PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Terkadang, sulit bagi kita untuk merasa didengarkan, baik ketika sedang mengikuti rapat di tempat kerja, bersama pasangan, atau mencoba mengemukakan pendapat kepada orang lain. Hal ini terasa lebih nyata, terutama bagi para wanita yang mungkin sering mendapatkan tekanan (atau ancaman) atas label “banyak omong” atau “lancang” ketika mencoba menyuarakan pendapat. [1] Meskipun tidak ada resep khusus untuk membuat orang lain mau mendengarkan Anda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan pendapat Anda didengarkan.

Metode 1
Metode 1 dari 4:

Memulai dari Diri Sendiri

PDF download Unduh PDF
  1. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, ada baiknya Anda mengetahui apa yang diinginkan dari orang tersebut (dalam hal ini, merasa didengarkan) dan maknanya bagi Anda. Dengan cara ini, Anda akan mengetahui kapan hal tersebut berhasil dicapai.
    • Sebagai contoh, jika Anda ingin lebih didengarkan di tempat kerja, pikirkan seperti apa gambaran “didengarkan” yang ideal. Apakah Anda ingin bisa berbagi lebih banyak pendapat? Mengajukan permohonan yang selama ini takut untuk Anda katakan? Atau hal lain?
    • Tetapkan tujuan-tujuan yang lebih kecil, namun jelas, agar Anda bisa membagi satu tujuan yang besar (dalam hal ini, didengarkan oleh orang lain) menjadi langkah-langkah kecil yang mudah dicapai.
  2. Cobalah berkomunikasi secara tegas . Beberapa orang ragu untuk berkomunikasi secara tegas karena tidak mau dianggap arogan. Akan tetapi, komunikasi asertif sebenarnya mengacu kepada kemampuan untuk mengutarakan pendapat dan kebutuhan sendiri, sambil tetap menghargai orang lain. Komunikasi seperti ini menunjukkan kolaborasi, bukan kesombongan, serta tidak berbelit-belit, dan bukan merendahkan orang lain. Anda bisa melatih beberapa teknik asertif yang membantu Anda untuk berkomunikasi lebih jelas dengan orang lain: [2] [3]
    • Gunakan pernyataan dengan pronomina “Saya” (atau “Aku”). Dengan pernyataan atau kalimat seperti ini, Anda bisa berkomunikasi dengan jelas dan tegas, tanpa terkesan menyalahkan orang lain. Sebagai contoh, jika kekasih Anda selalu melupakan janji kencan yang sudah dibuat, Anda bisa mengatakan, “Aku sebenarnya tersinggung karena kamu lupa dengan janji kencan kita. Aku merasa bahwa aku bukanlah prioritasmu.” Setelah itu, Anda bisa meminta orang lain untuk membagikan perasaannya mengenai masalah atau hal yang ada dengan mengatakan “Apa kamu mau berbicara tentang hal ini?” atau “Ada apa sebenarnya?”
    • Katakan tidak. Bagi sebagian orang, mengatakan tidak merupakan hal yang sangat sulit. Akan tetapi, penting untuk disadari bahwa sebenarnya bersikap sopan tidak lantas berarti bahwa Anda hanya menyetujui hal-hal yang sebenarnya tidak diinginkan, hanya demi mendapatkan titik temu atau persetujuan dari kedua pihak. [4] Cobalah meminta waktu berpikir sebelum membuat keputusan. [5] Anda juga bisa memberi tahu orang lain mengenai hal atau kewajiban lain yang harus Anda selesaikan dengan mengatakan, misalnya, “Biasanya aku bisa membantumu, tetapi minggu ini jadwalku sangat sibuk dan aku perlu waktu untuk beristirahat.” Ingatlah bahwa Anda juga memiliki kewajiban terhadap diri sendiri. [6]
    • Berkomunikasilah sejelas mungkin. Terkadang, Anda merasa tidak didengarkan karena tidak berbicara dengan cukup jelas sehingga orang lain tidak bisa memahami ucapan Anda dengan baik. Sebagai contoh, jika Anda ingin anak-anak pulang atau berkunjung di momen liburan, Anda mungkin mengutarakan keinginan secara tidak langsung dengan mengatakan, “Bukankah asyik ketika kita semua bisa berkumpul di Hari Natal?” Anak-anak Anda mungkin tidak menafsirkan ucapan tersebut sebagai permintaan. Akan tetapi, jika Anda mengatakan, misalnya, “Ibu/ayah merasa bahwa penting bagi kita untuk berkumpul bersama di Hari Natal. Ibu/ayah ingin kalian datang,” Anda sudah berhasil menyampaikan kebutuhan dengan jelas dan tulus, tanpa terkesan menuntut atau arogan. Anda memang tidak bisa mengendalikan tindakan orang lain dengan ucapan, tetapi setidaknya Anda sudah berusaha.
    • Mintalah maaf jika situasinya tepat, tetapi jangan melakukannya secara berlebihan. Ambil tanggung jawab ketika Anda melakukan kesalahan dan berusahalah untuk menjadi sosok yang lebih baik di masa mendatang. Akan tetapi, permohonan maaf yang berlebihan dan berulang-ulang bisa membuat Anda tampak ragu dan cemas. Tunjukkan permohonan maaf jujur, tulus, tanpa bertele-tele.
  3. Jika Anda baru mencoba bersikap tegas kepada diri sendiri, hal tersebut mungkin terasa menantang dan menakutkan. Oleh karena itu, berlatihlah berkomunikasi secara tegas sejak awal agar Anda bisa melakukannya lebih mudah dengan orang lain. Anda bisa mencobanya sendiri, atau meminta seorang teman untuk berlatih bersama (melalui permainan peran). [7] Anda tidak perlu menghafalkan teks atau dialog, tetapi latihlah cara untuk mengemukakan sesuatu (dan memberikan tanggapan-tanggapan terhadap hal-hal tertentu) agar Anda merasa lebih percaya diri. Kepercayaan diri merupakan aspek penting agar Anda bisa didengarkan, terutama dalam dunia bisnis. [8]
    • Berlatihlah di depan cermin. Perhatikan ekspresi atau penampilan Anda ketika berbicara. Cobalah buat kontak mata dengan diri sendiri ketika berbicara. Tidak masalah jika Anda merasa ragu dengan diri sendiri. Akan tetapi, jika keraguan tersebut menghalangi Anda untuk bisa mengutarakan hal penting, mungkin Anda perlu mengambil langkah untuk mendorong kepercayaan diri. Sebagai contoh, jika terdapat jerawat di wajah Anda, cobalah gunakan produk sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulit Anda. Jika Anda merasa tidak nyaman atau puas dengan penampilan tubuh, cobalah kenakan pakaian yang bisa menonjolkan kelebihan tubuh. Meskipun mungkin tidak banyak membantu, jika kepercayaan diri Anda meningkat, Anda pun akan merasa lebih yakin untuk mengambil tindakan.
    • Rekam video ketika Anda berlatih dan pelajari rekaman tersebut. Cara Anda mengemukakan sesuatu terkadang lebih berpengaruh daripada apa yang Anda ucapkan.
  4. Bahasa tubuh yang mencerminkan kepercayaan diri akan menunjukkan kendali Anda atas diri sendiri, serta keyakinan atas kontribusi yang dimiliki. Ketika Anda bisa menampilkan kepercayaan diri, orang lain pun kemungkinan bisa melihatnya dan merasa yakin dengan Anda. [9] Jika bahasa tubuh yang ditunjukkan tidak mencerminkan kepercayaan diri, orang lain tidak akan tertarik terhadap apa yang Anda katakan. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa Anda pun tidak akan merasa yakin untuk mengutarakan pendapat yang dimiliki. [10]
    • Tegaskan “ruang pribadi” Anda dengan menguasainya sebanyak mungkin. Jangan memasukkan kaki ke dalam kursi, melipat tangan di atas pangkuan, atau menyilangkan kaki (atau pergelangan kaki). Pastikan kedua kaki Anda tetap menginjak lantai ketika duduk, dan berdirilah dengan kedua kaki yang terbuka dengan jarak selebar bahu. Akan tetapi, Anda tidak boleh mengisi “ruang pribadi” melebihi ruang yang dibutuhkan atau mengambil ruang milik orang lain (hal ini mencerminkan sikap agresif, bukan tegas). Cukup tunjukkan bahwa Anda percaya diri sehingga orang lain akan terdorong untuk mendengarkan ucapan Anda. [11]
    • Cerminkan bahasa tubuh yang terbuka. Jangan melipat kedua lengan di depan dada atau menyilangkan kaki ketika berdiri atau duduk. Jangan memegang tas di depan tubuh, atau menyelipkan tangan ke dalam saku. Gestur seperti ini menandakan bahwa Anda merasa tidak nyaman atau tidak tertarik terhadap situasi yang ada. [12]
    • Berdirilah dengan tegap dan kuat. Anda tidak boleh berdiri secara kaku, tetapi pastikan Anda juga tidak menaruh beban tubuh pada satu kaki dan memindahkannya ke kaki yang lain, atau memiringkan tubuh ke depan dan belakang. Berdirilah dengan nyaman dan tegakkan bahu, serta busungkan dada Anda.
    • Tunjukkan kontak mata. Kontak mata adalah aspek penting dalam berkomunikasi dngan orang lain. Tunjukkan dan jaga kontak mata dengan lawan bicara selama 4-5 detik. Cobalah untuk menjaga kontak mata selama 50% dari giliran Anda berbicara, dan 70% dari giliran mendengarkan. [13]
  5. Gaya bercakap mengacu kepada cara Anda mengucapkan sesuatu, dan meliputi nada suara, kecepatan berbicara, volume suara, jeda bicara, pemilihan kata, dan aspek retorik lainnya. [14] Gaya bercakap Anda juga memengaruhi apakah orang bersedia mendengar Anda atau tidak.
    • Cobalah untuk tidak berbicara terlalu cepat (atau terlalu lambat). Jika Anda berbicara terllau cepat, orang-orang tidak bisa memahami dengan baik, atau merasa bahwa Anda gugup. Di sisi lain, jika Anda berbicara terlalu lambat, orang-orang akan merasa tak sabar atau menganggap bahwa Anda tidak percaya diri (atau yakin) dengan pendapat yang dikemukakan. Cobalah untuk berbicara dalam kecepatan yang tetap (tidak berubah-ubah). [15]
    • Perbedaan budaya dan lingkungan sosial mungkin memainkan peran tersendiri dalam komunikasi. Sebagai contoh, di Indonesia, masyarakat Solo terkenal dengan gaya bicaranya yang lembut dan lambat. Seseorang yang berasal dari Solo mungkin merasa kewalahan dengan kecepatan bicara seseorang yang berasal dari Jakarta (dalam hal ini, Betawi). Di sisi lain, seseorang yang berasal dari Jakarta mungkin merasa kurang nyaman dengan kecepatan bicara orang Solo yang cenderung lambat. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa tidak semua masyarakat Solo (atau masyarakat Jakarta) menunjukkan gaya berbicara seperti itu. [16]
    • Perempuan cenderung diajarkan untuk berfokus kepada aspek/kebiasaan linguistik yang melibatkan hubungan sosial (atau pembentukan hubungan), sementara pria cenderung diajarkan untuk berfokus kepada hal-hal yang melibatkan status dan keterusterangan. Ketika aspek/kebiasaan seperti ini ditunjukkan, orang-orang dari latar belakang yang berbeda bisa saja salah mengartikan makna di balik ucapan yang diutarakan. [17]
    • Perhatikan pembicara atau sosok-sosok yang menonjol, seperti Mario Teguh, Ridwan Kamil, atau Deddy Corbuzier. Meskipun mereka memiliki gaya bercakap yang berbeda, gaya yang digunakannya efektif untuk menyampaikan pesan. Mereka bisa mengubah volume suara dan kecepatan bicara untuk menyesuaikan dengan poin atau ide yang ingin disampaikan. Mereka juga menempatkan jeda pada bagian tertentu agar pendapat atau informasi penting bisa dicerna oleh para pendengar. Dengan menonton pidato atau penampilan dari pembicara-pembicara hebat seperti itu, Anda bisa menangkap keahlian mereka untuk diterapkan dalam kehidupan sendiri.
  6. Tidak semua orang bisa menjadi sosok yang mudah bergaul dan percaya diri, bahkan setelah berlatih. Akan tetapi, di era teknologi seperti ini, ada banyak cara yang bisa diikuti agar suara atau pendapat Anda bisa didengar. Cobalah buat blog, mengirimkan jurnal melalui media sosial, menulis surat untuk editor koran lokal, atau bahkan membuat jurnal pribadi. Terkadang, hal terpenting yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah mengutarakan pendapat.
  7. Salah satu kunci agar pendapat Anda didengarkan adalah mengetahui cara mendengarkan orang lain. Selain membantu Anda menemukan orang-orang yang mau mendengarkan ucapan Anda dengan tulus, mereka yang merasa atau yakin bahwa Anda mendengarkan ucapannya akan lebih tertarik untuk mendengarkan pendapat Anda di kemudian hari. Ada beberapa teknik mendengarkan yang bisa Anda ikuti: [18] [19]
    • Jauhkan ponsel atau pemutar musik ketika Anda sedang berbicara dengan orang lain. Jangan melirik ke sekitar ruangan. Berikan perhatian penuh pada lawan bicara.
    • Mintalah klarifikasi jika perlu. Sesekali, Anda bisa mengatakan, misalnya, “Eh, tunggu sebentar! Jadi, _________. Benar begitu?” Ucapan seperti ini akan memberikan kesempatan bagi lawan bicara untuk meluruskan kesalahpahaman, tanpa membuatnya merasa diserang.
    • Buatlah kesimpulan. Cobalah sambungkan informasi-informasi yang Anda dapatkan dari percakapan. Sebagai contoh, Anda bisa menutup rapat dengan mengatakan, “Jadi, berdasarkan rapat hari ini, bisa dikatakan bahwa kita perlu ___________ dan __________. Apakah ada orang lain yang ingin menambahkan?”
    • Gunakan aspek-aspek “pendukung”. Anda bisa memberikan “dukungan kecil” kepada orang lain agar tetap berbicara, seperti anggukan, kata-kata sederhana (mis. “Ah, ya”), atau pertanyaan (mis. “Ah, lalu bagaimana?”).
    • Jangan memberikan tanggapan ketika orang lain masih berbicara. Dengarkan ucapannya dengan saksama, kemudian berikan pendapat Anda setelah ia selesai berbicara.
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 4:

agar Didengarkan di Tempat Kerja

PDF download Unduh PDF
  1. Hal yang penting untuk dilakukan agar ucapan Anda didengarkan, terutama di tempat kerja, adalah memastikan Anda berbicara dalam cara yang paling efektif bagi para pendengar. Selalu pertimbangkan siapa lawan bicara yang harus dihadapi jika Anda ingin didengarkan oleh orang lain. [20] [21] [22]
    • Pertimbangkan cara orang lain berbicara. Cari tahu apakah rekan kerja Anda berbicara dengan cepat untuk mengemukakan idenya, atau justru berbicara dengan lambat sambil mempertimbangkan banyak hal.
    • Jika Anda berbicara dengan cepat kepada seseorang yang terbiasa berbicara dengan lambat, ada kemungkinan ia tidak akan memahami apa yang Anda ucapkan, terlepas dari seberapa briliannya pendapat yang Anda kemukakan. Anda perlu menetapkan kecepatan bicara yang sesuai dengan kecepatan bicara lawan bicara.
  2. Langkah ini merupakan bagian dari penyesuaian gaya berkomunikasi kepada dengan lawan bicara. Meskipun demikian, Anda tetap perlu mengetahui cara berbicara secara efektif dengan rekan kerja. Jika Anda ingin didengarkan oleh rekan-rekan kerja, Anda harus berbicara dalam cara/tingkatan bahasa yang sesuai dengan cara/tingkat mereka. Untuk melakukannya, tentunya Anda perlu mengetahui cara/tingkatan bahasa yang mereka gunakan terlebih dahulu. [23]
    • Cari tahu apa yang bisa membuat pendapat Anda menarik dan sesuai dengan sudut pandang rekan-rekan kerja. Jika mereka memiliki blog, cobalah baca kiriman blog yang diunggah. Jika mereka menulis artikel untuk majalah yang sesuai dengan bidang yang Anda geluti, baca artikel tersebut. Anda perlu menelusuri dan memahami ide-ide mereka.
    • Cari tahu topik yang mereka minati atau dalami. Agar bisa didengarkan secara efektif, Anda perlu mengarahkan pendapat-pendapat ke hal-hal yang diminati oleh mayoritas rekan kerja. Sebagai contoh, jika Anda mengetahui bahwa rekan-rekan kerja sangat tertarik mengenai langkah penyelamatan lingkungan, Anda bisa mencoba menunjukkan cara untuk menyelamatkan lingkungan.
    • Perhatikan cara orang lain berkomunikasi. Ketahui dan pahami cara agar opini, pendapat, dan komentar Anda bisa didengarkan oleh rekan-rekan kerja. Amati pergerakan komunikasi dan bagaimana pendapat orang lain didengar. Aspek-aspek seperti ini mungkin berbeda dari satu budaya dengan budaya lainnya, satu tempat kerja dengan tempat kerja lainnya, dan satu individu dengan individu lainnya.
      • Perhatikan perilaku rekan-rekan kerja yang lain dalam rapat, interaksi, dan aktivitas lainnya di tempat kerja. Sebagai contoh, Anda mungkin melihat bahwa atasan Anda tidak dapat memahami “kode” atau petunjuk tak langsung, dan justru bisa menanggapi atau memahami pendekatan secara langsung.
      • Perhatikan setiap orang yang berbeda. Pikirkan mengapa sepupu Anda bisa membuat nenek memahami sesuatu? Atau, mengapa pegawai pemagangan dari seksi akuntansi bisa mendapatkan perhatian atasan, sementara Anda tidak?
      • Pahami perbedaan budaya yang ada. Terkadang, perbedaan tersebut tidak begitu kentara. Pada situasi yang lain, perbedaan tersebut tampak jelas. Budaya kerja di Kanada mungkin berbeda dengan budaya kerja di Indonesia.
  3. Mungkin hal ini secara tidak sadar tercermin melalui cara berkomunikasi, tetapi terlalu sering mencerminkan penyesalan atau merendahkan pendapat sendiri dalam bahasa yang digunakan justru bisa merugikan Anda sendiri. Cobalah bayangkan jika seseorang berpapasan dengan Anda di lorong dan mengatakan, misalnya, “Maaf jika saya mengganggu. Apakah Anda punya waktu sebentar untuk mendengarkan pendapat saya?”. Apakah Anda akan merasa yakin dengan apa yang akan ia ucapkan? [24] Kepercayaan diri merupakan aspek penting untuk meyakinkan orang lain bahwa ide atau pendapat Anda berharga, terutama di tempat kerja.
    • Gunakan teknik komunikasi asertif yang dijelaskan di artikel ini untuk membantu menyampaikan ide/pendapat Anda dengan percaya diri.
    • Ketika menunjukkan kepercayaan diri, Anda tidak lantas bisa memaksakan kehendak atau bersikap arogan. Anda tetap bisa mengakui dan menerima kontribusi orang lain dan menunjukkan penghargaan terhadap waktu orang lain, tanpa merendahkan peran Anda sendiri. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan, “Hei! Kurasa aku punya ide yang bagus untuk proyek ini! Apa kamu punya waktu sebentar untuk membicarakannya?” Ucapan seperti ini menunjukkan bahwa Anda tetap menghargai pentingnya waktu orang lain, tanpa terkesan “bersalah” karena mau berbagi pendapat. [25]
  4. Jangan sampai Anda begitu saja mencetuskan ide pada saat rapat, tanpa mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Pastikan Anda mengetahui apa yang akan didiskusikan di rapat atau tempat kerja. [26]
    • Cara tepat untuk berbicara (tanpa terkesan sok tahu) dan didengarkan saat rapat atau diskusi adalah dengan mempersiapkan topik dan opini mengenai apa yang akan dibahas sejak awal. Dengan cara ini, Anda akan memiliki “batu loncatan” untuk mengemukakan pendapat, terutama jika Anda sering merasa segan untuk berbicara.
  5. Gunakan cara yang paling Anda kuasai untuk mengemukakan pendapat ketika sedang mendiskusikan sesuatu atau menjelaskan situasi di tempat kerja, sambil tetap mempertimbangkan para pendengar. Jika Anda mahir membuat presentasi menggunakan PowerPoint, gunakan presentasi sebagai media untuk mengemukakan pendapat. [27]
    • Setiap orang mempelajari dan menyerap informasi dalam cara yang berbeda. Anda bisa menguji atau mencari tahu apakah rekan-rekan atau siapa pun yang hadir dalam rapat tergolong ke dalam orang-orang yang lebih efektif untuk belajar secara visual, kinetik, atau auditori .
    • Penggabungan gaya penyampaian informasi juga dapat menjadi cara untuk memastikan para pendengar tetap bisa mengikuti penjelasan Anda. Sebagai contoh, Anda bisa mempersiapkan presentasi PowerPoint, selebaran ( handout ), dan diskusi mengenai informasi/pendapat yang Anda sampaikan.
  6. Secara umum, orang pertama yang berkontribusi dalam diskusi akan lebih sering didengar daripada orang-orang yang berbicara setelahnya. Jika Anda memiliki pendapat, utarakan sejak awal. Jika Anda menunda-nunda, ada kemungkinan Anda tidak bisa mengutarakannya dan justru kesulitan untuk mengikuti diskusi dengan baik. [28]
    • Anda tentu saja tidak bisa begitu saja mengutarakan pendapat jika belum ada seseorang yang mengajukan pertanyaan atau meminta saran. Hal seperti itu bisa membuat Anda terkesan congkak.
    • Hal seperti ini membutuhkan momen yang tepat. Beberapa orang menganggap jeda singkat sebagai momen yang “canggung”, sementara orang lain justru membutuhkan jeda agar bisa mengumpulkan pikiran atau ide. Cobalah perkirakan durasi jeda yang tepat, kemudian kemukakan pendapat Anda. [29]
  7. Sering kali, orang-orang terlalu berfokus untuk mengemukakan pendapat hingga lupa bahwa mengajukan pertanyaan juga merupakan hal yang penting dan, terkadang, bahkan lebih baik daripada sekadar menyampaikan ide. Pertanyaan dapat mengklarifikasi masalah atau mendorong orang lain untuk berpikir dalam sudut pandang atau cara yang berbeda. [30] [31]
    • Sebagai contoh, jika orang-orang sedang berdiskusi mengenai cara terbaik untuk memaksimalkan hari kerja, tanyakan mengenai apa yang atasan Anda inginkan, area permasalahan yang ada, dan lain-lain.
    • Siapkan pertanyaan sejak awal, bahkan jika pada akhirnya Anda tidak akan menggunakannya. Hal ini membuat Anda lebih siap dan memiliki pikiran/gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang dibahas.
  8. Pastikan metode penyampaian ide yang diikuti jelas dan singkat. Jika tidak, ide atau pendapat yang Anda sampaikan hanya akan masuk ke telinga kanan pendengar, dan keluar dari telinga kiri.
    • Anda bisa menggunakan teknik tertentu untuk menjaga perhatian orang lain, seperti menggunakan perumpamaan yang menarik, menceritakan anekdot ilustratif, dan menyebutkan kembali hal-hal lain yang sudah dibahas/terjadi. [32]
    • Buatlah kontak mata saat berbicara, bahkan ketika Anda menghadapi audiensi yang lebih besar. Arahkan pandangan ke sekitar ruangan dan buatlah kontak mata dengan orang-orang yang berbeda. Di akhir kalimat yang diucapkan, jagalah agar kepala Anda tetap terangkat (tidak menunduk) dan pandangan tetap difokuskan ke arah para pendengar. [33]
  9. Hal ini berlaku untuk semua aspek kehidupan, terutama di dunia kerja. Terkadang, orang-orang terlalu sibuk menyampaikan ide mereka sendiri sehingga tidak akan menanyakan tentang ide yang Anda miliki. Mereka beranggapan bahwa jika Anda memiliki ide, Anda harus mengemukakannya sendiri (tanpa ditanya/diminta).
    • Anda perlu menunjukkan usaha yang nyata agar bisa didengarkan dan menyampaikan saran. Jika tidak, Anda tentunya tidak akan didengarkan oleh orang lain. Mungkin diperlukan waktu hingga Anda merasa nyaman untuk berbicara di depan banyak orang, tetapi semakin sering Anda melakukannya, Anda bisa berbicara dengan lebih baik.
    • Hal ini mungkin terasa sulit dilakukan, terutama bagi para wanita yang sejak awal diajarkan untuk bersikap “sopan” dan memikirkan kebutuhan orang lain, bahkan ketika mereka harus mengorbankan kebutuhannya sendiri. [34]
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 4:

agar Didengarkan dalam Hubungan

PDF download Unduh PDF
  1. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk memastikan Anda bisa didengarkan oleh pasangan adalah pemilihan waktu dan tempat yang tpat. Hal ini penting untuk dipikirkan, terutama jika Anda perlu membicarakan mengenai hal yang rumit/sulit. [35]
    • Anda perlu memilih momen yang tertutup, dan bukan momen terbuka (mis. di acara publik). Ketika ada masalah dalam hubungan, komunikasi tidak akan berjalan secara kondusif jika Anda membicarakannya bersama pasangan di depan seluruh keluarga di malam Natal. [36]
    • Selain itu, ketika Anda berdua sedang merasa kesal atau marah (mis. ketika melakukan perjalanan darat jarak jauh), pasangan Anda kemungkinan tidak akan mendengarkan ucapan atau keluh kesah Anda dengan efektif.
  2. Meskipun Anda tidak harus menulis semua poin-poin yang ingin disampaikan, ada baiknya Anda mengetahui apa saja yang ingin Anda utarakan. Hal ini penting untuk diingat, terutama jika Anda adalah sosok pemalu atau cenderung kesulitan untuk berpikir dan berbicara secara langsung. [37]
    • Poin-poin yang disiapkan sejak awal membantu Anda agar tetap bisa mengikuti arah percakapan (dan mengarahkannya dengan tepat). Dengan poin-poin tersebut, Anda bisa mengingat hal-hal yang perlu dibicarakan.
    • Ajukan pertanyaan kepada diri sendiri, seperti “Solusi seperti apa yang aku harapkan?” atau “Apakah ada cara lain yang bisa dilakukan agar pendapatku didengar?”
  3. Meskipun hal ini berkaitan dengan pemilihan waktu dan tempat yang tepat, penting bagi Anda untuk mengetahui apakah ia mau/sedang bersikap terbuka untuk mendengarkan Anda. Jika tidak, apa yang Anda ucapkan atau cara penyampaian yang diikuti tidak akan berpengaruh. Ketika ia sedang tidak mau mendengarkan apa pun, ia tidak akan mendengarkan dan memahami ucapan Anda. [38]
    • Bahasa tubuh yang ia tampilkan menunjukkan banyak hal. Jika ia menjauh atau berpaling, tidak menunjukkan kontak mata, atau melipat kedua lengannya did epan dada, ada kemungkinan ia sedang bersikap defensif atau tidak ingin mendengarkan Anda.
    • Akan sangat sulit bagi Anda untuk membuatnya mau mendengarkan ucapan Anda ketika ia sedang bersikap agresif atau marah. Dalam hal ini, ada baiknya Anda menjauh darinya sebisa mungkin.
  4. Ketika Anda ingin didengarkan oleh pasangan, pastikan bahasa tubuh Anda menunjukkan kemauan tersebut. Lakukan yang terbaik agar percakapan tidak berakhir dengan memperhatikan pesan yang ditampilkan oleh bahasa tubuh Anda sendiri. [39]
    • Jika bisa, duduklah di sampingnya ketika Anda ingin ia mendengarkan ucapan Anda. Pastikan terdapat jarak yang cukup besar antara Anda dan pasangan agar ia tidak merasa “sesak”, tetapi cukup dekat sehingga terdapat hubungan antara Anda berdua.
    • Sebisa mungkin tunjukkan nada suara dan bahasa tubuh yang netral. Jangan melipat lengan di depan dada atau mengepalkan tangan. Pastikan dada Anda juga tetap terbuka lebar (tidak membungkuk).
    • Jaga kontak mata dengan pasangan. Kontak mata membantu Anda menebak perasaannya, serta membaca apakah ia masih mau mendengarkan. Selain itu, kontak mata juga dapat menjaga hubungan antara Anda berdua.
  5. Agar bisa didengarkan, Anda perlu melibatkan pasangan dalam percakapan, tanpa melarangnya untuk berbicara. Jika Anda tidak memberinya kesempatan untuk terlibat sejak awal, ada kemungkinan ia tidak akan mendengarkan ucapan Anda. Yang perlu Anda lakukan adalah berbagi pendapat melalui obrolan yang dijalani, bukan menuduh atau melemparkan kesalahan kepadanya. [40]
    • Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan, “Sebenarnya aku menghadapi masalah, dan aku ingin tahu apakah kamu bisa membantuku.” Setelah itu, Anda bisa melanjutkan obrolan dengan menjelaskan bahwa Anda membutuhkan bantuan untuk merawat anak-anak.
    • Sebagai contoh kedua, Anda bisa mengatakan, misalnya, “Sebenarnya aku bingung. Aku akan senang jika kamu mau membantuku memahami masalah ini.” Setelah itu, jelaskan bahwa Anda merasa seperti ada jarak di antara Anda berdua, dan Anda ingin berusaha untuk menjembatani jarak tersebut.
  6. Sering kali kemarahan menutupi emosi-emosi yang lebih mendalam dan sensitif, seperti rasa takut atau luka batin. Ketika Anda langsung menunjukkan kemarahan, Anda justru menutup keberhasilan percakapan/diskusi, dan bukan membukanya. [41]
    • Meskipun lebih sulit (dan menakutkan) untuk diungkapkan, sisi rapuh membuat Anda lebih didengarkan oleh pasangan. Akan tetapi, ini berarti bahwa Anda perlu berbagi luka yang dirasakan dalam cara yang lebih bijak.
    • Hal ini menunjukkan pentingnya penggunaan kalimat dengan pronomina “Aku”. Dengan kalimat ini, Anda bisa menjelaskan mengapa Anda merasa terluka atau marah. Sebagai contoh, ucapan seperti “Aku merasa tersinggung ketika kamu lupa untuk mengambil pakaian dari binatu karena aku merasa kamu tidak menganggap resitalku lebih penting daripada pulang ke rumah dan beristirahat" dirasa lebih baik dan terbuka daripada, misalnya, “Kamu selalu lupa untuk melakukan tugasmu. Sepertinya kamu tidak peduli dengan resitalku!"
  7. Percakapan (dan kesempatan untuk didengarkan) tidak terjadi dalam “satu arah”. Jika Anda tidak mau mendengarkan pasangan, Anda tidak bisa berharap bahwa ia akan mendengarkan Anda. Mungkin sulit untuk mendengar hal-hal mengenai diri sendiri atau hubungan yang tidak sesuai dengan pendapat Anda, tetapi jika Anda ingin didengarkan oleh pasangan, Anda harus mau mendengarkan ucapannya.
    • Dengarkan apa yang orang lain ingin katakan. Jika Anda tidak mau mendengarkan penjelasannya (mis. “Aku lupa mengambil pakaian dari binatu karena aku begitu tertekan dengan nilai anak kita yang semakin menurun di sekolah”), Anda pun tidak akan didengarkan olehnya. [42]
    • Ketika ia sedang berbicara, cobalah dengarkan secara aktif. Jika Anda merasa bingung atau terlalu “tenggelam” dalam pikiran sendiri, mintalah ia untuk mengulangi ucapannya. Tatap matanya ketika ia sedang berbicara dan perhatikan ucapannya daripada sekadar berfokus kepada apa yang ingin Anda ucapkan nanti.
  8. Percakapan penting, usaha untuk membuat orang lain mendengarkan Anda, serta bersikap terbuka ketika merasa terluka atau marah merupakan hal-hal yang sangat sulit dilakukan dan membuat Anda “lelah” secara emosional. Akan tetapi, jika Anda bisa mengambil pendekatan melalui lelucon, Anda bisa melewatinya dengan baik (dan mendapatkan hasil yang diinginkan). [43]
    • Biasanya, orang-orang cenderung lebih terbuka untuk mendengarkan ketika Anda bisa menunjukkan sisi humor mengenai situasi yang ada daripada mencurahkan emosi (terutama secara berlebihan).
  9. Ingatlah bahwa orang lain tidak selalu ingin mendengarkan Anda (dan pada kenyataannya memang seperti itu). Meskipun Anda sudah berusaha dan mengambil langkah yang “benar”, terkadang usaha Anda tidak akan berpengaruh. Katakanlah Anda sudah mengatur situasi, memilih waktu yang tepat, dan menunjukkan sisi netral (bukan kemarahan). Sayangnya, terkadang orang-orang tidak siap untuk mendengarkan pendapat atau ucapan Anda (bahkan, ada orang-orang yang tidak akan pernah siap mendengarkan ucapan orang lain).
    • Jika ia sering kali tidak bisa (atau tidak mau) mendengarkan pendapat/ucapan Anda, cobalah pikirkan kembali apakah hubungan yang ada saat ini layak untuk tetap dijalani.
    Iklan
Metode 4
Metode 4 dari 4:

agar Didengarkan oleh Orang Lain dalam Latar Sosial yang Berbeda

PDF download Unduh PDF
  1. Agar bisa didengarkan oleh orang lain, Anda perlu berbicara pada waktu yang tepat. Ini artinya, Anda tidak harus selalu berbicara setiap saat. Ingatlah bahwa kuantitas dan kualitas tidak selalu berbanding lurus. [44]
    • Terkadang, apa yang orang lain butuhkan adalah sosok pendengar yang baik. Menjadi sosok yang mau mendengarkan terkadang menjadi hal yang sangat penting.
    • Bangunlah sikap atau kebiasaan untuk mengungkapkan sesuatu yang memang penting untuk dikatakan saja. Orang-orang akan lebih tertarik untuk mendengarkan Anda jika mereka tahu bahwa apa yang Anda katakan adalah hal-hal yang menarik.
  2. Anda tidak harus berbicara kepada siapa pun, dan di setiap saat. Pada momen atau tempat tertentu, orang-orang mungkin lebih bisa membuka diri untuk mendengarkan Anda (atau sebaliknya). Dengan mengetahui tempat atau situasi yang tepat, Anda memiliki kesempatan agar bisa didengarkan, baik saat ini maupun di masa mendatang.
    • Sebagai contoh, seseorang yang mengambil penerbangan malam mungkin tidak begitu tertarik dengan obrolan Anda daripada seseorang yang sedang mengantre untuk menonton konser yang Anda berdua sukai.
    • Selain itu, Anda mungkin melihat ada seseorang di bis yang mendengarkan musik melalui headphone sambil melihat pemandangan di luar jendela. Orang tersebut mungkin tidak tertarik untuk mendengar cerita tentang bisnis penjualan mobil Ferrari Anda.
    • Orang-orang yang mau diajak berbincang bahkan dapat kehilangan “konsentrasi” setelah mengobrol cukup lama. Jika Anda sudah berbicara selama lebih dari 40 detik tanpa henti, mungkin inilah waktunya bagi Anda untuk berhenti berbicara dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbicara. [45]
  3. Dalam kehidupan, terkadang ada momen ketika seseorang hanya butuh didengarkan dengan rasa iba sambil mengungkapkan emosinya mengenai ketidakadilan yang ia alami. Akan tetapi, beberapa orang mungkin lebih tertarik untuk memberikan solusi daripada sekadar mendengarkan keluh kesah Anda.
    • Ada banyak orang yang merasa senang untuk menaruh simpati atau mendengarkan ketika mereka tahu bahwa kedua hal tersebutlah yang Anda butuhkan. Jika mereka merasa bahwa mereka harus memberikan solusi, mungkin mereka tidak akan banyak berbicara dan enggan mendengarkan cerita Anda. [46]
    • Sebagai tambahan, tanyakan kepada teman Anda apakah mereka membutuhkan seseorang untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi, atau justru hanya ingin didengarkan ketika berkeluh kesah.
    Iklan

Tips

  • Ingatlah bahwa berbicara dengan lantang (atau berkoar-koar) tidak lantas membuat Anda bisa didengarkan olah orang lain. Pada kenyataannya, semakin lantang Anda berbicara (atau semakin sering Anda berbicara), semakin besar kemungkinan orang lain enggan mendengarkan ucapan Anda (padahal mungkin sebelumnya mereka ingin mendengarkan).
  • Jika Anda adalah sosok yang pemalu, cobalah bayangkan orang lain hanya mengenakan pakaian dalam saja! Meskipun terkesan konyol, banyak orang yang menggunakan imajinasi seperti ini agar berani berbicara.
Iklan

Peringatan

  • Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang berkewajiban untuk memberikan waktu atau perhatiannya untuk Anda (termasuk petugas kebersihan atau karyawan dari seksi penjualan yang sering Anda kasihani). Jika Anda merasa bahwa tidak ada yang mau mendengarkan, cobalah pikirkan apa yang sebenarnya ingin/perlu Anda katakan.
Iklan
  1. http://www.ted.com/talks/amy_cuddy_your_body_language_shapes_who_you_are/transcript?language=en
  2. http://www.forbes.com/sites/yec/2013/05/21/3-tips-for-women-to-improve-their-body-language-at-work/
  3. http://changingminds.org/techniques/body/assertive_body.htm
  4. http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_dont_make_these_mistakes
  5. https://hbr.org/1995/09/the-power-of-talk-who-gets-heard-and-why
  6. http://www.anxietybc.com/self-help/effective-communication-improving-your-social-skills
  7. https://hbr.org/1995/09/the-power-of-talk-who-gets-heard-and-why
  8. https://hbr.org/1995/09/the-power-of-talk-who-gets-heard-and-why
  9. http://www.mindtools.com/CommSkll/ActiveListening.htm
  10. http://psychcentral.com/lib/become-a-better-listener-active-listening/
  11. http://www.oprah.com/money/Communication-Skills-How-to-Make-Yourself-Heard
  12. https://hbr.org/1995/09/the-power-of-talk-who-gets-heard-and-why
  13. https://hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea
  14. https://hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea
  15. https://hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea
  16. http://www.forbes.com/sites/forbeswomanfiles/2013/08/08/female-leaders-3-strategies-for-success-in-the-workplace/
  17. http://blogs.hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea/
  18. https://hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea
  19. http://www.forbes.com/sites/work-in-progress/2014/06/19/four-ways-introverts-can-get-heard-in-meetings/
  20. https://hbr.org/1995/09/the-power-of-talk-who-gets-heard-and-why
  21. https://hbr.org/2011/02/the-right-way-to-get-your-idea
  22. http://www.anxietybc.com/self-help/effective-communication-improving-your-social-skills
  23. https://www.hamilton.edu/oralcommunication/how-to-engage-your-audience-and-keep-them-with-you
  24. http://msue.anr.msu.edu/news/eye_contact_tips_to_make_your_presentations_stronger
  25. https://www.psychologytoday.com/blog/smart-relationships/201311/why-women-have-hard-time-saying-no
  26. http://jenniferabrams.com/Resources/downloads/HardConversations.pdf
  27. https://sites.utexas.edu/eap/other-resources/how-to-prepare-for-a-difficult-conversation/
  28. https://sites.utexas.edu/eap/other-resources/how-to-prepare-for-a-difficult-conversation/
  29. http://psychcentral.com/blog/archives/2009/04/14/9-steps-to-better-communication-today/
  30. http://www.anxietybc.com/self-help/effective-communication-improving-your-social-skills
  31. http://www.psychologytoday.com/blog/shift-mind/201009/learning-be-heard
  32. http://www.psychologytoday.com/blog/shift-mind/201401/being-heard-breaking-through-the-impasse
  33. http://www.huffingtonpost.com/margaret-paul-phd/relationship-advice_b_1800836.html
  34. http://www.helpguide.org/articles/relationships/fixing-relationship-problems-with-humor.htm
  35. http://www.helpguide.org/articles/relationships/fixing-relationship-problems-with-humor.htm
  36. https://hbr.org/2015/06/how-to-know-if-you-talk-too-much
  37. https://hbr.org/2013/05/how-to-listen-when-someone-is

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 17.925 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan