Unduh PDF Unduh PDF

Penggunaan bahasa personal adalah salah satu pantangan yang wajib dihindari oleh seluruh penulis karya ilmiah. Sayangnya, menemukan pengganti untuk klausa seperti, “Saya pikir” atau “Saya menentang” tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, terutama dalam konteks kalimat argumentatif. Jika kesulitan yang sama pun kerap Anda hadapi, cobalah membaca artikel ini untuk menemukan berbagai kiat menyampaikan argumentasi tanpa menggunakan pronomina personal. Selain itu, artikel ini juga mengajarkan berbagai kiat untuk menghindari penggunaan bahasa slang dan ekspresi informal yang bahkan kerap dilakukan tanpa disadari oleh penulisnya! Setelah membaca artikel ini, cek kembali karya tulis Anda, lalu gantikan kata-kata yang terdengar kasual dan subjektif dengan bahasa yang lebih objektif. Berbekal sedikit latihan, niscaya berbagai aturan terkait kepenulisan akademis akan terekam secara otomatis dalam benak Anda!

Metode 1
Metode 1 dari 3:

Mengikuti Aturan Umum yang Berlaku

Unduh PDF
  1. Jangan pernah menggunakan pronomina pihak pertama seperti “saya”, “milik saya”, atau diksi serupa dalam karya tulis ilmiah yang ditulis untuk keperluan akademis. Selain itu, hindari pula penggunaan sudut pandang orang kedua, seperti memanggil pembaca dengan sebutan “Anda”. Alih-alih, tuliskan subjek yang akan diangkat dari sudut pandang pihak ketiga untuk memperkuat objektivitasnya.
    • Misalnya, gantikan kalimat, “Saya rasa sarapan merupakan aspek yang terpenting untuk menunjang aktivitas harian Anda,” dengan, “Sarapan yang bernutrisi merupakan bagian terpenting dalam proses berdiet yang sehat.”
  2. Beberapa contoh ekspresi informal adalah istilah slang, ungkapan sehari-hari, ungkapan bernada klise, dan contractions (pemendekan, umumnya muncul dalam kalimat berbahasa Inggris). Seluruhnya merupakan ekspresi informal yang lazim ditunjukkan dalam tulisan pribadi atau artikel informal, tetapi tidak layak untuk dicantumkan dalam karya tulis ilmiah. [1]
    • Istilah slang dan ungkapan sehari-hari adalah ekspresi kasual yang umumnya populer dalam kelompok sosial atau kelompok keagamaan tertentu, seperti “ baper ,” “ galau ,” atau “dasar sotoy !” Alih-alih menulis, “Dia baper karena teknik pemasarannya tidak berguna,” cobalah menulis, “Dia merasa kecewa karena teknik pemasarannya tidak membuahkan hasil."
    • Ungkapan bernada klise adalah ekspresi yang dianggap tidak bermakna atau membosankan karena terlalu sering diucapkan. Beberapa di antaranya adalah, “biarkan waktu yang menjawab,” atau “bibit unggul,” yang bisa digantikan dengan frasa seperti, “hasilnya belum terlihat,” dan “yang terbaik."
    • Jika karya tulis ditulis dalam bahasa Inggris, hindari penggunaan contractions atau pemendekan frasa seperti, “ don’t ,” “ wouldn’t ,” “ hasn’t ,” dan “ it’s .” Alih-alih, tuliskan frasa tersebut menggunakan versi lengkapnya.
  3. Berbeda dengan bahasa personal yang cenderung ambigu, bahasa formal harus terdengar tepat, lugas, dan jelas. Misalnya, kalimat seperti, “Performa mereka mampu melebihi ekspektasi,” akan terdengar lebih kuat daripada, “Mereka tampil dengan sangat baik.” Selain itu, alih-alih menulis, “Kesulitannya semakin bertambah dari waktu ke waktu,” cobalah menulis, “Tingkat kesulitannya meningkat secara bertahap.” [2]
    • Selain itu, hindari estimasi kasual seperti, “beberapa penelitian,” “banyak waktu,” atau “sekumpulan penelitian.” Alih-alih, gunakan angka yang spesifik untuk menerangkan jumlah seperti, “Tim peneliti menghabiskan waktu 17 hari untuk mengumpulkan sampel.”
  4. Cobalah mencari verba yang kuat dan spesifik alih-alih menyesaki kalimat dengan adverbia. Terkait penulisan adjektiva, pastikan deskripsi yang dicantumkan faktual dan tidak melibatkan opini pribadi. Jika kesulitan menemukan pilihan kata yang tepat, silakan menelusuri tesaurus atau laman internet untuk menemukan diksi yang paling mampu merepresentasikan maksud Anda. [3]
    • Misalnya, kalimat “Kesaksian ahli telah menyangkal argumentasi pengacara” terdengar jauh lebih kuat daripada “Saksi telah memberikan kesaksian yang sangat meyakinkan dan mampu membuat tersangka terlihat sangat bersalah.”
    • Jika karya tulis ditulis dalam bahasa Inggris, gantikan verba " to be " seperti is , am , are , were , was , dan will dengan verba yang lebih kuat. Misalnya, alih-alih menulis, " The defense's argument was wrong because it was based on speculation (Argumentasi pengacara salah karena didasarkan kepada spekulasi)," cobalah menulis, " The defense's argument failed because it relied on speculative evidence (Argumentasi pengacara gagal karena bergantung kepada bukti yang spekulatif)."
    Iklan
Metode 2
Metode 2 dari 3:

Mencari Pengganti Pronomina Personal

Unduh PDF
  1. Terkadang, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah menghapus frasa seperti “Saya pikir” atau “Saya percaya” yang umumnya terdapat di awal kalimat. Menghapus pronomina personal akan membuat argumentasi atau klaim Anda terdengar lebih objektif dan meyakinkan. [4]
    • Bandingkan kedua kalimat berikut: “Saya rasa relasi ekonomi antarnegaralah yang mencegah terjadinya perang,” dan “Relasi ekonomi antarnegaralah yang mencegah terjadinya perang.” Kalimat kedua sejatinya terdengar lebih objektif dan otoritatif.
    • Anda mungkin merasakan dorongan untuk menghaluskan sebuah klaim dengan mencantumkan pronomina personal, terutama jika kebenaran klaim tersebut belum benar-benar Anda yakini. Jangan melakukannya! Alih-alih, perkuat basis penelitian Anda karena semakin lengkap informasi yang Anda miliki terkait subjek penelitian, semakin mudah pula upaya yang perlu dilakukan untuk membuat klaim yang kuat dan berdasar.
    • Meski pihak oposisi memberikan argumentasi yang sangat kuat, tetaplah menjaga nada kalimat Anda agar terdengar otoritatif. Sekalipun harus mengakui argumentasi pihak opisis, tetaplah menghindari penggunaan pronomina personal yang dapat melemahkan argumentasi Anda.
  2. Jika ingin memperkuat sebuah klaim, sebagian orang memiliki kecenderungan untuk menulis, “Saya yakin,” “Saya tahu benar,” atau “Saya benar-benar tidak setuju.” Sayangnya, frasa yang merujuk kepada proses pemikiran pribadi sejatinya tidak terdengar objektif, pun tidak akan memperkuat argumentasi penulis. Itulah mengapa, Anda perlu merujuk kepada sumber yang otoritatif agar klaim yang diberikan terdengar lebih kredibel. [5]
    • Misalnya, kalimat berbunyi, “Saya benar-benar tidak setuju dengan upaya pengacara untuk menjadikan kerusakan kendaraan sebagai penyebab kecelakaan,” bisa ditingkatkan kredibilitasnya dengan mengubahnya menjadi, “Berdasarkan kesaksian tenaga ahli pabrikan, klaim pengacara terkait kerusakan kendaraan sebagai penyebab kecelakaan tidak berdasar dan faktual.”
  3. Meski kalimat yang diawali dengan, “Saya akan menunjukkan,” “Saya akan menjelaskan,” atau “Saya akan berpendapat mengenai,” terdengar lebih alami, sejatinya ungkapan yang melibatkan pronomina personal tidak boleh dicantumkan dalam karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, silakan melakukan berbagai penyesuaian minor yang diperlukan jika referensi personal tersebut tidak bisa serta-merta Anda hapus. [6]
    • Misalnya, alih-alih menghapus seluruh kalimat yang berbunyi, “Menurut saya, perubahan pasarlah yang menyebabkan terjadinya kehancuran industri,” cukup hapus frasa “menurut saya.”
    • Lakukan proses parafrasa, jika diperlukan. Misalnya, kalimat yang berbunyi, “Saya akan menganalisis surat dan entri jurnal untuk menunjukkan pengaruh kehidupan Charles Baudelaire di Paris terhadap pandangannya terhadap modernitas,” bisa diparafrasa menjadi, “Analisis terhadap surat dan entri jurnal akan menunjukkan bahwa....” Alhasil, frasa “Saya akan” tidak perlu dipakai lagi.
  4. Pada dasarnya, kalimat pasif boleh digunakan dalam porsi yang wajar untuk memaparkan argumentasi atau mendeskripsikan prosedur tertentu. Misalnya, alih-alih menuliskan, “Saya akan membuktikan,” cobalah menulis, “Akan menjadi jelas bahwa.” Dalam karya tulis ilmiah, frasa “Sampel ini telah melalui proses pengujian” jauh lebih baik daripada “Saya telah menguji sampel ini.” [7]
    • Dalam kalimat pasif, subjek kalimat adalah aksi atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Itulah mengapa, kalimat pasif cenderung lebih sarat akan kata dan tidak efektif. Sebaliknya, kalimat aktif akan terdengar lebih segar dan mampu berfokus kepada pelaku tindakan, alih-alih kepada tindakan mereka: “Subjek A melakukan ini."
    • Menulislah dalam kalimat aktif, kapan pun memungkinkan. Misalnya, cobalah menulis, “Charles Baudelaire mendeskripsikan modernitas” alih-alih “Modernitas dideskripsikan oleh Charles Baudelaire.” [8]
  5. Ketika Anda melakukan proses generalisasi di dalam percakapan, mengucapkan kalimat seperti, “Kalau melanggar aturan, kamu akan terkena masalah,” adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Nah, di dalam proses penulisan karya ilmiah, Anda hanya perlu mengganti pronomina “Anda” dengan “audiens,” “pembaca,” atau “penonton,” untuk menghindari penggunaan bahasa yang terlalu personal. [9]
    • Alih-alih menulis kalimat seperti, “Tekstur dan warna pada lukisan itu pasti akan membuat mata Anda sakit,” cobalah menulis, “Tekstur dan warna pada lukisan tersebut diklaim berlebihan oleh pembaca.”
    • Jika ingin, Anda juga boleh menggantikan generalisasi dengan pilihan kata yang lebih padat dan efektif. Misalnya, gantikan kalimat seperti, “Anda sendiri bisa melihat bahwa klaim tersebut salah,” dengan, “Klaim tersebut salah,” atau memarafrasanya menjadi, “Seluruh bukti yang ada menentang klaim tersebut.”
    • Gunakan generalisasi formal dalam porsi yang wajar. Menggunakan frasa seperti, “pembaca dapat melihat” atau “pembaca akan berpikir” terlalu sering akan membuat tulisan Anda terdengar aneh.
    Iklan
Metode 3
Metode 3 dari 3:

Menghindari Ekspresi Informal

Unduh PDF
  1. Pada dasarnya, karya tulis yang berkualitas harus diisi dengan pilihan kata yang spesifik, objektif, dan berbasis kepada bukti. Kalimat yang subjektif bisa saja benar dari segi tata bahasa, tetapi jika tidak dilengkapi dengan bukti, maka kalimat tersebut hanya bisa dianggap sebagai opini alih-alih fakta. [10]
    • Misalnya, kalimat seperti, “Efisiensi audit menunjukkan bahwa proses perekrutan yang singkat mampu meningkatkan minat pelamar kerja secara signifikan,” berbasis kepada sumber yang jelas dan faktual, sementara kalimat seperti, “Proses perekutan di sini sangat buruk dan membingungkan,” tidak memiliki sumber yang jelas dan faktual sehingga hanya akan dianggap sebagai opini, alih-alih fakta yang objektif.
    • Jika tujuan Anda adalah untuk menarik emosi pembaca, silakan menggunakan diksi yang lebih emosional tanpa perlu mencantumkan pronomina personal.
  2. Terkadang, istilah slang akan keluar tanpa disadari. Oleh karena itu, jangan lupa mengecek karya tulis Anda untuk menghindari penggunaan istilah slang! Anggap saja Anda bukan penutur asli bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah tersebut. Jika yang digunakan adalah bahasa Indonesia, cobalah mencari kata-kata atau frasa yang terdengar tidak akrab di telinga jika bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu Anda. [11]
    • Misalnya, hindari kalimat yang mengandung istilah slang seperti, “Laki-laki itu menerima surat peringatan ketiga karena perilakunya yang ajaib.” Alih-alih, gunakan diksi yang lebih spesifik dan objektif seperti, “Akibat perilakunya yang tidak pantas, pekerja di balik kasir tersebut ditegur oleh manajernya.”
  3. Penggunaan ungkapan dan idiom sehari-hari sejatinya lebih sulit untuk dihindari daripada istilah slang! Meski tulisan Anda harus dibuat semengalir mungkin, pastikan tidak ada bahasa sehari-hari di dalamnya. Berusahalah semampu Anda untuk menghindari penggunaan majas dan bertahan pada pilihan kata yang formal. [12]
    • Beberapa contoh ekspresi yang lazim dikeluarkan dalam penggunaan bahasa sehari-hari adalah “lebih gampang disampaikan daripada dilakukan,” “cepat atau lambat,” dan “bertemu di tengah.” Sementara itu, beberapa contoh alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan ekspresi-ekspresi tersebut adalah “praktiknya lebih sulit,” “tidak bisa dihindari,” dan “dikompromikan.”
  4. Bukan berarti Anda harus menyusun kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit, ya! Penggunaan kalimat yang terlalu panjang sejatinya memang dapat meningkatkan keterbacaan, sejauh penempatannya tepat, dan tidak terlampau berulang. Jika terlalu sering menggunakan kalimat yang sederhana atau terlalu singkat, dikhawatirkan tulisan Anda akan terdengar kaku dan tidak mengalir. [13]
    • Selain itu, pastikan Anda selalu menggunakan kalimat yang lengkap dan tidak diringkas. Misalnya, kalimat seperti, “Para penampil memberikan performa yang luar biasa. Seluruh penonton menangis,” sejatinya memiliki tata bahasa yang tidak tepat dan tidak layak untuk dicantumkan dalam karya tulis ilmiah. [14]
    • Sebaliknya, jika yang ditulis adalah resume, kalimat yang pendek dan tidak lengkap justru lebih dianjurkan. Misalnya, alih-alih menulis, “Saya berhasil menekan anggaran sebanyak 10%,” cukup tuliskan, “Penekanan anggaran sebanyak 10%.”
    Iklan

Tips

  • Ingat, setiap disiplin ilmu memiliki standar penulisan karya ilmiahnya tersendiri. Untuk mengetahui pedoman spesifik yang perlu Anda ikuti, silakan membaca panduan penulisan karya ilmiah yang berlaku di departemen Anda, seperti Chicago, MLA , atau APA .
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 8.198 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan