Konflik adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan pasti terjadi dalam hubungan dengan orang lain maupun hubungan internal dengan diri sendiri. Secara umum, konflik menandakan kesempatan untuk berubah dan berkembang, serta memperbaiki pemahaman dan komunikasi baik dengan diri sendiri maupun orang lain. [1] X Teliti sumber Walaupun menyelesaikan konflik itu tidak mudah, namun Anda perlu melakukan fasilitasi diskusi dan menghasilkan resolusi karena konflik adalah bagian hidup sehari-hari.
Langkah
-
Identifikasi masalahnya. Lakukan analisis konflik untuk membantu mengklarifikasi masalah kunci yang menyebabkan konflik. [2] X Teliti sumber Mending the Cracks in the Ivory Tower: Strategies for Conflict Management in Higher Education, Susan A. Holton. Beberapa konflik terlihat sangat rumit dan dapat dibayangkan seperti jalinan berbagai masalah berbeda dengan banyak belitan dan kerumitan. Akan tetapi, jika Anda merenungi situasi dengan cermat, kemungkinan Anda akan menemukan satu atau dua masalah utama di jantung konflik yang dapat membantu Anda memfokuskan posisi dan menentukan kekhawatiran utama.
- Beberapa pertanyaan yang dapat Anda renungi antara lain: Peristiwa atau momen apa yang memicu konflik? Apa keinginan Anda yang saat ini tidak Anda miliki? Apa atau siapa yang Anda takut akan hilang dari hidup Anda? Apakah frustrasi/kemarahan Anda tepat dan sesuai dengan situasi atau justru berlebihan? [3] X Teliti sumber
- Buat daftar masalah selagi Anda menelusurinya selama periode perenungan dan kemudian catat masalah apa saja yang saling tumpang tindih dan yang saling terhubung. Jika Anda tidak bisa melihat tema utama secara langsung, semestinya bagian yang saling tumpang tindih dapat membantu Anda melakukan identifikasi dengan lumayan cepat.
KIAT PAKARPendiri Perusahaan Rintisan dan DIrektur Pembangunan PengembanganGene Linetsky adalah pendiri perusahaan rintisan dan pengembang perangkat lunak di San Francisco Bay Area. Dia mulai bekerja dalam industri teknologi lebih dari 30 tahun lalu dan saat ini menjadi Direktur Pembangunan dan Pengembangan di Poynt, sebuah perusahaan teknologi yang membangun mesin pintar Point-of-Sale untuk bisnis.Berfokuslah pada masalah, bukan pada orang lain. Gene Linetsky, pendiri perusahaan rintisan dan software engineer mengatakan: "Saat ada pegawai saya yang berkonflik, saya mencoba meminta mereka menggunakan papan tulis dan menuliskan hal-hal yang mereka setujui dan tidak mengenai suatu masalah. Mengekspresikan aspek masalah ini sangat penting alih-alih bereaksi terhadap pendapat atau pendekatan orang lain."
-
Identifikasi pemain-pemain kuncinya. Anda perlu memastikan individu utama yang terlibat dalam konflik. Tanyakan pada diri sendiri siapa yang membuat Anda marah dan/atau frustrasi dan apakah Anda mengarahkan emosi pada orang itu atau orang lain? Dalam upaya menyelesaikan konflik dengan efektif, mengetahui kepada siapa mengarahkan kemarahan/frustrasi sama pentingnya, jika tidak lebih penting, dari apa yang diarahkan.
- Pisahkan orang dan masalahnya. Lihat masalah sebagai perilaku spesifik atau rangkaian kejadian, bukan sebagai kepribadian atau karakter inti seseorang. Pendekatan ini akan membuat masalah lebih bisa diselesaikan dan dapat menyelamatkan hubungan, berkebalikan dengan jika Anda terburu-buru memutuskan bahwa Anda tidak lagi menyukai dia. [4] X Teliti sumber
-
Perjelas kekhawatiran Anda. Biarkan orang lain tahu perasaan Anda, masalah yang spesifik dan apa dampaknya bagi Anda. Ini akan membantu memastikan percakapan hanya tentang kebutuhan dan emosi Anda, bukan menjadi serangan pada orang lain dan perilakunya. [5] X Teliti sumber
- Gunakan pernyataan "aku", seperti "Aku merasa...", "Aku pikir...", "Ketika kamu (deskripsi objektif masalah yang bersangkutan), aku merasa...", "Aku ingin kamu (apa yang Anda ingin dia lakukan di masa mendatang untuk mencegah masalah)...", misalnya " Aku merasa kita tidak memiliki cukup waktu bersama" akan lebih efektif daripada " Kamu selalu mengabaikan aku." [6] X Teliti sumber
- Gunakan bahasa netral. Sering kali orang yang terlibat dalam konflik akan menggunakan bahasa yang meradang, termasuk kata-kata kasar, memaki, dan merendahkan. Bahasa-bahasa seperti itu hanya akan memperbesar konflik dan biasanya menjauhkan percakapan dari masalah utama. Usahakan menggunakan bahasa yang netral atau lebih objektif yang menyatakan posisi Anda agar percakapan tidak terlalu emosional.
- Bicara dengan spesifik. Beri dua atau tiga skenario konkret yang menggambarkan apa yang Anda maksud untuk membantu pihak lain memahami perspektif Anda. Misalnya, jika Anda merasa diabaikan seorang teman, beri contoh spesifik, seperti “Sakit rasanya ketika kamu cepat-cepat pergi dari pesta ulang tahunku untuk nongkrong dengan teman-temanmu yang lain daripada melewatkan hari itu denganku.”
-
Jadilah pendengar aktif. Mendengar dengan aktif adalah salah satu keahlian paling bermanfaat yang dapat Anda kuasai. Keahlian ini sesuai untuk kehidupan sehari-hari, dan mendukung komunikasi yang positif, terbuka, dan tidak bersifat mengancam dengan orang lain. Satu-satunya tujuan mendengar secara aktif adalah memastikan pemahaman Anda. Berikut beberapa tips untuk menjadi pendengar aktif yang baik: [7] X Teliti sumber
- Fokus pada orang lain. Jauhkan pengalihan mental dan usahakan membuat orang lain mengatakan hal yang penting bagi Anda. Dengan mendengarkan, Anda akan mendapat informasi penting untuk membantu membawa konflik pada solusi.
- Pertahankan kontak mata yang stabil (tetapi tidak agresif).
- Hindari bahasa tubuh yang menunjukkan Anda sedang marah atau menghakimi, seperti memutar mata, menyilangkan tangan atau kaki dengan erat, atau menyeringai. Anda sedang berusaha mengumpulkan informasi, bukan menghakimi, dan Anda ingin orang lain merasa bisa mempercayai Anda.
- Berikan ruang dan waktu yang cukup bagi pihak lain untuk bicara. Usahakan untuk tidak menginterupsi dan menyatakan masalah Anda, sebaliknya simpan komentar atau pertanyaan Anda untuk nanti setelah dia selesai menguraikan posisinya.
- Dorong dia dengan komentar atau gerakan menguatkan. Misalnya, anggukkan kepala atau katakan, “Aku bisa mengerti kalau itu membuatmu jengkel.” Suara “hmm” singkat juga dapat membuat pihak lain tahu bahwa Anda terlibat sepenuhnya. Komentar dan gerakan seperti itu menunjukkan pemahaman dan mendorong kelangsungan dialog.
- Tunjukkan empati. Tunjukkan bahwa Anda mengerti posisi pihak lawan, ini menyampaikan keinginan dan juga pemahaman bahwa Anda berdua sama-sama manusia, bukan robot otomatis. [8] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Perhatikan isyarat nonverbal. Pelajari cara membaca bahasa tubuh dan menafsirkan isyarat fisik orang lain, termasuk cara mereka duduk, nada suara dan ekspresi wajah mereka. Apa yang Anda lakukan dengan tubuh dapat bercerita sama banyaknya, jika tidak lebih banyak dari kata-kata. [9] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
-
Renungi. Sering kali konflik timbul karena salah satu pihak merasa seakan tidak didengar atau dipahami. Artinya beberapa konflik dapat diselesaikan hanya dengan menunjukkan bahwa Anda mendengar apa yang dikatakan pihak lawan. Saat berbincang, ambil kesempatan untuk merenungi apa yang dikatakan pihak lain. Ini akan membantu mengklarifikasi pemahaman Anda dan menunjukkan bahwa pihak lawan benar-benar didengar dan dipahami. [10] X Sumber Tepercaya Harvard Business Review Kunjungi sumber
- Misalnya, jika Anda memiliki konflik degan rekan kerja di perusahaan dan Anda telah memberikan kesempatan padanya untuk bicara, simpulkan dan nyatakan kembali masalahnya: “Jadi, kalau yang saya dengar ini benar, Anda merasa seakan tidak dipertimbangkan untuk proyek baru itu dan Anda ingin menjadi bagian dari komite perencanaan.” Kemudian tunggu konfirmasi atau koreksinya.
-
Bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Kerja sama sebagai bagian dari resolusi mengharuskan kedua pihak untuk berhenti menempatkan kesalahan pada pihak lain dan keduanya sama-sama mengambil tanggung jawab atas masalah tersebut. Buat komitmen bekerja sama untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi secara efektif. [11] X Teliti sumber Ada beberapa taktik yang dapat membantu Anda dan pihak yang berkonflik mencapai kesepakatan atau resolusi:
- Pandanglah jauh di luar posisi Anda. "Posisi" adalah jalan keluar yang diinginkan dari konflik, biasanya tidak dapat dinegosiasikan dan sering kali berujung pada jalan buntu. Posisi yang dimaksud misalnya “Aku ingin teman kontrakan baru” atau “Aku tidak mau bekerja dengan orang itu lagi”. Untuk menyelesaikan konflik dengan layak, kedua pihak harus memandang jauh di luar posisi mereka. [12] X Teliti sumber
- Arahkan fokus pada saat ini dan masa mendatang. Konflik cenderung berfokus pada kesalahan dan perilaku masa lalu. Akan tetapi, salah satu cara paling penting bagi kedua pihak untuk bertanggung jawab atas masalah adalah mengakui bahwa terlepas dari apa yang terjadi di masa lalu, kedua pihak harus berfokus pada cara meringankan dan memperbaiki masalah yang ada saat ini dan di masa mendatang. [13] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Kreatif. Seperti yang umumnya diketahui, menghasilkan resolusi yang sama-sama memuaskan kedua belah pihak bukanlah hal yang mudah dan biasanya memerlukan fleksibilitas dan pemikiran cerdas. Sering kali, kesepakatan yang dicapai terlalu dini atau terlalu cepat dalam proses penyelesaian konflik tidak bertahan lama karena tidak mempertimbangkan pencabangan kesepakatan (misalnya, jika Anda dan teman kontrakan memutuskan untuk mulai belanja kebutuhan sehari-hari secara terpisah, siapa yang akan membeli barang yang dipakai bersama seperti tisu toilet?). Kembangkan berbagai pilihan dan alternatif untuk berpikir "di luar kotak segi empat." [14] X Teliti sumber
- Tetapkan resolusi konflik yang spesifik. Ketika berusaha menyelesaikan konflik dengan orang lain, pastikan Anda menetapkannya dengan spesifik dan tepat sasaran. [15] X Teliti sumber Misalnya, Anda memiliki konflik dengan teman kontrakan dan telah merancang "kesepakatan" tertulis. Sebelum menandatangani kesepakatan tersebut, pastikan Anda berdua memahami setiap ketentuan sepenuhnya (misalnya, jika kesepakatan tersebut menyatakan jadwal membersihkan toilet setiap dua minggu, apakah itu berarti Anda membersihkan toilet dua minggu sekali atau satu bulan sekali?). Pertimbangkan untuk menandatangani kesepakatan setelah Anda berdua mengklarifikasikan setiap pertanyaan atau poin ambigu yang dapat ditafsirkan berbeda.
-
Terbukalah pada kemungkinan untuk tidak bersepakat. Masing-masing orang memiliki sudut pandang unik dan jarang sekali bersepakat pada setiap detail. Jangan berusaha menentukan siapa dari Anda berdua yang "benar". Menjadi pihak yang benar di sini tidak penting dan tidak akan membantu menyelesaikan konflik. [16] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Harap diingat bahwa kebenaran itu relatif. Apa yang dianggap benar oleh satu orang belum tentu benar bagi orang lain. Misalnya, pertimbangkan kesaksian berbeda dari beberapa saksi yang semuanya melihat kecelakaan mobil yang sama tetapi mungkin dari sudut berbeda. Kebenaran bergantung pada sudut pandang orang yang bersangkutan. [17] X Teliti sumber
-
Ketahui kapan harus mengalah. Beberapa masalah tidak dapat diselesaikan dengan kepuasan total bagi kedua belah pihak, khususnya jika salah satu pihak memilih untuk menolak negosiasi dan bersikukuh pada apa yang dia inginkan. [18] X Teliti sumber The Practice of Facilitation: Managing Group Process and Solving Problems, Harry Webne-Behrman Jadi, Anda harus bertanya pada diri sendiri, seberapa penting masalah dalam inti konflik itu bagi Anda dan apakah Anda bersedia mengalah atau tetap berdialog untuk mencapai resolusi yang berbeda.
- Apakah masalah tersebut nyata dan penting? Ini harus Anda tanyakan pada diri sendiri, dan mungkin akan berat untuk ego Anda. Jika pihak lain tidak mau mengalah dan Anda menyadari bahwa masalah itu lebih penting baginya daripada bagi Anda sendiri, mungkin sudah saatnya mengalah dan mengakhiri konflik.
- Mengalah tidak harus selalu dramatis. Anda cukup mengeluarkan pernyataan sederhana seperti, “Ben, aku mendengarkan apa yang kau katakan kemarin ketika kita membahas perbedaan jadwal. Walaupun aku masih merasa jadwal itu bisa diubah, tetapi kupikir bagimu masalah itu lebih penting dan aku mau mengakhiri perselisihan ini. Aku bersedia mendukungmu mempertahankan jadwal yang telah ditentukan.” Anda selalu bisa menyatakan pendapat sementara mendukung pendapatnya.
-
Ambil jeda. Jika Anda mencapai jalan buntu, minta waktu pada pihak lain untuk memikirkan lagi argumennya. Namun, jangan biarkan pihak lain menggantung tanpa kepastian. Berikan hari dan jam spesifik untuk membahas masalah itu lagi. [19] X Teliti sumber Mending the Cracks in the Ivory Tower: Strategies for Conflict Management in Higher Education, Susan A. Holton. Anda juga dapat meminta pihak lain untuk meluangkan waktu memikirkan posisi Anda juga.
- Selama jeda, tempatkan diri Anda dalam posisi pihak lain, lalu cobalah posisinya dan pikirkan mengapa masalah itu penting baginya. Jika Anda jadi dia, bagaimana cara Anda bernegosiasi dengan orang seperti Anda?
- Pastikan Anda juga menganalisis ulang sudut pandang Anda. Apakah ada area yang tidak begitu penting yang bisa Anda korbankan namun tetap mempertahankan apa yang paling penting bagi Anda?
- Jika konflik terkait dengan bisnis, profesional atau pekerjaan, pertimbangkan untuk mengirim ikhtisar diskusi terakhir Anda yang disusun secara objektif dan tidak bernada mengancam kepada pihak lain. Ini tidak hanya akan menyatakan ulang pemahaman Anda, tetapi juga berperan sebagai pengingat sudut pandang Anda dan dapat menunjukkan pendekatan profesional jika pada titik tertentu masalah menjadi keluar konteks. Ikhtisar ini juga berperan sebagai sarana pertanggungjawaban bagi kedua pihak.
-
Pertahankan kerahasiaan. Jaga agar pembahasan konflik Anda terbatas hanya pada kedua pihak. Secara umum, Anda harus selalu berurusan langsung dengan pihak yang berkonflik dengan Anda. Menghindari dan/atau melempar pelampiasan pada orang lain biasanya akan memperbesar konflik dan dapat menyebarkan rumor. [20] X Teliti sumber
-
Maafkan . Jika Anda dan pihak lain sama-sama bersalah, Anda berdua harus menemukan celah untuk saling memaafkan dengan sungguh-sungguh, walaupun mustahil untuk dapat benar-benar melupakan apa yang telah terjadi. Ini adalah cara dewasa dan jalan paling mudah menuju resolusi dan kerja sama di masa mendatang. [21] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Jika Anda benar-benar tidak dapat memaafkan pihak lain, cari cara untuk mempertahankan hubungan jika Anda masih harus bertemu atau melewatkan cukup banyak waktu dengannya.
- Diperlukan karakter kuat dan kasih sayang untuk dapat memaafkan seseorang. Jika Anda bisa memaafkan seseorang yang benar-benar menyakiti Anda, banggalah pada diri sendiri karena Anda telah dapat memaafkan dan melupakan konflik.
- Jika rumor sudah tersebar, dorong pihak lawan agar bekerja sama dengan Anda menyusun rencana mengakhiri gosip.
-
Minta bantuan pihak ketiga. Jika Anda merasa tidak mencapai apa-apa dan masalahnya menjadi semakin buruk, pertimbangkan meminta bantuan untuk menyelesaikan konflik, baik dengan berkonsultasi pada manajer, mencari konseling atau meminta bantuan teman yang sama.
- Phak ketiga sering kali memiliki perspektif yang lebih baik pada situasi yang dirasakan sangat emosional bagi kedua pihak yang berkonflik sehingga mereka tidak dapat berpikir lurus.
Iklan
-
Pahami sifat alami konflik yang ada di dalam diri sendiri. Konflik dalam diri atau konflik internal adalah perselisihan yang Anda miliki dengan diri sendiri. Dengan kata lain, konflik ini adalah "konflikku", bukan "konflik kita", karena tidak melibatkan orang lain.
- Konflik internal dapat dikaitkan dengan perasaan, pikiran, atau keputusan Anda sendiri, tetapi juga bisa terkait degan seseorang atau sesuatu yang lain. Misalnya, Anda merasa iri pada sahabat Anda yang baru menerima promosi. Anda bangga pada teman Anda dan menginginkan yang terbaik untuknya, tetapi Anda tidak bisa menghilangkan rasa iri. Oleh karena itu, konflik yang Anda alami bukan dengan teman Anda, tetapi dengan emosi Anda yang membuat konflik tersebut milik Anda sendiri.
- Konflik dalam diri, walaupun sulit, dapat menjadi motivasi kuat dalam hidup kita. Konflik ini biasanya dapat mendorong kita berubah dan menemukan kesempatan baru untuk berkembang. [22] X Teliti sumber
-
Identifikasi konflik. Tanyakan pada diri sendiri emosi seperti apa yang Anda rasakan dan apa yang menyebabkan Anda memiliki reaksi emosional itu. Pertimbangkan rutinitas menulis jurnal untuk mencatat apa yang Anda lakukan dan rasakan. Jurnal dapat menjadi kekuatan ketika Anda merasa gelisah karena Anda dapat membacanya seolah mencoba untuk mengungkap penyebab konflik internal yang Anda alami.
- Konflik dalam diri sangat beragam, dari keputusan kecil dan biasa seperti akan makan siang organik atau tidak, hingga keputusan hidup yang besar seperti berhenti merokok, mengakhiri hubungan asmara atau mengubah jalur karier. [23] X Teliti sumber
-
Usahakan menelusuri akar konflik. Kebanyakan konflik yang dialami seseorang dalam dirinya terkait dengan sesuatu yang dalam bidang psikologi disebut ketidaksesuaian kognitif, yaitu situasi yang melibatkan sikap, keyakinan, atau perilaku yang bertentangan. [24] X Teliti sumber Sverdlik, N., & Oreg, S. (2009). Personal values and conflicting motivational forces in the context of imposed change. Journal of Personality, 77, 1437–1466 Teori ketidaksesuaian kognitif menunjukkan bahwa kita semua memiliki dorongan dari dalam untuk menyelaraskan sikap dan keyakinan dengan tindakan kita untuk menghindari ketidakharmonisan (atau ketidaksesuaian). [25] X Teliti sumber
- Misalnya, katakanlah Anda merasa sedih karena putus cinta, walaupun Anda sendiri yang memutuskan hubungan. Karena itu, emosi Anda tidak selaras dengan tindakan Anda. Atau, contoh lain, katakanlah Anda merokok walaupun Anda tahu itu tidak baik untuk kesehatan. Tindakan Anda merokok tidak sejalan dengan apa yang Anda ketahui tentang merokok. [26] X Teliti sumber
-
Terima perasaan Anda. Tidak ada seorang pun yang dapat “membuat” Anda merasakan sesuatu. Ini tidak berarti Anda tidak boleh memiliki emosi atau perasaan sebagai reaksi atas kata-kata atau tindakan orang lain, tetapi pada akhirnya, perasaan Anda adalah milik Anda sendiri. [27] X Teliti sumber
- Sadari dan "akui" perasaan Anda, bahkan emosi negatif seperti kesedihan, kesepian, duka, dan patah hati. Menerima emosi adalah langkah pertama untuk menyelesaikan konflik dalam diri.
-
Beri waktu pada diri sendiri. Terima kesulitan ini karena Anda tahu bahwa akhirnya Anda akan dapat melepaskan diri dari belitan ketidakpastian, keraguan, dan/atau penyangkalan tersebut. Pasti Anda pernah berada dalam situasi ini sebelumnya dengan permasalahan lain, dan Anda berhasil melaluinya. Berikan waktu pada diri Anda sendiri.
- Sering kali, orang tidak mau mengambil waktu untuk berpikir karena keputusan cepat dan mudah dianggap lebih memuaskan. Akan tetapi, dalam hal perubahan dan emosi pribadi, waktu adalah teman terbaik Anda. Seiring waktu, kita dapat menilai masalah dan memastikan emosi dapat ditangani secara produktif, yang merupakan kunci keberhasilan.
-
Pertimbangkan pilihan apa saja yang Anda miliki. Ketika menghadapi ketidaksesuaian kognitif, Anda memiliki tiga kemungkinan solusi: mengubah keyakinan, mengubah tindakan, atau mengubah persepsi atas tindakan dengan merasionalisasikannya. [28] X Teliti sumber
- Dalam kasus putus cinta yang membuat Anda merasa sedih, mulailah pikirkan baik-baik apa yang menyebabkan Anda ingin memutuskan hubungan. Merenung dapat membantu menyelesaikan konflik. Kemungkinan Anda akan menyadari bahwa Anda melakukan hal yang benar dan bahwa Anda meratapi potensi hubungan itu jika dilanjutkan, bukan mantan kekasih yang memperlakukan Anda dengan buruk.
- Dalam kasus merokok yang buruk bagi kesehatan, banyak perokok mengembangkan segala macam cara untuk merasionalkan dan membenarkan perilaku mereka untuk mengesampingkan konflik internal. Misalnya, beberapa perokok mungkin mengatakan bahwa merokok membantu menenangkan stres, mencegah makan berlebih (kebiasaan buruk lain) atau bahwa mereka memilih rokok "ringan" yang "lebih sehat". Tentu saja, ada sebagian perokok yang secara efektif mengubah tindakan mereka dan berhenti merokok! [29] X Teliti sumber
- Jadilah terapis bagi diri sendiri ketika mengevaluasi pilihan. Untuk menyelesaikan konflik, tanyakan contoh-contoh pertanyaan berat ini pada diri Anda (Apa akibat terburuk yang bisa terjadi jika aku terus merokok? Akankah aku benar-benar lebih bahagia jika tidak putus dengannya? Apakah aku iri pada temanku atau apakah aku bergelut dengan fakta bahwa situasi pekerjaanku sendiri yang tidak berkembang?). Anda mungkin bergulat dengan masalah tersebut, tetapi kemungkinan besar Anda tahu pertanyaan yang tepat untuk diajukan. Seandainya Anda adalah sahabat bagi diri Anda sendiri, apa yang akan Anda tanyakan untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut?
-
Bicaralah pada orang lain mengenai konflik yang berlangsung dalam diri Anda. Konflik internal terkadang sulit diatasi jika Anda sulit menafsirkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan. Konflik internal juga dapat menyebabkan rasa gelisah, resah, dan bahkan depresi. Pertimbangkan untuk berkomunikasi dengan orang lain, seperti teman atau anggota keluarga, untuk membantu menenangkan kecemasan Anda. [30] X Teliti sumber
- Jika Anda merasa tidak bisa menyelesaikan konflik internal atau jika perasaan ragu pada diri sendiri, kecemasan, atau kesedihan mulai menghalangi kehidupan sehari-hari, pertimbangkan untuk bicara dengan ahli kesehatan mental yang dapat bekerja sama dengan Anda untuk mengembangkan strategi pengelolaan konflik internal yang efektif.
Iklan
Tips
- Konflik yang ada harus selalu dihadapi. Konflik akan memburuk dan meluas bila diabaikan. [31] X Sumber Tepercaya HelpGuide Kunjungi sumber
- Bagian paling penting dari resolusi konflik bukan pada jenis konfliknya, melainkan cara menyelesaikannya. Bahkan, proses menyelesaikan konflik sebenarnya lebih berarti daripada hasil akhir. [32] X Teliti sumber
Referensi
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ Mending the Cracks in the Ivory Tower: Strategies for Conflict Management in Higher Education, Susan A. Holton.
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.forbes.com/sites/womensmedia/2012/11/09/10-steps-to-effective-listening/
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/conflict-resolution-skills.htm
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/conflict-resolution-skills.htm
- ↑ https://hbr.org/2014/01/three-ways-leaders-can-listen-with-more-empathy
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/conflict-resolution-skills.htm
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/conflict-resolution-skills.htm
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ The Practice of Facilitation: Managing Group Process and Solving Problems, Harry Webne-Behrman
- ↑ Mending the Cracks in the Ivory Tower: Strategies for Conflict Management in Higher Education, Susan A. Holton.
- ↑ http://www.clarke.edu/page.aspx?id=3568
- ↑ http://www.helpguide.org/mental/eq8_conflict_resolution.htm
- ↑ http://www.typesofconflict.org/
- ↑ http://www.typesofconflict.org/
- ↑ Sverdlik, N., & Oreg, S. (2009). Personal values and conflicting motivational forces in the context of imposed change. Journal of Personality, 77, 1437–1466
- ↑ http://web.mst.edu/~psyworld/cognitive_dissonance.htm
- ↑ http://changingminds.org/explanations/theories/cognitive_dissonance.htm
- ↑ http://www.huffingtonpost.com/margaret-paul-phd/taking-responsibility-feelings_b_1109779.html
- ↑ http://web.mst.edu/~psyworld/cognitive_dissonance.htm
- ↑ http://changingminds.org/explanations/theories/cognitive_dissonance.htm
- ↑ http://www.typesofconflict.org/
- ↑ http://www.helpguide.org/articles/relationships/conflict-resolution-skills.htm
- ↑ http://www.foundationcoalition.org/publications/brochures/conflict.pdf