PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Apakah pasangan selalu menyalahkan Anda di dalam berbagai situasi? Jika iya, kemungkinan besar situasi hubungan Anda berdua saat ini sedang terasa kurang menyenangkan. Untuk menanggulanginya, taktik terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan mendiskusikan perasaan yang membebani kepada pasangan. Namun, jika pasangan adalah sosok yang narsistik, alias memiliki kecenderungan untuk selalu menyalahkan Anda dan tidak mau mengalah, kemungkinan besar situasinya akan terasa semakin menyulitkan. Oleh karena itu, cobalah membaca artikel ini untuk mendiagnosis kesehatan hubungan Anda berdua. Jika situasi hubungan memang tidak bisa diselamatkan lagi, jangan ragu meninggalkannya!

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Mengajak Pasangan Berdiskusi

PDF download Unduh PDF
  1. Ingat, masalah yang terjadi harus didiskusikan bersama pasangan, terutama karena dia mungkin tidak menyadari kecenderungannya untuk selalu menyalahkan Anda selama ini. Meski godaan untuk menghindari konfrontasi sangat besar, pahamilah bahwa melakukannya hanya akan semakin memperburuk hubungan Anda dan pasangan. Itulah mengapa, Anda perlu mengonfrontasi masalah yang terjadi sesegera mungkin! [1]
    • Jika masalah yang terjadi terlalu lama dihindari, kemungkinan besar suatu hari nanti emosi Anda akan meledak kepada pasangan. Alhasil, situasi hubungan pun akan semakin memburuk karenanya.
  2. Tidak ada salahnya meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan hal-hal yang sejatinya ingin Anda sampaikan kepada pasangan. Tidak perlu mengetik dan mencetaknya sebagaimana ketika Anda akan berpidato agar jarak personal di antara Anda dan pasangan tidak hilang. Namun, tetaplah memikirkan berbagai topik penting yang perlu diangkat agar Anda bisa menyiapkan frasa yang tepat sasaran, tetapi tidak berisiko menyakiti pasangan. [2]
  3. Cobalah memberikan sinyal kepada pasangan bahwa Anda ingin mendiskusikan topik yang serius. Alhasil, pasangan pun tidak akan merasa “diserang” secara tiba-tiba. Selain itu, Anda berdua pun memiliki kesempatan untuk memilih waktu yang dianggap tepat secara bersama-sama. [3]
    • Misalnya, Anda bisa berkata, "Aku ingin mendiskusikan cara kita bertengkar selama ini, terutama perasaanku ketika pada akhirnya selalu disalahkan sama kamu. Kapan kamu bisa mengobrol?"
    • Jika situasi Anda sedikit berbeda, cobalah berkata, “Aku ingin mendiskusikan perasaanku kalau pendapatku tidak dihargai sama kamu. Kapan kita bisa mengobrol?"
  4. Ketika mendiskusikan masalah dengan pasangan, cara yang paling efektif adalah menggunakan ujaran “Aku”. Dengan kata lain, awali keluhan Anda dengan kata “Aku”, agar pernyataan tersebut bisa terdengar lebih berfokus pada perasaan Anda alih-alih pada upaya untuk menyalahkan pasangan, seperti jika kalimat diawali dengan kata “Kamu”. Percayalah, ujaran “Aku” adalah metode yang sangat efektif untuk membuka proses berdialog. [4]
    • Misalnya, Anda bisa berkata, "Aku merasa selalu ‘salah’ di sebagian besar diskusi atau perdebatan kita. Aku agak kesal sih , karena kamu selalu merasa benar, makanya aku memutuskan untuk diam dan menyerah daripada berpanjang-panjang."
    • Selain itu, Anda juga bisa berkata, "Aku merasa kamu tidak menghargai pendapat atau keahlianku dalam banyak situasi. Situasi itu membuatku kesal karena sepertinya aku selalu salah."
    • Di sisi lain, "Kamu selalu merasa benar dan terus-menerus menyalahkanku" bukanlah kalimat yang bijaksana untuk mengawali percakapan.
  5. Berdialoglah alih-alih bermonolog! Dengan kata lain, Anda juga harus mampu mendengarkan kata-kata pasangan sambil berusaha mengomunikasikan masalah yang dirasakan. Dengan kata lain, percakapan harus berlangsung dua arah, dan seluruh pihak harus memiliki kesempatan untuk didengarkan. [5]
    • Jawaban pasangan mungkin akan membuat Anda terkejut. Misalnya, Anda mungkin menemukan bahwa pasangan sejatinya juga selalu merasa disalahkan oleh Anda. Setelah menyadari bahwa perasaan Anda berdua sama, langkah selanjutnya adalah mencari solusi untuk memperbaiki pola komunikasi di kemudian hari.
    • Agar pasangan mau berbicara, cobalah mengawali percakapan dengan kalimat yang mampu memancing tanggapannya. Misalnya, Anda bisa berkata, “Nah, aku kan sudah berpendapat. Sekarang aku mau mendengar pendapatmu. Apa sih , yang kamu pikirkan dan rasakan?"
  6. Setelah mendengarkan pendapat pasangan, cobalah mengevaluasi maksud di balik kata-katanya. Pada akhirnya, tanggapan pasangan akan menunjukkan kesediaan atau keengganannya untuk mencari solusi demi memperbaiki hubungan Anda berdua! Dengan kata lain, tanggapan mereka mungkin mengindikasikan bahwa masalah yang timbul sejatinya lebih dalam dari yang Anda pikirkan, bahwa Anda berdua memerlukan bantuan konselor untuk mengatasinya, atau bahwa hubungan tersebut harus diakhiri.
    • Misalnya, jika pasangan berkata, "Pendapatmu bodoh sekali, sih . Lagi pula, kamu kan memang hampir selalu salah," waspadalah karena tanggapan tersebut tidak bersifat terbuka maupun suportif.
    • Di sisi lain, tanggapan seperti, "Aku nggak sadar sudah membuatmu merasa begitu. Ini masalah, sih . Yuk, kita cari cara untuk mengatasinya," adalah sinyal yang positif karena menunjukkan kesediaannya untuk bekerja sama dengan Anda. Jika situasinya demikian, Anda bisa berkata, “Aku senang mendengar tanggapanmu. Menurutku, solusi yang sepertinya berguna adalah..."
    • Dengarkan tanggapan pasangan. Jika pasangan tidak bisa mengembalikan ujaran “Aku” atau kembali menyalahkan Anda, artinya dia memang tidak bersedia bekerja sama dengan Anda untuk memperbaiki hubungan tersebut.
  7. Setelah Anda berdua memiliki kesempatan untuk berbicara, cobalah mendiskusikan solusi apa yang bisa dicapai untuk melanjutkan hubungan dengan lebih baik. Misalnya, diskusikan apa saja yang harus Anda lakukan untuk memperbaiki hubungan, dan mintalah pasangan untuk turut memberikan pendapatnya. [6]
    • Misalnya, Anda bisa menunda perdebatan untuk mengevaluasi perasaan masing-masing pihak dalam situasi tersebut. Sekadar menghentikan perdebatan untuk mengevaluasi perasaan kedua belah pihak dapat membantu menjembatani celah di dalam proses komunikasi Anda berdua, lho !
    • Atau, Anda juga bisa berkomitmen untuk mengingatkan pasangan kapan pun dia mulai tidak menghargai pendapat atau keahlian Anda.
  8. Jika pasangan bersedia berubah tetapi tidak mengetahui caranya, cobalah mengajak pasangan berkonsultasi dengan terapis atau konselor ahli terdekat. Jika kesulitan menemukannya, cobalah meminta rekomendasi konselor yang tepercaya kepada orang-orang terdekat Anda.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menyikapi Hubungan yang Tidak Sehat

PDF download Unduh PDF
  1. Sifat pasangan yang selalu menyalahkan Anda mungkin sejatinya merupakan bagian dari masalah yang lebih besar. Misalnya, dia mungkin mencoba memanipulasi Anda untuk meraih kontrol terhadap Anda dan terhadap hubungan itu sendiri. Jika dilakukan secara konsisten, perilaku tersebut bisa digolongkan sebagai kekerasan emosional. Itulah mengapa, Anda perlu mempertimbangkan kelayakan hubungan tersebut untuk dilanjutkan. [7] Jika Anda memutuskan untuk tetap bertahan di dalam hubungan, berusahalah untuk mulai membela diri dengan menegaskan posisi Anda.
    • Pikirkan apakah perilaku pasangan memang ditujukan untuk mengubah perilaku Anda atau justru untuk memanipulasi Anda (berusaha meyakinkan bahwa yang menurut Anda benar sejatinya salah).
    • Misalnya, Anda berdua sedang menonton film. Kemudian, Anda menganggap perilaku salah satu karakter utama di film tersebut kurang baik. Namun, pasangan justru berusaha meyakinkan bahwa anggapan tersebut salah dengan berkata, “Karakter itu nggak kasar, ah . Dia cuma berusaha membela dirinya sendiri. Kamu sih , nggak tahu gimana caranya membela diri sendiri. Kamu lemah, makanya kita nggak bisa cocok."
    • Pasangan mungkin akan menggunakan kekerasan emosional untuk meyakinkan Anda bahwa perasaan Anda sejatinya salah, dengan tujuan untuk mengambil alih kendali di dalam hubungan. Dalam situasi tersebut, Anda bisa berkata, “Aku tidak setuju, dan aku punya hak untuk berpendapat. Karakter itu memanggil istrinya dengan cara yang tidak sopan dan tidak merasa bersalah setelahnya. Itu kasar, lho !"
  2. Menyalahkan Anda hanyalah salah satu caranya untuk memanipulasi Anda. Oleh karena itu, cobalah mengidentifikasi caranya yang lain. Misalnya, pasangan mungkin akan mencoba membengkokkan keinginan Anda demi memenuhi kebutuhannya. [8] Sekadar mengidentifikasinya pun dapat membantu Anda mengubah arah hubungan, lho ! Selain itu, Anda pun dapat mulai melawan upaya manipulasinya, bukan?
    • Misalnya, pasangan mungkin akan membuat Anda merasa bersalah, bahkan ketika Anda sedang melakukan aktivitas yang menyenangkan. Jika Anda sudah memutuskan untuk menonton sebuah judul film, misalnya, pasangan justru berkata, “Baguslah kalau kamu senang, tapi aku sih nggak kepingin menonton film itu, ya. Maksudku, sudah jelas film lain lebih bagus, tapi kalau kamu mau menonton itu ya sudah." Jika situasinya demikian, Anda bisa menanggapi, “Kamu nggak akan bisa membuatku merasa bersalah karena kepingin menonton film itu. Aku suka film itu, kok, dan aku senang kita bisa menontonnya."
    • Pasangan juga mungkin akan membuat Anda merasa bersalah karena merasa tidak aman di dalam hubungan. Misalnya, ketika Anda ingin bepergian dengan teman-teman terdekat di malam hari dan pasangan tidak menyukainya, dia akan berkata, “Maaf ya, tapi aku nggak suka melihat kamu jalan-jalan sama temanmu. Keberadaanku saja nggak cukup ya, buat kamu?" Jika situasinya demikian, Anda bisa menanggapi, “Sepertinya kamu merasa nggak aman dengan hubunganku yang lain, ya. Dengarkan ini baik-baik, aku menghargai hubungan kita, tapi aku juga menghargai pertemananku. Seseorang bisa lho , menghargai dan menikmati dua hubungan pada saat yang bersamaan."
  3. Kemungkinan besar, pasangan akan membuat Anda merasa bertanggung jawab terhadap perasaannya. Misalnya, dia akan berkata, “Aku marah kan gara-gara kamu. Harusnya kamu nggak melakukan itu!" Ingat, satu-satunya orang yang harus mempertanggungjawabkan perasaan pasangan adalah dirinya sendiri. Itulah mengapa, Anda tidak perlu meminta maaf karena pasangan merasakan emosi tertentu. Alih-alih, Anda bisa berkata, “Aku tahu kamu marah. Maaf kalau situasinya nggak sesuai keinginanmu, tapi aku sudah berusaha, kok. Lagi pula, kemarahanmu sepertinya agak nggak beralasan. Apa sih , yang sebetulnya membuat kamu marah?"
  4. “Racun” lain di dalam hubungan adalah pasangan yang terus-menerus memakai rasa tidak amannya untuk menjatuhkan Anda. Dengan kata lain, dia mungkin akan berupaya mengontrol Anda atau mempertahankan Anda di sisinya dengan terus-menerus menjatuhkan kepercayaan diri Anda. [9]
    • Misalnya, pasangan mungkin akan berkata, “Baguslah kamu pacaran sama aku, soalnya akhir-akhir ini pipimu makin gendut, sih . Mana ada orang lain yang mau sama kamu." Jika pasangan berkata demikian, Anda bisa menanggapi, “Kalimatmu agak kasar, ya. Aku bangga kok, sama tubuhku, dan nggak akan membiarkanmu mempermalukannya."
    • Selagi berusaha melawan upaya pasangan untuk menjatuhkan Anda, cobalah mempertimbangkan layak atau tidaknya hubungan tersebut untuk dipertahankan jika melihat luka emosional yang ditimbulkan.
  5. Ingat, seluruh pihak dalam hubungan juga harus memberikan dukungan yang diperlukan oleh pasangannya, bukan hanya menerima. Oleh karena itu, pertimbangkan apakah Anda telah menerima sebanyak yang diberikan. Apakah Anda mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dari pasangan? Jika tidak, kemungkinan besar hubungan tersebut memang harus Anda akhiiri. [10]
    • Diskusikan manfaat yang diperoleh dengan pasangan. Misalnya, Anda bisa berkata, “Aku merasa lebih banyak memberi daripada menerima di dalam hubungan ini. Artinya, ada kebutuhanku yang sampai sekarang masih belum aku dapatkan darimu."
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mengidentifikasi dan Memahami Seseorang yang Narsistik

PDF download Unduh PDF
  1. Oleh karena pasangan selalu menganggap bahwa kesalahan terletak di pihak Anda, kemungkinan besar dia memang merasa lebih superior dari Anda. Alhasil, dia tidak akan ragu-ragu meyakinkan Anda bahwa dialah pihak yang benar, dan Andalah pihak bersalah. [11]
    • Apakah pasangan pernah mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan superioritasnya? Misalnya, dia mungkin akan berucap dengan serius, “Aku kan lebih pintar dari kamu. Pasti pendapatku yang benar, lah ."
  2. Seseorang yang narsistik benar-benar beranggapan bahwa bumi sedang berputar di sekitarnya. Itulah mengapa, Anda perlu waspada jika pasangan hanya ingin menyantap makanan di tempat yang diinginkannya, menonton acara televisi yang diinginkannya, serta datang dan pergi kapan saja tanpa mengkhawatirkan konsekuensinya. Masalahnya, pasangan mungkin akan memasang standar tertentu untuk Anda!. [12]
    • Itulah mengapa, sosok yang narsistik tidak akan meminta maaf jika datang sangat terlambat (lebih dari satu jam) ke sebuah acara. Jika kesalahan tersebut Anda lakukan, tentu saja Anda akan merasa tidak enak hati dan segera meminta maaf, bukan?
  3. Umumnya, sosok yang narsistik memiliki standar yang sangat tinggi. Oleh karena mereka kesulitan mengamati situasi di luar kehidupannya, secara otomatis mereka tidak akan tahu jika ada ekspektasi yang sesungguhnya terasa berlebihan. Alhasil, mereka pun kesulitan melihat kerja keras yang dilakukan oleh orang lain, dan kerap dianggap memiliki standar yang terlalu tinggi. Selain itu, mereka juga lebih mudah mengingat kesalahan daripada hal positif yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. [13]
  4. Meski nasihat ini terdengar bertentangan, faktanya gangguan narsistik ambang kerap mengakar pada rasa tidak aman yang ekstrem. Alhasil, banyak orang yang narsistik pada akhirnya bersikap egois karena merasa dirinya kurang sempurna. Oleh karena itu, yang sejatinya perlu Anda lakukan adalah mencoba memahami rasa tidak aman pasangan dan membantu pasangan mengatasinya. [14]
    • Misalnya, Anda mungkin menyadari bahwa sifat narsistik pasangan akan menguat ketika Anda akan bepergian dengan teman-teman terdekat. Kemungkinan, situasi tersebut mengindikasikan bahwa pasangan merasa eksistensinya masih belum cukup untuk Anda. Oleh karena itu, cobalah meyakinkannya bahwa asumsi tersebut sejatinya salah.
    • Anda bisa berkata, “Aku mau pergi dengan teman-temanku malam ini. Oh iya, kenapa sih , kadang-kadang kamu terlihat keberatan kalau aku begitu?"
  5. Jika pasangan tergolong narsistik, kemungkinan besar dia akan kesulitan memahami kebutuhan Anda karena isi otaknya hanya dipenuhi oleh kepentingannya. Jika situasinya demikian, Anda harus bisa menyampaikan kebutuhan dan keinginan di dalam hubungan dengan tegas agar pasangan dapat menyadari dan menanggapinya. [15]
    • Misalnya, Anda bisa berkata, “Sepertinya kamu selalu berasumsi kalau aku salah. Bisa nggak , kita selesaikan masalah itu bersama-sama?"
  6. Jika pasangan hanya mengalami gangguan narsistik ambang, hubungan Anda berdua mungkin masih bisa diselamatkan. Namun, jika gangguan yang dialaminya lebih dari itu, kemungkinan besar keinginan menyelamatkan hubungan tidak akan bisa tercapai. Seiring berjalannya waktu, Anda akan mulai merasa kehilangan identitas diri karena terus-menerus berusaha “memberi” kepada pasangan. Itulah mengapa, Anda harus mempertimbangkan opsi untuk mengakhiri hubungan dengannya. [16]
    • Jika pasangan enggan memahami cara pandang Anda, atau jika dia terus-menerus mencoba memanipulasi Anda, jangan ragu mengahiri hubungan dengannya! Jika perlu, ikuti konseling untuk memudahkan prosesnya.
  7. 7
    Susun rencana pelarian diri. Kemungkinan besar, Anda tidak akan bisa mengubah kebiasaan pasangan tanpa bantuan atau intervensi konselor ahli. Jika pasangan selalu memanipulasi Anda atau melakukan kekerasan verbal, segeralah menyusun rencana untuk mengakhiri hubungan tersebut dengan cara yang menyehatkan.
    • Konselor atau terapis ahli dapat merekomendasikan kiat-kiat yang bisa Anda tempuh untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan.
    • Jika Anda berdua sudah menikah, cobalah menghubungi pengacara untuk mendiskusikan opsi perceraian. [17]
    • Jika saat ini Anda masih tinggal bersama pasangan, mulailah mencari tempat tinggal baru yang bisa Anda huni setelah mengakhiri hubungan dengannya. Bisakah Anda tinggal bersama salah seorang sahabat atau kerabat? Apakah Anda sudah siap berpindah hunian ke tempat baru dan hidup mandiri setelahnya?
    • Tentukan tujuan Anda. Apa yang ingin Anda lakukan satu tahun ke depan? Berfokuslah pada tujuan tersebut dan tinggalkan pasangan narsistik Anda di masa lampau! [18]
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 10.239 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan