PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Menyikapi orang yang tidak sopan dan kerap berperilaku buruk memang tidak mudah; sering kali, Anda justru tidak tahu harus memberikan respons seperti apa. Apakah Anda harus mengabaikannya? Apakah Anda justru harus melindungi diri dengan mengonfrontasinya secara langsung? Jika Anda memutuskan untuk melakukan konfrontasi langsung, apakah situasinya akan memburuk setelahnya? Baca terus artikel ini untuk mengetahui kiat-kiat ampuh yang akan menjawab segala kekhawatiran Anda!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Menilai Situasi

PDF download Unduh PDF
  1. Perilaku kasar dan tidak sopan memang selalu terasa menyebalkan dan bahkan terkadang sulit ditoleransi. Meski demikian, tidak semua tindakan memiliki niatan yang sama. Dengan kata lain, Anda memerlukan strategi yang berbeda untuk menyikapi niatan yang berbeda.
    • Misalnya, seorang rekan kerja terus-menerus mengunyah permen karet dengan suara keras di samping Anda. Akibatnya, Anda pun kesulitan berkonsentrasi di kantor.
    • Anda mungkin menganggap bahwa perilakunya tersebut tidak sopan dan tidak layak dilakukan di tempat umum. Namun, kemungkinan besar perilakunya tersebut merupakan “kebiasaan buruk” yang terus-menerus dilakukannya tanpa sadar. [1] Alhasil, kebiasaan buruk tersebut membawa dampak yang negatif bagi orang-orang di sekitarnya (dalam hal ini, Anda!) tanpa dia sadari. Kemungkinan besar, perilakunya tersebut juga tidak ditujukan untuk menyakiti atau mencela Anda. Kebetulan, Andalah yang sedang berada di dekatnya dan secara otomatis menjadi "korban" perilakunya tersebut.
    • Pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut untuk menentukan strategi dan respons yang paling bijaksana.
  2. Dalam situasi tersebut, orang tersebut tidak bermaksud bersikap kasar, tetapi tindakannya secara spesifik ditujukan kepada Anda.
    • Misalnya, seorang teman mengajak Anda bertemu setiap minggu untuk mengobrol. Kenyataannya, seluruh waktu Anda berdua hanya dihabiskan untuk mendengarkan masalah-masalah hidupnya. Bahkan, dia tidak bersedia meluangkan sedikit waktu pun untuk menanyakan kabar Anda.
    • Faktanya, perilaku tersebut egois, tidak sopan, dan ditujukan langsung kepada Anda; dengan kata lain, dia tidak bersedia mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan Anda, serta memanfaatkan keberadaan Anda untuk memenuhi kepentingannya. Meski demikian, kemungkinan besar dia tidak melakukannya dengan sengaja untuk menyakiti Anda. [2] Kemungkinan besar, dia bahkan tidak menyadari bahwa percakapan sedang berlangsung satu arah!
  3. Perilaku semacam ini umumnya merupakan bentuk “pelanggaran terhadap norma” yang berlaku. [3] Dalam situasi tersebut, orang tersebut benar-benar menyadari perbuatannya dan kemungkinan besar tahu bahwa perilakunya menyalahi norma (atau dianggap tidak sopan oleh orang lain). Kemungkinan besar, dia hanya tidak peduli dengan norma yang berlaku atau tidak benar-benar memikirkan pengaruhnya terhadap orang lain.
    • Jika perilaku negatif seseorang dilakukan dengan sengaja tetapi tidak bersifat personal, artinya dia melakukannya secara sadar tetapi tidak bertujuan untuk menyakiti Anda.
    • Misalnya, orang yang menerobos antrean di kasir supermarket tentu tahu bahwa perilakunya menyalahi norma kesopanan yang berlaku; tindakan tersebut dilakukannya dengan sengaja tetapi tidak ditujukan untuk menyerang Anda secara personal. Dengan kata lain, dia menerobos antrean bukan karena membenci atau tidak menyukai penampilan Anda. Kemungkinan besar, dia melakukannya karena merasa kepentingannya lebih darurat daripada Anda.
    • Contoh lainnya, seseorang yang merokok di tempat umum [4] tentunya menyadari bahwa tindakannya tersebut mengganggu orang lain dan menyalahi norma kesopanan yang berlaku. Faktanya, dia tetap memilih untuk tidak menghormati norma atau meyakinkan dirinya bahwa perilakunya tersebut tidak mengganggu siapa pun.
    • Apa pun alasan di balik tindakannya, dia tidak melakukannya hanya untuk membuat Anda kesal.
  4. [5] Dalam situasi tersebut, orang tersebut benar-benar menyadari apa yang sedang dilakukannya, dan perilaku tersebut memang ditujukan kepada Anda. Kemungkinan, dia bahkan bersedia mengakui bahwa tindakannya tersebut tergolong kasar dan tidak sopan.
    • Apakah ibu Anda selalu mengkritik pilihan makanan Anda? Perilaku tersebut tergolong personal karena ditujukan secara spesifik kepada Anda, dan dilakukan dengan sengaja karena ibu Anda mengucapkannya dengan sadar.
    • Meski demikian, belum tentu tujuan perilakunya adalah menyakiti Anda. Mudah-mudahan, komentar ibu Anda tidak disampaikan untuk membuat Anda merasa bersalah. Namun, secara tegas dia memang bertujuan melontarkan kritik (meski kritik tersebut dikemas dalam bentuk “kekhawatiran seorang ibu”).
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mengontrol Reaksi

PDF download Unduh PDF
  1. Meski Anda sudah memahami beberapa bentuk perilaku tidak sopan seseorang, kemungkinan besar Anda tetap akan kesulitan mengetahui apakah perilakunya tersebut bersifat personal atau tidak. Sayangnya, “ketidakmampuan” tersebut umumnya akan mendorong Anda untuk menghakimi orang tersebut dan membuat asumsi yang negatif. Percayalah, melakukannya justru akan meningkatkan rasa frustrasi dan kemarahan Anda!
    • Meski tahu bahwa orang yang menerobos antrean tidak bermaksud menyakiti Anda secara personal, kemungkinan besar Anda tidak akan bisa menahan respons, “Sialan! Orang itu pasti egois dan tidak mau memikirkan orang lain.”. Meski ada kemungkinan dia memang sosok yang egois dan berengsek, mungkin juga sesungguhnya dia melakukannya tanpa sadar karena tidak melihat Anda.
    • Anda pasti merasa kesal saat disalip di tengah jalan. Namun, sebelum menghakimi orang yang menyalip Anda, pertimbangkan kemungkinan bahwa dia baru saja menerima kabar buruk dari orang terdekatnya dan sedang terburu-buru menuju rumah sakit.
    • Anda mungkin merasa kesal dengan kebiasaan mengunyah permen karet seorang rekan kerja Anda. Namun, sebelum menuduhnya sebagai sosok yang egois, pertimbangkan kemungkinan bahwa dia melakukannya untuk mengatasi kecanduan merokok atau gangguan kecemasan yang dialaminya.
  2. Jangan selalu membuat asumsi yang terburuk mengenai orang lain (sekalipun sikapnya sangat tidak sopan), dan cobalah berempati terhadap sikapnya tersebut. Untuk memahami sikap dan tindakannya, berusahalah semampu Anda untuk menempatkan diri di posisinya. [6]
    • Jika seorang karyawan restoran bersikap buruk atau kasar saat melayani Anda, cobalah mengamati kondisi sekitar: apakah saat itu restoran sedang sangat ramai dan kekurangan karyawan? Meski situasinya tidak demikian, sadarilah bahwa pekerjaannya memang penuh tekanan dan rentan memicu stres. Ingat, dia dituntut untuk melayani banyak orang pada saat yang bersamaan dengan bayaran yang tidak terlalu besar. Wajar bukan jika rasa frustrasinya tanpa sengaja tergambar melalui perilakunya kepada Anda?
    • Ingat, berempati tidak sama dengan membenarkan perilaku buruk seseorang. Pada dasarnya, berempati diperlukan untuk meredakan kekesalan Anda dan membantu Anda melanjutkan hidup dengan lebih baik.
    • Meski Anda tahu (dan yakin) bahwa tindakannya memang bersifat personal (misalnya, ibu Anda yang terus-menerus mengkritik pilihan makanan Anda), masalahnya akan lebih mudah teratasi jika Anda mau mencoba berempati. Kritik yang dilontarkan ibu Anda memang menyakitkan. Namun, jika Anda tahu alasan di balik tindakannya tersebut, kemungkinan besar kekesalan Anda akan sedikit mereda.
    • Jika ibu Anda bermasalah dengan berat badan, bentuk tubuh, atau kepercayaan dirinya, Anda bisa menyimpulkan bahwa perilaku negatifnya terhadap Anda adalah cerminan rasa tidak amannya.
  3. Pada tahap ini, Anda mungkin menyadari bahwa perilaku tersebut dilakukan tanpa sengaja dan/atau tidak bersifat personal. Jika situasinya demikian, Anda mungkin merasa tidak perlu mengonfrontasi orang tersebut karena perilakunya tidak ditujukan untuk menyakiti Anda. Di sisi lain, Anda juga boleh memilih untuk mengabaikan perilaku yang dilakukan dengan sengaja dan ditujukan untuk menyakiti Anda, lho !
    • Anda mungkin merasa selalu perlu melindungi diri dengan mengonfrontasi perilaku yang buruk, kasar, atau ofensif karena perlawanan tersebut adalah represantasi tingginya kepercayaan dan harga diri Anda sebagai manusia. Bahkan, Anda mungkin akan berpikir bahwa kegagalan mengonfrontasi perilaku yang tidak menyenangkan justru perlahan akan menumpuk rasa frustrasi dalam diri Anda sendiri.
    • Faktanya, ada beberapa alasan logis yang menyatakan bahwa mengabaikan perilaku tidak menyenangkan justru perlu dilakukan demi menjaga kewarasan dan kesehatan emosional Anda. Penelitian terkini menunjukkan bahwa responden yang mengabaikan perilaku tidak menyenangkan (alih-alih mengonfrontasinya) mampu menyelesaikan tanggung jawab kognitifnya dengan lebih baik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa menjaga jarak dari orang-orang yang tidak menyenangkan justru merupakan strategi yang paling ampuh untuk melindungi diri dan menjaga kewarasan Anda. [7]
  4. Sayangnya, tidak semua sikap buruk atau tidak sopan bisa Anda abaikan; misalnya, Anda tentu kesulitan mengabaikan kebiasaan bergosip rekan kerja yang membuat Anda kesulitan berfokus atau menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Jika situasinya demikian, cobalah menyusun strategi yang tepat untuk menghentikan perilakunya tersebut.
    • Pikirkan baik-baik apakah ada hal yang bisa Anda lakukan untuk menghindarinya. Misalnya, jika seorang rekan kerja terus-menerus bersiul kencang-kencang di dekat Anda, mungkinkah Anda berpindah lokasi kerja atau mengenakan sumbat telinga saat berada di dekatnya?
    • Tentu saja Anda tidak boleh menjadi satu-satunya orang yang berubah. Namun, faktanya, mengubah diri sendiri jauh lebih mudah daripada mengubah orang lain. Bagian terpenting dari menghadapi orang yang menyebalkan adalah melakukan penyesuaian dari sisi Anda; tidak ada yang menjamin Anda bisa mengubah perilaku orang lain, bukan?
    • Jika Anda mau belajar untuk tidak terganggu atau menarik diri dari situasi yang menyebalkan, kemungkinan besar masalahnya akan terselesaikan dengan lebih mudah.
    • Pada dasarnya, cobalah menjaga keseimbangan semampu Anda. Ingat, Anda tidak perlu menjadi satu-satunya orang yang melakukan penyesuaian, terutama jika orang tersebut adalah sahabat, keluarga, rekan kerja, atau orang lain yang tidak bisa (atau tidak ingin) Anda singkirkan dari kehidupan Anda.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Melakukan Konfrontasi

PDF download Unduh PDF
  1. Jika Anda memutuskan untuk melakukan konfrontasi langsung, pastikan Anda melakukannya dengan berhati-hati. Meluapkan kemarahan hanya akan membuat orang tersebut bersikap defensif. Alhasil, situasinya pun akan semakin memanas.
    • Hindari kalimat yang terkesan menuduh. Alih-alih merespons ibu Anda dengan berkata, “Ibu ini kok hobi banget menghakimi orang, ya,” cobalah mengemas keluhan Anda dengan menggunakan ujaran “aku”. Misalnya, Anda bisa berkata, “Bu, aku merasa dihakimi dan nggak percaya diri setiap kali Ibu mengomentari porsi makanku”. [8]
    • Jangan pula melontarkan hinaan dengan kata-kata yang tidak pantas. Sekalipun Anda merasa orang tersebut berengsek (atau lebih buruk dari itu), jangan menyebutnya “berengsek” atau melontarkan sebutan negatif lainnya; percayalah, Anda justru akan terlihat sama berengseknya jika melakukannya.
  2. Saat Anda memutuskan untuk mengonfrontasi perilaku tidak menyenangkan seseorang, jangan berbasa-basi atau melakukan teknik pasif-agresif. Sampaikan masalahnya dengan jelas dan sampaikan pula kebutuhan Anda secara spesifik.
    • Jika Anda hanya menghela napas atau berdecak keras-keras setiap kali berpapasan dengan rekan kerja yang hobi bersiul tanpa mengenal waktu, kemungkinan besar dia hanya akan merasa bahwa Anda sedang frustrasi dengan pekerjaan Anda.
    • Masalahnya akan lebih cepat terselesaikan jika Anda menjelaskan keluhan Anda dengan tenang dan sopan. Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku nggak yakin kamu sadar sama kebiasaan bersiulmu, tapi aku lagi benar-benar harus fokus sama kerjaanku, nih. Bisa nggak kamu bersiulnya di dapur atau ruang tunggu saja?“
    • Jika beberapa rekan kerja Anda hobi bergosip di depan ruang kerja Anda, membanting pintu mungkin ampuh membuat mereka berpindah tempat, tetapi tidak akan mampu memperbaiki situasi jangka panjangnya.
    • Alih-alih, tegur mereka dan katakan, “Hei, sori ganggu, tapi aku lagi ditelepon klien. Tolong lanjutkan acara bergosip kalian di tempat lain, ya. Terima kasih!”.
  3. Siapa pun orang tersebut, menghadapinya secara langsung adalah keputusan yang paling bijaksana. Jika Anda melaporkan perilakunya kepada orang lain (seperti atasannya, misalnya), kemungkinan besar dia akan benar-benar membenci Anda karena berpotensi menerima hukuman yang lebih berat dari seharusnya; bahkan tanpa disadari, Anda justru sedang membuka pintu untuk menerima perilaku yang lebih buruk dari yang sebelumnya Anda terima.
    • Jika Anda terus-menerus merasa kesal dengan perilaku seorang karyawan restoran, cobalah menyampaikan keluhan Anda secara langsung kepadanya sebelum mengancam akan menemui manajernya. Misalnya, jika dia menjatuhkan piring Anda tanpa meminta maaf, cobalah berkata, “Maaf, Bapak kok sepertinya sedang kesal. Apa ada kata-kata atau tindakan saya yang menyakiti Bapak?”.
    • Kemungkinan, dia memang orang yang ceroboh atau sedang melampiaskan kekesalannya terhadap pengunjung lain kepada Anda tanpa disadari. Jika Anda langsung menemui manajernya, kemungkinan besar dia akan menerima hukuman yang sangat berat atau bahkan dipecat.
    • Jika Anda melakukan hal yang sama untuk menyikapi perilaku tidak menyenangkan dari seorang rekan kerja di kantor, kemungkinan besar citra Anda di matanya justru akan semakin buruk. Selain terlihat tidak mampu mengatasi masalah Anda sendiri, Anda pun akan diberi cap tukang mengadu. Selain itu, jika dia tahu bahwa Andalah yang mengadukannya, kemungkinan besar hubungan Anda berdua akan memburuk setelahnya.
    • Tentu saja tidak semua perilaku buruk bisa Anda selesaikan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan; dengan kata lain, ada kalanya Anda juga membutuhkan bantuan seseorang yang lebih superior. Saat sedang melakukan konfrontasi, pastikan Anda merekam jalannya diskusi untuk berjaga-jaga seandainya situasi semakin memanas.
    • Jika dia merespons keluhan Anda dengan sikap yang agresif atau jika setelahnya perilakunya tetap negatif, jangan ragu melaporkannya kepada pihak yang lebih superior seperti manajer, bos, dsb.
  4. Etika moral dasar menuntut Anda untuk memperlakukan orang lain selayaknya Anda ingin diperlakukan. Dengan menaati etika tersebut, secara otomatis Anda akan termotivasi untuk memperlakukan orang lain dengan baik dan tulus; selain membawa dampak sosial yang positif, melakukannya sesungguhnya juga akan memudahkan Anda untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Dengan bersikap baik kepada orang lain, kemungkinan besar mereka pun akan memperlakukan Anda dengan positif. Oleh karena itu, jangan menyikapi perilaku yang tidak sopan dengan keagresifan atau kebencian. Alih-alih, tersenyumlah dan/atau berikan reaksi yang positif. Sering kali, reaksi yang tidak diduga-duga itulah yang akan mengejutkan dan menghentikan perbuatan mereka.
    • Jika rekan kerja Anda selalu enggan memberikan sapaan saat Anda berdua berpapasan di lift, berinisiatiflah untuk menyapanya terlebih dahulu sambil tersenyum.
    • Mungkin dia memang bukan orang yang bersahabat, tetapi mungkin juga dia sesungguhnya mengalami kecemasan sosial atau selalu mengalami suasana hati yang buruk di pagi hari. Jika Anda bersedia menyapanya dengan hangat terlebih dahulu. mungkin saja dia akan terdorong untuk bersikap lebih santai dan hangat kepada Anda. Jika harapan tersebut tidak terwujud, tandanya dia justru sedang menegaskan kenegatifannya di depan kepositifan yang Anda tampilkan.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 22.219 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan