Unduh PDF
Unduh PDF
Berbagai bidang banyak menggunakan studi kasus dalam bentuknya masing-masing, namun biasanya studi kasus digunakan dalam konteks akademis dan bisnis. Studi kasus yang bersifat akademis berfokus pada perorangan atau sejumlah orang, yang menghasilkan laporan yang terperinci tetapi tidak umum berdasarkan riset selama berbulan-bulan. Di dunia bisnis, studi kasus pemasaran menggambarkan kisah sukses yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan.
Langkah
-
Tentukan subyek penelitian. Studi kasus memfokuskan pada perorangan, sekelompok orang dalam jumlah sedikit, atau terkadang satu peristiwa. Anda akan mengadakan riset kualitatif untuk mencari data dan deskripsi khusus tentang bagaimana pokok permasalahan terpengaruh.
- Misalnya, studi kasus di bidang medis mungkin mengkaji bagaimana seorang pasien terpengaruh luka. Studi kasus di bidang psikologi mungkin mengkaji sekelompok orang dalam bentuk percobaan terapi.
- Studi kasus tidak dirancang untuk kelompok kajian yang besar atau analisis statistik.
-
Putuskan apakah mau mengadakan riset prospektif atau restrospektif. Studi kasus prospektif melakukan kajian baru sendiri, yang melibatkan individu-individu atau kelompok-kelompok kecil. Studi kasus retrospektif menelaah sejumlah kasus di masa lampau yang berkaitan dengan permasalahan kajian, dan tidak memerlukan keterlibatan baru dengan permasalahan kasus-kasus tersebut.
- Studi kasus mungkin atau tidak mungkin memasukkan kedua jenis riset tersebut.
-
Persempit tujuan riset Anda. Hal ini mungkin sudah diberikan pada Anda oleh dosen atau atasan Anda sebelumnya, atau mungkin Anda mengembangkannya sendiri. Berikut ini jenis-jenis utama studi kasus, berdasarkan tujuannya: [1] X Teliti sumber
- Studi kasus ilustratif menggambarkan situasi tidak dikenal untuk membantu orang memahaminya. Misalnya, studi kasus pada orang yang menderita depresi, dirancang untuk membantu mengomunikasikan pengalaman subjektif depresi pada para calon terapis.
- Studi kasus penjelahajah adalah proyek persiapan untuk membantu membimbing proyek mendatang dalam skala yang lebih besar. Studi kasus itu dimaksudkan untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan riset dan pendekatan-pendekatan riset yang mungkin. Misalnya, studi kasus terhadap tiga program pengajaran sekolah akan menggambarkan pro dan kontra dari tiap pendekatan, dan memberikan rekomendasi sementara mengenai bagaimana program pengajaran yang baru bisa diatur.
- Studi kasus critical instance terfokus pada sebuah kasus yang unik, tanpa tujuan yang disamaratakan. Contohnya adalah studi deskriptif terhadap seorang pasien yang mengalami kondisi langka, atau kajian kasus yang spesifik untuk menentukan apakah teori yang banyak diaplikasikan secara "universal" benar-benar bisa diaplikasikan atau berguna pada semua kasus.
-
Ajukan pendaftaran untuk mendapat persetujuan etik. Hampir semua studi kasus, menurut ketentuan hukum, harus memperoleh persetujuan etik sebelum bisa dimulai. Hubungi institusi atau departemen Anda dan ajukan studi kasus Anda pada orang-orang yang bertanggung jawab masalah kekeliruan etika. Anda mungkin akan diminta untuk membuktikan bahwa studi kasus tersebut tidak membahayakan pada pesertanya.
- Ikuti langkah ini meskipun Anda sedang mengadakan studi kasus retrospektif. Pada beberapa kasus, mempublikasikan interpretasi baru dapat menyebabkan bahaya pada peserta dalam kajian awal.
-
Rencanakan studi jangka panjang. Mayoritas studi kasus akademis bertahan paling tidak selama 3-6 bulan, dan banyak di antaranya terus berlanjut selama bertahun-tahun. Anda mungkin dibatasi oleh pendanaan riset atau lamanya program gelar Anda, tetapi Anda sebaiknya menyisakan waktu setidak-tidaknya beberapa minggu untuk mengadakan kajian.
-
Rancanglah strategi riset secara terperinci. Buat uraian yang menggambarkan bagaimana Anda akan mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan riset. Pendekatan pastinya terserah Anda, tetapi saran-saran berikut ini mungkin akan membantu:
- Buat empat atau lima point yang hendak Anda jawab, kalau mungkin, dalam kajian itu. Pertimbangkan pandangan-pandangan tentang cara menjawab pertanyaan itu beserta poin-poinnya.
- Pilih paling sedikit dua, dan lebih baik lagi kalau lebih, dari sumber-sumber data ini: koleksi laporan, riset Internet, riset perpustakaan, mewawancara subjek riset, mewawancara para ahli, bidang pekerjaan lain, dan konsep pemetaan atau tipologi.
- Rancanglah pertanyaan-pertanyaan wawancara yang akan mendorong jawaban mendalam dan perbincangan yang berlanjut yang berhubungan dengan tujuan riset.
-
Rekrut peserta kalau perlu. Anda mungkin sudah memikirkan seseorang, atau mungkin perlu merekrut orang dari kelompok yang lebih luas yang sesuai dengan kriteria riset Anda. Jelaskan metode dan batasan waktu riset kepada calon peserta secara gamblang. Komunikasi yang tidak jelas bisa termasuk pelanggaran etika, atau bisa menyebabkan peserta keluar di tengah jalan melalui kajian, sehingga membuang-buang banyak waktu percuma.
- Karena Anda tidak sedang mengadakan analisis statistik, Anda tidak perlu merekrut lapisan masyarakat yang beraneka ragam. Anda harus menyadari adanya bias dalam contoh kecil Anda, dan jelaskan tentang bias itu dalam laporan Anda, tetapi bias tersebut tidak bisa menihilkan riset Anda.
Iklan
-
Lakukan riset latar belakang. Kalau mengkaji orang-orang, selidiki informasi di masa lalu mereka yang barangkali relevan, mungkin di antaranya riwayat medis, riwayat keluarga, atau sejarah sebuah organisasi. Pengetahuan latar belakang yang baik tentang topik riset dan studi kasus serupa dapat membantu membimbing riset Anda juga, terutama kalau Anda menuliskan studi kasus yang sangat menarik.
- Studi kasus mana pun, tetapi khususnya studi kasus yang mengandung komponen retrospektif, akan mendapat manfaat dari strategi riset akademis dasar.
-
Pelajari cara mengadakan observasi yang bersifat obtrusif. Pada studi kasus yang melibatkan peserta manusia, petunjuk tentang etika tidak memperbolehkan Anda untuk "memata-matai" para peserta. Anda harus mempraktikkan observasi obtrusif , di mana peserta tidak menyadari akan keberadaan Anda. Berbeda dengan kajian kuantitatif, Anda mungkin akan berbincang-bincang dengan peserta, membuat mereka merasa nyaman, dan melibatkan diri sendiri dalam berbagai aktivitas. Sebagian peneliti berupaya menjaga jarah, tetapi ketahuilah bahwa kehadiran Anda akan memengaruhi perilaku peserta, terlepas dari hubungan yang Anda bangun dengan mereka.
- Membangun kepercayaan dengan peserta akan menghasilkan perilaku yang tidak terlalu terhambat. Mengamati orang-orang di rumah, tempat kerja, atau lingkungan "alami" mereka mungkin lebih efektif daripada membawa mereka ke laboratorium atau kantor.
- Meminta subjek untuk mengisi kuesioner merupakan contoh umum dari riset yang obtrusif. Subjek tahu bahwa mereka sedang diteliti, jadi perilaku mereka akan berubah, tetapi hal ini berlangsung secara cepat dan terkadang merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi tertentu.
-
Ambil catatan. Catatan yang ekstensif selama observasi berlangsung akan vital manakala Anda tengah menyusun laporan akhir. Pada beberapa studi kasus, boleh jadi wajar untuk meminta peserta merekam pengalaman-pengalaman mereka di buku harian.
-
Lakukan wawancara. Tergantung pada lamanya studi kasus Anda secara keseluruhan, Anda mungkin akan mengadakan wawancara setiap minggu, sekali dalam sebulan atau dua bulan, atau hanya satu atau dua kali dalam setahun. Mulailah dengan pertanyaan wawancara yang sudah Anda persiapkan di fase perencanaan, kemudian ulangi pertanyaan-pertanyaan itu untuk menggali topik pembicaraan lebih dalam: [2] X Teliti sumber
- Gambarkan pengalaman — tanyakan pada peserta bagaimana rasanya menjalani pengalaman yang tengah Anda telaah, atau jadilah bagian dari sistem yang sedang Anda kaji.
- Gambarkan arti — tanyakan pada peserta apa makna dari pengalaman itu bagi mereka, atau "pelajaran hidup" apa yang mereka ambil dari pengalaman tersebut. Tanyakan hubungan mental dan emosional seperti apa yang mereka miliki dengan subjek kajian Anda, apakah merupakan kondisi medis, sebuah peristiwa, atau topik lainnya.
- Fokus – pada wawancara berikutnya, siapkan pertanyaan-pertanyaan yang mengisi kekosongan pengetahuan Anda, atau pertanyaan yang relevan dengan perkembangan pertanyaan dan teori riset selama kajian berlangsung.
-
Tetap cermat. Studi kasus boleh jadi terasa kurang "berdasar data" daripada percobaan medis atau eksperimen ilmiah, tetapi perhatian Anda pada metodologi yang teliti dan valid tetaplah vital. Kalau Anda terfokus pada mempelajari peserta yang berada pada posisi yang paling rawan, luangkan waktu untuk mengamati peserta yang lebih "khas" juga. [3] X Teliti sumber Pada saat mengulas catatan, pertanyakan jalan logika Anda sendiri dan buang kesimpulan yang tidak disertai observasi terperinci. Sumber apa pun yang Anda kutip mesti diperiksa reliabilitasnya secara cermat.
-
Kumpulkan semua data lalu analisis. Setelah membaca dan merujuk kembali pada poin awal, mungkin akan Anda sadari bahwa data-data tersebut hasilnya mengejutkan. Perlu Anda ambil informasi sekaligus dan fokus pada informasi itu sebelum menulis studi kasus, terutama kalau riset Anda dilakukan dalam tenggang waktu sekian bulan atau sekian tahun.
- Kalau Anda bekerja dengan lebih dari satu orang, Anda akan menugaskan bagian-bagian untuk diselesaikan bersama-sama agar dapat dipastikan bahwa studi kasus Anda berjalan lancar. Misalnya, satu orang bertanggung jawab untuk membuat diagram data yang Anda kumpulkan, sementara yang lainnya akan menuliskan analisis dari salah satu poin yang berusaha Anda jawab.
-
Tuliskan laporan studi kasus final Anda. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan riset yang Anda rancang dan jenis studi kasus yang Anda laksanakan, laporan tersebut mungkin berupa laporan deskriptif, argumen bersifat analitis yang berlandaskan kasus spesifik, atau petunjuk yang disarankan untuk riset atau proyek lebih lanjut. Masukkan observasi dan wawancara yang paling relevan pada studi kasusnya sendiri, dan pertimbangkan untuk melampirkan data tambahan (seperti wawancara-wawancara lengkap) sebagai tambahan bagi pembaca untuk merujuk padanya.
- Kalau Anda menulis studi kasus untuk pembaca yang bukan berasal dari kalangan akademis, pertimbangkan untuk menggunakan bentuk naratif, dengan menggambarkan secara kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi selama studi kasus berlangsung. Kurangi penggunaan jargon.
Iklan
-
Mintalah izin dari klien. Studi kasus di bidang pemasaran menggambarkan "kisah sukses" antara perusahaan dan klien. Idealnya, baru-baru ini klien sudah berinteraksi dengan perusahaan Anda, dan dia antusias untuk berkontribusi dengan memberikan pesan positif. Pilih klien yang dekat dengan khalayak pembaca Anda, kalau memungkinkan. [4] X Teliti sumber
- Agar hasilnya maksimal, mintalah keterlibatan penuh dari klien. [5] X Teliti sumber Sekalipun klien hanya ingin memeriksa materi riset yang Anda kirimkan pada mereka, pastikan bahwa orang yang terlibat dalam studi kasus tersebut memiliki posisi penting dalam organisasi, dan sangat paham tentang hubungan antara perusahaan dan klien.
-
Uraikan ceritanya. Studi kasus pemasaran yang standar dimulai dengan menggambarkan permasalahan dan latar belakang klien. Kemudian cerita itu segera beralih ke penggambaran bagaimana perusahaan Anda secara strategis mendekati permasalahan-permasalahan tersebut, dan berhasil menyelesaikannya secara maksimal. Selesaikan dengan menggambarkan bagaimana Anda dapat menerapkan solusi serupa ke seluruh industri terkait. Studi kasus seluruhnya sebaiknya dibagi ke dalam sekitar tiga sampai lima bagian. [6] X Teliti sumber
- Kerjasama dengan klien sangat membantu di sini, jadi pastikan untuk memasukkan pokok-pokok permasalahan yang imbasnya paling kuat dan paling berkesan.
- Kalau khalayak pembaca Anda tidak langsung mengenali permasalahan klien, mulailah dengan pengantar yang lebih umum, dengan menggambarkan jenis masalah dalam industri Anda. [7] X Teliti sumber
-
Pertahankan supaya kajian Anda bisa dibaca dan kuat. Gunakan teks dicetak tebal dan header untuk memecah studi kasus ke dalam bagian-bagian yang mudah dibaca. Mulailah tiap bagian dengan kalimat-kalimat imperatif yang pendek dan kata-kata kerja yang kuat. [8] X Teliti sumber
-
Cantumkan angka-angka aktual. Gunakan contoh-contoh angka yang menunjukkan seberapa efektifnya solusi yang Anda tawarkan. Jelaskan hal ini sejelas-jelasnya, dengan menggunakan angka-angka aktual alih-alih menggunakan (atau melengkapi) persentase. Sebagai contoh, bagian HR bisa menunjukkan retention numbers yang mengesankan setelah ada perubahan proses, sementara tim pemasaran bisa memperlihatkan peningkatan penjualan yang sebelumnya dari bisnis jasa perusahaan.
- Diagram dan grafik bisa menjadi alat pembantu visual yang sangat baik, tetapi buat diagram dan grafik yang hurufnya berukuran besar sehingga arti positif bisa tersampaikan dengan jelas pada orang yang tidak terbiasa membaca data mentah. [9] X Teliti sumber
-
Mintalah kutipan atau tulis sendiri. Tentunya Anda ingin mengutip rekomentasi positif dari klien. Tetapi, sering kali orang yang menuliskan kutipan-kutipan tersebut tidak punya latar belakang di bidang pemasaran. Tanyakan pada klien apakah Anda boleh menuliskan pernyataan-pernyataan untuk mereka, walaupun tentu saja klien akan memberikan persetujuan atas pernyataan-pernyataan tersebut sebelum hasil studi kasus dipublikasikan. [10] X Teliti sumber
- Biasanya kutipan-kutipan ini pendek, panjangnya hanya satu atau dua kalimat, yang menggambarkan "pelayanan" Anda dengan menampilkan sisi positifnya.
-
Tambahkan gambar. Masukkan foto atau gambar lain agar studi kasus Anda menjadi lebih menarik. Salah satu taktik yang akan berhasil adalah dengan meminta foto-foto dari klien. Foto digital amatir yang memperlihatkan tim klien yang tengah tersenyum bisa menambah sentuhan keaslian. [11] X Teliti sumber
-
Informasikan hasil studi kasus pada banyak orang. Buatlah hasil studi kasus di bidang pemasaran bisa diakses di mana pun. Coba gunakan Amazon Web Services, Microsoft's Business Hub, atau Drupal. [12] X Teliti sumber Kirimkan salinan hasil studi kasus ke klien yang bekerja sama dengan Anda juga, dengan melampirkan surat keterangan berisi ucapan terima kasih atas partisipasi mereka.Iklan
Saran-saran
- Ingatlah bahwa studi kasus tidak bertujuan untuk menjawab pertanyaan riset dengan pasti. Tujuan studi kasus adalah untuk mengembangkan satu atau lebih hipotesis mengenai jawaban.
- Bidang-bidang lain menggunakan istilah "studi kasus" yang artinya proses singkat dan kurang intens. Paling jelas terlihat, di bidang hukum dan pemrograman, istilah studi kasus didefinisikan sebagai situasi nyata atau hipotesis (kasus hukum atau masalah pemrograman), yang disertai diskusi lisan atau tulisan yang menghasilkan kesimpulan atau solusi yang mungkin. [13] X Teliti sumber
Referensi
- ↑ http://writing.colostate.edu/guides/page.cfm?pageid=1290
- ↑ http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1001&context=nursing_faculty_pubs
- ↑ http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1001&context=nursing_faculty_pubs
- ↑ https://blog.kissmetrics.com/creating-a-great-case-study/
- ↑ http://www.hoffmanmarcom.com/casestudy/howtowrite.php
- ↑ http://www.hoffmanmarcom.com/casestudy/howtowrite.php
- ↑ http://www.hoffmanmarcom.com/casestudy/howtowrite.php
- ↑ http://www.hoffmanmarcom.com/casestudy/howtowrite.php
- ↑ https://blog.kissmetrics.com/creating-a-great-case-study/
Tentang wikiHow ini
Halaman ini telah diakses sebanyak 14.952 kali.
Iklan