Kamu kesulitan membela diri di hadapan saudara kandung perempuanmu yang menyebalkan? Sejatinya, langkah ampuh yang bisa kamu lakukan untuk melakukannya adalah dengan menentukan batasan yang jelas dan spesifik. Untuk melakukannya, kamu harus terlebih dahulu menilai situasi yang terjadi di antara kalian, serta mengidentifikasi masalah pribadi yang mungkin membuat situasinya semakin memburuk. Kemudian, kamu bisa menanyakan masalah yang terjadi kepadanya dan membela diri menggunakan teknik konfrontasi yang tepat. Pada akhirnya, cobalah memperbaiki situasi di masa depan dengan mempererat relasi yang terjalin di antara kamu dan saudaramu, meraih dukungan eksternal dari orang-orang terdekat, dan mengubah mentalitasmu mengenai saudaramu.
Langkah
-
Pikirkan mengapa kamu merasa diperlakukan dengan buruk oleh saudaramu. Biasanya, perasaan tersebut dilatarbelakangi oleh dua situasi. Situasi pertama, kamu kesulitan membela diri dan mengutarakan kebutuhanmu kepadanya. Situasi kedua, kamu merasa kebutuhanmu jauh lebih penting daripada kebutuhan saudaramu. Sejatinya, kedua situasi tersebut dapat diperbaiki jika kamu mau belajar memahami diri sendiri dan memahami saudaramu dengan lebih baik. [1] X Teliti sumber
- Jika kamu merasa kesulitan mengekspresikan diri, cobalah mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kamu butuhkan darinya atau mengapa kamu merasa diperlakukan dengan buruk olehnya. Kemudian, rangkum hasilnya dalam kata-kata, lalu tuliskan di dalam sebuah jurnal untuk memperjelas situasi yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, kamu bisa menulis, “Aku merasa tersakiti kalau dia mengabaikan kata-kataku. Aku jadi merasa bodoh dan kepingin marah karenanya.”
-
Tentukan batasan yang spesifik. Pikirkan perilakunya yang membuatmu merasa stres atau tidak nyaman. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan keberadaannya, kemungkinan besar dia memang sudah memperlakukanmu dengan tidak adil selama ini. Oleh karena itu, cobalah mengevaluasinya dan menunjuk perilaku dan/atau kata-katanya yang tidak bisa kamu toleransi.
- Misalnya, kamu merasa tidak nyaman jika dia masuk ke kamarmu tanpa izin atau mulai mengambil sesuatu tanpa bertanya. Mungkin, dia pun memberikan alasan mengapa perilaku tersebut sah-sah saja untuknya. Jangan terganggu dengan alasannya atau perilaku tersebut! Alih-alih, berfokuslah untuk memikirkan kesalahannya dalam situasi tersebut secara spesifik, lalu buat batasan berdasarkan kesalahan tersebut. Dalam contoh tersebut, sampaikan bahwa dia harus mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamarmu. Melakukan sebaliknya tak ubahnya melanggar batasan tersebut.
- Tentukan batasan yang lebih spesifik. Jika tidak ingin dia memasuki kamarmu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pikirkan seperti apa cara mengetuk yang benar? Bolehkah dia masuk jika kamu sedang tidak ada di dalam kamar? Tentukan batasan yang lebih spesifik tetapi tetap masuk akal, seperti dengan berkata, “Kamu nggak boleh masuk kamarku tanpa mengetuk pintu, ya. Kalau aku nggak ada di kamar, kamu harus mengirim pesan teks dulu sebelum masuk ke kamarku.”
-
Pahami alasan di balik perilakunya. Kemungkinan besar, kamu akan menemukan bahwa sebagian besar masalah sejatinya tidak akan terjadi jika kamu mau lebih memperhatikan dan memedulikan hal-hal yang berlangsung di dalam hidupnya. Jika dia mengajakmu berdebat atau mengomunikasikan sesuatu kepadamu, berikan perhatian lebih pada kata-kata dan bahasa tubuhnya. Amati apakah dia terlihat stres dan cobalah mengevaluasi gambaran yang lebih besar mengenai alasan di balik rasa stresnya. Jika mampu memahami alasan di balik kekesalan saudaramu, kemungkinan besar kamu bisa terbantu untuk menghindari masalahmu dengannya. [2] X Teliti sumber
- Adakah situasi khusus yang memicu pertengkaran di antara kamu dengannya? Jika bisa mengidentifikasi lokasi atau waktu yang menimbulkan masalah, niscaya kamu akan lebih mudah mencari solusinya.
- Misalnya, jika menyadari bahwa dia selalu marah-marah ketika akan berangkat sekolah, cobalah menghindarinya pada waktu tersebut.
-
Evaluasi hal-hal yang terjadi di dalam hidupmu. Pikirkan ini, adakalah faktor lain dalam hidupmu yang membuat situasi hubunganmu dengannya memburuk? Misalnya, apakah kamu memiliki masalah di sekolah? Atau, apakah kamu mengalami masalah dengan orang tuamu? Jika masalahmu dan saudaramu kerap muncul setelah kamu bepergian dengan teman-temanmu, misalnya, cobalah mengevaluasi pengaruh yang diberikan oleh teman-temanmu kepadamu.
- Berbekal pengetahuan tersebut, kamu bisa memikirkan cara untuk menghindari masalah yang sama setelah bepergian dengan teman-temanmu. Misalnya, kamu bisa mengucapkan kata-kata yang positif kepada saudaramu setelah bepergian dengan teman-temanmu untuk mengawali interaksi dengan cara yang positif. Atau, kamu bisa menghindari topik percakapan yang spesifik saat berkomunikasi dengannya. Misalnya, jika dia menanyakan aktivitasmu pada hari itu, cukup berikan jawaban yang singkat dan segera mengubah topik setelahnya.
-
Ajak saudaramu berkomunikasi sebelum masalah yang lain muncul. Kemungkinan besar, dia tidak akan keberatan berdiskusi denganmu. Jika ingin, kamu juga bisa menanyakan akar masalahmu dengannya selama ini. Sejatinya, ini merupakan langkah pertama yang bisa kamu lakukan untuk membela diri di hadapannya! Namun, pastikan proses diskusi tersebut dilakukan hanya jika kamu memiliki waktu luang yang cukup untuk mengomunikasikan berbagai masalah di dalam hubungan tanpa gangguan.
- Jika masalah mulai muncul, segeralah menghentikan pertengkaran dan ucapkan, “Stop! Aku nggak mau berantem . Akhir-akhir ini sepertinya ada masalah di antara kita, ya. Gimana kalau masalahnya kita bicarakan?”
- Jika berhasil mengajaknya berdiskusi, sampaikan dengan jujur, “Tolong beri tahu aku apa yang sebenarnya terjadi di antara kita.”
- Jelaskan keinginanmu untuk memperbaiki situasinya. Misalnya, kamu bisa bertanya, “Apa yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki situasinya?”
-
Bersiaplah mendengarkannya. Beberapa hal yang dikatakannya mungkin akan membuatmu marah, dan kamu harus mengantisipasi kemungkinan tersebut. Pahamilah bahwa apa pun yang terjadi, kamu harus tetap diam, tidak menyela kata-katanya, dan mendengarkannya dengan baik sebelum mencoba membela diri. Dengan mendengarkan kata-katanya, niscaya kamu akan terbantu untuk menjelaskan maksudmu dan memahaminya dengan lebih baik.
- Anggukkan kepala untuk mengafirmasi kata-katanya.
- Lakukan kontak mata dengan saudaramu ketika dia sedang berbicara.
- Ajukan pertanyaan untuk memperjelas maksudnya. Misalnya, kamu bisa berkata, “Jadi, aku cuma boleh pergi sama kamu dan teman-temanmu kalau diajak?"
Iklan
-
Jelaskan kebutuhanmu kepadanya. Cara yang kamu lakukan akan sangat bergantung pada jenis hubunganmu dengannya. Jika saudaramu lebih suka menanggapi sosok yang terus terang, jelaskan situasimu kepadanya dengan penegasan sederhana. [3] X Teliti sumber Artinya, kamu harus mengucapkan atau meminta sesuatu dengan lugas.
- Awalilah dengan pernyataan yang positif seperti, “Aku bakal sangat menghargai kalau kamu memperbolehkanku memakai komputermu.”
- Sampaikan masalahmu dengan jujur dan lugas. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku rasa ada masalah yang harus kita bicarakan.”
- Sampaikan hal yang kamu butuhkan darinya. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku mau kamu mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamarku.”
- Jelaskan perasaanmu dengan berkata, “ Soalnya aku merasa nggak bisa memercayaimu kalau kamu masuk tanpa izin.”
-
Berkomunikasilah dengan penuh empati. Metode ini cocok jika saudaramu merupakan sosok yang emosional dan/atau selalu ingin didengarkan. Ketika berkomunikasi dengannya, sampaikan hal yang menurutmu dirasakan olehnya selagi menjelaskan masalah yang mengganggumu. Lakukan ini untuk menunjukkan bahwa kamu juga memedulikan perasaannya.
- Jika ingin mengawali percakapan dengan cara yang positif, kamu bisa berkata, “Aku tahu kamu nggak wajib mengizinkanku untuk memakai komputermu, makanya aku senang kalau kamu memperbolehkannya.”
- Libatkan pula empati dalam mengomunikasikan kebutuhanmu. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku mengerti kenapa kamu merasa nggak perlu mengetuk pintu karena kita sebelumnya tidur bareng. Tapi , sekarang aku memerlukan tempatku sendiri. Jadi tolong mengetuk pintu ya, setiap kali kamu mau masuk ke kamarku.”
-
Bersikaplah lebih tegas jika dia tidak setuju atau tidak mematuhi kata-katamu. Cara tersebut cocok untuk diterapkan kepada orang-orang yang perlu diperlakukan dengan baik pada satu hari, lalu diperlakukan dengan tegas pada hari yang lain. Jika dia tidak mau mendengarkanmu atau terus-menerus melakukan hal yang tidak kamu sukai, jangan ragu bersikap tegas dengan menerapkan langkah-langkah berikut ini. Bukan berarti kamu harus bersikap agresif, ya! Alih-alih, cukup tunjukkan keseriusanmu terhadap batasan tersebut.
- Awali percakapan dengan cara yang positif seperti, “Aku senang kamu masuk ke kamarku, tapi lain kali tolong ketuk pintu dulu , ya.” Ungkapkan itu dengan nada yang sopan tetapi tegas.
- Jika dia tidak mau mendengarkanmu, bersikaplah lebih tegas dengan berkata, “Amanda, jangan masuk ke kamarku kalau kamu nggak mengetuk pintu.” Jaga nada bicaramu agar terdengar serius, tetapi tidak kurang ajar atau disertai teriakan. Percayalah, berteriak tidak akan melancarkan proses komunikasimu!
- Jika situasi yang sama terus terjadi, sampaikan laranganmu dengan lebih serius seperti, “Amanda, aku sudah memintamu untuk mengetuk dua kali sebelum masuk ke kamarku. Jangan masuk sampai aku yang memintamu!” Pastikan nada bicaramu terdengar serius dan tegas, tetapi tidak emosional atau disertai teriakan yang membuatmu terdengar tidak terkontrol.
- Jika dia tetap tidak setuju, tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan. Satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan adalah terus menegaskan keinginanmu kepadanya.
-
Tegaskan dirimu jika tindakan dan kata-katanya tidak sejalan. Misalnya, jika dia ketahuan mengambil makananmu tanpa izin tetapi tidak mau mengaku, manfaatkan momen tersebut untuk menyatakan perasaanmu menggunakan ujaran “aku”. Secara umum, ujaran “aku” terdiri dari empat bagian penting:
- Deskripsikan tindakan saudaramu dan berbagai fakta terkait situasi tersebut secara spesifik. Misalnya, “Amanda, kamu mengambil menu makan siangku hari ini.” Jangan menggunakan nada bicara yang menuduh seperti, “Kamu mencuri makananku.” Atau “Kamu nggak peduli sama aku, ya.” Ingat, kamu tidak mampu membaca pikiran orang lain dan tidak boleh berasumsi sebelum melakukan klarifikasi.
- Jelaskan dampak perilakunya terhadapmu. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku menyimpan makanan itu karena kepingin memakannya hari ini. Sekarang, aku harus mencari makanan lain dan nggak punya banyak waktu untuk memilih opsi yang juga enak.”
- Kemudian, jelaskan perasaanmu dengan berkata, “Waktu kamu mengambil makananku, aku jadi merasa kalau kamu sebetulnya nggak peduli sama perasaanku.”
- Berikan solusi yang relevan dan/atau jelaskan situasinya secara lebih mendetail. Misalnya, kamu bisa berkata, “Aku mau kamu minta izin dulu lain kali. Kalau aku lagi nggak ada di rumah, hubungi kirimkan saja pesan teks. Kalau ada makanan lebih, aku pasti akan membaginya ke kamu dengan senang hati, kok .”
-
Tetaplah tenang saat berbicara kepadanya. Jangan berteriak atau memperlakukan saudaramu dengan kasar! Jika ingin dihargai olehnya, kamu juga harus belajar mengomunikasikan maksudmu tanpa bersikap kasar atau bersuara keras. Ingat, kesulitanmu untuk mengontrol emosi akan diartikan sebagai kelemahan olehnya. Alhasil, dia pun akan mencoba mengalihkan fokusmu dengan mengajakmu beradu argumentasi.
- Latih kata-katamu di depan kaca atau dengan bantuan temanmu untuk membantumu menenangkan diri pada proses percakapan yang sesungguhnya. Berusahalah untuk selalu berfokus pada fakta dan menjaga nada bicara yang natural.
-
Simulasikan upayamu untuk bersikap asertif dengan teman-teman terdekat. Mintalah bantuan orang-orang terdekat untuk berpura-pura menjadi saudaramu dan membantumu melatih kata-katamu. Pilih orang yang juga mengenal saudaramu, dan mintalah dia memperlakukanmu sebagaimana saudaramu melakukannya. Kemudian, latih kata-katamu untuk menegaskan diri atau menyatakan batasan kepadanya.
- Tuliskan hal-hal yang ingin kamu katakan dan berlatihlah mengucapkannya ketika proses simulasi berlangsung. Kemudian, mintalah bantuan lawan mainmu untuk memberikan respons yang kira-kira akan diberikan oleh saudaramu nantinya. Alhasil, kamu pun dapat berlatih untuk membela diri, bukan?
- Belajarlah pula untuk mendengarkan saudaramu. Mintalah lawan mainmu menjelaskan situasi yang terjadi, lalu berusahalah menjadi pendengar yang aktif. Sekali lagi, jangan lupa menuliskan seluruh pertanyaan yang ingin kamu ajukan berikut pertanyaan lanjutan untuk menanggapi jawabannya. Jadilah pendengar yang baik dengan menganggukkan kepala untuk mengafirmasi kata-katanya serta melakukan kontak mata dengannya.
Iklan
-
Berbanggalah karena sudah berhasil menegaskan maksudmu, dan bersiaplah melakukannya kembali. Apa pun yang terjadi setelah itu tidak lagi penting. Yang terpenting, kamu sudah berhasil membela dirimu di hadapannya! Oleh karena upaya tersebut tidak mudah untuk dilakukan, berbanggalah karena kamu berhasil melewatinya dengan baik. Secara khusus, ini merupakan proses yang harus terus-menerus kamu latih karena mengubah keadaan tidak bisa berlangsung dalam semalam! [4] X Teliti sumber
- Selagi mengonfrontasinya, yakinkan dirimu bahwa kamu sudah melakukan hal yang benar! Setelah itu, ingat kembali bahwa mengonfrontasinya dan membuat batasan personal adalah keputusan yang tepat, terlepas dari seperti apa pun reaksinya.
-
Refleksikan aspek yang positif di dalam percakapanmu dan saudaramu, serta evaluasi aspek yang bisa diperbaiki di kemudian hari. Jika percakapanmu dan saudaramu berlangsung kurang baik, atau jika kamu merasa tidak didengarkan olehnya, jangan serta-merta merasa kesal! Alih-alih, berfokuslah pada tindakan atau kata-kata yang membuatmu senang karena sudah mengucapkan atau melakukannya. Kemudian, susun rencana untuk mengucapkan maksudmu dengan cara yang berbeda, mendengarkan kata-katanya dengan lebih baik, atau memberikan reaksi yang lebih positif dan relevan.
-
Ubah cara bertuturmu kepada dirimu sendiri. Faktanya, banyak orang kerap bermonolog di dalam otaknya, dan sayangnya, monolog tersebut dapat bernada negatif dan diucapkan berulang. Dalam hubungannya dengan saudaramu, pastikan kamu tidak memfokuskan pikiran kepada hal-hal yang negatif di dalam hubungan kekerabatan kalian. [5] X Sumber Tepercaya Mayo Clinic Kunjungi sumber Tidak melupakan perlakuan buruk seseorang demi mengingatkan diri untuk selalu membela kesejahteraan pribadi memang benar. Namun, pada saat yang bersamaan kamu juga tidak boleh terus-menerus meratapi hal negatif tersebut agar keadaan tidak semakin memburuk! Alih-alih, cobalah mengubah afirmasi diri yang negatif menjadi positif untuk turut mengurangi kadar stres dalam aspek hidupmu yang lain.
- Misalnya, jika kamu merasa terus-menerus mengulangi afirmasi diri yang negatif seperti, “Sampai kapan pun aku nggak akan menyukainya,” niscaya perasaanmu kepadanya pun akan semakin negatif! Alhasil, emosi yang negatif tersebut akan semakin menyulitkan kamu dan saudaramu untuk menjalin relasi yang baik. Oleh karena itu, cobalah mencari cara untuk mengubah pikiranmu menjadi lebih positif. Bukan berarti kamu harus berbohong! Alih-alih, cobalah memodifikasinya dengan berpikir, “Kadang-kadang aku memang nggak suka sama dia, tapi dia selalu membelaku di depan Ayah dan Ibu. Dia juga peduli sama aku.”
- Berfokuslah pada hal-hal yang positif. Setelah berselisih pendapat dengannya, kamu bisa berkata, “Apa pun yang terjadi, aku hebat karena nggak kehilangan kendali.”
-
Berupayalah lebih keras untuk mendekati saudaramu. Jika hubunganmu dengannya terasa kurang baik, kemungkinan besar dia merasa kamulah yang tidak menyukainya. Alhasil, hubungan kalian pun akan semakin jauh. Oleh karena itu, cobalah mencari cara untuk kembali menjalin kedekatan dengannya. Caranya, cobalah mencari persamaan minat di antara kalian, lalu ajak dia melakukannya bersama-sama. Misalnya, jika kamu dan dia sama-sama suka menonton film di bioskop, cobalah mengajaknya pergi ke bioskop berdua kapan-kapan.
- Tanyakan hal-hal yang terjadi di hidupnya. Jika memiliki waktu ekstra, cobalah menanyakan kabarnya dengan tulus. Misalnya, kamu bisa bertanya, “Eh, ada cerita apa nih , akhir-akhir ini?” atau “Kabarmu yang sebenar-benarnya gimana , sih ?” Percayalah, sebagian besar orang merasa senang jika ditanya kabarnya dengan tulus.
- Tunjukkan penghargaan untuk hal-hal yang dilakukan dan diucapkan oleh saudaramu. Meski awalnya tidak akan terasa mudah, percayalah bahwa kamu akan merasa semakin terbiasa seiring berjalannya waktu. Ketika sedang bepergian atau mengobrol dengannya, lakukan berbagai upaya untuk menunjukkan rasa sayangmu kepadanya. Misalnya, tertawalah ketika dia melontarkan lelucon, ajukan pertanyaan, dan sampaikan hal-hal yang kamu sukai darinya. Jika penghargaan tersebut disadari olehnya, niscaya dia akan melakukan yang sama di kemudian hari.
- Misalnya, jika melihatnya menolong seorang teman, puji dia dengan berkata, “Wah, ternyata kamu teman yang sangat baik, ya.”
- Jika dia melakukan sesuatu untukmu, jangan lupa menunjukkan penghargaanmu! Misalnya, kau bisa berkata, “Eh, makasih ya, sudah mendukungku waktu aku dituduh mengambil kunci sama Ayah dan Ibu.”
-
Ceritakan situasi yang kamu alami kepada orang tua dan teman-teman terdekatmu. [6] X Teliti sumber Dapatkan dukungan eksternal untuk memperbaiki relasi yang terjalin di antara kamu dan saudara perempuanmu. Dengan melakukannya, niscaya kamu akan terbantu untuk memahami situasinya dengan lebih baik. Secara khusus, orang tua biasanya memiliki nasihat yang bijaksana memiliki cara menyikapi perilaku saudaramu dengan lebih baik. Selain itu, teman-temanmu mungkin juga memiliki relasi serupa dengan saudara mereka sehingga dapat memberikan pandangan yang relevan untukmu. Secara umum, menceritakan situasi yang terjadi adalah cara yang sehat untuk memperbaiki hubungan dengan saudaramu!
- Jangan hanya membicarakan hal-hal yang negatif mengenai saudaramu. Dengan kata lain, pastikan percakapan tersebut tidak membuat perasaanmu semakin buruk setelahnya! Jika kamu kesulitan menemukan hal yang positif, berfokuslah untuk mendiskusikan cara menjadi saudara yang lebih baik untuknya.
Iklan
Referensi
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/evolution-the-self/201209/how-and-how-not-stand-yourself
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/evolution-the-self/201209/how-and-how-not-stand-yourself
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/evolution-the-self/201209/how-and-how-not-stand-yourself
- ↑ https://www.psychologytoday.com/blog/evolution-the-self/201209/how-and-how-not-stand-yourself
- ↑ http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/positive-thinking/art-20043950
- ↑ http://psychcentral.com/lib/10-way-to-build-and-preserve-better-boundaries/