Unduh PDF Unduh PDF

Apakah Anda suka cerita seram yang membuat bulu kuduk berdiri? Apakah Anda ketakutan saat membaca cerita yang menegangkan? Cerita seram, sama seperti cerita lainnya, mengikuti format dasar yang mencakup pengembangan premis, latar, dan tokoh. Namun, cerita seram bergantung pada ketegangan yang dibangun sepanjang cerita sampai mencapai akhir yang menyeramkan atau mengerikan.

Bagian 1
Bagian 1 dari 5:

Mengembangkan Premis

Unduh PDF
  1. Premis cerita adalah gagasan dasar yang menjadi landasan dasar cerita Anda. Premis adalah alasan di balik motivasi tokoh, latar, dan aksi yang terjadi di dalam cerita. [1] Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan premis cerita seram adalah membayangkan hal-hal yang paling menakutkan bagi Anda. Resapi ketakutan akan kehilangan anggota keluarga, sendirian dan kesepian, kekerasan, badut, setan, ataupun tupai pembunuh. Ketakutan Anda akan tercurahkan ke dalam tiap lembar cerita. Eksplorasi atau pengalaman Anda saat menghadapi ketakutan ini akan membuat pembaca terpikat. [2] Berfokuslah membuat cerita yang sangat menakutkan bagi Anda secara pribadi.
    • Takut akan ketidaktahuan adalah salah satu gagasan terkuat yang bisa Anda gunakan untuk membuat cerita seram. Orang-orang takut akan hal yang tidak mereka ketahui. [3]
  2. Bayangkan berbagai skenario yang memungkinkan Anda merasakan ketakutan tersebut. Bayangkan juga reaksi Anda jika terjebak atau terpaksa harus menghadapi ketakutan tersebut. Buat daftar pengandaian. [4]
    • Contohnya, jika Anda takut terperangkap di lift, tanyakan kepada diri sendiri, “Apa yang akan terjadi jika aku terperangkap di lift dengan jasad?” Atau, “Apa yang akan terjadi jika cermin di lift adalah gerbang ke dunia yang jahat?”
  3. Gunakan latar untuk membatasi atau menjebak para tokoh di dalam cerita. Batasi pergerakan para tokoh agar mereka terpaksa menghadapi ketakutannya dan mencoba mencari jalan keluar. Bayangkan ruang tertutup macam apa yang membuat Anda takut, entah itu gudang bawah tanah, peti mati, ataupun kota yang terabaikan. Di mana Anda merasa sangat ketakutan jika terjebak di sana?
    • Pastikan untuk memikirkan klimaks cerita saat Anda mengembangkan latarnya.
  4. Bayangkan situasi sehari-hari yang normal seperti berjalan-jalan di taman, menyiapkan makan siang, atau mengunjungi teman. Lalu, tambahkan elemen menyeramkan atau aneh. Anda mungkin menemukan potongan telinga saat berjalan-jalan, ataupun Anda mungkin memotong buah yang berubah menjadi jari atau tentakel.
    • Anda juga bisa menambahkan kejutan ke situasi horor yang sudah familier, seperti vampir yang suka kue, alih-alih darah, atau pria yang terjebak di tempat sampah, alih-alih peti mati.
  5. Baca berita daerah setempat dari koran, atau seluncur daring dan baca sekilas artikel-artikel yang ada pada hari tersebut. Mungkin ada pencurian di daerah tempat tinggal Anda yang berkaitan dengan pencurian di daerah lainnya di kota Anda. Gunakan cerita dari koran sebagai batu loncatan untuk membuat gagasan cerita. [5]
    • Cara lainnya untuk menghasilkan gagasan cerita adalah menggunakan writing prompt atau pemicu menulis. Ada beragam pemicu yang bisa Anda gunakan, mulai dari cerita menegangkan saat singgah di hotel yang keramat, pesta yang kacau-balau, ataupun teman iri yang mulai bersikap aneh terhadap Anda. Gunakan pemicu ini untuk membuat gagasan cerita yang Anda sukai.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 5:

Mengembangkan Tokoh

Unduh PDF
  1. Untuk membuat cerita seram yang baik, Anda membutuhkan beberapa tokoh yang bisa dipahami pembaca. Pembaca harus bisa berempati dengan para tokoh berdasarkan keinginan atau pergolakan batin tokoh tersebut. Semakin berempati pembaca dengan para tokoh, semakin besar koneksi pembaca dengan cerita tersebut. [6] Anda butuh paling tidak satu tokoh utama, dan bergantung pada ceritanya, tokoh tambahan berikut:
    • Penjahat
    • Tokoh pendukung lainnya (anggota keluarga, teman baik, kekasih, dll.)
    • Tokoh figuran (tukang pos, petugas pompa bensin, dll.)
  2. Saat Anda mulai mengembangkan para tokoh, Anda harus paham identitas, pekerjaan, serta motivasi mereka. Buat tokoh yang unik dengan perilaku atau sikap tertentu yang khas. Itu juga akan membuat Anda konsisten dengan perincian lainnya sepanjang cerita. Buat daftar untuk setiap tokoh utama yang mencakup informasi berikut, dan mengaculah pada daftar tersebut ketika sedang menulis cerita: [7]
    • Nama, usia, deskripsi fisik (mencakup tinggi, berat, warna mata, warna rambut, dll.)
    • Kepribadian
    • Kegemaran dan kebencian
    • Riwayat keluarga
    • Teman dekat dan musuh bebuyutan
    • Lima hal yang tidak bisa ditinggalkan tokoh saat bepergian
  3. Pertaruhan tokoh dalam suatu cerita adalah hal-hal yang harus dikorbankan tokoh ketika membuat suatu keputusan atau pilihan di dalam cerita. Jika pembaca Anda tidak tahu pertaruhan apa yang dibuat tokoh saat terjadi konflik, pembaca tidak akan bisa memahami perasaan tokoh yang takut kehilangan sesuatu. Cerita horor yang baik adalah cerita yang bisa menimbulkan emosi ekstrem seperti ketakutan atau kegelisahan saat membacanya.
    • Buat dengan jelas apa yang akan terjadi jika tokoh tidak mendapatkan keinginannya. Pertaruhan dalam cerita atau konsekuensi jika tokoh tidak mendapatkan keinginannya adalah hal yang mendorong cerita untuk terus maju. Pertaruhan juga membangun ketegangan dan tekanan bagi pembaca.
  4. Buat penjahat yang aneh. Alih-alih membuat seseorang atau makhluk yang normal, buat tokoh yang agak aneh. Contohnya, bayangkan Dracula. Mulutnya tidak berisi gigi yang normal. Alih-alih, pembaca diberi tahu bahwa dia memiliki dua gigi yang lancip dan tajam. [8]
    • Cobalah memberikan gestur spesifik bagi para penjahat, misalnya mengepalkan tangan atau mengernyitkan hidung.
    • Berikan mereka suara yang dalam dan menggelegar, atau serak dan kasar, atau melengking seperti kehabisan akal.
  5. Kebanyakan cerita horor itu mengenai ketakutan dan tragedi, dan entah bisa atau tidak para tokoh mengatasi ketakutan mereka. Cerita yang mengisahkan hal-hal baik terjadi kepada orang baik itu menyentuh, tetapi tidak akan menakutkan atau membuat ngeri pembaca. Nyatanya, tragedi dan hal-hal buruk yang terjadi kepada orang baik tidak hanya lebih menarik simpati, tetapi juga penuh dengan ketegangan dan tekanan. Berikan tantangan kepada para tokoh dan buat hal buruk menimpa mereka. [9]
    • Ketegangan antara perbedaan keinginan pembaca untuk para tokoh dan kejadian atau hal buruk yang mungkin menimpa para tokoh akan membuat seru cerita. Itu juga akan membuat pembaca tertarik untuk terus membaca.
  6. Buat para tokoh menanggapi keadaan dengan cara yang salah sembari meyakinkan para tokoh tersebut bahwa mereka sudah mengambil tindakan yang benar untuk mengatasi ancaman yang ada. [10]
    • Namun, jangan berlebihan dengan kesalahan atau keputusan buruk para tokoh. Tindakan mereka tetap harus meyakinkan dan tidak terkesan bodoh atau kurang bijak. Contohnya, jangan biarkan tokoh Anda, seorang pengasuh, menanggapi pembunuh bertopeng dengan berlari ke hutan belantara yang gelap dan rimbun.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 5:

Menulis Cerita

Unduh PDF
  1. Setelah menemukan premis, latar, dan tokoh yang tepat, buat ikhtisar kasar dari ceritanya. Ikuti struktur cerita seperti yang diusulkan di piramida Freytag untuk membuat ikhtisar. Elemen kuncinya mencakup: [11]
    • Eksposisi: Menata latar dan memperkenalkan tokoh.
    • Adegan pemicu: Buat sesuatu terjadi di awal cerita untuk memulai aksi.
    • Aksi meningkat: Lanjutkan cerita, bangun ketertarikan dan ketegangan.
    • Klimaks: Masukkan momen yang paling tegang dalam cerita tersebut.
    • Aksi menurun: Ini adalah adegan yang terjadi setelah klimaks.
    • Resolusi: Di bagian ini, tokoh memecahkan masalah utama.
    • Akhir: Ini bagian akhir saat tokoh menyelesaikan pertanyaan yang masih tersisa.
  2. Cerita seram yang terbaik menggunakan penjelasan situasi untuk menunjukkan perasaan tokoh dalam cerita kepada pembaca. Itu membantu pembaca merasa seperti berada di posisi tokoh utama dan berempati terhadap tokoh tersebut. Kebalikannya, saat Anda mengatakan perasaan tokoh kepada pembaca dengan menjelaskan adegan secara terang-terangan dan datar, pembaca akan merasa lebih tidak acuh pada ceritanya. [12]
    • Contohnya, pertimbangkan kedua cara menjelaskan suatu adegan berikut:
      • Aku terlalu takut untuk membuka mataku walaupun bisa jelas kudengar suara langkah kaki semakin mendekat.
      • Kubungkus tubuhku dalam selimut semakin erat dan tak sengaja aku mengerang. Dadaku sesak, perutku melilit. Aku tidak akan melihatnya. Tak peduli seberapa dekat suara langkah kaki itu terdengar, aku tidak akan melihatnya. Aku tidak akan, aku… tidak akan… [13]
    • Contoh kedua memberitahukan perasaan fisik tokoh kepada pembaca secara lebih mendalam.
  3. Biarkan ceritanya menjadi semakin tegang seiring berjalannya waktu. Agar menjadi cerita menegangkan yang baik, pembaca harus bisa merasakan dan mengkhawatirkan para tokoh dan Anda harus menghadirkan bahaya yang mengancam bagi tokoh serta ketegangan yang semakin meningkat. [14]
    • Berikan petunjuk ke mana arah ceritanya dan klimaks bagaimana yang mungkin terjadi dengan memberikan petunjuk dan detail kecil. Anda bisa menyebutkan label di botol secara singkat yang akan bisa dimanfaatkan tokoh utamanya nanti. Mungkin juga ada suara benda atau orang di dalam ruangan yang nantinya akan menjadi pertanda keberadaan makhluk supernatural.
    • Cara efektif lainnya untuk membangun ketegangan adalah menampilkan saat-saat tegang dan aneh dengan saat-saat hening secara bergantian. Biarkan para tokoh menarik napas, tenang, dan merasa aman. Lalu, naikkan ketegangannya dengan melibatkan para tokoh dalam masalah. Kali ini, buat konfliknya lebih serius dan mengancam.
  4. Selagi Anda menjalin kata demi kata, gunakan foreshadow untuk membuat ceritanya semakin menarik. Foreshadow adalah ketika Anda memberikan petunjuk kejadian di masa depan. [15] Pembaca seharusnya bisa menemukan petunjuk hasil dari tindakan tertentu, atau tujuan ceritanya. Foreshadow juga membuat pembaca resah menunggu akibat yang akan terjadi sebelum tokoh utamanya sukses.
    • Ingatlah bahwa cara ini paling efektif digunakan jika para pembaca dan karakter tidak memahami pentingnya petunjuk hingga akhir cerita.
  5. Paksa diri Anda untuk menjelaskan kejadian dengan kata-kata yang memancing emosi pembaca. Jangan bergantung pada kata-kata yang malah memberitahukan pembaca mereka harus merasa apa. Contohnya, hindari kata-kata berikut dalam tulisan Anda: [16]
    • Takut
    • Menyeramkan
    • Germang
    • Ketakutan
    • Ngeri
  6. Seperti genre lainnya, cerita horor juga memiliki stereotipe dan hal-hal klise. Penulis harus menghindarinya jika ingin membuat cerita horor yang menarik dan unik. [17] Adegan-adegan yang sudah lazim ada seperti badut gila di loteng atau pengasuh sendirian di rumah saat malam adalah contoh klise yang harus dihindari. Begitu pula frasa-frasa yang sudah lazim dipakai seperti “Lari!” atau “Jangan lihat ke belakang!”
  7. Terlalu banyak adegan berdarah dan kekerasan bisa menumpulkan kepedulian pembaca. Jika kubangan darah yang sama terus-menerus muncul sepanjang cerita, pembaca akan merasa bosan. Tentu saja, adegan berdarah dan kekerasan yang pas bisa berguna untuk menata latar, menjelaskan identitas tokoh, atau menyajikan aksi. Gunakan adegan berdarah dan kekerasan pada tempat yang tepat sepanjang cerita sehingga adegan-adegan tersebut berpengaruh dan bermakna sampai pembaca merasa terkejut, alih-alih bosan dan tidak peduli. [18]
    Iklan
Bagian 4
Bagian 4 dari 5:

Menulis Akhir Cerita yang Baik

Unduh PDF
  1. Tingkatkan pertaruhan para tokoh dan berikan masalah yang bisa membuat para tokoh kewalahan. Tumpuk masalah dengan pertarungan remeh, kehilangan yang cukup sepele, dan kemenangan kecil. Ketegangan akan terbangun menjadi klimaks dan sebelum para pembaca sempat menyadarinya, para tokoh sudah berada dalam mara bahaya. [19]
  2. Biarkan para tokoh menemukan jalan keluar dari masalah yang ada. Penyingkapan ini harus merupakan hasil tumpukan perincian yang ada di adegan-adegan sebelumnya dan tidak mencengangkan atau terasa tiba-tiba bagi pembaca. [20]
  3. Klimaks adalah titik balik atau krisis dalam sebuah cerita. [21] Klimaks dalam cerita horor bisa berupa bahaya atau ancaman terhadap kondisi fisik, psikologi, emosional, atau spiritual. [22]
    • Dalam cerita pendek Poe, klimaks ceritanya terjadi di penghujung cerita. Poe memberikan semakin banyak tekanan kepada narator dengan membuat polisi mendatanginya. Poe menggunakan konflik batin narator untuk menunjukkan bahwa narator tetap berusaha tenang, dan keinginannya untuk lepas dari tuduhan pembunuhan guna membuat klimaks. Namun, di penghujung cerita, rasa bersalah narator memojokkannya dan narator pun menyingkap jasad di bawah lantai.
  4. Kejutan yang baik dalam cerita horor bisa membuat ceritanya semakin baik atau malah semakin buruk. Kejutan adalah aksi yang tidak diduga pembaca, seperti tokoh yang tadinya pembaca kira pahlawan, ternyata penjahat. [23] , [24]
  5. Penghujung cerita adalah saatnya untuk mengakhiri semua plot yang ada. Namun, cerita seram biasanya tidak mengakhiri semua plot. Itu cara yang efektif karena pembaca menjadi penasaran akan beberapa hal. Apakah penjahatnya tertangkap? Apakah hantunya benar-benar ada? Membuat pembaca penasaran adalah salah satu teknik sastra yang baik, selama pembaca tidak menjadi bingung ketika ceritanya berakhir.
    • Walaupun Anda ingin membuat akhir yang memuaskan bagi pembaca, Anda juga tidak mau membuat ceritanya benar-benar berakhir dan tuntas. Pembaca harus selesai membaca cerita Anda dengan sedikit perasaan ragu.
    • Pertimbangkan kembali jika akhir ceritanya terasa seperti kejutan atau jawaban pasti. Inti ketegangan adalah tidak menjawab pertanyaan dramatis terlalu dini. Cerita pendek karya Poe berakhir tegang karena hasil dilema narator disingkap di baris terakhir cerita. Ketegangan dalam cerita dijaga sampai akhir.
    Iklan
Bagian 5
Bagian 5 dari 5:

Menyelesaikan Cerita

Unduh PDF
  1. Setelah menyelesaikan draf pertama, baca ulang cerita Anda dan baca dengan lantang. Perhatikan bagian-bagian yang masih terasa lambat atau belum terlalu menarik. Potong adegan-adegan yang terlalu panjang. Atau, perpanjang adegan-adegan tertentu jika memang menguntungkan ceritanya karena membangun ketegangan. [25]
    • Terkadang, pembaca bisa mengetahui terlebih dahulu jawaban atau akhir dari pertanyaan dramatis yang ada. Namun, pembaca masih akan membaca ceritanya sampai akhir karena adegan-adegan menuju akhirnya menarik dan menegangkan. Pembaca cukup peduli dengan para tokoh dan ceritanya sehingga mau membaca adegan-adegan menuju klimaks.
  2. Sebelum memberikan cerita Anda ke siapa pun untuk dibaca, koreksi dahulu dengan teliti. Perhatikan kesalahan eja dan tata bahasa. Dengan begitu, pembaca akan bisa berfokus pada ceritanya, alih-alih terganggu dengan salah eja atau salah penempatan koma.
    • Cetak cerita dan baca dengan teliti.
  3. Biarkan orang lain membaca cerita Anda. Itu bisa memberi gambaran yang cukup bagus akan reaksi orang lain terhadap tulisan Anda. Minta saran terkait bagian tertentu dari ceritanya, seperti: [26]
    • Tokoh: Apakah tokohnya masuk akal? Apakah aksi yang mereka hadapi masuk akal?
    • Kontinuitas: Apakah ceritanya masuk akal? Apakah ceritanya sudah teratur?
    • Tata bahasa dan mekanisme: Apakah bahasanya mudah dicerna? Adakah kalimat yang menggantung, kesalahan penggunaan kata, dan lainnya?
    • Dialog: Apakah perbincangan antara para tokoh masuk akal? Apakah dialognya cukup atau bahkan berlebihan?
    • Kecepatan alur: Apakah alur ceritanya sudah mengalir dengan cukup cepat? Apakah ada bagian yang membosankan? Apakah ada bagian yang terlalu banyak dan terlalu cepat terjadi?
    • Plot: Apakah plotnya masuk akal? Apakah tujuan tokohnya masuk akal?
  4. Ingat, ini cerita Anda. Isi ceritanya adalah gagasan Anda sendiri dan Anda tidak perlu langsung memasukkan saran orang lain ke cerita Anda. Terkadang, orang-orang mengkritik tulisan orang lain dan berusaha memasukkan ciri khas mereka sendiri ke cerita tersebut. Jika sarannya bagus, masukkan ke cerita Anda. Namun, jika sarannya tampak tidak masuk akal untuk cerita Anda, buang saja.
    • Ada baiknya Anda mengambil jeda waktu sebelum mencoba merevisi cerita. Berhentilah menulis cerita selama beberapa hari atau lebih kemudian bacalah kembali dengan pandangan yang baru.
    Iklan

Tips

  • Familierkan diri Anda dengan genre cerita seram yang biasanya merupakan cerita horor dan menegangkan. Baca contoh cerita horor yang efektif dan menegangkan, mulai dari cerita hantu klasik sampai cerita horor modern. Beberapa contoh cerita yang pantas Anda baca di antaranya:
    • “The Monkey’s Paw”, kisah abad ke-18 karangan William Wymar Jacobs. Berkisah tentang tiga harapan mengerikan yang dikabulkan tangan monyet ajaib.
    • “The Tell-Tale Heart”, cerita mengerikan karangan penulis horor andal Edgar Allen Poe yang mengisahkan ketegangan dan pembunuhan. [27]
    • Cerita horor mana pun karangan Stephen King. King telah menulis lebih dari 200 cerita pendek dan menggunakan beragam teknik untuk menakuti pembaca. Baca “The Moving Finger” atau “The Children of the Corn” untuk mengetahui gaya penulisan King.
    • Cerita horor karangan penulis modern Joyce Carol Oates, “Where Are You Going, Where Have You Been?” Cerita ini memaksimalkan penggunaan teror psikologis. [28]
  • Buat akhir cerita yang misterius. Memang klise, tetapi ini selalu menarik bagi pembaca. Sesuatu seperti "Anak lelaki dan anjingnya itu tidak pernah terlihat lagi. Katanya, tiap bulan mati di bulan Mei, lolongan serigala jadi-jadian itu terdengar sepanjang malam." Buatlah akhir cerita dengan kreatif, tetapi pastikan untuk membuatnya menggantung, terutama jika cerita Anda pendek.
Iklan

Peringatan

  • Jika Anda mengadakan riset agar cerita seram Anda lebih realistis, pastikan Anda berhati-hati dan bijak. [29]
Iklan
  1. http://blog.karenwoodward.org/2014/06/17-ways-to-write-terrifyingly-good.html
  2. http://www.ohio.edu/people/hartleyg/ref/fiction/freytag.html
  3. http://www.thenoctrium.com/ghost-stories/how-to-write-ghost-story
  4. http://www.thenoctrium.com/ghost-stories/how-to-write-ghost-story
  5. http://www.writersdigest.com/online-editor/6-secrets-to-creating-and-sustaining-suspense
  6. udleditions.cast.org/craft_elm_foreshadowing.htm
  7. http://www.thenoctrium.com/ghost-stories/how-to-write-ghost-story
  8. http://www.writersdigest.com/editor-blogs/there-are-no-rules/the-horror-genre-on-writing-horror-and-avoiding-cliches
  9. http://www.writersdigest.com/online-editor/6-secrets-to-creating-and-sustaining-suspense
  10. http://thewritepractice.com/7-steps-to-creating-suspense/
  11. https://litreactor.com/columns/storyville-writing-horror-stories
  12. http://literarydevices.net/climax/
  13. http://www.writersdigest.com/qp7-migration-conferencesevents/nine-tricks-to-writing-suspense-fiction
  14. http://www.fictionfactor.com/guests/scary.html
  15. http://artsedge.kennedy-center.org/students/features/making-art/skeleton-of-a-scary-story# Twists
  16. http://thewritepractice.com/7-steps-to-creating-suspense/
  17. http://www.cod.edu/people/faculty/bobtam/website/guidelines_for_writing_a_critiqu.htm
  18. http://xroads.virginia.edu/~hyper/POE/telltale.html
  19. http://celestialtimepiece.com/2015/01/21/where-are-you-going-where-have-you-been/
  20. http://www.alexandergordonsmith.com/writingworksheet.pdf

Tentang wikiHow ini

Halaman ini telah diakses sebanyak 6.793 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan