Artikel ini disusun bersama Gerald Posner
. Gerald Posner adalah Penulis & Jurnalis yang tinggal di Miami, Florida. Berpengalaman lebih dari 35 tahun, dia spesialis dalam jurnalisme investigasi, buku nonfiksi, dan editorial. Dia memegang gelar hukum dari UC College of the Law, San Francisco, dan gelar BA dalam Ilmu Politik dari University of California-Berkeley. Dia telah menulis tiga belas buku, dan beberapa di antaranya masuk ke daftar laris versi New York Times, memenangkan Florida Book Award untuk kategori Nonfiksi Umum, dan menjadi finalis Pulitzer Prize untuk kategori Sejarah. Dia juga masuk ke dalam daftar pendek nominasi Best Business Book pada 2020 yang diselenggarakan oleh Society for Advancing Business Editing and Writing.
Ada 7 referensi
yang dikutip dalam artikel ini dan dapat ditemukan di akhir halaman.
Artikel ini telah dilihat 11.757 kali.
Anda tidak bisa menulis cerita yang mengagumkan tanpa emosi, dan kemarahan adalah salah satu emosi paling kuat yang dimiliki seseorang. Hal yang membuat seorang karakter marah dan caranya menangani kemarahan tersebut menyampaikan banyak pesan kepada para pembaca mengenai karakter tersebut. Untuk membuatnya makin memikat, Anda tidak bisa sekadar membuat si karakter mengatakan “Aku sangat marah.” Ia perlu menunjukkan kemarahannya melalui tindakan yang bisa mengembangkan alur cerita. Dalam artikel ini, ada beberapa kiat yang Anda bisa ikuti untuk menunjukkan kemarahan dalam tulisan Anda.
Langkah
-
Kekasaran dan kekerasan dapat menunjukkan bahwa seorang karakter sedang marah. Saat marah, orang-orang bisa melakukan hal-hal yang biasanya mereka tidak lakukan. Biasanya, hal ini mencakup sikap kasar kepada orang lain. Buatlah karakter Anda memaki dan berteriak, mendorong karakter lain, meninju dinding, atau melemparkan sesuatu. [1] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Mia menaruh kasar ponselnya di atas meja dan langsung meninggalkan ruangan.” Meskipun karakter Anda tidak melibatkan orang lain, perilaku atau tindakannya sudah cukup menjelaskan bahwa ia sedang marah.
- Untuk adegan yang lebih konfrontatif, Anda bisa menuliskan: “Fitri menghampiri Miska sambil memelototinya. Sebelum Miska bereaksi, Fitri sudah mendorongnya sambil berteriak, ‘Teganya kamu melakukan itu!’”
Iklan
-
Tulis perubahan ekspresi wajah karakter saat ia sedang marah. Kemarahan merupakan emosi yang transformatif: alis dan dahi yang mengerut, bibir yang mengencang, rahang yang tegang, dan hidung yang kembang kempis. Cantumkan karakteristik-karakteristik tersebut dalam tulisan untuk menunjukkan kepada para pembaca bahwa karakter Anda sedang marah. [2] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Hidung Alex kembang kempis saat ia menatap Jana. Ia tidak percaya Jana berani mengajak Mikail ke pertandingan tanpa mengajaknya terlebih dahulu."
- Berikut adalah beberapa frasa tambahan yang Anda bisa gunakan: “tatapan murka”, “raut wajah penuh kemarahan”, “menyeringai”, “bibir mengerukut”, “gigi berkertak".
- Mata sering kali dianggap “wadah” atau pintu menuju ekspresi emosional sehingga Anda juga bisa menunjukkan kemarahan dengan menggambarkan mata karakter. [3] X Teliti sumber Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan, "Kedua mata Jana memicing dan tatapannya begitu dingin saat ia melihat Tara bergandengan tangan dengan mantan kekasihnya, Fitri."
-
Buat karakter tampak lebih “besar” melalui tubuhnya. Strategi ini efektif, terutama jika si karakter menunjukkan kemarahannya secara terang-terangan atau bahkan dengan kekerasan. Kembangkan dadanya, buatlah tangannya terkepal, lebarkan kedua kakinya, tegakkan punggungnya, atau buat tubuhnya terkesan “membayangi” seseorang. [4] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Brian berdiri dengan kedua tangan yang terkepal di sampingnya. Sambil memutar kedua bahunya ke belakang, ia menatap Trias. ‘Berani mengatakan itu lagi?’”
- Beberapa bahasa tubuh lain yang mencerminkan kemarahan mencakup gestur yang “liar”, menunjuk atau menarik kerah karakter lain, berjalan dengan cepat, atau mengencangkan otot-otot.
Iklan
-
Tunjukkan dampak emosi atau kemarahan terhadap si karakter. Saat Anda marah, tubuh memompa adrenalin ke aliran darah. Ini membuat Anda berkeringat atau gemetaran, serta mempercepat ritme pernapasan dan detak jantung. Dengan menyertakan efek samping fisik seperti ini, Anda tidak hanya menunjukkan kemarahan karakter, tetapi juga bisa membangkitkan empati kepada si karakter yang sedang marah. [5] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Irama detak jantung Sara menjadi tak karuan saat ia melihat ponselnya. Ia memegangi tangannya yang gemetaran sambil perlahan membaca kembali pesan yang ia dapatkan."
- Beberapa efek fisik lain akibat kemarahan mencakup pembuluh darah yang berdenyut, wajah dan leher yang memerah, mulut yang kering, atau rasa sesak.
-
Strategi ini lebih cocok diikuti saat Anda menulis dalam sudut pandang orang pertama. Ketika karakter yang marah pun menjadi narator cerita, akan mudah untuk menceritakan apa yang ada di pikirannya ketika kemarahan berkobar di dalam dirinya. Pikirannya menjadi bagian dari tindakan dalam cerita, bahkan saat ia pada akhirnya tidak melakukan apa pun untuk mengungkapkan kemarahannya dengan jelas. [6] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Aku merasa ruangan ini makin menyempit. Di pikiranku, aku seperti bertambah besar dan besar mengikuti kemarahanku. Jika aku tidak segera melakukan sesuatu untuk mengendalikan diriku, aku bisa meledak dan menghancurkan siapa pun dan apa pun di sekitarku."
- Strategi ini juga cocok untuk narasi orang ketiga jika narator Anda adalah karakter serbatahu. Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan, “Kiki memegang kuat gelas di tangannya. Pikiran pertamanya adalah melemparkan gelas itu ke lantai dan menghancurkannya, tetapi ia tahu jika ia melakukannya, ia tidak akan berhenti hingga semua gelas di dalam lemari pecah berkeping-keping."
Iklan
-
Tunjukkan kemarahan melalui ketakutan, kecemasan, atau kecanggungan yang dirasakan karakter lain. Jika Anda memiliki seorang karakter yang lebih “tegar” dan tidak mengungkapkan kemarahannya secara dramatis, karakter-karakter lain yang mengenalnya bisa membantu Anda menunjukkan kemarahan karakter tersebut. Jika karakter-karakter lain menyadari kemarahannya dan mundur atau menjauh, hal ini memberi pesan kepada para pembaca bahwa mereka pun harus atau akan merasakan hal yang sama. [7] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Mara mengalihkan pandangannya dari Sean dan menenggelamkan tubuhnya dalam kursinya sambil melipat kedua lengannya di depan dadanya. Makin berat napas yang Sean embuskan, makin ciut nyali Mara."
- Anda juga bisa membuat karakter lain berusaha menenangkan atau menahan si karakter yang marah. Karakter tersebut mungkin mengatakan, misalnya, “Hei, tenanglah! Kamu tidak perlu emosional seperti ini” atau “Sudahlah. Ada hal lain yang lebih penting lagi."
- Sebagai opsi lain, buatlah salah satu karakter mengalihkan perhatian secara jelas (dan canggung) atau berusaha mengubah topik percakapan. Dalam narasi, jelaskan bahwa ia mencoba mengalihkan perhatian dari si karakter yang marah atau sumber kemarahan.
-
Tunjukkan kemarahan karakter melalui ritme narasi. Strategi ini cocok terutama jika si karakter yang marah merupakan narator cerita, tetapi Anda juga bisa memanfaatkan strategi ini untuk penulisan dalam sudut pandang orang ketiga. Gunakan kalimat-kalimat pendek dan kata-kata yang “tajam” dan singkat untuk membangun ketegangan dan menjelaskan kepada para pembaca bahwa ada hal buruk yang akan terjadi. [8] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "Roni melangkah ke lantai dansa dengan tatapan yang menyiratkan api kemarahan. Dinding-dinding bercat hitam. Pengeras suara besar. Lampu-lampu warna-warni. Sang DJ yang memamerkan keahliannya. Senyuman-senyuman di lantai dansa menghilang dan tawa meredup. Hanya Joni dan Sasha yang masih terus berdansa."
- Pilih kata-kata singkat yang terdengar “tajam” seperti “buyar”, “pecah”, “hentak”, “sentak”, “ledak”, atau “hajar".
Iklan
Ungkapkan kegalauan di dalam diri dengan membuat si karakter mengisolasi dirinya sendiri.
-
Kemarahan dan gejolak di dalam diri sama kuatnya dengan kemarahan yang terungkapkan. Orang-orang (dan karakter-karakter fiktif) mengungkapkan kemarahan dalam cara yang berbeda. Meskipun beberapa orang menunjukkan kemarahannya secara terang-terangan, sebagian yang lainnya justru memendam emosi. Dengan menunjukkan kemarahan yang terpendam, Anda bisa membuat karakter tampak lebih realistis. [9] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda biasa menuliskan: "Khairul duduk di dalam kegelapan, mengabaikan ajakan ibunya untuk makan malam. Ia terus menggunting foto-foto yang ada menjadi potongan-potongan memanjang dan membakarnya dengan api dari lilin yang menyala, tanpa menyadari rasa sakit di ujung jarinya saat ia berusaha menghancurkan semua bukti persahabatan lamanya."
- Karakter Anda mungkin lebih marah kepada dirinya sendiri dibandingkan orang lain. Ia juga mungkin geram dengan situasi yang ada, tetapi menyalahkan dirinya sendiri atas situasi tersebut. Dalam skenario-skenario tersebut, ada kemungkinan ia melampiaskan kemarahannya kepada dirinya sendiri, dan bukan kepada orang lain.
- Karakter Anda juga mungkin melampiaskan kemarahannya kepada diri sendiri dalam beberapa cara lain, seperti menutup diri, menolak penghiburan dari orang lain, atau melukai diri sendiri.
-
Dialog membantu menunjukkan kemarahan atau kekesalan pasif-agresif. Ada kemungkinan para pembaca tidak bisa mengetahui pikiran terdalam karakter, kecuali jika karakter Anda juga berperan sebagai narator dalam cerita. Ini membuat kemarahan pasif makin sulit diungkapkan karena kemarahan tersebut biasanya ada di dalam pikiran karakter dan jarang ditunjukkan secara terang-terangan. Namun, Anda bisa membuat si karakter menunjukkan sikap dan nada bicara yang sarkastis untuk menggambarkan kemarahan tersebut. [10] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan: "'Hai! Makan malam sudah siap! Terima kasih atas bantuannya!’ ujar Hermione seraya mengerlingkan matanya. Setelah gadis itu berkutat di dapur selama empat jam, yang bisa mereka lakukan untuk membantunya hanya makan."
- Cara lain menyampaikan sarkasme adalah membuat si karakter yang marah mengatakan kebalikan dari apa yang diduga. Sebagai contoh, jika seseorang membiarkan pintu tertutup begitu saja saat karakter Anda akan masuk ke dalam ruangan, karakter tersebut bisa mengatakan, “Terima kasih, ya, sudah menahan pintu untukku. Aku sangat menghargai kebaikanmu!"
- Penggunaan kata sifat hiperbolik juga menjadi cara lain menyampaikan sarkasme. Sebagai contoh, katakanlah Anda memiliki karakter yang berusaha mengalihkan perhatian si karakter yang sedang marah dengan menanyakan apakah ia sudah menonton film yang baru saja dirilis. Karakter yang marah bisa menjawab, “Ya, dan film itu sangat mengesankan. Jadi, bisakah kita kembali membahas apa yang terjadi di dapur?"
Iklan
-
Memberi tahu para pembaca secara terang-terangan mengenai kemarahan yang dirasakan karakter membuat mereka tidak bisa mengalami atau merasakan kemarahan tersebut. Narasi yang memikat bisa membawa para pembaca ke dalam cerita dan memberikan mereka kesempatan untuk merasakan langsung emosi yang ada. Ini menunjukkan kepada para pembaca seperti apa emosi yang dirasakan si karakter sehingga mereka mengetahui lebih lanjut tentang kepribadian dan jati diri si karakter. [11] X Teliti sumber
- Sebagai contoh, alih-alih menuliskan “Meskipun lima tahun telah berlalu, Yusuf masih marah kepada Susan”, Anda bisa menuliskan, “Meskipun lima tahun telah berlalu, wajah Yusuf masih memerah padam setiap kali ia mengingat pengkhianatan Susan."
Tips
- Apa yang memicu kemarahan? Pastikan Anda menggunakan pemicu yang spesifik dan konsisten untuk setiap karakter agar karakter Anda menjadi lebih realistis. [12] X Teliti sumber
- Coba tulis jurnal untuk mendokumentasikan pengalaman emosional Anda sendiri. Jurnal ini membantu Anda menjelaskan perasaan karakter dalam cara yang lebih realistis. [13] X Teliti sumber
Peringatan
- Hindari klise. Frasa yang digunakan secara berlebihan untuk menunjukkan kemarahan tidak akan memiliki dampak yang lebih kuat dibandingkan frasa aslinya.
wikiHow Terkait
Referensi
- ↑ https://yolandiehorak.com/2018/05/23/lets-write-anger/
- ↑ https://allwritealright.com/how-to-describe-facial-expressions-in-writing/
- ↑ https://www.researchgate.net/publication/312028802_CONCEPTUALIZATION_OF_ANGER_IN_ENGLISH_POP_FICTION_STORIES
- ↑ https://yolandiehorak.com/2018/05/23/lets-write-anger/
- ↑ https://allwritealright.com/how-to-describe-facial-expressions-in-writing/
- ↑ https://yolandiehorak.com/2018/05/23/lets-write-anger/
- ↑ https://yolandiehorak.com/2018/05/23/lets-write-anger/
- ↑ https://yolandiehorak.com/2018/05/23/lets-write-anger/
- ↑ https://allwritealright.com/writing-a-character-with-anger-issues/
- ↑ https://www.writersdigest.com/there-are-no-rules/creating-emotional-frustration-in-your-characters
- ↑ https://www.pandorapost.com/2021/03/show-dont-tell.html
- ↑ https://allwritealright.com/writing-a-character-with-anger-issues/
- ↑ https://www.masterclass.com/articles/how-to-write-emotion#how-to-evoke-emotion-in-your-writing