirnya mereka memperoleh kelegaan emosional. Segala sesuatu harus memiliki makna dengan cara tertentu, dan harus dibangun menuju perubahan yang signifikan untuk semua karakter yang terlibat.
  • Jika tragedi Anda tidak sukses, jangan berkecil hati. Mintalah pendapat dari banyak orang sebelum memublikasikan buku Anda, tetapi ingatlah bahwa menulis lebih merupakan anugerah bagi penulis daripada bagi orang lain. Menyaksikan karya Anda ada di depan mata adalah hal terbesar yang dapat Anda berikan untuk diri sendiri, dan jangan biarkan komentar negatif mengambilnya dari Anda.
Iklan

Peringatan

  • Jangan menjiplak! Itu tindakan yang tidak bermoral, ilegal (jika Anda berencana mendapatkan keuntungan dari karya Anda), dan bisa menjerumuskan Anda dalam masalah serius.
Iklan
  1. http://www.sjsu.edu/faculty/mary.warner/Engl112B_handouts/LfTYA_Chapter_4.pdf
  2. http://novaonline.nvcc.edu/eli/spd130et/sixp-2.htm
  3. https://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ElAnt/V2N3/withers.html
  4. http://www.writersworkshop.co.uk/plot2.html
  5. http://www.writersdigest.com/writing-articles/by-writing-goal/improve-my-writing/8-ways-to-write-better-characters
  6. http://condor.depaul.edu/dsimpson/tlove/comic-tragic.html
  7. http://www.writersdigest.com/writing-articles/by-writing-goal/improve-my-writing/8-ways-to-write-better-characters
  8. https://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ElAnt/V2N3/withers.html
  9. https://www.writingclasses.com/toolbox/ask-writer/whats-this-business-about-chekhovs-gun
  10. http://www.writersworkshop.co.uk/plot2.html
  11. http://www.writersdigest.com/writing-articles/by-writing-goal/improve-my-writing/rescue-your-story-from-plot-pitfalls
  12. http://condor.depaul.edu/dsimpson/tlove/comic-tragic.html
  13. https://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ElAnt/V2N3/withers.html
  14. http://www.grammarly.com/blog/2015/whats-the-difference-between-a-simile-and-a-metaphor/
  15. http://www.writersworkshop.co.uk/plot2.html
  16. http://www.writersdigest.com/writing-articles/by-writing-goal/improve-my-writing/rescue-your-story-from-plot-pitfalls
  17. https://www.scribendi.com/advice/goldenrulesforagoodplot.en.html
  18. http://www.writersdigest.com/qp7-migration-books/wgf-revision_excerpt
  19. http://condor.depaul.edu/dsimpson/tlove/comic-tragic.html
  20. http://www.usu.edu/markdamen/WritingGuide/06phrase.htm
  21. http://www.usu.edu/markdamen/WritingGuide/07repwrd.htm
  22. http://www.usu.edu/markdamen/WritingGuide/17runon.htm

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 5.553 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan