Unduh PDF Unduh PDF

Kekerasan emosional dapat dilakukan dalam beberapa cara, mulai dari narsisme, manipulasi, bahkan kekerasan verbal hingga fisik. Apa pun kekerasan yang Anda lakukan kepada orang lain, ada beberapa cara yang bisa diambil untuk berhenti melakukannya. Mengakui perilaku yang penuh dengan kekerasan dan mulai meminta maaf dan menebus kesalahan kepada para korban bisa membantu Anda menyelesaikan kekerasan yang pernah terjadi sebelumnya, serta mencegah kemungkinan terjadinya kekerasan di masa mendatang.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Menangani Masalah

Unduh PDF
  1. Mengenali masalah dan mengakui kekerasan yang dilakukan terhadap orang lain merupakan langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mengubah perilaku Anda. Luangkan waktu untuk melihat dampak kekerasan kepada orang lain agar Anda sadar seberapa jauh atau serius kekerasan yang Anda lakukan. [1]
    • Jika Anda tidak yakin apakah perilaku yang ditunjukkan merupakan sebuah kekerasan, perhatikan cara mengenali kekerasan emosional. Beberapa contohnya mencakup penggunaan bahasa yang kasar dan agresif (mis. seperti memanggil dengan hinaan, memaki, dan mempermalukan orang lain). Keinginan untuk mengendalikan orang lain melalui intimidasi, ancaman, dan pengawasan atau penahanan uang, serta tindakan fisik seperti menahan makanan atau minuman, memukul, dan mendorong dengan keras juga merupakan contoh-contoh kekerasan.
    • Hubungi Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan atau Komisi Perlindungan Anak jika perilaku Anda mencakup kekerasan fisik terhadap anggota keluarga atau pasangan. [2]
    • Perlu diingat bahwa orang-orang yang melakukan kekerasan terhadap orang lain pernah mengalami kekerasan pula sebelumnya. Mungkin Anda bisa berbicara kepada terapis mengenai pengalaman mendapatkan kekerasan agar bisa melupakan apa yang pernah terjadi dan berhenti memperlakukan orang lain dalam cara yang sama.
  2. Dengan mengenali sumber perilaku, Anda bisa memahami asal stres dan tekanan yang memicu perilaku tersebut. Orang yang Anda marahi atau siksa secara emosional mungkin bukanlah sumber masalah, tetapi justru korban keadaan. Jika Anda memiliki masalah dalam hidup yang sulit dikendalikan, mungkin Anda menjadi lebih mudah memarahi atau melampiaskan emosi kepada orang lain yang lebih lemah, termasuk orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan masalah yang sebenarnya. [3]
    • Luangkan waktu untuk memikirkan faktor-faktor dalam hidup yang memicu stres, seperti pekerjaan, konflik dengan orang tersayang atau pasangan, atau masalah keuangan.
    • Ajukan pertanyaan kepada diri sendiri seperti “Apakah aku terlalu tertekan di kantor?”, “Apakah ada masalah yang terselesaikan yang menghantuiku?”, atau “Apakah ada kejadian di masa lalu yang memengaruhi perilakuku saat ini?”
    • Pikirkan apakah Anda pernah menggunakan obat-obatan terlarang atau menyalahgunakan minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan terlarang dapat memicu perilaku yang dipenuhi kekerasan.
  3. Setelah mengenali sumber atau penyebab kekerasan yang dilakukan, Anda bisa mengambil langkah untuk menyingkirkannya dari kehidupan. Meskipun Anda bisa merasa lega setelah menyingkirkan faktor-faktor tersebut, sebenarnya masih ada banyak perilaku dan efek lain yang perlu ditangani untuk benar-benar menghentikan kekerasan emosional yang Anda lakukan kepada orang lain. [4]
    • Bicaralah dengan teman atau anggota keluarga mengenai kemungkinan Anda keluar dari pekerjaan saat ini jika pekerjaan tersebut membuat Anda sangat tertekan.
    • Minta saran keuangan dari perencana finansial jika Anda kesulitan membayar utang atau membiaya hidup tanpa utang.
    • Jika Anda merasa perilaku negatif yang ditunjukkan berakal dari konflik yang belum terselesaikan atau trauma masa lalu, coba cari bantuan dari terapis atau konselor.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Mengubah Perilaku

Unduh PDF
  1. Luangkan waktu untuk duduk bersama orang-orang yang pernah menjadi korban kekerasan Anda dan mendengarkan pengalamannya agar Anda tahu seperti apa kekerasan yang dilakukan dan dampaknya terhadap orang yang bersangkutan. Mendengarkan cerita korban kekerasan mungkin membuat Anda merasa diserang atau dituduh. Namun, daripada menanggapi ceritanya dengan kekerasan, coba dengarkan ia dengan saksama hingga selesai, tanpa langsung memberikan tanggapan. [5]
    • Dengarkan cerita orang lain tanpa bersikap defensif atau membuat alasan. [6] Wajar jika Anda merasa defensif, tetapi jika orang lain terluka dengan perilaku Anda, perlu diingat bahwa apa yang Anda lakukan adalah sebuah kekerasan.
    • Jangan menyamakan, menyepelekan, atau mengabaikan pengalamannya. [7]
    • Jangan menjadikan diri Anda sebagai pusat cerita atau pengalaman orang lain. [8]
  2. Ambil tanggung jawab atas semua kekerasan yang Anda lakukan dalam hubungan. Meskipun mungkin ada beberapa sumber atau penyebab kekerasan yang berbeda, Andalah satu-satunya sosok yang bisa mencegah diri sendiri agar tidak melakukan kekerasan kepada orang lain. Bertanggung jawab dan mengemban amanah memang dibutuhkan keberanian yang besar, tetapi hal ini diperlukan agar Anda bisa memahami dan mengubah perilaku negatif yang ada . [9]
    • Saat membicarakan kekerasan yang dilakukan, gunakan pronomina “Aku” untuk mengawali kalimat-kalimat Anda, seperti “Aku mengaturmu secara berlebihan saat aku tidak mau kamu meninggalkan rumah tanpaku,” atau “Seperti apa rasanya saat aku mengendalikanmu?”
  3. Jangan mengharapkan rasa iba dari para korban kekerasan pada tahap ini, tetapi tunjukkan kemauan untuk meminta dukungan dari teman-teman dan anggota keluarga yang bisa dipercaya. Tujuan menjaga kepercayaan dan bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan sebenarnya bukanlah membuat orang lain memaafkan Anda, tetapi mengubah diri sendiri dan menghormati orang lain. Para korban kekerasan mungkin belum bisa memaafkan Anda, dan memanfaatkan rasa tanggung jawab untuk mendapatkan maaf dari mereka justru membuat Anda dipandang sebagai fase lain dalam dinamika kekerasan. [10]
    • Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang berkewajiban memaafkan Anda. Dibutuhkan waktu agar seseorang bisa memaafkan Anda dan, tentunya, Anda tidak bisa memaksa seseorang untuk langsung memberikan maaf.
  4. Mengakui kesalahan dan bertanggung jawab sebenarnya merupakan bentuk bantuan bagi diri sendiri karena Anda bisa mengetahui seperti apa dan alasan Anda melukai orang lain, serta cara menghentikan kekerasan tersebut. Meskipun korban kekerasan belum siap memaafkan Anda, cobalah maafkan diri sendiri agar Anda bisa meninggalkan kecenderungan untuk melakukan kekerasan dan menguburnya di masa lalu. [11]
    • Ingatkan diri sendiri mengenai komitmen untuk berubah dengan mengatakan, “Kekerasan terhadap orang lain adalah sebuah pilihan dan aku akan menunjukkan usaha terbaik untuk mengubah perilakuku” atau “Aku bisa mengubah perilakuku dengan kesabaran, bantuan yang tepat, dan kerja keras.” [12]
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mendapatkan Bantuan

Unduh PDF
  1. Ada beragam jenis terapi khusus yang tersedia, mulai dari terapis perilaku kognitif, terapi grup, terapi keluarga, hingga terapi jurnal. Cari terapis yang paling cocok dengan jenis terapi yang dirasa paling tepat untuk Anda.
    • Pembina hidup juga bisa memberikan strategis jangka panjang secara konsisten untuk memperbaiki diri. Namun, beberapa pembina tidak terlatih untuk menangani jenis perilaku atau kekerasan fisik yang lebih serius.
    • Ikuti terapi perilaku kognitif jika Anda ingin memproses pengalaman traumatis, seperti kekerasan yang pernah dialami sebelumnya, kehilangan orang tersayang, atau rasa ketidakterhubungan dari orang lain yang mungkin memicu kekerasan yang Anda lakukan sendiri.
    • Ikuti terapi keluarga atau grup jika kekerasan terjadi dalam hubungan dengan pasangan, anak-anak, atau saudara.
    • Anda juga bisa mencari grup-grup dukungan. Coba cari grup-grup seperti Emotions Anonymous untuk mempelajari cara menghadapi emosi yang sulit. [13]
  2. Dengan meminta saran dari teman dan keluarga, Anda bisa mendapatkan sudut pandang lain dan dukungan saat menangani perilaku negatif. Teman-teman dan keluarga bisa memberikan dukungan penting untuk memperbaiki dan membantu diri. [14]
    • Jadwalkan obrolan melalui telepon setiap minggu dengan teman atau anggota keluarga untuk mengetahui dan mengevaluasi kemajuan Anda dalam terapi, diskusi bersama korban kekerasan, atau sekadar kondisi Anda secara keseluruhan.
    • Pastikan Anda menghubungi orang-orang yang membuat Anda merasa nyaman untuk berbicara secara jujur mengenai kekerasan yang dilakukan.
  3. Jika kekerasan yang dilakukan mulai bersifat fisik, segera hubungi agensi bantuan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, seperti Komisi Nasional Perlindungan Perempuan atau Komisi Perlindungan Anak agar Anda mengetahui langkah yang perlu diambil selanjutnya. Komisi-komisi seperti ini juga memberikan Anda akses ke grup dukungan dan sumber internasional terkait intervensi yang bisa diambil untuk mencegah kekerasan. [15]
    • Kekerasan rumah tangga membutuhkan perhatian langsung dan mungkin intervensi hukum. Hubungi komisi perlindungan yang sesuai atau pihak penegak hukum agar kekerasan fisik bisa segera ditangani.
    Iklan

Tips

  • Jika Anda tidak yakin apakah Anda melakukan kekerasan kepada seseorang, konsultasikan keluhan Anda kepada terapis atau konselor dengan spesialisasi kekerasan emosional.
Iklan

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 2.157 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan